BAB IV ALTERASI HIDROTERMAL. 4.1 Teori Dasar

dokumen-dokumen yang mirip
Bab III Karakteristik Alterasi Hidrotermal

BAB III ALTERASI HIDROTERMAL BAWAH PERMUKAAN

BAB IV UBAHAN HIDROTERMAL

(25-50%) terubah tetapi tekstur asalnya masih ada.

III.4.1 Kuarsa sekunder dan kalsedon

Bab IV Sistem Panas Bumi

BAB IV ALTERASI HIDROTERMAL

BAB V KIMIA AIR. 5.1 Tinjauan Umum

Studi Alterasi Hidrotermal dan Kimia Air Pada Sumur WW-2, WF-2,WA-3, dan WJ di Lapangan Panasbumi Wayang Windu Bagian Selatan, Pangalengan, Jawa Barat

BAB III LANDASAN TEORI

BAB 4 ALTERASI HIDROTERMAL

BAB IV UBAHAN HIDROTERMAL DAERAH PENELITIAN

BAB III ALTERASI HIDROTERMAL

Bab I Pendahuluan. I.1 Latar Belakang

LABORATORIUM GEOLOGI OPTIK DEPARTEMEN TEKNIK GEOLOGI FAKULTAS TEKNIK - UNIVERSITAS GADJAH MADA

STUDI UBAHAN HIDROTERMAL

BAB V ALTERASI PERMUKAAN DAERAH PENELITIAN


BAB IV ANALISIS ASPEK PANASBUMI

BAB III ALTERASI HIDROTHERMAL

BAB VI PEMBAHASAN DAN DISKUSI

BAB VI DISKUSI. Dewi Prihatini ( ) 46

ESTIMASI TEMPERATUR BAWAH PERMUKAAN BERDASARKAN KEHADIRAN

STUDI ALTERASI DAN MINERALISASI DAERAH TAMBAKASRI DAN SEKITARNYA, KECAMATAN SUMBERMANJING WETAN KABUPATEN MALANG, PROVINSI JAWA TIMUR

KARAKTERISTIK ALTERASI BAWAH PERMUKAAN SUMUR RA WILAYAH KERJA PANASBUMI WAYANG WINDU, PANGALENGAN, JAWAB BARAT

ZONA ALTERASI HIDROTERMAL PADA SUMUR PENELITIAN "VY 2", LAPANGAN KAMOJANG, JAWA BARAT, INDONESIA

BAB V PENGOLAHAN DATA

KARAKTERISASI MINERALOGI PETUNJUK TERMPERATUR PADA SUMUR VN LAPANGAN WAYANG WINDU, PANGALENGAN, JAWA BARAT

KARAKTERISTIK ALTERASI BAWAH PERMUKAAN PADA SUMUR WWT-1, WWD-2 DAN WWQ-5 DI LAPANGAN PANAS BUMI WAYANG WINDU, PANGALENGAN, JAWA BARAT TESIS

BAB III ALTERASI HIDROTHERMAL

SURVEI LANDAIAN SUHU DAERAH PANAS BUMI SUMANI. Yuanno Rezky, Robertus S. L. Simarmata Kelompok Penyelidikan Panas Bumi ABSTRAK

BAB V MINERALISASI Mineralisasi di daerah Sontang Tengah

BAB IV ALTERASI HIDROTERMAL DAN MINERALISASI DAERAH PENELITIAN

ALTERASI HIDROTERMAL PADA LAPANGAN PANAS BUMI DAERAH GUNUNG RINGGIT, PROVINSI SUMATERA SELATAN

BAB II TATANAN GEOLOGI

Gambar 2.8. Model tiga dimensi (3D) stratigrafi daerah penelitian (pandangan menghadap arah barat laut).

BAB II TATANAN GEOLOGI

I. ALTERASI HIDROTERMAL

BAB I PENDAHULUAN. pembentuk tanah yang intensif adalah proses alterasi pada daerah panasbumi.

