BAB II TINJAUAN PUSTAKA. rusak dan terkontaminasi oleh zat-zat yang tidak berbahaya maupun yang

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. Polusi atau pencemaran udara adalah proses masuknya polutan kedalam

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN

Indek Eritrosit (MCV, MCH, & MCHC)

BAB II TINJAUN PUSTAKA. pembentuk darah dan jaringan limforetikuler serta kelainan-kelainan yang timbul

HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. rawat inap di RSU & Holistik Sejahtera Bhakti Kota Salatiga. kanker payudara positif dan di duga kanker payudara.

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan, diperoleh rata-rata jumlah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. (cairan darah) dan 45% sel-sel darah.jumlah darah yang ada dalam tubuh sekitar

Ilmu Pengetahuan Alam

BAB I PENDAHULUAN. pada bertambahnya jumlah pencemar di udara (Badan Pusat Statistik, 2013).

HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN. yang sehat, baik fisik, biologi, maupun sosial yang memungkinkan setiap orang

Tujuan Pembelajaran. 1. Dapat menjelaskan 3 komponen penyusun sistem peredaran darah pada manusia.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. semua bagian dari tubuh rusa dapat dimanfaatkan, antara lain daging, ranggah dan

Mengenal Penyakit Kelainan Darah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. oksigen. Darah terdiri dari bagian cair dan padat, bagian cair yaitu berupa plasma

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

HASIL DAN PEMBAHASAN

PENDAHULUAN. adalah Timbal (Pb). Timbal merupakan logam berat yang banyak digunakan

BAB I PENDAHULUAN. Gizi merupakan salah satu penentu kualitas sumber daya. manusia. Kekurangan gizi akan menyebabkan kegagalan pertumbuhan

SD kelas 6 - ILMU PENGETAHUAN ALAM BAB 12. RANGKA DAN SISTEM ORGAN PADA MANUSIALatihan soal 12.5

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. unggas air yang cocok untuk dikembangbiakkan di Indonesia. Sistem

BAB I PENDAHULUAN. penurunan fungsi paru dan penurunan kualitas hidup manusia. 2 Penyakit paru

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Haemoglobin adalah senyawa protein dengan besi (Fe) yang dinamakan

BAB I PENDAHULUAN. utama pencemaran udara di daerah perkotaan. Kendaraan bermotor merupakan

BAB I PENDAHULUAN. asap dan ditelan, terserap dalam darah, dan dibawa mencapai otak, penangkap pada otak akan mengeluarkan dopamine, yang menimbulkan

Kelainan darah pada Lupus eritematosus sistemik

BAB I PENDAHULUAN. Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi di berbagai bidang telah banyak

BAB I PENDAHULUAN. Umumnya anti nyamuk digunakan sebagai salah satu upaya untuk mengatasi

BAB I PENDAHULUAN.

ANFIS SISTEM HEMATOLOGI ERA DORIHI KALE

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut W.J.S Poerwodarminto, pemahaman berasal dari kata "Paham

BAB I PENDAHULUAN. lingkungan oleh Timah Hitam (Pb) yang ditimbulkan dari asap kendaraan

SMP kelas 8 - BIOLOGI BAB 6. SISTEM TRANSPORTASI PADA MANUSIALatihan Soal 6.2. Varises. Anemia. Polisitemia. Hipertensi

b. Dampak Pencemaran oleh Nitrogen Oksida Gas Nitrogen Oksida memiliki 2 sifat yang berbeda dan keduanya sangat berbahaya bagi kesehatan.

BAB I PENDAHULUAN. hidup terutama manusia. Di dalam udara terdapat gas oksigen (O 2 ) untuk

BAB I PENDAHULUAN. pencegahan kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja (PP RI No. 50 Tahun

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. daerah di Indonesia. Prevalensi yang lebih tinggi ditemukan di daerah perkebunan

SISTEM PEREDARAN DARAH PADA MANUSIA

PRAKTIKUM II : DARAH, PEMBULUH DARAH, DARAH DALAM BERBAGAI LARUTAN, PENGGOLONGAN DARAH SISTEM ABO DAN RHESUS.

