BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Gambar 1-3 Gambar 1. Geger Pecinan Tahun 1742 Gambar 2. Boemi Hangoes Tahun 1948 Gambar 3.

dokumen-dokumen yang mirip
LAPORAN PENELITIAN HIBAH BERSAING

LAPORAN PENELITIAN HIBAH BERSAING

BAB IV KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. : Pokok pangkal atau yang menjadi tumpunan (berbagai urusan, hal. dan sebagainya (Wikipedia, 2015).

BAB V KESIMPULAN. Proses terbentuknya kawasan Pecinan Pasar Gede hingga menjadi pusat

BAB II GAMBARAN UMUM KOTA SURAKARTA DAN KAWASAN HERITAGE DI KECAMATAN BANJARSARI KOTA SURAKARTA

BAB IV KONDISI UMUM LOKASI

STUDI PENENTUAN KAWASAN KONSERVASI KOTA TEGAL MELALUI PENDEKATAN MORFOLOGI KOTA TUGAS AKHIR. Oleh : PRIMA AMALIA L2D

BAB I PENDAHULUAN. suku, agama, dan adat istiadat yang tak pernah luput dari Anugerah sang

Bab II Gambaran Umum Kota Surakarta

IV. KONDISI UMUM KAWASAN PERENCANAAN

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN Deskripsi

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

KAJIAN POLA STRUKTUR RUANG KOTA LASEM DITINJAU DARI SEJARAHNYA SEBAGAI KOTA PANTAI TUGAS AKHIR. Oleh: M Anwar Hidayat L2D

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

LAPORAN PENELITIAN HIBAH BERSAING

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Indonesia merupakan salah satu Negara di dunia yang mempunyai

BAB V SIMPULAN DAN REKOMENDASI

BAB 1. PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1 ( balai pustaka Kamus Bahasa Indonesia 1988 ) 2 Ibid 3 Ibid

BAB I PENDAHULUAN. sebagai akibat akumulasi beberapa faktor yaitu: hujan, kondisi sungai, kondisi

BAB I PENDAHULUAN. tinggal. Sehingga banyak lahan yang dialihfungsikan menjadi gedung-gedung. lahan kosong atau serapan air di daerah perkotaan.

GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN DAERAH DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA NOMOR 1 TAHUN 2017

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. fasilitas serta layanan yang disediakan oleh masyarakat, pengusaha, pemerintah,

BAB V SIMPULAN DAN SARAN

BAB 1 PENDAHULUAN. dan kawasan yang memiliki m nilai arti kesejarahan ataupun aupun nilai seni

REDESAIN GEDUNG BIOSKOP DI KAWASAN MALIOBORO, YOGYAKARTA BAGIAN I. Pendahuluan dan Latar Belakang UKDW TUGAS AKHIR WILFRIDUS GALIH PRAKOSA

PENGARUH BUDAYA DALAM PEMBENTUKAN RUANG KOTA SALA SEJAK PERPINDAHAN KRATON SAMPAI DENGAN PELETAKAN MOTIF DASAR KOLONIAL

BAB I PENDAHULUAN 1. 1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Jalan ini terkenal karena merupakan salah satu penggal sejarah kemerdekaan RI

1.1 Latar Belakang Masalah

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Kota Surakarta Sejarah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Udkhiyah, 2013

SILABUS DAN RPP MATA KULIAH SEJARAH MILITER PROGRAM STUDI ILMU SEJARAH S1

BAB V KESIMPULAN. menjalar ke Suriah merupakan akar dari konflik berkepanjangan yang terjadi di Suriah.

BAB I PENDAHULUAN. Bencana banjir merupakan limpahan air yang melebihi tinggi muka air

BAB I PENDAHULUAN. dan alam sekitarnya. Alam memberikan dampak besar bagi kehidupan

BAB IV GAMBARAN UMUM OBYEK DAN SUBYEK PENELITIAN. lainya berstatus Kabupaten. Kota Yogyakarta terletak antara 110 o 24 I 19 II sampai

BAB I PENDAHULUAN Deskripsi Judul

IV. GAMBARAN UMUM WILAYAH

BAB I PENDAHULUAN. Kota merupakan salah satu wilayah hunian manusia yang paling kompleks,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. perkembangannya Keraton Kasunanan lebih dikenal daripada Keraton

BAB I PENDAHULUAN. Pada masa pemerintahan Orde Baru, keberadaan etnis Tionghoa merupakan

BAB I PENGANTAR. Bencana alam yang terjadi di Indonesia terbagi menjadi dua. yaitu bencana yang berasal dari alam dan bencana alam dengan