BAB I PENDAHULUAN. Ellis and Mahon (1977) menjelaskan bahwa energi panas bumi merupakan

BAB II TATANAN GEOLOGI

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

GEOLOGI, ALTERASI HIDROTERMAL DAN MINERALISASI DAERAH CIURUG DAN SEKITARNYA, KECAMATAN NANGGUNG, KABUPATEN BOGOR, PROVINSI JAWA BARAT

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Dalam sub bab ini akan dibahas mengenai geologi regional daerah

STUDI ALTERASI HIDROTERMAL BAWAH PERMUKAAN DI LAPANGAN PANAS BUMI BETA, AMBON DENGAN METODE PETROGRAFI

BAB 4 PENENTUAN POTENSI PANAS BUMI

BAB IV PENENTUAN POTENSI PANAS BUMI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

STUDI ALTERASI HIDROTERMAL BAWAH PERMUKAAN LAPANGAN PANAS BUMI BETA, AMBON DENGAN METODE X- RAY DIFFRACTION (XRD)

HALAMAN PENGESAHAN...

Bateman (1956) dalam buku The Formation Mineral Deposits pengertian mineral bijih adalah mineral yang mengandung satu atau lebih jenis logam dan

BAB I PENDAHULUAN I.1.

BAB II TATANAN GEOLOGI

BAB IV MINERALISASI DAN PARAGENESA

STUDI ALTERASI DAN MINERALISASI EMAS BERDASARKAN ANALISIS PETROGRAFI CONTO INTI PEMBORAN DAERAH ARINEM, KABUPATEN GARUT, JAWA BARAT

Ciri Litologi

A B C D E A B C D E. A B C D E A B C D E // - Nikol X Nikol mm P mm

Metamorfisme dan Lingkungan Pengendapan

SURVEI LANDAIAN SUHU SUMUR WSL-2. Robertus S.L. Simarmata, Arif Munandar Kelompok Penyelidikan Panas Bumi

BAB IV KARAKTERISTIK AIR PANAS DI DAERAH TANGKUBAN PARAHU BAGIAN SELATAN, JAWA BARAT

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian

SURVEI LANDAIAN SUHU SUMUR WSL-1. Robertus S.L. Simarmata, Arif Munandar Kelompok Penyelidikan Panas Bumi

BAB 3 PENGOLAHAN DAN INTERPRETASI DATA

BAB I PENDAHULUAN. dan perekonomian. Data Kementerian ESDM (2014) menyatakan bahwa

Bab I Pendahuluan I.1 Latar Belakang

DAFTAR ISI. HALAMAN JUDUL... i. HALAMAN PENGESAHAN... ii. KATA PENGANTAR... iii. DAFTAR ISI... iv. DAFTAR GAMBAR... vi. DAFTAR TABEL...

GEOLOGI DAN STUDI ASPEK PANASBUMI SUMUR KMJ-X AREA PANASBUMI KAMOJANG, KABUPATEN BANDUNG, JAWABARAT

GEOLOGI DAN UBAHAN HIDROTERMAL SUMUR DANGKAL SWW-2 LAPANGAN PANAS BUMI SUWAWA, BONEBOLANGO - GORONTALO. Oleh : Fredy Nanlohi

BAB IV PROSPEK MINERAL LOGAM DI DAERAH PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

SKRIPSI DWI RACHMAWATI NIM :

BAB IV SISTEM PANAS BUMI DAN GEOKIMIA AIR

SURVEI LANDAIAN SUHU SUMUR KDD-1 DAERAH PANAS BUMI KADIDIA KABUPATEN SIGI, PROVINSI SULAWESI TENGAH

Bab III Teori Dasar. III.1 Sistem Panas Bumi

SURVEI LANDAIAN SUHU SUMUR CBD-1 DAERAH PANAS BUMI CUBADAK KABUPATEN PASAMAN, PROVINSI SUMATERA BARAT

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

Zona Alterasi Berdasarkan Data Bor Daerah Arinem, Kecamatan Pakenjeng, Kabupaten Garut, Provinsi Jawa Barat

ALTERASI LAPANGAN SARIDI, KABUPATEN DOMPU

KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI UNIVERSITAS GADJAH MADA FAKULTAS TEKNIK JURUSAN TEKNIK GEOLOGI KARYA REFERAT

GEOLOGI DAN UBAHAN HIDROTERMAL SUMUR EKSPLORASI SR-1 LAPANGAN PANAS BUMI SOKORIA-MUTUBUSA, ENDE, NUSA TENGGARA TIMUR

BAB IV TEORI DASAR DAN METODE ANALISIS

II.3. Struktur Geologi Regional II.4. Mineralisasi Regional... 25

BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang

GEOLOGI DAN STUDI UBAHAN HIDROTERMAL DAERAH BATU HIJAU, KABUPATEN SUMBAWA, NUSA TENGGARA BARAT

V.2.4. Kesetimbangan Ion BAB VI. PEMBAHASAN VI.1. Jenis Fluida dan Posisi Manifestasi pada Sistem Panas Bumi VI.2.