THALASEMIA A. DEFINISI. NUCLEUS PRECISE NEWS LETTER # Oktober 2010

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Dewasa ini pencemaran udara telah menjadi masalah kesehatan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dinamakan sebagai pembuluh darah dan menjalankan fungsi transpor berbagai

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. yang semakin menurun untuk mendukung kehidupan mahluk hidup. Menurut

Darah 8 % bb Komposisi darah : cairan plasma ± 60 % Padatan 40-45% sel darah merah (eritrosit), sel darah putih, trombosit

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Darah 8 % bb Komposisi darah : cairan plasma ± 60 % Padatan 40-45% sel darah merah (eritrosit), sel darah putih, trombosit

PENCEMARAN UDARA LELY RIAWATI, ST., MT.

BAB I PENDAHULUAN. Pencemaran udara dewasa ini semakin memprihatinkan. Hal ini terlihat

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Polusi atau pencemaran lingkungan adalah suatu peristiwa masuknya atau

II. TINJAUAN PUSTAKA. Hujan merupakan unsur iklim yang paling penting di Indonesia karena

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang

SISTEM PEREDARAN DARAH

kesehatan. Udara sebagai komponen lingkungan yang penting dalam kehidupan perlu

Apa itu Darah? Plasma Vs. serum

BAB I PENDAHULUAN. kurang dari angka normal sesuai dengan kelompok jenis kelamin dan umur.

BAB I PENDAHULUAN. penting bagi kehidupan di dunia ini ( Arya, 2004: 27).

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan teknologi negara-negara di dunia semakin meningkat. Hal

BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN

SMP kelas 8 - BIOLOGI BAB 6. SISTEM TRANSPORTASI PADA MANUSIALATIHAN SOAL

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Ayam broiler merupakan ayam ras tipe pedaging yang umumnya dipanen

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Curriculum vitae Riwayat Pendidikan: Riwayat Pekerjaan

CONTOH SOAL UJIAN SARINGAN MASUK (USM) IPA TERPADU Institut Teknologi Del (IT Del) Contoh Soal USM IT Del 1

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Pencemaran atau polusi adalah suatu kondisi lingkungan yang telah berubah

SISTEM PEMBULUH DARAH MANUSIA. OLEH: REZQI HANDAYANI, M.P.H., Apt

BAB I PENDAHULUAN. kronis yang disebabkan oleh Mycobacterium leprae yang bersifat intraseluler. mengenai organ lain kecuali susunan saraf pusat.

SMP kelas 8 - BIOLOGI BAB 11. SISTEM EKSKRESI MANUSIAlatihan soal 11.3

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. memenuhi fungsinya untuk membawa O 2 dalam jumlah yang cukup ke

BAB I PENDAHULUAN. Tujuh sumber utama pencemaran udara yaitu: partikel debu/partikulat

BAB I PENDAHULUAN. namun tiap tiap kelompok mempunyai peredaran darah tertentu yang mempunyai anotomi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Indeks Eritrosit atau Mean Cospuscular Value adalah suatu nilai rata-rata

biologi SET 15 SISTEM EKSKRESI DAN LATIHAN SOAL SBMPTN ADVANCE AND TOP LEVEL A. ORGAN EKSKRESI

5. Paru-paru dibungkus oleh dua selaput yang dinamakan... a. pleura b. bronkus c. alveolus d. trakea

SMP kelas 9 - BIOLOGI BAB 10. SISTEM ORGANISASI KEHIDUPANLatihan Soal 10.5

BAB 1 : PENDAHULUAN. beberapa tahun terakhir ini. Ekonomi kota yang tumbuh ditandai dengan laju urbanisasi yang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. dunia. Hal ini disebabkan karena manusia memerlukan daya dukung unsur unsur

BAB I PENDAHULUAN. Bab I Pendahuluan

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA. Viskositas darah didefinisikan sebagai kontribusi faktor reologik darah terhadap