PUSAT RESTORAN MASAKAN TRADISIONAL YOGYAKARTA DENGAN KONSEP TROPIS MODERN BAB I PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN. 35 Bujur Timur dan 70` 36 70` 56 Lintang Selatan. Batas. Timur adalah Kabupaten Sukoharjo dan Kabupaten Karanganyar,

PENENTUAN KAWASAN KONSERVASI KOTA-KOTA AWAL DI KABUPATEN REMBANG TUGAS AKHIR. Oleh: OCTA FITAYANI L2D

STUDI PENENTUAN KLASIFIKASI POTENSI KAWASAN KONSERVASI DI KOTA AMBARAWA TUGAS AKHIR

BAB I PENDAHULUAN. Pusat Rekreasi Area Car Free Day Solo (Penekanan pada Aktivitas Kuliner)

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. kerugian harta benda dan dampak psikologis (IDEP, 2007)

PERANSERTA STAKEHOLDER DALAM REVITALISASI KAWASAN KERATON KASUNANAN SURAKARTA TUGAS AKHIR. Oleh: YANTHI LYDIA INDRAWATI L2D

BAB I PENDAHULUAN. Bengawan Solo :

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

lebih dahulu pengertian atau definisi dari masing-masing komponen kata yang digunakan dalam menyusun judul tersebut :

BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I. PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN. Analisis Potensi Visual sebagai Dayatarik Wisata di Universitas Pendidikan Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Seminar Lokakarya Nasional Geografi di IKIP Semarang Tahun

BAB I PENDAHULUAN. Geografi merupakan ilmu yang mempelajari gejala-gejala alamiah yang

BAB I PENDAHULUAN. UNESCO (United Nation Educational, Scientific, and Culture Organization) telah

BAB VI KESIMPULAN. Historiografi komunitas seniman-priyayi Kemlayan adalah. kekuasaan Jawa, baik Keraton Kasunanan maupun pemerintah Republik

BAB I PENDAHULUAN. langsung maupun tidak langsung mengganggu kehidupan manusia. Dalam hal

Infrastruktur Drainase

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

MEMORIAL PARK & FUNERAL HOMES DI MOJOSONGO SURAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. merupakan bencana banjir dan longsor (Fadli, 2009). Indonesia yang berada di

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan teknologi. Perkembangan teknologi mengakibatkan terjadinya

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan sejarah suatu kota maupun negara. Melalui peninggalan sejarah

Solo Masa Depan Adalah Solo Masa Lalu Oleh : Sujatmiko Wahyu

BAB I PENDAHULUAN. dialami masyarakat yang terkena banjir namun juga dialami oleh. pemerintah. Mengatasi serta mengurangi kerugian-kerugian banjir

BAB II IDENTIFIKASI DATA. A. Profil Keraton Kasunanan Surakarta

Tugas akhir ismail yakub BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Kristen Maranatha

BAB I LATAR BELAKANG

1.1.1 KONDISI TEMPAT WISATA DI SURAKARTA

DAFTAR lsi KATA PENGANTAR PENDAHULUAN DAFTARISI BAB 1 SEKILAS TENTANG ARSITEKTUR CINA PADA AKHIR ABAD KE-19 DI PASURUAN

BAB I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. pertemuan 3 (tiga) lempeng tektonik dunia, yaitu lempeng Euro-Asia di. tsunami, banjir, tanah longsor, dan lain sebagainya.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Pendahuluan membahas tentang latarbelakang, pertanyaan penelitian, tujuan

STUDI PARTISIPASI PEDAGANG DAN PERSEPSI MASYARAKAT TERHADAP PARTISIPASI DALAM REVITALISASI KAWASAN ALUN-ALUN SURAKARTA TUGAS AKHIR

BAB III KAJIAN LAPANGAN. (2010) dan kepadatan penduduk /km 2. Kota dengan luas 44 km 2. dalam salah satu lagu keroncong, Bengawan Solo.

BAB I PENDAHULUAN. TABEL 1.1 JUMLAH WISATAWAN MANCANEGARA DAN NUSANTARA KE OBJEK WISATA KOTA BANDUNG Jumlah. Jumlah Tahun.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

MITIGASI BENCANA BENCANA :

BAB I WHAT? Universitas Sumatera Utara. Universitas Sumatera Utara

BAB 5 RINGKASAN. Jakarta sebagai ibukota Negara Kesatuan Republik Indonesia memiliki beragam etnis

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. banyak dipengaruhi oleh faktor geologi terutama dengan adanya aktivitas

BAB I PENDAHULUAN. permukaan bumi yang luasnya 510 juta km 2, oleh karena itu persediaan air di

