THE JUDICIAL REVIEW PROPERTY RIGHTS CITIZENS WHO MARRY FOREIGNERS IN INDONESIA BASED ON LAW NUMBER 5 OF 1960 ON THE BASIC REGULATION OF AGRARIAN

dokumen-dokumen yang mirip
The Enactment of Marriage Agreement Post Constitutional Court Verdict

BAB V PENUTUP. dengan membuat Permohonan penetapan kepada Pengadilan Negeri. Surabaya yang isinya menyatakan bahwa benar telah didaftarkannya

RINGKASAN PERMOHONAN PERKARA

RINGKASAN PERBAIKAN PERMOHONAN

STATUS KEPEMILIKAN HAK ATAS TANAH DAN BANGUNAN OLEH WARGA NEGARA ASING YANG BERKEDUDUKAN DI INDONESIA DAN AKIBAT HUKUM TERHADAP HAK MILIK TERSELUBUNG

ABSTRAK. Kata Kunci : Hukum Agraria, Hak Milik Atas Tanah, Perjanjian Nominee, WNA ABSTRACT

BENTUK PERALIHAN HAK ATAS TANAH YANG DAPAT DILAKUKAN OLEH WARGA NEGARA ASING AKIBAT PERCAMPURAN HARTA DALAM PERKAWINAN

AKIBAT HUKUM PERJANJIAN PEMILIKAN HAK ATAS TANAH UNTUK WARGA NEGARA ASING (WNA) DENGAN AKTA NOMINEE

HAK ATAS TANAH UNTUK WARGA NEGARA ASING

ANALISIS PUTUSAN MAHKAMAH KONSTITUSI TENTANG PERJANJIAN KAWIN YANG DAPAT DILAKUKAN SELAMA PERKAWINAN BERLANGSUNG

BAB I P E N D A H U L U AN

BAB II TINJAUAN UMUM MENGENAI PENDAFTARAN TANAH, HAK MILIK ATAS TANAH, DAN PERALIHAN HAK ATAS TANAH

HAK WARGA NEGARA ASING ATAS PENGUASAAN TANAH DI INDONESIA. Oleh : Vina Jayanti I Nyoman Wita. Bagian Hukum Bisnis Fakultas Hukum Universitas Udayana

Lex Privatum, Vol. IV/No. 7/Ags/2016

BAB I PENDAHULUAN. Group, Jakarta, 2012, hlm Urip Santoso, Hukum Agraria Kajian Komprehensif, ctk. Pertama, Kencana Prenada Media

SKRIPSI KEPEMILIKAN RUMAH TEMPAT TINGGAL ATAU HUNIAN OLEH ORANG ASING YANG BERKEDUDUKAN DI INDONESIA

BAB IV. A. Analisis Hukum Mengenai Implementasi Undang-Undang Nomor 5. Tahun 1960 Tentang Peraturan Dasar Pokok-Pokok Agraria

BERSAMA PERCA INDONESIA DUKUNG IKE FARIDA DI MAHKAMAH KONSTITUSI (a Judicial Review for Mix Marriage Couple)

BAB I PENDAHULUAN. negara dan dipergunakan untuk sebesar-besar kemakmuran rakyat.

Lex Crimen Vol. VI/No. 5/Jul/2017

DAFTAR PUSTAKA. A. Pittlo, 1978, Pembuktian dan Daluarsa, Terjemahan M. Isa Arif, PT Intermasa,

Oleh : Ni Putu Dian Putri Pertiwi Darmayanti Ni Nyoman Sukerti I Wayan Novy Purwanto. Program Kekhususan Hukum Perdata Fakultas Hukum Udayana

TINJAUAN HUKUM PENYELESAIAN PERKARA PEMBATALAN AKTA HIBAH. (Studi Kasus di Pengadilan Negeri Surakarta)

BAB I PENDAHULUAN. yang bahagia dan kekal berdasarkan Ketuhan Yang Maha Esa. 5 Dalam perspektif