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

Universitas Indonusa Esa Unggul FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT Jurusan Perekam Medis dan Informasi Kesehatan ANATOMI FISIOLOGI

- - SISTEM PEREDARAN DARAH MANUSIA - - dlp5darah

Transkripsi:

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pencemaran Udara Pencemaran udara adalah suatu kondisi di mana kualitas udara menjadi rusak dan terkontaminasi oleh zat-zat yang tidak berbahaya maupun yang membahayakan kesehatan tubuh manusia. Pencemaran udara sering terjadi di kota-kota besar, daerah padat industri, dan terminal yang menghasilkan gas-gas yang mengandung zat yang melebihi batas kewajaran. Selain itu pencemaran udara juga dikatakan sebagai perubahan atmosfer karena masuknya bahan-bahan kontaminan alami atau buatan ke dalam atmosfer yang mengakibatkan kelainan pada penduduk di sekitar. Sumber pencemaran udara didapat dari berbagai macam, misal industri, perkapalan, emisi kendaraan bermotor dan proses alami oleh makhluk hidup. Polutan yang berada di udara dapat berupa gas (CO, NOx, SO2, Pb). Polutan terhirup melalui saluran pernapasan, sehingga polutan dapat masuk kedalam tubuh dan masuk kedalam pembuluh darah sistemik. Terpaparnya komponen pencemaran udara dapat mempengaruhi viskositas darah, sehingga mempengaruhi beberapa hasil pemeriksaan hematologi. Beberapa ton emisi gas buangan yang buruk dilepas setiap harinya. Hal tersebut dapat mempengaruhi sistem dan fungsi syaraf pada masyarakat serta dapat mempengaruhi tingkat kecerdasan pada anak dan remaja. Efek dari pencemaran udara dapat mempengaruhi kerja jantung, saluran pernapasan, 6

7 pencernaan, serta mempengaruhi beberapa hasil pada pemeriksaan hematologi. Emisi kendaraan bermotor merupakan kontribusi terbesar terhadap konsentrasi NO2 dan CO di udara yang jumlahnya mencapai 50% bahkan lebih dan bahan bakar fosil yang kualitasnya kurang baik dapat menghasilkan emisi gas buangan yang buruk seperti partikulat, nitrogen oksida, precussor ozon, hidro karbon. Karbon monoksida apabila terhirup kedalam paru-paru akan ikut serta ke dalam peredaran darah dan menghalangi masuknya oksigen dalam jaringan tubuh. Karbon monoksida bersifat racun metabolis, yang ikut bereaksi secara metabolis dengan darah seperti halnya oksigen mudah berekasi dengan darah. Sehingga konsentrasi gas karbon monoksida (CO) di udara yang terhirup secara langsung akan mempengaruhi konsentrasi karboksihemoglobin (COHb). B. Komponen Pencemaran Udara 1. Nitrogen Oksida Gas nitrogen oksida (NOx) ada dua macam, yaitu nitrogen monoksida (NO) dan nitrogen dioksida (NO2). Gas NO yang mencemari udara secara kasat mata sulit diamati karena gas tersebut tidak berbau dan tidak berwarna. Sedangkan gas NO2 berbau sangat menyengat dan berwarna coklat kemerahan. Sifat toksisitas gas NO2 lebih kuat, apabila paru-paru terkontaminasi gas NO2 akan membengkak sehingga kesulitan untuk bernapas. Gas NO dalam batas normal tidak berbahaya bagi lingkungan, kecuali jika teroksidasi oleh oksigen menjadi lebih berbahaya karena menjadi gas NO2.

