Tipe op-amp yang digunakan pada tugas akir ini adalah LT-1227 buatan dari Linear Technology dengan konfigurasi pin-nya sebagai berikut:

dokumen-dokumen yang mirip
Lampiran A. Praktikum Current Feedback OP-AMP. Percobaan I Karakteristik Op-Amp CFA(R in,vo max. Slew rate)

BAB IV PENGUJIAN DAN ANALISIS. Pada bab IV ini Berisi hasil dan analisa masing-masing pengujian pedoman.

Oleh: Reinhard NIM:

BAB II Dasar Teori. Gambar 2.1. Model CFA [2]

OPERASIONAL AMPLIFIER (OP-AMP) Oleh : Sri Supatmi

Modul VIII Filter Aktif

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Tujuan Percobaan Mempelajari karakteristik statik penguat opersional (Op Amp )

LEMBAR KERJA V KOMPARATOR

Pengkondisian Sinyal. Rudi Susanto

Penguat Oprasional FE UDINUS

Gambar 2.1. simbol op amp

penulisan ini dengan Perancangan Anti-Aliasing Filter Dengan Menggunakan Metode Perhitungan Butterworth. LANDASAN TEORI 2.1 Teori Sampling Teori Sampl

Penguat Operasional OP-AMP ASRI-FILE

BAB II ANALOG SIGNAL CONDITIONING

MODUL - 04 Op Amp ABSTRAK

PERCOBAAN 3 RANGKAIAN OP AMP

MODUL PRAKTIKUM RANGKAIAN ELEKRONIKA Bagian II

PENGENALAN OPERATIONAL AMPLIFIER (OP-AMP)

MODUL 08 Penguat Operasional (Operational Amplifier)

OP-AMP 2. by. Risa Farrid Christianti, M.T.

TEKNIK MESIN STT-MANDALA BANDUNG DASAR ELEKTRONIKA (1)

LAPORAN PRAKTIKUM ELEKTRONIKA MERANGKAI DAN MENGUJI OPERASIONAL AMPLIFIER UNIT : VI

Percobaan 3 Rangkaian OPAMP

MODUL 09 PENGUAT OPERATIONAL (OPERATIONAL AMPLIFIER) PRAKTIKUM ELEKTRONIKA TA 2017/2018

PRAKTIKUM II PENGKONDISI SINYAL 1

Bab III. Operational Amplifier

Modul 4. Asisten : Catra Novendia Utama ( ) : M. Mufti Muflihun ( )

Operational Amplifier Karakteristik Op-Amp (Bagian ke-satu) oleh : aswan hamonangan

Penguat Inverting dan Non Inverting

Modul 04: Op-Amp. Penguat Inverting, Non-Inverting, dan Comparator dengan Histeresis. 1 Alat dan Komponen. 2 Teori Singkat

SIMULASI FILTER SALLEN KEY DENGAN SOFTWARE PSPICE

Praktikum Rangkaian Elektronika MODUL PRAKTIKUM RANGKAIAN ELEKRONIKA

JOBSHEET PRAKTIKUM 8 HIGH PASS FILTER

Perancangan Sistim Elektronika Analog

INSTRUMENTASI INDUSTRI (NEKA421) JOBSHEET 2 (PENGUAT INVERTING)

Dengan Hs = Fungsi alih Vout = tegang keluran Vin = tegangan masukan

MODUL 05 FILTER PASIF PRAKTIKUM ELEKTRONIKA TA 2017/2018

BAB 4. Rangkaian Pengolah Sinyal Analog

POLITEKNIK NEGERI JAKARTA

RANGKAIAN ELEKTRONIKA ANALOG

MODUL 06 RANGKAIAN FILTER PASIF

JOBSHEET 2 PENGUAT INVERTING

BAB IV PEMBAHASAN DAN HASIL PENGUJIAN

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan dari bulan Maret - Mei 2015 dan tempat

OPERATIONAL AMPLIFIERS

PERCOBAAN 4 RANGKAIAN PENGUAT KLAS A COMMON EMITTER

BAB III PERANCANGAN DAN PENGUKURAN

Osiloskop (Gambar 1) merupakan alat ukur dimana bentuk gelombang sinyal listrik yang diukur akan tergambar pada layer tabung sinar katoda.