DAFTAR ISI. ABSTRAK... i. ABSTRACT... ii. KATA PENGANTAR... iii. DAFTAR ISI... v. DAFTAR TABEL... x. DAFTAR GAMBAR... xii. DAFTAR LEMBAR PETA...

Citra LANDSAT Semarang

BAB I PENDAHULUAN. berada di Selogiri, Wonogiri yaitu prospek Randu Kuning. Mineralisasi emas

3.2. Mineralogi Bijih dan Gangue Endapan Mineral Tekstur Endapan Epitermal Karakteristik Endapan Epitermal Sulfidasi Rendah...

Gambar 3.13 Singkapan dari Satuan Lava Andesit Gunung Pagerkandang (lokasi dlk-13, foto menghadap ke arah barat )

I.1 Latar Belakang Masalah I.4 Lokasi Daerah Penelitian I.6 Penelitian Terdahulu dan Keaslian Penelitian... 4

ALBUM PETROGRAFI BATUAN METAMORF MARMER

Potensi Panas Bumi Berdasarkan Metoda Geokimia Dan Geofisika Daerah Danau Ranau, Lampung Sumatera Selatan BAB I PENDAHULUAN

Bab I. Pendahuluan BAB I PENDAHULUAN

BAB III PENGOLAHAN DAN INTERPRETASI DATA

SKRIPSI. Oleh : ARIE OCTAVIANUS RAHEL NIM

PEMBORAN SUMUR LANDAIAN SUHU MM-2, LAPANGAN PANAS BUMI MARANA, KABUPATEN DONGGALA, SULAWESI TENGAH. Oleh : Fredy Nanlohi, Z. Boegis, Dikdik R.

KATA PENGANTAR. Yogyakarta, 20 Desember Penyusun III

BAB I PENDAHULUAN. Lamongan dan di sebelah barat Gunung Argapura. Secara administratif, Ranu Segaran masuk

Transkripsi:

BAB IV ALTERASI HIDROTERMAL. Teori Dasar Alterasi hidrotermal adalah suatu proses yang terjadi akibat adanya interaksi antara fluida hidrotermal dengan batuan samping yang dilaluinya, sehingga membentuk deretan mineral hidrotermal tertentu pada kondisi fisika dan kimia tertentu pula (Browne, ). Menurut Browne (), dua proses utama pembentukan alterasi hidrotermal adalah sebagai berikut: a. Pengendapan mineral langsung (direct deposition) dari larutannya yang mengisi urat atau rongga. b. Penggantian (replacement) terhadap mineral primer yang tidak stabil pada lingkungan panasbumi dan kemudian terbentuklah mineral sekunder yang lebih stabil pada kondisi baru. Faktor utama yang mempengaruhi alterasi hidrotermal (Browne, ), yaitu: a. Temperatur b. Sifat kimia fluida hidrotermal c. Konsentrasi fluida hidrotermal d. Komposisi batuan samping e. Durasi aktivitas hidrotermal f. Permeabilitas

Corbett dan Leach () membagi zona ubahan berdasarkan kumpulan dan asosiasi mineral ubahan yang muncul pada kondisi kesetimbangan yang sama dan derajat ph (gambar ). Zona alterasi yang terbentuk adalah sebagai berikut: a. Argilik Lanjut (Advanced Argillic) Terdiri dari fasa mineral pada kondisi ph rendah, yang dicirikan oleh kehadiran mineral alunit, diaspor, dan pirofilit. b. Argilik (Argillic) Terdiri dari kumpulan mineral alterasi dengan ph lebih tinggi dibandingkan dengan ph zona alterasi argilik lanjut dan memiliki temperatur yang rendah (<0 o C). Zona ubahan ini didominasi oleh kaolinit, smektit, dan interlayer ilit-smektit. c. Filik (Phyllic) Zona alterasi ini terbentuk pada ph yang hampir sama dengan ph zona alterasi argilik dan memiliki temperatur yang sedang-tinggi (00-00 o C). Dicirikan oleh kehadiran mineral serisit atau muskovit. d. Propilitik (Propylitic) Zona ini terbentuk pada ph mendekati netral dengan temperatur tinggi (00-00 o C) yang dicirikan oleh kehadiran mineral epidot. Pada temperatur yang relatif lebih rendah dicirikan oleh ketidakhadiran mineral epidot biasanya dikenal sebagai zona subporfiritik. e. Potasik (Potassic) Zona alterasi ini terbentuk pada temperatur tinggi (>00 o C) dengan ph netral. Dicirikan oleh kehadiran mineral biotit, K-feldspar, kuarsa, dan magnetit.

