BAB I PENDAHULUAN. Secara geografis Indonesia terletak di daerah khatulistiwa dan melalui

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. Secara geografis Indonesia terletak di daerah khatulstiwa dan berada pada

BAB I PENDAHULUAN. letusan dan leleran ( Eko Teguh Paripurno, 2008 ). Erupsi lelehan menghasilkan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. sampai Maluku (Wimpy S. Tjetjep, 1996: iv). Berdasarkan letak. astronomis, Indonesia terletak di antara 6 LU - 11 LS dan 95 BT -

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. termasuk wilayah pacific ring of fire (deretan Gunung berapi Pasifik), juga

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan letak astronomis, Indonesia terletak diantara 6 LU - 11 LS

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

NASKAH PUBLIKASI. Oleh : Alfi Fardani A

BAB I PENDAHULUAN. dan dikepung oleh tiga lempeng utama (Eurasia, Indo-Australia dan Pasifik),

BAB I PENDAHULUAN. bencana. Dalam Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2007 tentang Penanggulangan

BAB I PENDAHULUAN. dengan lebih dari pulau yang tersebar dari Sabang sampai Merauke.

TANGGAPAN MASYARAKAT DALAM MENGHADAPI BENCANA ERUPSI MERAPI DI DESA KEPUTRAN KECAMATAN KEMALANG KABUPATEN KLATEN ARTIKEL PUBLIKASI

BAB I PENDAHULUAN. Permukaan Bumi mempunyai beberapa bentuk yaitu datar, berbukit. atau bergelombang sampai bergunung. Proses pembentukan bumi melalui

I. PENDAHULUAN. dan berada di jalur cincin api (ring of fire). Indonesia berada di kawasan dengan

BAB I PENDAHULUAN. tinggi. Secara historis, Indonesia merupakan Negara dengan tingkat

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Jenis Bahaya Geologi

BAB I PENDAHULUAN pulau, terletak diantara dua benua (Asia dan Australia) dan di antara dua

SMA/MA IPS kelas 10 - GEOGRAFI IPS BAB 7. MENGANALISIS MITIGASI DAN ADAPTASI BENCANA ALAMLATIHAN SOAL 7.2

BAB I PENDAHULUAN. bencana, baik melalui pembangunan fisik maupun penyadaran dan peningkatan

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

SMA/MA IPS kelas 10 - GEOGRAFI IPS BAB 7. MENGANALISIS MITIGASI DAN ADAPTASI BENCANA ALAMLATIHAN SOAL BAB 7

Oleh: Dr. Darsiharjo, M.S.

BAB I PENDAHULUAN. samudra Hindia, dan Samudra Pasifik. Pada bagian selatan dan timur

BAB I PENGANTAR Latar Belakang. tektonik aktif yaitu Lempeng Indo-Australia di bagian selatan, Lempeng Eurasia

Peristiwa Alam yang Merugikan Manusia. a. Banjir dan Kekeringan

BAB I PENDAHULUAN. tiga lempeng tektonik dunia yaitu Hindia-Australia di Selatan, Pasifik di

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. dari 30 gunung api aktif terdapat di Indonesia dengan lereng-lerengnya dipadati

BAB I PENDAHULUAN. Kepulauan Indonesia secara geografis terletak di 6 LU - 11 LS dan

BAB 1 PENDAHULUAN. Indonesia adalah negara kepulauan yang secara geografis, geologis,

BAB I PENDAHULUAN. empat lempeng raksasa, yaitu lempeng Eurasia, lempeng Hindia-Australia,

BAB I PENDAHULUAN. pada 6`LU- 11` LS dan antara 95` BT - 141` BT1. Sementara secara geografis

LAMPIRAN I PERATURAN MENTERI ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL NOMOR : 15 TAHUN 2011 TANGGAL : 9 SEPTEMBER 2011 PEDOMAN MITIGASI BENCANA GUNUNGAPI

BAB I PENDAHULUAN. yaitu Lempeng Euro-Asia dibagian Utara, Lempeng Indo-Australia. dibagian Selatan dan Lempeng Samudera Pasifik dibagian Timur.