KEADAAN UMUM KABUPATEN SINTANG

BAB 1 PENDAHULUAN. mempromosikan museum-museum tersebut sebagai tujuan wisata bagi wisatawan

GAMBARAN UMUM SUKU BANJAR

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kota Solo telah banyak mengalami bencana ruang kota dalam sejarah perkembangannya. Setidaknya ada tiga peristiwa tragedi besar yang tercatat dalam sejarah kotanya (lihat Gambar 1-3), yaitu: (1) Geger Pecinan tahun 1742; (2) Boemi Hangoes tahun 1948; dan (3) Kerusuhan Massal tahun 1998. Tiga tragedi itu telah membuat kemerosoton kualitas ruang kota, baik pada elemen fisik kota (seperti rumah yang hancur, kantor yang gosong, pasar yang hangus, rusaknya jalan dan instalasi) maupun pada elelemen non-fisik kota (seperti retaknya kohesi sosial, krisis ekonomi yang panjang, degradasi hukum dan etika). Gambar 1. Geger Pecinan Tahun 1742 Pada tahun 1700-an, kawasan Kota Solo sudah dihuni oleh 4 bangsa yang berbeda, yaitu Belanda, Cina, Arab dan Pribumi. Peristiwa pembunuhan massal ras Cina oleh ras Belanda di Jakarta tahun 1741 dibalas oleh ras Cina di Solo tahun 1742 melalui bantuan pangeran Kerajaan Mataram Kartasura, yang kemudian disebut sebagai peristiwa Geger Pecinan. (Keterangan: Foto Eks-Keraton Kartasura, diambil pada tahun 2007 oleh Penulis). Gambar 2. Boemi Hangoes Tahun 1948 Pada tahun 1948, seiring dengan era kemerdekaan RI, maka untuk mencegah kembalinya Belanda bersarang di Kota Solo, tentara pribumi yang dipimpin oleh Slamet Riyadi membakar gedung-gedung milik Belanda (Politik Boemi Hangoes). Bangunanbangunan penting seperti pasar, kantor, stasiun, toko dll hangus terbakar. (Keterangan: Foto Kawasan Pasar Gede, diambil pada tahun 1949 oleh J. Anten, tersimpan di Arsip Mangkunegaran). Gambar 3. Kerusuhan Massal Tahun 1998 Kerusuhan massal di Jakarta tanggal 13 Mei 1998, dengan cepat merambat ke Solo pada tanggal 14 Mei 1998. Perubahan politik dari Orde Baru ke Era Reformasi ditandai dengan tragedi kemanusian, yaitu pembunuhan, pembakaran dan penjarahan oleh pribumi ke non-pribumi. (Keterangan: Foto Purwosari Plaza, diambil pada tahun 2005 oleh Penulis. Saat ini di lokasi tersebut sedang dibangun gedung apartemen yang pertama di Solo). 1

1.2. Permasalahan Bencana ruang kota yang disebabkan oleh tekanan lingkungan sosial, telah terjadi berkali-kali di Solo, baik dalam skala kawasan lokal maupun regional. Berbagai bencana ruang kota itu tentu membuat kualitas kota menjadi sangat merosot. Tragedi itu telah mengambil banyak korban jiwa dan harta, baik dari sesama anggota masyarakat maupun milik pemerintahan kota. Perilaku masyarakat urban yang tidak urbane (santun, beradab, etis, toleran) telah berkalikali muncul secara fenomenal. Masyarakat Jawa yang dikenal sebagai individu yang berbudi pekerti halus, namun kenyataannya dapat muncul sebagai individu atau kelompok yang kasar dan anarkis. Kondisi kontradiksi inilah yang akan menjadi simpul dari permasalahan penelitian, yaitu masalah psikologi sosial dan arsitektur kota. Penggalian bencana ruang kota yang disebabkan oleh tekanan lingkungan sosial dilakukan untuk memperoleh prototype, yang dikemas dalam berbagai komponen dan indikatornya, sehingga gambaran proses kontradiksi dan variasi kejadian bencana ruang kota dapat terbaca lebih jelas. 1.3. Pertanyaan Penelitian 1) Komponen apa sajakah yang menimbulkan dehumanisasi di ruang kota Solo dan apa sajakah indikatornya? 2) Bagaimana memodelkan dehumanisasi sehingga berlanjut menjadi tragedi bencana ruang kota? 3) Konsep sosioteknologi apakah yang dapat dibangun dari studi bencana ruang kota di Solo ini? 1.4. Lingkup Laporan Penelitian Pada tahun kedua (2010), penelitian dilakukan untuk mendapatkan jawaban atas pertanyaan penelitian yang kedua, yaitu menemukan elemen-elemen pemicu bencana sosial. Pada tahun pertama (2009), telah dilakukan eksplorasi konflik-konflik sosial yang pernah terjadi di Kota Solo selama 260 tahun (1740-2000), untuk menemukan keragaman faktor-faktornya. Selanjutnya, usaha penemuan komponen dan indikator dari faktor-faktor tersebut dibangun melalui 2