Gambar. Himpunan Mineral Sekunder (Corbett dan Leach, ).

. Analisa Alterasi Hidrotermal Penentuan zona alterasi hidrotermal di daerah penelitian dilakukan dengan menggunakan dua analisa, yaitu: analisa petrografi dan analisa XRD (X-Ray Diffraction)... Analisa Petrografi Analisa ini dilakukan untuk mengidentifikasi total mineral teralterasi dan kehadiran mineral sekunder yang menjadi penciri zona alterasi tertentu pada sampel keratan batuan yang diambil pada sumur WW-, sampel keratan batuan yang diambil pada sumur WF-, sampel keratan batuan yang diambil pada sumur WA-, dan sampel inti bor yang diambil pada sumur WJ (lampiran A dan B)... Analisa XRD (X-Ray Diffaction) Analisa ini dilakukan pada sampel inti bor sumur WJ (tabel dan lampiran C). Tabel. Hasil Analisa XRD (X-Ray Diffraction) Pada Bulk Sample. Sumur Kedalaman (m) Kehadiran Mineral Berdasarkan Analisa XRD (X-Ray Diffraction) WJ 0, Kuarsa, Albit, Magnetit, Smektit,-0, Kuarsa, Magnetit, Smektit, Albit, Pirit -, Kuarsa, Magnetit, Albit, Klorit,-0, Kuarsa, Albit, Smektit, Magnetit, Pirit -, Kuarsa, Albit, Kalsit, Smektit, Ilit,-, Kuarsa, Smektit, Albit, Magnetit, Pirit,-, Kuarsa, Albit, Magnetit 0,-0, Kuarsa, Albit, Smektit, Ilit, Kristobalit

Berdasarkan hasil analisa XRD (X-Ray Diffraction) pada sumur WJ maka terdapat mineral primer berupa albit. Mineral sekunder berupa kuarsa, smektit, klorit, kalsit, ilit, kristobalit, pirit dan magnetit. Jadi, pada sumur WJ terdapat mineral lempung berupa klorit, smektit, dan ilit.. Zona Alterasi Hidrotermal di Daerah Penelitian Berdasarkan analisa petrografi maka terdapat tiga zona alterasi hidrotermal di daerah penelitian (gambar dan ). Pengelompokan zona alterasi ini dilakukan berdasarkan kehadiran himpunan mineral sekunder yang mengacu pada klasifikasi Corbett dan Leach (), yaitu: a. Zona Kuarsa-Mineral lempung (Kaolinit) b. Zona Kuarsa-Klorit-Kalsit±Anhidrit-Mineral lempung (Smektit) c. Zona Kuarsa±Wairakit-Epidot-Klorit-Kalsit±Anhidrit±Prehnit-Mineral lempung (Ilit).. Zona Kuarsa-Mineral lempung (Kaolinit) Zona ini hadir pada interval kedalaman - m (gambar ) sebagai ubahan dari Satuan Tuf Litik dan Satuan Breksi Piroklastik. Zona ini dicirikan oleh kehadiran mineral lempung yang diduga adalah kaolinit dalam jumlah yang melimpah serta mikrokristalin kuarsa (gambar ). Mineral lempung hadir melimpah menggantikan matriks sedangkan kuarsa hadir menggantikan butiran dan mengisi rongga.

Gambar. Penampang Zona Alterasi Daerah Penelitian.

Gambar. Penampang Korelasi Zona Alterasi Daerah Penelitian.

A A 0 0, mm 0 0 0 XPL PPL XPL // - Nicol X - Nicol Gambar. Foto sayatan tipis zona alterasi kuarsa-mineral lempung pada sumur WW- di kedalaman - m. Kuarsa (H-) dan mineral lempung yang diduga adalah kaolinit (J-). Gambar. Perajahan Mineral Zona Alterasi Kuarsa-Mineral lempung atau Argilik (Browne, ). Mengacu pada Corbett dan Leach () dan asosiasi kehadiran kuarsa dan kaolinit maka zona ini sebanding dengan zona alterasi argilik yang terbentuk pada ph yang asam dengan temperatur berdasarkan hasil perajahan mineral antara 0-0 o C (gambar ).