Lex Administratum, Vol. V/No. 7/Sep/2017

Lex Crimen Vol. VI/No. 5/Jul/2017

Lex Privatum Vol. V/No. 9/Nov/2017

KARYA ILMIAH AKIBAT HUKUM JUAL BELI TANAH HAK GUNA BANGUNAN ATAS TANAH NEGARA YANG BERASAL DARI HARTA BAWAAN DENGAN

HAK MILIK DAN HAK GUNA USAHA (Menurut UUPA)

PERKAWINAN CAMPURAN DAN AKIBAT HUKUMNYA. Oleh : Sasmiar 1 ABSTRACT

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Suatu Negara dikatakan sebagai Negara berdaulat jika memiliki

PEMISAHAN HARTA DALAM PERKAWINAN CAMPURAN UNTUK MENGHINDARI KEPEMILIKAN TANAH HAK MILIK OLEH ORANG ASING

Lex Privatum Vol. V/No. 9/Nov/2017

Lex et Societatis, Vol. V/No. 7/Sep/2017

PENGUASAAN TANAH OLEH WARGA NEGARA ASING DENGAN PERJANJIAN PINJAM NAMA (NOMINEE) DI WILAYAH INDONESIA MENURUT UNDANG-UNDANG NOMOR 5 TAHUN 1960

MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 69/PUU-XIII/2015

RINGKASAN PERMOHONAN PERKARA Nomor 99/PUU-XV/2017 Tafsir konstitusional frasa rakyat pencari keadilan

BAB I PENDAHULUAN. pembuatan akta pemberian hak tanggungan atas tanah. 3 Dalam pengelolaan bidang

BAB II TINJAUAN YURIDIS TERHADAP HIPOTIK DAN HAK TANGGUNGAN. Hipotik berasal dari kata hypotheek dari Hukum Romawi yaitu hypotheca yaitu suatu jaminan

BAB I PENDAHULUAN. ini jasa perbankan melalui kredit sangat membantu. jarang mengandung risiko yang sangat tinggi, karena itu bank dalam memberikannya

BAB I PENDAHULUAN. batasan usia dewasa. Berbagai ketentuan dalam peraturan perundang-undangan

STATUS KEPEMILIKAN BENDA TIDAK BERGERAK DALAM PERKAWINAN CAMPURAN DI INDONESIA 1 Oleh: Ahmadika Safira Edithafitri 2

BAB I PENDAHULUAN. lain sebagai tempat tinggal, tempat untuk melakukan berbagai aktifitas

BAB IV PENUTUP. 1. Pendapat hakim Pengadilan Agama Kelas I A Bengkulu mengenai hubungan

UNIVERSITAS MARITIM RAJA ALI HAJI FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN POLITIK PROGRAM STUDI ILMU HUKUM

BAB I PENDAHULUAN. tangga dan keluarga sejahtera bahagia di mana kedua suami istri memikul

BAB I PENDAHULUAN. 1. Latar Belakang dan Rumusan Masalah. Indonesia adalah negara hukum, artinya segala aspek kehidupan baik berbangsa dan

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Aristoteles manusia adalah zoon politicon atau makhluk sosial.

RINGKASAN PERMOHONAN PERKARA Nomor 101/PUU-XV/2017 Peralihan Hak Milik atas Tanah

BAB V PENUTUP. A. Kesimpulan. Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah dikemukakan. dapat disimpulkan sebagai berikut :

Lex Privatum Vol. V/No. 5/Jul/2017

ASAS TANGGUNG RENTENG PADA BENTUK USAHA BUKAN BADAN HUKUM DAN AKIBAT HUKUM BAGI HARTA PERKAWINAN

BAB I PENDAHULUAN. Seiring dengan berkembangnya jumlah penduduk, kebutuhan akan tanah terus

DAFTAR PUSTAKA. Fuady, Munir, 2003, Perseroan Terbatas: Paradigma Baru, Citra Aditya Bakti, Bandung.