Tujuan Mempelajari penggunaan penguat operasional (OPAMP) Mempelajari rangkaian dasar dengan OPAMP

BAB II DASAR TEORI. Sistem pengukur pada umumnya terbentuk atas 3 bagian, yaitu:

LAPORAN PRAKTIKUM ELEKTRONIKA DASAR 2 Rangkaian Integrator dan Rangkaian Diferensiator

JOBSHEET 9 BAND PASS FILTER

PERCOBAAN 10 RANGKAIAN DIFFERENSIATOR DAN INTEGRATOR OP-AMP

BAB IV PENGUJIAN ALAT DAN ANALISA HASIL PENGUJIAN

Modul 02: Elektronika Dasar

MODULATOR DAN DEMODULATOR. FSK (Frequency Shift Keying) Budihardja Murtianta

BAB III PERANCANGAN DAN REALISASI. Blok diagram carrier recovery dengan metode costas loop yang

BAB I FILTER I. 1. Judul Percobaan. Rangkaian Band Pass Filter. 2. Tujuan Percobaan

Workshop Instrumentasi Industri Page 1

BAB II DASAR TEORI. Gambar 2.1. Untai Hard Clipping Aktif

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Dalam penelitian ini, penulis menganalisa data hubungan tegangan dengan

Filter Orde Satu & Filter Orde Dua

PENGUAT OPERASIONAL AMPLIFIER (OP-AMP) Laporan Praktikum

PENERAPAN DARI OP-AMP (OPERATIONAL AMPLIFIER)

BAB III PERANCANGAN ALAT. Pada perancangan alat untuk sistem demodulasi yang dirancang, terdiri dari

BAB III PERANCANGAN SISTEM

BAB IV HASIL PERCOBAAN DAN ANALISA

BAB III PERANCANGAN DAN REALISASI SISTEM. Dalam tugas akhir ini dirancang sebuah modulator BPSK dengan bit rate

MODUL 08 OPERATIONAL AMPLIFIER

LAB PTE - 05 (PTEL626) JOBSHEET 4 (LOW PASS FILTER )

MODUL 5 RANGKAIAN AC

PENDAHULUAN. Modul Praktikum Rangkaian Linear Aktif. Lab. Elektronika Fakultas Teknik UNISKA

MODUL III PENGUAT DENGAN UMPAN BALIK

BAB II LANDASAN TEORI

Gambar 2.1 Perangkat UniTrain-I dan MCLS-modular yang digunakan dalam Digital Signal Processing (Lucas-Nulle, 2012)

Praktikum Rangkaian Elektronika MODUL PRAKTIKUM RANGKAIAN ELEKRONIKA

PRAKTIKUM TEKNIK TELEKOMUNIKASI 1 / RANGKAIAN LISTRIK / 2015 PERATURAN PRAKTIKUM. 1. Peserta dan asisten memakai kemeja pada saat praktikum

Gambar 1.1 Rangkaian Dasar Komparator

BAB III PERANCANGAN ALAT

Modul 3 Elektronic WorkBench 5.12

ANALISIS PENGUATAN BIOPOTENSIAL DENGAN REDUKSI INTERFERENSI GANGGUAN

BAB III PERANCANGAN SISTEM

BAB. Kinerja Pengujian

Pengukuran Teknik STT Mandala 2014

MODUL XI / 11. PUSAT PENGEMBANGAN BAHAN AJAR-UMB Iradath, ST., MBA ELEKTRONIKA ANALOG 1

TUJUAN Setelah menyelesaikan perkuliahan ini peserta mampu:

BAB IV PENGUJIAN DAN ANALISIS

OPERATIONAL AMPLIFIERS (OP-AMP)

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juli 2012 sampai dengan Januari 2013.

DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... LEMBAR PENGESAHAN PEMBIMBING LEMBAR PENGESAHAN PENGUJI... KATA PENGANTAR... HALAMAN PERSEMBAHAN... MOTTO... ABSTRAK...

Q POWER ELECTRONIC LABORATORY EVERYTHING UNDER SWITCHED

Modul 2. Pengkondisian Sinyal.

ANALOG SIGNAL PROCESSING USING OPERASIONAL AMPLIFIERS

hubungan frekuensi sumber tegangan persegi dengan konstanta waktu ( RC )?

BAB IV PENGUJIAN DAN ANALISA. Bab ini membahas tentang pengujian alat yang dibuat, adapun tujuan

MAKALAH LOW PASS FILTER DAN HIGH PASS FILTER

BAB III PERANCANGAN PENGUAT KELAS D

Elektronika Lanjut. Penguat Instrumen. Elektronika Lanjut Missa Lamsani Hal 1

BABV INSTRUMEN PENGUAT

Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya. Model Matematik Sistem Elektrik

Transkripsi:

BAB III PERANCANGAN Pada bab ini berisi perancangan pedoman praktikum dan perancangan pengujian pedoman praktikum dengan menggunakan current feedback op-amp. 3.. Perancangan pedoman praktikum Pada pelaksanaan tugas akir dengan judul Modul Praktikum Current Feedback Operational Amplifier, dibuat 8 buah topik praktikum/ modul praktikum yang menggunakan op-amp current feedback sebagai komponen utamanya, topik topik ini diantaranya: Topik : Pengukuran Karakteristik Op-amp CFA Topik 2: Karakteristik Rangkaian Dasar Op-amp CFA (penguat membalik, penguat tak membalik, penguat penjumlah) Topik 3: Pembatasan Lebar Pita Pada Penguat Berbasis CFA Topik 4: Integrator Berbasis Op-amp CFA Topik 5: Respon Transien pada Penguat berbasis Op-amp CFA Topik 6: Penguat Selisih dan Penguat Instrumentasi berbasis CFA Topik 7: Tapis-Tapis Aktif Berbasis Op-amp CFA Topik 8: Penguat Photocurrent berbasis op-amp CFA Dengan format masing-masing topiknya adalah sebagai berikut: Tujuan Dasar Teori Langkah-langkah praktikum Hasil pengukuran Analisis hasil praktikum Kesimpulan Daftar Pustaka 2

Tipe op-amp yang digunakan pada tugas akir ini adalah LT-227 buatan dari Linear Technology dengan konfigurasi pin-nya sebagai berikut: Gambar 3.. Konfigurasi pin LT-227 3.2. Perancangan Pedoman Praktikum Berikut perancangan masing-masing topik praktikum. 3.2.. Pengukuran Karakteristik Op-amp CFA (Lampiran A) Tujuan dari topik yang pertama ini adalah Menganalisis dan mempelajari karakteristik dari op-amp current feedback meliputi transimpedans (Z) hambatan masukan (R in ) untuk kaki inverting dan non-inverting, nilai keluaran maksimum (Vomax), dan Slewrate (SR), sehingga dapat mengetahui cara kerja dan kelebihan dari dari op-amp current feedback ini. Sehingga pada topik ini dibagi menjadi 4 sub topik yaitu: Pengukuran hambatan masukan kaki inverting dan non-inverting opamp (R in ) pengukuran nilai Transimpedansi Pengukuran Tegangan Keluaran Maksimum (Vo max ) Pengukuran Slewrate op-amp Current feedback (SR) 3