KEMENTERIAN ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL REPUBLIK INDONESIA BADAN GEOLOGI

KEMENTERIAN ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL REPUBLIK INDONESIA BADAN GEOLOGI

BAB I PENDAHULUAN. imbas dari kesalahan teknologi yang memicu respon dari masyarakat, komunitas,

BAB I PENDAHULUAN. (Ring of fire) dan diapit oleh pertemuan lempeng tektonik Eurasia dan

BAB 1 PENDAHULUAN. individu membutuhkannya. Dalam UU No. 20 Tahun 2003 tentang SISDIKNAS,

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. terletakm pada 3 pertemuan lempeng tektonik dunia, yaitu lempeng Euro-Asia

BAB I PENDAHULUAN. dan 10 Kelurahan, dengan luas ha. Kabupaten Klaten merupakan BT dan LS LS.

BAB I PENDAHULUAN. terbanyak di dunia dengan 400 gunung berapi, terdapat sekitar 192 buah

BAB I PENDAHULUAN. faktor alam dan non alam yang mengakibatkan timbulnya korban jiwa manusia,

BAB 1 PENDAHULUAN. pulau yang secara geografis terletak antara 6º LU 11º LS dan 95º BT 140º BT

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Mengenang kembali peristiwa erupsi Gunung Merapi hampir dua tahun lalu

BAB I PEDAHULUAN. yang disebabkan, baik oleh faktor alam atau faktor non alam maupun. Undang-undang Nomor 24 Tahun 2007 ).

BAB I PENDAHULUAN. baik oleh faktor alam, atau faktor non-alam maupun faktor manusia sehingga

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia adalah negara kepulauan. Menurut Bakosurtanal, pulau di

menyatakan bahwa Kabupaten Klaten memiliki karakter wilayah yang rentan terhadap bencana, dan salah satu bencana yang terjadi adalah gempa bumi.

BUKU SISWA ILMU PENGETAHUAN SOSIAL

BAB 1 PENDAHULUAN. mengenai bencana alam, bencana non alam, dan bencana sosial.

di wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil semakin jelas dengan disahkannya peraturan pelaksanaan UU No. 27 Tahun 2007 berupa PP No 64 Tahun 2010 tentan

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN

BAB 1 PENDAHULUAN. aspek fisik, psikis, dan psikososial (Dariyo, 2004). Jika dilihat dari

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kondisi geografis Indonesia terletak pada busur vulkanik Circum Pacific and

BAB I PENDAHULUAN. lempeng raksasa, yaitu Lempeng Eurasia, Lempeng Indo-Australia, dan

BAB I PENDAHULUAN. Merapi ditingkatkan dari normal menjadi waspada, dan selanjutnya di tingkatkan

BAB 1 PENDAHULUAN. pembangunan nasional (UU RI No 24 Tahun 2007). penduduk yang besar. Bencana yang datang dapat disebabkan oleh faktor alam

BAB I PENDAHULUAN I.1 LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Bencana dan Pergeseran Paradigma Penanggulangan Bencana

BAB III LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan merupakan faktor yang sangat penting dalam kehidupan masa depan seseorang, dengan pendidikan seseorang

BAB I PENGANTAR Latar Belakang. Tentara Nasional Indonesia ( TNI ) berdasarkan Undang-Undang Republik

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang

BAB I PENDAHULUAN. kerusakan lingkungan, kerugian harta benda dan dampak psikologis. Bencana

Ringkasan Materi Seminar Mitigasi Bencana 2014

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAPPEDA Kabupaten Probolinggo 1.1 LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN. Gambar 1. Peta Ancaman Bencana Gunung Api Di Indonesia (Sumber : BNPB dalam Website, 2011)

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Indonesia merupakan salah satu Negara di dunia yang mempunyai

Bersama ini dengan hormat disampaikan tentang perkembangan kegiatan G. Sinabung di Kabupaten Karo, Provinsi Sumatera Utara.