Lex Administratum, Vol. IV/No. 1/Jan/2016

BAB III TINJAUAN PUSTAKA

BAB V PENUTUP. penulis dapat mengambil kesimpulan sebagai berikut:

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan sarana dan prasarana lainnya. akan lahan/tanah juga menjadi semakin tinggi. Untuk mendapatkan tanah

3 Lihat UU No. 4 Tahun 1996 (UUHT) Pasal 20 ayat (1) 4 Sudarsono, Kamus Hukum, Rineka Cipta, Jakarta, 2007, hal. 339

BAB I PENDAHULUAN. untuk saling ketergantungan antara manusia yang satu dengan manusia yang

HAK WARIS ATAS TANAH YANG DIPEROLEH ANAK BELUM DEWASA DARI HASIL PERKAWINAN BEDA KEWARGANEGARAAN

DAFTAR PUSTAKA. Gautama, Sudargo, Tafsiran Undang-Undang Pokok Agraria, Bandung : Citra Aditya, 1993.

RINGKASAN TESIS. Disusun Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Derajat S-2 Program Studi Magister Kenotariatan. Oleh : JUMIN B4B

Prosiding Ilmu Hukum ISSN: X

BAB I PENDAHULUAN. istri, tetapi juga menyangkut urusan keluarga dan masyarakat. Perkawinan

Pertemuan ke-5 HAK-HAK PENGUASAAN ATAS TANAH. Dosen: Dr. Suryanti T. Arief, SH., MKn., MBA

Lex Crimen Vol. VI/No. 8/Okt/2017

BAB I PENDAHULUAN. sebagai suatu harta yang mempunyai sifat permanent dan dapat. dicadangkan untuk kehidupan pada masa datang.

PENGATURAN DAN MANFAAT PEMBUATAN POST-MARITAL AGREEMENT DALAM PERKAWINAN CAMPURAN DI INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. Selaras dengan Pasal 33 ayat (3) Undang-Undang Dasar Republik Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. sarana untuk bergaul dan hidup bersama adalah keluarga. Bermula dari keluarga

BAB I PENDAHULUAN. segala aspeknya melainkan hanya mengatur salah satu aspeknya, yaitu tanah

BAB 1 PENDAHULUAN. khususnya dalam bidang harta kekayaan menjadi pendorong tumbuh dan

BAB I PENDAHULUAN. kelangsungan hidup Bangsa Indonesia. Penjelasan umum Undang-undang Nomor

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Di dalam Negara Republik Indonesia, yang susunan kehidupan rakyatnya,

BAB I PENDAHULUAN. Hlm 1. 1 Richard Edy. Aspek Legal Properti - Teori, Contoh, dan Aplikasi. C.V ANDI OFFSET, Yogyakarta 2010.

JURNAL BERAJA NITI ISSN : Volume 3 Nomor 2 (2014) Copyright 2014

2002), hlm Ibid. hlm Komariah, Hukum Perdata (Malang; UPT Penerbitan Universitas Muhammadiyah Malang,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Berdasarkan Pasal 1 Undang-undang Nomor 1 Tahun 1974 tentang

RINGKASAN PERMOHONAN PERKARA Nomor 56/PUU-XIV/2016 Pembatalan Perda Oleh Gubernur dan Menteri

Dimyati Gedung Intan: Prosedur Pemindahan Hak Atas Tanah Menuju Kepastian Hukum

BAB I PENDAHULUAN I.1 LATAR BELAKANG MASALAH

Lex Privatum, Vol.I/No.4/Oktober/2013

BAB I PENDAHULUAN. tanah sebagai sarana utama dalam proses pembangunan. 1 Pembangunan. dipergunakan untuk sebesar-besarnya kemakmuran rakyat.

BAB I PENDAHULUAN. Negara dan dipergunakan sebesar-besarnya untuk kemakmuran rakyat. Sebagai

BAB I PENDAHULUAN. berdimensi dua dengan ukuran panjang dan lebar. Hukum tanah disini bukan

Calyptra: Jurnal Ilmiah Mahasiswa Universitas Surabaya Vol.2 No.2 (2013)

BAB I PENDAHULUAN. penyerahan tanah hak kepada pihak lain untuk selama-lamanya (hak atas tanah

PROGRAM STUDI ILMU HUKUM SATUAN ACARA PERKULIAHAN (SAP) HUKUM PERDATA

BAB I PENDAHULUAN. hukum dan olehnya dapat di pertanggung jawabkan dihadapan hukum.