3.2... Pengukuran hambatan masukan kaki inverting dan non-inverting opamp (R in ) Untuk mencari nilai hambatan masukan pada CFA, dilakukan percobaaan dengan rangkaian sebagai berikut. (a) (b) Gambar 3.2.(a). Rangkaian pengukur hambatan masukan kaki non inverting Gambar 3.2.(b). Rangkaian pengukur hambatan masukan kaki inverting Gambar 3.2(a) merupakan rangkaian untuk mencari nilai hambatan masukan pada kaki non-inverting dengan mengukur tegangan pada titik A,sedangkan gambar 3.2(b) merupakan rangkaian untuk mencari hambatan masukan pada kaki inverting dengan mengukur tegangan pada titik b. Untuk pengukuran hambatan masukan pada kaki non-inverting dilakukan pada beberapa nilai frekuensi masukan, untuk mengetahui respon terhadap perubahan frekuensi masukan. Metode pencarian hambatan masukan ini mengacu pada gambar internal CFA sebagai berikut: Gambar 3.3. Internal CFA 4

3.2..2. Pengukuran nilai Transimpedansi Percobaan untuk mencari transimpedansi ini digunakan sebuah rangkaian penguat tak membalik dengan nilai resistor penyusun yang sama, sehingga nilai penguatan yang diharapkan sebesar 2 kali, pada percobaan ini juga dilakukan dengan mengubah-ubah nilai frekuensi masukan untuk mengetahui respon frekuensi Transimpedansi (Z). Gambar 3.4. Rangkaian pengukur transimpedansi Setelah didapatkan nilai Vo, nilai Transimpedansi dicari dengan melakukan perhitungan sesuai dengan persamaan 2.9. Percobaan juga dilakukan dengan mengubah-ubah nilai R dan R2 menjadi 0k Ω, 00kΩ, 200kΩ. 3.2..3. Pengukuran Tegangan Keluaran Maksimum Untuk pengukuran Vomax dirangkai sebuah penguat membalik dan penguat tak membalik sebagai berikut. Gambar 3.5. Untai penguat membalik untuk mencari Vomax 5

Gambar 3.6. Untai penguat non-inverting untuk mencari Vomax Masing- masing rangkaian dilakukan percobaan dengan mengubah- ubah nilai V3 (sebagai tegangan masukan) hingga sinyal keluaran Vo terjadi pemotongan (clipping). 3.2..4. Pengukuran Slew rate op-amp Current Feedback Untuk melakukan pengukuran Slew rate op-amp Current Feedback dirangkai sebuah rangkain penguat tak membalik dengan sinyal masukan kotak khz Vpp dan penguatan 0 kali untuk kemudian diamati nilai slewrate-nya (SR = Vo/ t). Gambar 3.7. Rangkaian pengukuran slew rate 3.2.2. Karakteristik Rangkaian Dasar Op-amp CFA (penguat membalik, penguat tak membalik, penguat penjumlah. Lampiran B) Percobaan ini bertujuan untuk mempelajari aplikasi op-amp current feedback sebagai rangkaian dasar penguat, yaitu penguat membalik, penguat tak membalik dan penguat penjumlah 6

3.2.2.. Penguat Tak Membalik Gambar 3.8. Penguat tak membalik (non-inverting) Percobaan dilakukan dengan menyusun rangkaian seperti pada gambar 3.8, dengan mengasumsikan penguatan yang dihasilkan sebesar tiga kali kemudian nilai resistor penyusunnya diperbesar untuk mengetahui apakah nilai penguatannya turun dari tiga kali, jika ada penurunan nilai penguatan kemudian dicari nilai transimpedansi menggunakan persamaan (2.9.). Pada percobaan ini juga dilakukan pengubahan nilai frekuensi masukan untuk mengetahui respon frekuensi CFA sebagai penguat tak membalik. 3.2.2.2. Penguat membalik (inverting) Gambar 3.9. Rangkaian penguat inverting 7