penelitian lapangan pada tahun kedua (2010). Jadi, pada tahun pertama penelitian ini dilakukan melalui model historical-archeology, sedangkan pada tahun kedua dilakukan melalui model studi lapangan (field research). Selanjutnya, setelah mendapatkan jawaban pertanyaan penelitian pertama dan kedua melalui penelitian tahun pertama (2009) dan kedua (2010), maka dilanjutkan dengan pembuatan model dan software pada tahun ketiga (2011). Jadi, pada tahun ketiga kegiatan penelitian adalah berupa validasi rumus dan pembangunan software bencana ruang kota akibat tekanan lingkungan sosial. Software yang selanjutnya disebut sebagai program Early Warning System-Urban Space Disaster-Social Environment Factor (EWS-USD-SEF) adalah semacam sistem peringatan dini adanya bencana ruang kota khusus dari elemen sosial. 1.5. Gambaran Lokasi Penelitian Kota Solo adalah kota di pedalaman Jawa yang masih menyimpan berbagai tradisi dan artefak kuno dari masyarakat Jawa. Sebagai kota tujuan wisata, baik oleh wisatawan nusantara (Wisnu) maupun wisatawan mancanegara (Wisman), Kota Solo saat ini mempunyai slogan utama: Solo: The Spririt of Java. Secara topografis, Kota Solo adalah daerah dataran rendah (+93m) yang menjadi kawasan pertemuan (tempuran) dari empat sungai yang berhulu dari empat penjuru pegunungan, yaitu: (1) Sungai Pepe dari Gunung Merbabu; (2) Sungai Jenes dari Gunung Merapi; (3) Sungai Samin dari Gunung Lawu; dan (4) Bengawan Solo dari Pegunungan Kidul (lihat Gambar 1.4). Kota Solo atau secara legal-formal disebut sebagai Kota Surakarta, terletak dalam wilayah administratif Provinsi Jawa Tengah (lihat Gambar 1.5), mempunyai luasan lahan sekitar 44 km 2 dan dihuni oleh sekitar 550 ribu penduduk pada tahun 2009. Kota Solo berkembang menjadi kota multi etnis sejak adanya kerajaan-kerajaan Jawa bermunculan di ruang-ruang kotanya, yaitu Kerajaan Pajang (1546-1586), Kerajaan Kartasura (1680-1742) dan Kerajaan Surakarta (1746-sekarang). Kota Solo telah mengalami 3 periode pemerintahan yang berbeda, yaitu era kerajaan, era kolonial dan era republik. 3

Gambar 1.4. Skema Peta Topografi Kota Solo Gambar 1.5. Peta Wilayah Kota Solo 4

Kota Solo berdasarkan kondisi historisnya adalah kota silang budaya (lihat Gambar 1.6). Kota yang secara geografis terletak antara 110 o 46 49-110 o 51 30 BT dan 7 o 31 43-7 o 35 28 LS ini diakui dunia sebagai salah satu kota pertemuan budaya Timur-Barat. Bahkan pada tahun 2008, Kota Solo dimasukkan oleh UNESCO sebagai Kota Warisan Dunia (World Heritage City). Sebagai salah satu kota tertua di Indonesia, Kota Solo saat ini secara fenomenal masih menampakkan diri sebagai kota peradaban Jawa-Eropa-Arab-Cina, meskipun artefak-artefak kuno yang ada semakin mengalami proses deteriorisasi. Berdasarkan kajian sejarah, Keraton Surakarta adalah dinasti terakhir Kerajaan Mataram, sebelum terpecah menjadi 4 (empat) istana seperti sekarang ini (Lombard, 2005), yaitu: (1) Keraton Kasunanan Surakarta (1746); (2) Keraton Kasultanan Yogyakarta (1755); (3) Pura Mangkunegaran Surakarta (1757); dan (4) Pura Pakualaman Yogyakarta (1812). Masing-masing dinasti Kerajanan Mataram Jawa itu (Houben, 2002) masih bertahan sampai sekarang (2009), meskipun telah mengalami banyak kehilangan daerah kekuasaan seiring dengan meleburnya ke empat kerajaan itu ke Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) pada tahun 1945. Gambar 1.6. Kota Solo sebagai Kota Warisan Dunia (World Heritage City) 5