BAB I PENDAHULUAN. agar kehidupan dialam dunia berkembang biak. Perkawinan bertujuan untuk

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang masalah. Dalam pembangunan peran tanah bagi pemenuhan berbagai keperluan

BAB SATU PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN. hidupnya salah satu kebutuhan manusia adalah perkawinan. Berdasarkan Pasal 28B ayat (1) Undang Undang Dasar 1945 (UUD 1945) yang

Tanah merupakan salah satu faktor yang terpenting dalam kehidupan. manusia, hewan, dan juga tumbuh-tumbuhan. Fungsi tanah begitu penting dan

BAB V PENUTUP A. Kesimpulan 1. Pelaksanaan pendaftaran peralihan hak atas tanah di Kabupaten Sukoharjo

RINGKASAN PERMOHONAN PERKARA

Lex Privatum, Vol.II/No. 3/Ags-Okt/2014

DAFTAR PUSTAKA. Amiruddin dan Zainal Asikin, 2004, Pengantar Metode Penelitian Hukum, Rajawali Press, Jakarta

BAB I PENDAHULUAN. Pelaku perkawinan campuran merasa dirugikan oleh sejumlah ketentuan

Transkripsi:

THE JUDICIAL REVIEW PROPERTY RIGHTS CITIZENS WHO MARRY FOREIGNERS IN INDONESIA BASED ON LAW NUMBER 5 OF 1960 ON THE BASIC REGULATION OF AGRARIAN Syarifa Yana Fakultas Hukum Universitas Riau Kepulauan Batam Indonesia Korespondensi: yana@fh.unrika.ac.id ABSTRAK Properti adalah dasar kebutuhan manusia yang memiliki peran yang sangat penting dalam kehidupan. Rumah dapat dimiliki oleh warga negara Indonesia dan orang asing yang berkedudukan di Indonesia. Perkawinan antara warga dengan orang asing meningkatkan kekhawatiran tentang kepemilikan properti dalam waktu meskipun pengaturan tersebut sudah dalam Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1960 tentang Peraturan Dasar Pokok Agraria. Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah warga negara hak Ulasan properti peradilan yang menikah dengan orang asing di Indonesia berdasarkan Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1960 tentang Peraturan Dasar kepastian Agraria dan hukum atas warga negara hak kepemilikan properti yang menikah dengan orang asing di Indonesia berdasarkan Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1960 tentang Peraturan Dasar Pokok Agraria. Metode penelitian terdiri dari penelitian hukum normatif yang mengkaji materi muatan dalam UU. Sumber data dalam bentuk data sekunder terdiri dari bahan hukum primer, sekunder dan tersier. Metode pengumpulan data yang digunakan adalah literatur. Data dianalisis secara kualitatif dan kemudian disajikan secara deskriptif. Pengaturan kepemilikan properti warga yang melakukan intermarriages di Indonesia adalah dasar hukum Pasal 21 ayat (3) UUPA. Namun, ada konflik artikel dalam UU, Pasal 21 ayat (3) dan Pasal 9. Kemudian, ada kontradiksi antara undang-undang Pasal 21 ayat (3) BAL dengan Pasal 28 H ayat (4) Undang-Undang Dasar Negara RI 1945. kepastian hukum pada masalah kepemilikan properti adalah untuk merevisi pasal dalam UUPA. Seharusnya, pemerintah dan masyarakat berperan aktif dalam menyelesaikan kepemilikan properti. Kata kunci: Properti Kepemilikan Hak, Warga Negara Indonesia, Warga Negara Asing, Perkawinan A. PENDAHULUAN Akhir-akhir ini masalah tentang kepemilikan properti menjadi hal yang sudah akrab terdengar apalagi dalam kaitannya dengan pengembang (developer). Properti yaitu harta berupa tanah dan bangunan serta sarana dan prasarana yang merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari tanah dan/atau bangunan yang dimaksudkan (tanah milik dan bangunan). Rumah dapat dimiliki oleh orang perorangan baik Warga Negara Indonesia (selanjutnya disebut dengan WNI) atau orang asing yang berkedudukan di Indonesia. WNI adalah orang-orang bangsa Indonesia asli dan orang-orang bangsa lain yang disahkan dengan undang-undang sebagai warga negara. Sebagai WNI, telah diberikan hak istimewa diantaranya hak kepemilikan properti (hak milik), hak memilih dalam PEMILU, dan hak-hak lainnya yang tidak dapat dimiliki oleh Warga Negara Asing (selanjutnya disebut dengan WNA). 152