Percobaan dilakukan dengan menyusun rangkaian seperti pada gambar 3.9, dengan mengasumsikan penguatan yang dihasilkan sebesar dua kali kemudian nilai resistor penyusunnya diperbesar untuk mengetahui apakah nilai penguatannya turun dari dua kali, jika ada penurunan nilai penguatan kemudian dicari nilai transimpedansi menggunakan persamaan (2.5). Pada percobaan ini juga dilakukan pengubahan nilai frekuensi masukan untuk mengetahui respon frekuensi CFA sebagai penguat membalik. 3.2.2.3. Penguat Penjumlah (Summing Amplifier) Gambar 3.0. Rangkaian Penguat penjumlah Pada percobaan penguat penjumlah disusun rangkaian seperti gambar 3.0. Dengan diberi sinyal masukan kotak khz 2Vpp, percobaan dilakukan dengan mengubah-ubah nilai resistor penyusunnya untuk kemudian dibandingkan dengan persamaan yang berlaku pada penguat penjumlah yaitu sebagai berikut. = ( + ) + (3.) = ( + ) (3.2) Dimana : V out = tegangan keluaran 8

V in = tegangan masukan melalui R V in2 = tegangan masukan melalui R2 Z = nilai transimpedansi Persamaan 3. adalah persamaan yang digunakan jika penguatan yang dihasilkan turun dari yang diharapkan, sedangkan persamaan 3.2 adalah persamaan penguat penjumlah seperti pada penggunaan VFA yang berlaku pada praktikum jika nilai resistor umpan balik (ZF) nilainya jauh lebih kecil dari nilai Z (transimpedansi). 3.2.3. Pembatasan Lebar Pita Pada Penguat Berbasis CFA(Lampiran C) Dengan tujuan Menganalisa kemampuan Current feedback op-amp dalam menghasilkan lebarpita, terhadap perubahan hambatan umpan balik dan nilai Vcc/Vee. Pada topik yang ketiga ini, praktikum mengacu pada grafik bandwidth terhadap tegangan supply yang terdapat pada datasheet LT-227 yang ditunjukan pada gambar 3.. [3] Gambar 3.. Grafik Bandwidth vs tegangan supply LT-227 Sehingga disusun sebuah rangkaian penguat non-inverting dengan penguatan kali, yang kemudian diubah2 frekuensi masukannya untuk mendapatkan nilai 9

bandwidth. Percobaan juga dilakukan dengan mengubah2 resistor penyusunnya serta nilai tegangan supply untuk membuktikan apakah nilai Gain Bandwith Product (GBW) pada CFA konstan atau tidak. Berikut rangakaian yang dilakukan pada topik yang ketiga. Gambar 3.2. Untai penguat tak membalik untuk mencari bandwidth 3.2.4. Integrator Berbasis Op-amp CFA (Lampiran D) Percobaan ini bertujuan untuk mempelajari dan menganalisa cara kerja dari salah satu aplikasi op-amp current feedback yaitu sebagai rangkaian integrator dan diferensiator. 3.2.4.. Integrator dengan CFA Untuk percobaan integrator dengan menggunakan CFA disusun rangkaian seperti pada gambar 3.3. Gambar 3.3. Integrator dengan CFA 20

Dengan tegangan masukan (Vi) sinus Vpp kemudian diamati tegangan keluaranya apakah sesuai dengan persamaan integrator yang ditunjukan pada persamaan 3.3 = ( ) (3.3) Dimana : V out = tegangan keluaran V in = tegangan masukan R = nilai resistor yang dipasang pada posisi R C = nilai kapasitor yang dipasang pada untai integrator Karena kelebihan dari CFA adalah dapat bekerja pada frekuensi tinggi maka nilai komponen penyusunnya divariasikan untuk kemudian dibandingkan sinyal keluarannya dengan hasil perhitungan apakah sesuai atau tidak 3.2.4.2. Diferensiator dengan CFA Untuk percobaan diferensiator dengan menggunakan CFA disusun rangkaian seperti pada gambar 3.4. Gambar 3.4. diferensiator dengan CFA Dengan tegangan masukan (Vi) sinus Vpp kemudian diamati tegangan keluaranya apakah sesuai dengan persamaan diferensiator yang ditunjukan pada persamaan 3.4 2