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia terletak di antara tiga lempeng aktif dunia, yaitu Lempeng

BAB 1 : PENDAHULUAN Latar Belakang

Studi Pengaruh Lahar Dingin Pada Pemanfaatan Sumber Air Baku Di Kawasan Rawan Bencana Gunungapi (Studi Kasus: Gunung Semeru)

Pemanfaatan Peta Geologi dalam Penataan Ruang dan Pengelolaan Lingkungan

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia berada di tiga lempeng tektonik dunia, yaitu: Lempeng Indo-

BAB I PENDAHULUAN. dalam lingkaran gunung api (ring of fire). Posisi tersebut menyebabkan Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. Gambar 1.1 Peta Indeks Rawan Bencana Indonesia Tahun Sumber: bnpb.go.id,

BAB I PENDAHULUAN. Australia dan Lempeng Pasifik (gambar 1.1). Pertemuan dan pergerakan 3

BAB1 PENDAHULUAN. Krakatau diperkirakan memiliki kekuatan setara 200 megaton TNT, kira-kira

BAB I PENDAHULUAN. digaris khatulistiwa pada posisi silang antara dua benua dan dua samudra dengan

KEMENTERIAN ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL REPUBLIK INDONESIA BADAN GEOLOGI

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB V ANALISIS 5.1 Analisis Evakuasi

BAB 1 PENDAHULUAN. peristiwa atau serangkaian peristiwa yang mengancam dan mengganggu

POTENSI KERUSAKAN GEMPA BUMI AKIBAT PERGERAKAN PATAHAN SUMATERA DI SUMATERA BARAT DAN SEKITARNYA. Oleh : Hendro Murtianto*)

BAB I P E N D A H U L U A N

BAB I PENDAHULUAN. terhadap tata kehidupan dan penghidupan masyarakat (Sudibyakto, 2011).

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Secara geografis Indonesia terletak di daerah khatulistiwa dan melalui garis astronomis 93⁰BT-141 0 BT dan 6 0 LU-11 0 LS. Dengan morfologi yang beragam dari daratan sampai pegunungan tinggi. Keragaman morfologi ini dipengaruhi oleh faktor geologi terutama dengan adanya aktivitas pergerakan lempeng tektonik aktif di sekitar perairan Indonesia antaranya lempeng Eurasia, Hindia Australia, Samudra Pasifik. Pergerakan lempeng-lempeng ini menyebabkan jalur gempa bumi, vulkanisme, serta patahan-patahan geologi yang menyebabkan gempa bumi dan tanah longsor. Dari beberapa fakta data yang ada, Indonesia mengalami berbagai bencana yang menyebabakan kerugian jiwa dan materi yang besar yang akan terus berulang kejadiannya. Tatanan geologi dan tatanan Indonesia membentuk jalur gempa dan gunungapi dengan ribuan titik pusat gempa dan ratusan gunungapi yang pernah dan terus berpotensi untuk menjadi ancaman. Indonesia adalah Negara yang memiliki tingkat kerawanan bencana tinggi. Pemikiran ini disampaikan oleh United Nations International Strategy for Disaster Reduction (UN/ISDR, Badan PBB untuk strategi Internasional Pengurangan Resiko Bencana, 2006). Berbagai bencana alam mulai dari gempa bumi, tsunami, letusan gunung berapi, banjir, tanah longsor, kekeringan, dan kebakaran hutan rawan terjadi di Indonesia. 1