WNA adalah warga negara lain yang menetap di Indonesia yang diakui oleh undang-undang sebagai WNA. Perkawinan antara WNI dengan WNA sekarang ini makin banyak terjadi di Indonesia. Perkawinan campuran adalah perkawinan antara dua orang yang ada di Indonesia tunduk pada hukum yang berlainan karena perbedaan kewarganegaraan dan salah satu pihak berkewarganegaraan Indonesia. Oleh karena berbeda kewarganegaraan, akan menimbulkan masalah dengan perjalanan perkawinan kedepannya. Masalah kewarganegaraan anak diatur dalam Pasal 6 ayat (1) Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2006 tentang Kewarganegaraan, sedangkan masalah properti, masih belum jelas pengaturannya walaupun dalam Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1960 tentang Peraturan Dasar Pokok-Pokok Agraria dan Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan sedikit banyak sudah menyinggung masalah perkawinan campuran. Hak kepemilikan properti bagi WNI yang menikah dengan WNA diatur dalam Pasal 21 ayat (3) Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1960 tentang Peraturan Dasar Pokok-Pokok Agraria, sedangkan harta bersama diatur dalam Pasal 35 ayat (1) Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan. B. RUMUSAN MASALAH Berdasarkan latar belakang tersebut, maka penulis membuat rumusan masalah sebagai berikut : 1. Bagaimana tinjauan yuridis hak kepemilikan properti WNI yang menikah dengan WNA di Indonesia berdasarkan Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1960 tentang Peraturan Dasar Pokok-Pokok Agraria? 2. Bagaimana kepastian hukum atas hak kepemilikan properti WNI yang menikah dengan WNA di Indonesia berdasarkan Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1960 tentang Peraturan Dasar Pokok-Pokok Agraria? 153

C. METODE PENELITIAN Metode penelitian yang dilakukan terdiri dari jenis penelitian hukum normatif yaitu mengkaji muatan materi dalam Undang-Undang. Sumber data berupa data sekunder yang terdiri dari bahan hukum primer, sekunder dan tersier. Metode pengumpulan data yang digunakan yaitu studi pustaka. Analisis data dilakukan secara kualitatif kemudian disajikan secara deskriptif. D. PEMBAHASAN 1. Tinjauan Yuridis Hak Kepemilikan Properti WNI Yang Menikah Dengan WNA Di Indonesia Berdasarkan Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1960 Tentang Peraturan Dasar Pokok-Pokok Agraria Pengaturan hak kepemilikan di Indonesia ada pada Pasal 28 H ayat (4) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 bahwa setiap WNI berhak mempunyai hak milik pribadi dan hak tersebut tidak boleh diambil secara sewenang-wenang oleh siapapun juga, bagi WNI yang masih berkewarganegaraan Indonesia dan tinggal di Indonesia masih berhak secara penuh atas hak milik di Indonesia. Hak Kepemilikan Properti bagi WNI yang menikah dengan WNA di Indonesia dasar hukumnya ada pada Pasal 21 ayat (3) Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1960 tentang Peraturan Dasar Pokok-Pokok Agraria. Dari isi pasal tersebut diketahui bahwa WNI yang melakukan perkawinan campuran di Indonesia kepemilikan hartanya menjadi harta bersama karena percampuran harta akibat perkawinan, sehingga WNI tersebut harus melepaskan hak kepemilikannya dalam jangka waktu satu tahun sejak perkawinan, jika tidak maka hak kepemilikannya akan hapus dan tanahnya akan menjadi milik negara. Selanjutnya untuk status kewarganegaraan dari WNI yang melakukan perkawinan campuran seperti terdapat dalam Pasal 26 Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2006 tentang Kewarganegaraan Dari pasal ini dapat diketahui bahwa perempuan WNI yang menikah dengan WNA ataupun sebaliknya, kehilangan kewarganegaraan WNI-nya apabila menurut hukum negara sang suami atau sang istri, kewarganegaraan yang dimiliki mengikuti kewarganegaraan pasangannya. Akan tetapi jika sang WNI tersebut tetap ingin berkewarganegaraan Indonesia, dapat mengajukan surat pernyataan sehingga status kewarganegaraannya tetap sama, yaitu WNI. 154