= (3.4) Dimana : V out = tegangan keluaran V in = tegangan masukan R = nilai resistor yang dipasang pada posisi R C = nilai kapasitor yang dipasang pada untai integrator Karena kelebihan dari CFA adalah dapat bekerja pada frekuensi tinggi maka nilai komponen penyusunnya divariasikan untuk kemudian dibandingkan sinyal keluarannya dengan hasil perhitungan matematis apakah sesuai atau tidak. 3.2.5. Respon Transien pada Op-amp CFA (Lampiran E) Dengan tujuan menganalisa dan mempelajari salah satu karakteristik dari op-amp CFA yaitu kestabilan pada op-amp current feedback. Percobaan dilakukan dengan membuat sebuah rangkaian penguat tak membalik yang diberi sinyal masukan kotak khz 5Vpp dengan penguatan sebesar 2 kali. Seperti pada gambar 3.5. Gambar 3.5. Rangkaian penguat tak membalik untuk mencari stabilitas CFA 22

Kemudian pada pengamatan sinyal keluaran dilakukan pengaturan time/div, Volt/div, dan probe yang digunakan, agar sinyal keluaran menyerupai sinyal keluaran rangkaian R L C seri dalam keadaan underdamped seperti yang ditunjukan oleh gambar 3.6. Gambar 3.6. Sinyal keluaran RLC seri underdamped Sehingga didapatkan nilai maximum overshoot (Mp), peak time (tp), dan, TD. Selain itu dilakukan juga penggantian nilai resistor penyusunnya untuk mengetahui pengaruhnya pada sinyal keluaran. Setelah didapatkan nilai maximum overshoot (Mp), peak time (tp), dan, TD. Kemudian dicari nilai R L dan C untuk mendapatkan persamaan orde dua yang berlaku pada CFA, dengan menggunakan persamaan bersamaan berikut: = = maximum overshoot (3.5) = =waktu puncak (3.6) = = damping ratio (3.7) 23

= = =frekuensi alamiah teredam (3.8) = = damping factor (3.9) = = frekuensi alamiah tak teredam (3.0) Setelah didapatkan nilai R, L dan C persamaan orde dua yang berlaku pada CFA dicari berdasarkan analogi rangkaian RLC seri sebagai berikut: Gambar 3.7. Rangkaian RLC seri = + + (3.) = ( ) + + (3.2) 3.2.6. Penguat selisih dan penguat instrumentasi berbasis op-amp CFA (Lampiran F) Percobaan ini bertujuan mempelajari penggunaan atau aplikasi op-amp current feedback sebagai penguat selisih dan penguat instrumentasi. 24

3.2.6.. Penguat selisih (Differential Amplifier) Gambar 3.8. Rangkaian Penguat selisih Pada percobaan penguat selisih disusun rangkaian seperti gambar 2 dimana sinyal masukan Vi berupa sinyal sinus Vpp kemudian tersambung pada sebuah pembagi tegangan yang tersusun dari buah potensiometer sehingga dapat diatur besar tegangan Vi2. Kemudian nilai tegangan keluaran dibandingkan dengan hasil perhitungan matematis yang sesuai dengan persamaan (3.3). Dimana : = 2 (3.3) V o = tegangan keluaran V i = tegangan masukan utama V i2 = tegangan masukan setelah melalui pembagi tegangan R = nilai resistor pada posisi R (sesuai gambar) R2 = nilai resistor pada posisi R2 (sesuai gambar) Pada percobaaan ini juga dilakukan pengubahan nilai-nilai resistor penyusun yang masing akan dibandingkan hasilnya dengan perhitungan matematis. 25

3.2.6.2. Penguat instrumentasi Gambar 3.9. Rangkaian penguat instrumentasi Pada percobaan penguat instrumentasi disusun rangkaian seperti pada gambar 3.9. Dengan V i Vpp dan V i2 diatur menjadi setengah dari V i. Kemudian diamati nilai V o nilai V o2 dan V o, untuk kemudian dibandingkan dengan perhitungan matematis sesuai dengan persamaan berikut: = + 7 8 7 8 2 (3.4) 2 = + 7 8 2 7 8 (3.5) = 2 2 (3.6) 26