2 Indonesia menduduki peringkat pertama dalam paparan terhadap penduduk atau jumlah manusia yang menjadi korban meninggal akibat bencana alam. Wilayah Indonesia terletak pada kondisi geografis, geologis, hidrologis & demografis yang memungkinkan terjadinya bencana. Hampir 80% wilayah kabupaten/kota di seluruh Indonesia memiliki potensi bencana (rawan bencana). Bencana adalah peristiwa atau rangkaian peristiwa oleh alam, manusia, atau keduanya yang menyebabakan timbulnya korban manusia, kerugian harta. Potensi bencana di Indonesia dapat dikelompokan menjadi dua yaitu potensi bahaya utama (main hazard) dan potensi bahaya ikutan (coleteral hazard). Potensi bahaya utama (main hazard) daapt dilihat melalaui potensi bencana gempa yang dapat dilihat bahwa Indonesia dilalui jalur-jalur gempa, peta potensi bencana letusan gunungapi, peta potensi bencana tanah longsor, peta potensi bencana banjir dan lain-lain maka dari itu Indonesia memiliki potensi bahaya utama (main hazard potency) yang tinggi. Bangunan terbuat dari kayu, kepadatan bangunan, kepadatan industri merupakan potensi bahaya ikutan (collaeteral hazard potency) juga sangat tinggi. Maka dari itu sebagian wilayah yang rawan dengan bencana, upaya penanggulangan resiko bencana adalah menajemen bencana. Fenomena Gunungapi Merapi yang berada di perbatasan di Jawa Tengah dan DIY begitu indah dan pada saat tertentu berbentuk stratovolcano. Sisi lain muncul menjadi sosok yang ganas dan mengerikan yang mengakibatkan jatuh korban. Gunung yang mempunyai ketinggian 2.968

3 meter diatas permukaan air laut (sebelum erupsi ). ( Dr Surono, Solopos harian Jogja), erupsi Merapi merupakan hal biasa setiap rata-rata 4 Tahunan yang sering dialami masyrakat Magelang pada khusunya. Material erupsi Merapi kearah Selatan-Tenggara adalah Geger Baya, namun 3 Juni 2006 nampak sudah goyah, disusul 5 juni dan akhirnya 14 Juni 2006, Geger Baya gugur, berakhir sudah tugas Geger Baya melidungi material erupsi Merapi kearah Selatan-Tenggara. Akhir episode erupsi Merapi 2006, menyatakan bahwa potensi ancaman erupsi Merapi ke depan adalah ke arah Selatan- Tenggara. Sejak awal hingga akhir Oktober, Merapi berbisik akan menepati janjinya dengan cara yang sangat berbeda dari biasanya. Dalam pemantauan 21 Oktober saat dinyatakan Siaga Merapi. Energi Merapi yang dilepaskan dalam bentuk gempa bumi gunungapi atau vulkanik, telah mencapai 3 kali lipat energi gempa bumi gunungapi yang dilepaskan sesaat menjelang erupsi 1997, 2001, dan 2006. Pada tanggal 24 Oktober Merapi goyang di tenggara dengan penggelembungan tubuh tidak seperti biasanya, sinyal-sinyal alam berupa kegempaan yang lebih bertenaga (energi gempa bumi vulkanik Gunung Merapi lebih besar dan lebih banyak dari biasanya sebelum erupsi), kandungan uap air dalam gas yang dikeluarkan menurun dratis juga tidak seperti biasanya artinya Merapi telah mengubah langgamnya, yang tidak lagi mengikuti langgam yang telah lalu. (Surono, 2011 : 4) Tabel dibawah ini, untuk mengetahui kondisi Merapi Tahun

4 Tabel 1.1 Tabel Kondisi Merapi Tahun Waktu Kondisi Akhir Juli Merapi sempat menyemburkan gas, namun statusnya masih aktif dan normal. 20 September 25 September 28 September 30 September Status Merapi ditingkatkan dari normal ke waspada setelah adanya peningktan aktivitas kegempaan. Pemkab Sleman, Magelang, Klaten dan Boyolali siapkan barak pengungsian dan jalur evakuasi sementara, warga sekitar lereng gunung mulai menggelar ritual. Pemkab Magelang menyatakan sedikitnya 32.000 jiwa tinggal di kawasan rawan bencana. Intensitas gempa di kawasan Merapi terus meningkat. Magma terus bergerak. Masyarakat diminta waspada. 1 Oktober Perbaikan jalur evakuasi yang rusak di Sleman di percepat. 4 Oktober BPPTK Jogja menyatakan aktivitas Merapi saat ini kemungkinan besar masuk dalam siklus 90 Tahun. 5 Oktober Suhu di kawah Woro, Gunung Merapi terus meningkat 6 Oktober Warga Magelang mulai menerima masker untuk melindungi pernapasan dari debu vulkanik 10 Oktober Merapi mulai memuntahkan lava.