Masalah yang timbul dalam perkawinan campuran sudah banyak dibahas dalam bentuk Penelitian maupun tesis. Buku-buku, teks dari para ahli hukum, serta artikel-artikel ilmiah terkait masalah properti dalam perkawinan campuran juga menjadi referensi yang sangat penting sebagai acuan dalam menganalisis tinjauan yuridis tentang kepemilikan properti oleh WNI yang menikah dengan WNA di Indonesia. Selanjutnya, situs di internet pun banyak yang membahas tentang kepemilikan properti oleh WNI pelaku perkawinan campuran. Masalah yang menjadi pokok bahasan yaitu tentang status WNI yang masih melekat padanya tetapi tidak dapat menggunakan haknya untuk memiliki hunian dengan status HM maupun HGB. Terjadi pertentangan pasal dalam UUPA yang mana di Pasal 21 ayat (3) dengan Pasal 9 tentang prinsip nasionalitas yang berarti selama ia masih menjadi WNI, maka ia berhak sepenuhnya atas properti yang ada di Indonesia. Selain itu juga telah terjadi pertentangan peraturan antara UUPA dengan UUD 1945, dimana dalam Pasal 21 ayat (3) UUPA dinyatakan bahwa WNI pelaku perkawinan campuran tidak dapat memiliki properti di Indonesia karena terhalang ketentuan perjanjian pranikah dan ketentuan harta bersama. Sementara dalam pasal 28 H ayat (4) UUD 1945 jelas dinyatakan bahwa setiap WNI mempunyai hak penuh atas kepemilikan properti dengan status HM maupun HGB di Indonesia. WNI yang melakukan perkawinan campuran dengan WNA dapat memiliki properti dengan status Hak pakai (HP) seperti terdapat dalam Pasal 42 UUPA. Jika WNI setuju dengan pasal dalam UUPA tersebut, berarti secara hukum dia menerima ketentuan bahwa haknya sebagai WNI telah hilang karena perkawinan campuran. Walaupun masih dapat memiliki properti dengan status Hak Pakai (HP), akan tetapi hak pakai tersebut memiliki batasan. a. Kepastian Hukum Atas Hak Kepemilikan Properti WNI Yang Menikah Dengan WNA Di Indonesia Berdasarkan Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1960 Tentang Peraturan Dasar Pokok-Pokok Agraria Dari pembahasan ini terlihat bahwa terjadi pertentangan pengaturan perundang-undangan antara UUPA dengan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945. Dalam hierarki peraturan perundang-undangan terdapat asas lex superior derogat legi inferiori yaitu asas mana peraturan yang lebih tinggi akan melumpuhkan peraturan yang lebih rendah. Jadi jika 155