Dimana : V o = tegangan keluaran akir V i = tegangan masukan utama V i2 = tegangan masukan setelah melalui pembagi tegangan V o = tegangan keluaran U2 pada gambar 3.9 V o2 = tegangan keluaran U3 pada gambar 3.9 3.2.7. Tapis-Tapis Aktif Berbasis Op-amp CFA (Lampiran G) Dengan tujuan menganalisa dan mempelajari aplikasi current feedback op-amp sebagai suatu rangkaian tapis aktif (active filter) diantaranya yaitu lowpass filter dan High pass filter. Low pass fiter atau tapis lolos bawah adalah filter yang meloloskan frekuensi masukan yang nilai frekuensinya lebih kecil dari frekuensi cut-off, jika frekuensi masukannya lebih besar dari frekuensi cut-off maka amplitude sinyal akan mengecil, idealnya pada hal ini sinyal masukan sama sekali tidak diloloskan. Berikut gambar rangkaian. Gambar 3.20. Rangkaian dan lowpass filter orde Gambar rangkaian diaatas merupakan rangkaian lowpass filter orde dengan persamaan sebagai berikut. = + 2 + (3.7) 27

= + 2 + (3.8) = + 2 + c (3.9) Dimana : V out = tegangan keluaran akir V in = tegangan masukan R = nilai resistor pada posisi R (sesuai gambar) R2 = nilai resistor pada posisi R2 (sesuai gambar) R = nilai resistor pada posisi R (sesuai gambar) C = nilai resistor pada posisi c (sesuai gambar) c = 2πf c = High pass filter atau tapis lolos atas adalah sebuah rangkaian tapis yang meloloskan sinyal inputan yang frekuensinya lebih tinggi daripada frekuensi penggal, dan akan melemahkan sinyal masukan yang frekuensinya lebih kecil dari frekuensi penggal. Berikut gambar rangkaian high pass filter dan respon frekuensinya. Gambar 3.2. Rangkaian high pass filter orde 28

Gambar rangkaian diatas merupakan rangkaian highpass filter orde dengan persamaan sebagai berikut. = + 2 + (3.20) = + 2 + (3.2) = + 2 c (3.22) + Dimana : V out = tegangan keluaran akir V in = tegangan masukan R = nilai resistor pada posisi R (sesuai gambar) R2 = nilai resistor pada posisi R2 (sesuai gambar) R = nilai resistor pada posisi R (sesuai gambar) C = nilai resistor pada posisi c (sesuai gambar) c = 2πf c = Semakin tinggi orde tapis yang digunakan, maka hasil filter yang didapatkan semakin mendekati dengan sifat idealnya, artinya ketika frekuensi masukan sesuai dengan frekuensi penggal (f c ) amplitudo keluarannya nol. Hal ini berlaku juga untuk highpass filter. Berikut contoh respon frekuensi tiap orde tapis pada low pass filter dengan metode butterworth filter. [9] 29

Gambar 3.22. Respon frekuensi butterworth filter Untuk mencari transfer fungsi yang berlaku pada tapis orde dua, digunakan topologi voltage controlled voltage source (VCVS) atau topologi Sallen Key sebagai berikut: Gambar 3.23. VCVS (voltage controlled voltage source) ) Gambar diatas merupakan rangkaian tapis orde dua dimana nilai Z sampai Z4 bisa berupa resistor maupun kapasitor tergantung dari rangkaian yang ingin dibuat, apakah berupa lowpass filter atau Highpass filter.[8] Dengan menggunakan hukum kirchoff didapatkan persamaan sebagai berikut. + = 0 (3.23) + 30