5 14 Oktober 17 Oktober 19 Oktober 21 Oktober Penggemungan terjadi di sisi selatan Merapi. Aktivitas gempa Merapi meningkat secara drastis, mencapai 357 kalo gempa multiphase Titik munculnya hembusan fumarol (uap air) di puncak Merapi sisi selatan semakin banyak. Status Merapi ditingkatkan dari waspada menjadi siaga. Sumber : Letusan Merapi Sebuah catatan Jurnalistik, Surono, 2011 Erupsi Merapi mengancam lebih bahaya karena erupsi explosive seperti yang dipaparkan oleh Dr. Surono. Kabupaten Magelang, Sleman DIY, Klaten dan Boyolali yang berpotensi terkena hujan debu, awan panas dan lahar dingin yang beradius dekat dengan Merapi. Dahsyatnya erupsi Merapi yang terjadi di bebrapa kabupaten membuat ketakutan pada masyarakat sehingga masyarakat panik dan lari untuk menyelamatkan diri menjauh walau masih ada sebagian warga yang percaya dengan mitos-mitos untuk menetap di desa-desa tersebut walau sudah diperingatkan Merapi dalam keadaan awas. Banyaknya korban jiwa dan harta akibat tersapu erupsi kemarin. Kabupaten Klaten, Kecamatan Kemalang, yang beradius 5 km pada Merapi semula awalnya hijau, indah dan banyaknya aktivitas pertanian, peternakan dan pendidikan disekolah terpencil. Keadaan Merapi yang mulai dari siaga sampai awas dan pada akhirnya meletus pun membuat ketakutan dan kepanikan masyarakat warga Kemalang sehingga membuat banyak kerugian, banyaknya

6 korban dan kehilangan tempat tinggal dan binatang-binatang ternak serta ladang-ladang akibat tersapu abu vulkanisme, awan panas dan adanya lahar dingin. Desa Keputaran yang beradius 14 km yang awalnya tenang tidak akan terkena dampak erupsi Merapi, tetapi desa Keputran ini mengalami dampak hujan debu vulkanisme yang tidak terlalu berat seperti desa beradius 5 km yaitu Balerante. Desa-desa yang beradius 5 km sampai 15 km yang berpotensi terkena dampak hujan debu, awan panas dan lahar dingin diantaranya desa Balerante, Tegalmulyo, Sidorejo, Kendalsari, Bawukan, Bumiharjo, Dompol, Kepurun dan Keputran. Desa tersebut mengalami dampak yang paling berat hujan debu, awan panas dan lahar dingin sehingga desa beradius 5 km sampai 15 km mengungsi di desa Keputran. Erupsi Merapi yang banyaknya menimbulkan korban jiwa dan material tanggapan desa Keputran khususnya masyarakat yang tinggal di desa Keputran mengenai Kecamatan Kemalang yang merupakan daerah yang berpotensi terkena dampak sehingga yang akan peneliti teliti bisa menganalisa akibat dampak erupsi Merapi. Pemahaman, persepsi dan tanggap terhadap bencana tersebut aparatur desa dan masyarakat akan menganalisa dampak tersebut karena desa Keputran salah satu desa yang dapat untuk pengungsian walau desa ini juga terkena dampak pada akhirnya. Dari uraian di atas dapat melatarbelakangi masalah dampak erupsi vulkanisme Gunung Merapi yang berpotensi bahaya utama dan lanjutan di daerah Magelang, Boyolali, Yogyakarta, Klaten, Solo dan hingga menuju ke Jawa Barat. Khususnya pada Kabupaten Klaten dan Kecamatan