ada suatu peraturan yang lebih rendah bertentangan dengan peraturan yang lebih tinggi, maka yang digunakan adalah peraturan yang lebih tinggi tersebut. Berdasarkan Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-undangan, jenis dan hierarki peraturan perundang-undangan Republik Indonesia adalah sebagai berikut : 1) UUD Negara Republik Indonesia Tahun 1945; 2) Ketetapan MPR; 3) UU/Perppu; 4) Peraturan Pemerintah; 5) Peraturan Presiden; 6) Peraturan Daerah Provinsi; 7) Peraturan Daerah Kabupaten/Kota. Dalam hal ini, UUPA bertentangan dengan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945. Maka yang digunakan adalah Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 karena merupakan peraturan yang lebih tinggi hierarkinya dibanding UUPA. Kepastian hukum untuk menangani permasalahan properti berupa pengujian materiil kepada Mahkamah Konstitusi (MK) terkait Undang-Undang yang menjadi dasar pelaksanannya. Salah satu contoh kasus kepemilikan properti yaitu perkara Ike Farida, seorang WNI yang menikah secara sah dengan WNA berkewarganegaraan Jepang di KUA Kecamatan Makassar, Jakarta Timur dan dilaporkan di Kantor Catatan Sipil DKI Jakarta. Selama perkawinan campuran ini, Ike tidak pernah melepaskan status kewarganegaraannya, tetap memilih WNI, dan tetap tinggal di Indonesia. Ketika melakukan perjanjian pembelian rumah susun di Jakarta, akad pembelian dibatalkan sepihak oleh pengembang (developer) dengan dalih suaminya WNA dan tidak memiliki perjanjian perkawinan sebelumnya. Padahal, Pemohon telah membayar lunas rumah susun tersebut. Pengembang berdalih sesuai Pasal 36 ayat (1) UUPA dan Pasal 35 ayat 156

(1) UU Perkawinan, seorang perempuan WNI yang menikah dengan WNA dilarang membeli rumah dengan status HGB, sehingga pengembang membatalkan perjanjian jual beli rumah susun ini. Kepastian hukum yang dapat dilakukan dengan merevisi UUPA. Tujuan dari revisi adalah supaya WNI yang menikah dengan WNA tetap terlindungi haknya untuk memiliki properti di Indonesia dengan status HM maupun HGB. Bentuk revisi yang dapat dilakukan yaitu dengan cara penafsiran terhadap kata WNI pada Pasal 21 UUPA dan dikeluarkannya HM dan HGB dari ketentuan harta bersama bagi WNI pelaku perkawinan campuran. Kata WNI dalam pasal 21 didalam penjelasan atas UUPA ditafsirkan sebagai WNI tanpa terkecuali, baik itu WNI yang tidak kawin, kawin dengan sesama WNI ataupun yang kawin dengan WNA. Dikeluarkannya Hak Milik dan Hak Guna Bangunan dari harta bersama adalah agar tidak berpindahnya kepemilikan property WNI ke pihak asing. Kemudian dalam hal sertifikat kepemilikan, harus atas nama WNI. Sehingga pasangannya (WNA) tidak dapat turut campur terkait kepemilikan properti dan segala hal yang berhubungan dengan itu. Termasuk juga pengawasan yang diperketat (dalam hal ini oleh Badan Pertanahan Nasional) jika terjadi peristiwa hukum yang menyebabkan HM dan HGB jatuh ke tangan WNA agar WNI pelaku perkawinan campuran tidak dirugikan. D. KESIMPULAN 1. Tinjauan yuridis hak kepemilikan properti WNI yang menikah dengan WNA di Indonesia berdasarkan Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1960 tentang Peraturan Dasar Pokok-Pokok Agraria adalah sebagai berikut : Pengaturan hak kepemilikan properti bagi WNI pelaku perkawinan campuran di Indonesia ada pada Pasal 21 ayat (3) UUPA. Akan tetapi, terjadi pertentangan pasal dalam UUPA. Pasal 21 ayat (3) pada intinya menyatakan bahwa WNI pelaku perkawinan campuran tidak dapat memiliki properti dengan status Hak Milik maupun Hak Guna Bangunan di Indonesia akibat ketentuan dari harta bersama. Sedangkan dalam Pasal 9 pada pokoknya mengatur tentang prinsip nasionalitas yang mana selama masih menjadi WNI, maka ia berhak sepenuhnya atas properti yang ada di Indonesia. 157