.. Zona Kuarsa-Klorit-Kalsit±Anhidrit-Mineral lempung (Smektit) Zona ini hadir pada interval kedalaman - m sebagai ubahan dari Satuan Andesit, Satuan Breksi Piroklastik, dan Satuan Tuf Litik. Mineral sekunder berupa kuarsa, klorit, kalsit, dan mineral lempung hadir pada setiap kedalaman. Sedangkan anhidrit (gambar ) hadir pada sumur WW- pada kedalaman - m, 00-0 m, - m, - m. Pada sumur WF- anhidrit hadir pada kedalaman m, m, m, dan m. Pada sumur WA- anhidrit hanya hadir pada kedalaman 0-00 m (gambar ). Berdasarkan analisa XRD (X- Ray Diffraction) yang dilakukan pada sampel inti bor sumur WJ pada kedalaman 0, m maka dapat diketahui bahwa mineral lempung pada zona ini adalah smektit. A A 0 0 0 0 XPL PPL // - Nicol XPL X - Nicol A A 0 0, mm 0 0 0 XPL PPL XPL Gambar. Foto sayatan tipis zona alterasi kuarsa-klorit-kalsit±anhidrit-mineral lempung pada sumur WW- di kedalaman - m. Kuarsa (H- atas), klorit (D- atas), anhidrit (H- bawah). 0

Gambar 0. Perajahan Mineral Zona Alterasi Kuarsa-Klorit-Kalsit±Anhidrit-Mineral lempung atau Subpropilitik (Browne, ). Berdasarkan Corbett dan Leach () dan kehadiran asosiasi mineral kuarsa, klorit, kalsit, anhidrit, dan smektit maka zona ini dapat disebandingkan dengan zona subpropilitik yang terbentuk pada kondisi ph netral dan kisaran temperatur berdasarkan hasil perajahan mineral antara 0-0 o C (gambar 0)... Zona Kuarsa±Wairakit-Epidot-Klorit-Kalsit±Anhidrit±Prehnit-Mineral lempung (Ilit) Zona ini hadir pada interval kedalaman antara 0- m sebagai ubahan dari Satuan Andesit. Kuarsa, klorit, kalsit, epidot dan mineral lempung yang diduga adalah ilit hadir pada setiap kedalaman. Sedangkan wairakit hanya hadir pada sumur WA- di kedalaman 0- m dan 00-0 m. Prehnit hadir pada sumur WW- di kedalaman - m, - m, dan - m. Sedangkan pada sumur WF- prehnit hadir hanya di kedalaman m. Anhidrit

hadir pada sumur WW- di kedalaman - m dan - m. Pada sumur WF- anhidrit hadir di kedalaman m serta pada sumur WA- di kedalaman 0- m, 00-0 m, 00-0 m, dan 0- m (gambar ). Pada sumur WA- di kedalaman 0-m dan 00-0 m terdapat mineral wairakit yang dipotong oleh mineral epidot. Hal ini menunjukkan bahwa terjadi peningkatan temperatur dari 00 o C, saat wairakit terbentuk, menjadi 0 o C, saat epidot terbentuk, di zona ini (gambar ). A A 0 0, mm 0 0 0 XPL PPL XPL // - Nicol X - Nicol Gambar. Foto sayatan tipis zona alterasi kuarsa±wairakit-epidot-klorit-kalsit±anhidrit±prehnit-mineral lempung pada sumur WA- di kedalaman 0- m. Wairakit (G- dan K-), epidot (I-), klorit (G-), mineral lempung yang diduga adalah ilit (B-). Berdasarkan Corbett dan Leach () dan kehadiran asosiasi mineral kuarsa, wairakit, epidot, klorit, kalsit, anhidrit, prehnit, dan ilit maka zona ini dapat disebandingkan dengan zona propilitik yang terbentuk pada kondisi ph netral dan kisaran temperatur berdasarkan hasil perajahan mineral antara 0-0 o C (gambar ).

Gambar. Perajahan Mineral Zona Alterasi Kuarsa±Wairakit-Epidot-Klorit-Kalsit±Anhidrit±Prehnit-Mineral lempung atau Propilitik (Browne, ).. Korelasi Zona Alterasi Berdasarkan analisa petrografi maka dilakukan korelasi zona alterasi hidrotermal yang dilakukan pada sumur WW-, WF-, WA-, dan WJ. Terdapat tiga zona alterasi hidrotermal di daerah penelitian, yaitu: zona alterasi argilik, subpropilitik, dan propilitik (gambar ).