7 Kemalang dan pada desa Keputran maka untuk mengetahui dan mengurangi dampak resiko bencana erupsi vulkanisme gunung Merapi tersebut maka kita perlu mengadakan penelitian : TANGGAPAN MASYARAKAT DALAM MENGHADAPI BENCANA ERUPSI MERAPI DI DESA KEPUTRAN KECAMATAN KEMALANG KABUPATEN KLATEN. B. Identifikasi Masalah Berdasarkan Uraian pada latar belakang dapat diidentifikasi masalahmasalah yang terjadi di masyarakat desa Keputran Kecamatan Kemalang Kabupaten Klaten, sebagai berikut : 1. Banyaknya korban jiwa, harta dan benda pada saat bencana gunung Merapi. 2. Kurang informasinya tentang bahaya bencana erupsi gunung Merapi. 3. Kurang tanggapnya masyarakat desa Keputran Kecamatan Kemalang Kabupaten Klaten. C. Pembatasan Masalah Dalam penelitian ini permasalahan yang akan diteliti dibatasi dengan masalah yaitu : 1. Pemahaman pada khususnya masyarakat desa Keputran Kecamatan Kemalang Kabupaten Klaten tentang bahaya erupsi gunung Merapi. 2. Persepsi pada khususnya masyarakat Desa Keputaran Kecamatan Kemalang Kabupaten Klaten mengenai penanggulangan bencana erupsi Merapi.

8 3. Tanggapan masyarakat desa Keputran Kecamatan Kemalang Kabupaten Klaten terhadap erupsi gunung Merapi. D. Perumusan Masalah Dalam suatu penelitian untuk menentukan suatu kebenaran akan dihadapkan pada suatu masalah yang didalamnya mengandung masalahmasalah yang harus dipecahkan oleh peneliti. Adapun permasalahan yang timbul adalah : 1. Seberapa besar dampak pasca erupsi gunung Merapi di Desa Keputran Kecamatan Kemalang Kabupaten Klaten Tahun? 2. Bagaimana upaya masyarakat mengenai dampak bencana erupsi gunung Merapi di Desa Keputran Kecamatan Kemalang Kabupaten Klaten? 3. Bagaimana upaya yang dilakukan masyarakat di Desa Keputran Kecamatan Kemalang Kabupaten Klaten saat terjadi bencana erupsi gunung Merapi Tahun? E. Tujuan Penelitian Adapun tujuan penelitian adalah, sebagai berikut : 1. Mengetahui dampak bencana erupsi gunung Merapi di Desa Keputran Kecamatan Kemalang Kabupaten Klaten. 2. Mengetahui upaya mengurangi dampak bencana erupsi gunung Merapi di Desa Keputran Kecamatan Kemalang Kabupaten Klaten. 3. Mengetahui apa yang dilakukan masyarakat di Desa Keputran Kecamatan Kemalang Kabupaten Klaten saat terjadinya erupsi gunung Merapi.

9 F. Manfaat atau Kegunaan Penelitian Manfaat penelitian ini adalah : 1. Manfaat teoritis a. Bertambahnya khazanah ilmu pengetahuan yang berkaitan dengan geografi dalam bidang mitigasi bencana. b. Sebagai masukan pada pengembangan teori khususnya menyangkut Geologi, Geografi Sumber Daya, Geomorfologi serta Konservasi terhadap lingkungan. 2. Manfaat praktis a. Bagi Masyarakat Bagi Masyarakat di Desa Keputran Kecamatan Kemalang Kabupaten Klaten sebagai reverensi mitigasi bencana dan lebih paham, perseptif dan tanggap dalam bencana. b. Bagi Pemerintah Sebagai penentu sikap pemerintah untuk langkah langkah selanjutnya dalam mengayomi masyarakat yang berada di Desa Keputran Kecamatan Kemalang Kabupaten Klaten di kawasan rawan bencana erupsi gunung Merapi dalam meminimalkan dampak erupsi Merapi. c. Bagi Peneliti Dapat menambah ilmu pengetahuan dan pengalaman wawasan menegenai mitigasi bencana d. Manfaat bagi Bidang Pendidikan

10 Sebagai bahan masukan dunia pendidikan khususnya yang berkaitan dengan ilmu geografi untuk tingkat SMP dalam materi Vulkanisme dan Erupsi Vulkanisme dan tidak hanya mempelajari tentang Vulkanisme dan Erupsi Vulkanisme saja, namun juga langkahlangkah penannggulangannya.