+ + + + = 0 (3.24) Karena, =,dimana K adalah nilai penguatan op-amp maka persamaan menjadi: + ( + ) + + + = 0 = + ( + ) + + + = + ( + ) + ( + ) + = + + + + + = ( ) + + + ( + ) (3.25) Dimana : V out = tegangan keluaran akir V in = tegangan masukan Z, Z2, Z3, Z4 = nilai impedansi sesuai pada gambar (dapat berupa R maupun C) K = nilai penguatan CFA 3

Dengan memanfaatkan persamaan 3.20 maka transfer fungsi untuk lowpass filter maupun highpass filter dapat ditemukan dengan subtitusi masing2 nilai dari Z sampai Z 4 yaitu sebagai berikut: Untuk Low Pass Filter orde 2 Gambar 3.24. Rangkaian lowpass filter orde 2 Dengan subtitusi Z =R, Z 2 =R 2, Z 3 =/sc 3, dan Z 4 =/sc 4, maka transfer fungsi untuk Lowpass Filter adalah ( ) = + ( + ) + ( ) + = + + (3.26) Untuk Highpass filter orde 2 Gambar 3.25. Rangkaian highpass filter orde 2 Dengan cara yang sama yaitu subtitusi nilai Z didapatkan H(s) sebagai berikut 32

( ) = + + + ( ) + = + + (3.27) Pada topik ke-7 ini dilakukan percobaan untuk masing2 rangkaian filter, dilakukan dengan mengvariasikan frekuensi masukan agar dapat mengetahui respon frekuensi dari masing-masing filter, selain itu juga dilakukan pengubahan nilai resistor yang mempengaruhi nilai penguatan untuk membuktikan perbedaannya dengan penggunaan Voltage feedback amplifier. 3.2.8. Penguat Photocurrent berbasisi op-amp CFA (Lampiran H) Dengan tujuan mempelajari dan menganalisa cara kerja dari salah satu aplikasi opamp Current Feedback sebagai sebuah penguat photocurrent. Penguat photocurrent yang dipelajari pada percobaan kali ini memanfaatkan photodioda sebagai komponen utamanya, dimana photodiode merupakan salah satu komponen yang peka terhadap cahaya, resistansi pada photodiode akan berubah-ubah apabila intensitas cahaya yang diberikan pada photodiode berubah-ubah. Pada keaadaan gelap atau tidak ada cahaya yang masuk ke photodiode nilai resistansinya akan sangat besar sehingga tidak ada arus yang mengalir, sebaliknya semakin besar cahaya yang jatuh pada photodiode nilai resistansinya semakin kecil dan arus yang mengalir semakin besar. Berikut symbol photodiode: Gambar 3.26. Symbol photodiode Dengan memanfaatkan sifat dan carakerja dari photodiode tersebut dibuat sebuah rangkaian penguat yang memanfaatkan arus keluaran dari photodiode untuk dikonversi menjadi tegangan. Rangkaian ini dikenal dengan penguat photocurrent atau penguat transimpedansi. [0] Berikut gambar rangkaiannya: 33

Gambar 3.27. Rangkaian penguat Photocurrent Rangkaian diatas memanfaatkan arus listrik yang dikeluarkan sebagai masukan (IP), untuk kemudian diubah menjadi tegangan. penguatan yang berlaku pada rangkaian diatas adalah. oleh photodiode sehingga nilai = (3.28) Sedangkan nilai Vout adalah = ( ) (3.29) = + (3.30),sehingga nilai A(penguatan) adalah = + (3.3) Dimana : V out Ip = tegangan keluaran akir = arus photodioda 34

R f = nilai resistor pada posisi R f (sesuai gambar) C f = nilai resistor pada posisi C f (sesuai gambar) Dipasangnya capasitor C f pada rangkaian membuat rangkaian menjadi sebuah Low pass filter, hal ini untuk menjaga dari terjadinya noise pada tegangan keluaran, sehingga nilai capasitor C f dipilih nilai yang kecil agar op-amp CFA dapat bekerja pada frekuensi yang tinggi. 35