. Sistem Panasbumi Terdapat beberapa persyaratan dalam pembentukan sistem panasbumi (Gupta, H., dkk, 00), yaitu: a. Adanya sumber panas berupa magma atau sisa panas dari batuan terobosan. b. Adanya batuan reservoir yang menyimpan fluida panasbumi. c. Adanya batuan penudung (caprock) sebagai penahan uap air agar panas tidak keluar. Berdasarkan beberapa persyaratan terbentuknya sistem panasbumi, maka di daerah penelitian terdapat tiga zona berdasarkan kehadiran mineral sekunder sebagai indikator tipe alterasi hidrotermal, yaitu: zona penudung (caprock), zona transisi, dan zona reservoir... Zona Penudung (caprock) Pada sistem panasbumi, batuan penudung terdiri dari lapisan batuan yang impermeabel dan memiliki kemampuan untuk menahan uap panas di dalam reservoir (Gupta, H., dkk, 00). Pada zona ini dibutuhkan lapisan batuan yang didominasi oleh mineral lempung. Di Lapangan Wayang Windu bagian selatan, zona penudung (caprock) disebandingkan dengan zona alterasi argilik yang berada pada kedalaman - m dengan kisaran temperatur antara 0-0 o C... Zona Transisi Pada sistem panasbumi, zona transisi umumnya dicirikan oleh kehadiran mineral anhidrit dan kalsit. Zona ini disebandingkan dengan zona alterasi subpropilitik. Terdapat pada kedalaman - m. Memiliki kisaran temperatur antara 0-0 o C.

.. Zona Reservoir Pada sistem panasbumi, zona ini merupakan tempat tersimpannya fluida panasbumi dan dijadikan sebagai target pengeboran panasbumi yang dicirikan oleh kehadiran epidot pertama kali. Di daerah penelitian, zona reservoir disebandingkan dengan zona alterasi propilitik yang terbentuk pada temperatur antara 0-0 o C. Temperatur reservoir di daerah penelitian berdasarkan geotermometer mineral yang dihasilkan dari perajahan mineral adalah 0-0 o C yang terdapat pada kedalaman lebih dari 0 m.. Perubahan Fluida Hidrotermal Studi terhadap kehadiran himpunan mineral hidrotermal berdasarkan analisa petrografi yang di lakukan di daerah penelitian menunjukkan adanya perbedaan sifat kimia dan temperatur fluida hidrotermal. Perbedaan sifat kimia dan temperatur fluida hidrotermal tersebut dicirikan oleh adanya perbedaan zona alterasi yang terbentuk di daerah penelitian, yaitu: zona alterasi argilik, subpropilitik, dan propilitik. Berdasarkan hasil perajahan temperatur pada zona alterasi kuarsa-mineral lempung (kaolinit), kuarsa-klorit-kalsit±anhidrit-mineral lempung (smektit), dan kuarsa±wairakit-epidot-kloritkalsit±anhidrit±prehnit-mineral lempung (ilit), maka dapat diketahui bahwa fluida hidrotermal telah mengalami perubahan saat mengalir naik ke permukaan. Pada mulanya fluida hidrotermal memiliki ph netral dan temperatur antara 0-0 o C yang mengubah Satuan Andesit pada kedalaman 0- m sehingga membentuk zona alterasi kuarsa±wairakit-epidot-klorit-kalsit±anhidrit±prehnit-mineral lempung (ilit) atau yang disebandingkan dengan zona propilitik. Akibat adanya perubahan densitas, maka fluida hidrotermal tersebut naik menuju kedalaman - m. Di kedalaman ini fluida hidrotermal ber-ph netral tersebut mengalami penurunan temperatur menjadi 0-0 o C, dan berinteraksi dengan Satuan Andesit, Satuan Tuf Litik, dan Satuan Breksi Piroklastik sehingga terbentuk zona kuarsa-klorit-kalsit±anhidrit-mineral lempung (smektit) yang disebandingkan dengan zona

alterasi subpropilitik. Pada kedalaman m sampai ke permukaan, fluida hidrotermal tersebut mendingin menjadi 0-0 o C dan memiliki ph asam. Perubahan ph ini terjadi akibat adanya interaksi antara uap air yang telah mengalami kondensasi dengan fluida hidrotermal. Akibat terjadinya interaksi antara fluida hidrotermal tersebut dengan Satuan Tuf Litik dan Satuan Breksi Piroklastik, maka terbentuk zona kuarsa-mineral lempung (kaolinit) yang disebandingkan dengan zona alterasi argilik.