Kemudian, juga terjadi pertentangan peraturan perundang-undangan antara UUPA dengan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 tentang hak kepemilikan properti bagi WNI pelaku perkawinan campuran. Pasal 21 ayat (3) UUPA pada intinya menyatakan bahwa WNI pelaku perkawinan campuran tidak dapat memiliki properti dengan status HM maupun HGB di Indonesia akibat ketentuan dari harta bersama. Sedangkan dalam Pasal 28 H ayat (4) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 menyatakan bahwa selama ia masih menjadi WNI, maka ia masih berhak atas properti dengan status HM maupun HGB. Kepastian hukum atas hak kepemilikan properti WNI yang menikah dengan WNA di Indonesia berdasarkan Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1960 tentang Peraturan Dasar Pokok-Pokok Agraria yaitu dengan merevisi UUPA dengan cara : 1. Penafsiran terhadap kata WNI pada Pasal 21 UUPA dalam penjelasan atas UUPA, ditafsirkan sebagai WNI tanpa terkecuali, baik itu WNI yang tidak kawin, kawin dengan sesama WNI ataupun yang kawin dengan WNA. 2. Hak Milik dan Hak Guna Bangunan dikeluarkan dari ketentuan harta bersama dalam perkawinan campuran agar kepemilikan properti WNI tidak berpindah ke pihak asing dengan syarat adanya pengawasan yang diperketat oleh pihak terkait (BPN). DAFTAR PUSTAKA A. Buku : Echols, John M. dan Hasan Sadhily, Kamus Inggris Indonesia, cet-3, Jakarta: Gramedia, 1984. Fakultas Hukum Universitas Riau Kepulauan, Pedoman dan Tata Cara Penulisan Penelitian, Batam, 2013. Harsono, Boedi. Hukum Agraria Indonesia: Sejarah Pembentukan Undang-Undang Pokok Agraria, isi dan Pelaksanaannya, Ed.rev.,cet.12, Jakarta: Djambatan, 2008. Harahap, M Yahya. Kedudukan Janda, Duda dan Anak Angkat dalam Hukum Adat, Bandung: Citra Aditya Bakti, 1993. HS, Salim. Pengantar Hukum Perdata Tertulis (BW), cet-4, Jakarta: Sinar Grafika, 2006. Ismuha, Pencarian Harta Bersama Suami Istri, Jakarta: Bulan Bintang, 1965. Keraf, Sony. Hukum Kodrat & Teori Hak Milik Pribadi, Yogyakarta: Kanisius, 1997. Locke, John. Two Treatises of Civil Government, London: J.M. Dent & Sons Ltd, edited and introduced by Peter Laslett, 1988. Muhammad, Abdulkadir. Hukum dan Penelitian Hukum, Bandung: Citra Aditya Bakti, 2004. 158

Nuroniyah, Wasmandan Wardah. Hukum Perkawinan Islam di Indonesia, Yogyakarta: Teras, 2011. Parlindungan, A.P. Komentar atas Undang-undang Perumahan dan Permukiman & Undangundang rumah Susun, Bandung: Mandar Maju, 1997. 1993, Komentar Atas Undang-Undang Pokok Agraria, Bandung: Mandar Maju, Santoso, Urip. Hukum Perumahan, Jakarta: Kencana Prenadamedia Group, 2014. Satrio, J. Hukum Harta Perkawinan, Bandung: Citra Aditya Bakti, 1993. Schrems, John. Understanding Principles of Politics and the State, PageFree Publishing, 2004. Situmorang, Victor M. Aspek Hukum Akta Catatan Sipil di Indonesia, ed.1, cet-2, Jakarta: Sinar Grafika, 1996. Subekti, Pokok-Pokok Hukum Perdata, cet-31, Jakarta: Intermasa, 2003. Sunggono, Bambang. Metodologi Penelitian Hukum, Jakarta: Rajawali Pers, 2013. Supriadi, Hukum Agraria, ed.1, cet.2, Jakarta: Sinar Grafika, 2008. Tutik, Titik Triwulan. Pengantar Hukum Perdata di Indonesia, Jakarta: Prestasi Pustaka Publisher, 2006. 159