8 2. Karbon Dioksida Karbon dioksida berasal dari pembakarang sempurna dari hidrokarbon. Karbon dioksida tidak berbahaya bagi manusia, namun kenaikan kadar CO2 di udara mengakibatkan suhu di permukaan bumi menjadi meningkat. Tidak seperti senyawa CO yang mempunyai potensi bersifat racun yang berbahaya karena mampu membentuk ikatan yang kuat dengan hemoglobin. Apabila gas CO darah (HbCO) mengalami peningkatan dan cukup tinggi maka akan terjadi gejala seperti pusing, mual, sesak napas, konsentrasi menurun, tidak sadar, bahkan dapat menyebabkan kematian. 3. Belerang Oksida Sebagian besar pencemaran udara yang disebabkian oleh belerang oksida (SOx) didapati dari pembakaran bahan bakar fosil, terutama batu bara. Gas belerang oksida (SOx) ada dua macam, yaitu SO2 dan SO3. Dalam pembakaran akan menghasilkan gas SO2 lebih banyak daripada SO3. Walaupun jumlah gas SO2 lebih banyak tetapi jika bercampur dengan udara yang mengandung oksigen akan menghasilkan gas SO3. Udara yang tercemar SOx menyebabkan gangguan pada sistem pernapasan, karena SOx mudah menjadi asam tersebut menyerang selaput lendir pada hidung, tenggorokan, dan saluran pernapasan yang lain sampai ke paru-paru. Apabila waktu paparan terhadap gas SOx cukup lama maka akan terjadi peradangan yang hebat pada selaput lendir yang diikuti oleh paralysis cilia (kelumpuhan sistem pernapasan) yang diikuti kematian.

9 4. Timbal Komponen lingkungan mempunyai konsentrasi kadar timbal yang tinggi. Timbal merupakan pencemaran udara yang berasal dari gas buangan kendaraan bermotor. Juga merupakan racun yang bila menumpuk di dalam tubuh akan menumbulkan kerusakan permanen pada otak, darah dan organ tubuh lainnya. Timbal sudah terbukti merusak sistem dan fungsi syaraf pada tubuh. Apabila terlalu lama bekerja di jalanan ataupun wilayah industri dan terpapar timbal maka kadar Pb dalam darah juga tinggi, sehingga dapat juga menyebabkan hipertensi. 5. Proses Masuknya Komponen Pencemaran Udara dalam Tubuh Manusia Masuknya komponen pencemaran udara ke dalam tubuh manusia melalui sistem respirasi juga melalui sistem pencernaan. Saat manusia menghirup udara untuk bernapas, maka udara yang mengandung oksigen, nitrogen, serta gas lainnya juga ikut terhirup dan masuk ke dalam paru-paru lalu ke alveoli. Di dalam alveoli gas akan mengalami perubahan angkutan dari melalui udara berubah menjadi melalui sistem peredaran darah. Demikian maka molekul oksigen menembus dinding jaringan dan terikat oleh molekul hemoglobin dalam sel darah merah. Dalam keadaan normal hemoglobin berfungsi sebagai pengangkut oksigen (O2) dalam bentuk oksihemoglobin dari paru-paru. C. Darah Darah adalah komponen esensial makhluk hidup yang berbentuk cair dan berwarna merah. Darah membentuk 6-8% dari berat tubuh total dan terdiri dari sel darah yaitu eritrosit, leukosit, dan trombosit yang terdapat dalam plasma darah.

10 Darah mengandung elektrolit sehingga berguna sebagai medium pertukaran selsel yang terfiksasi dari tubuh dengan lingkungan luar. Fungsi utama dari darah sebagai pengatur suhu, pemelihara keseimbangan cairan, kadar asam basa darah, serta sebagai alat transport oksigen oleh hemoglobin ke jaringan dan dari jaringan. Sel darah hampir keseluruhan dihasilkan oleh sumsum tulang. Dalam tubuh tiap individu terdapat kira-kira 200-300 gram protein dalam bentuk koloid dan mempengaruhi viskositas darah. D. Macam Pemeriksaan Darah 1. Eritrosit Eritrosit merupakan bagian utama dari sel darah. Eritrosit mempunyai bentuk bikonkaf berwarna kekuning-kuningan dan dapat berwarna merah karena di dalam sitoplasma terdapat pigmen warna merah berupa hemoglobin. Sebagian besar sitoplasma eritrosit berisi hemoglobin yang mengandung Fe. Hitung eritrosit adalah jumlah eritrosit per millimeterkubik darah. Masa hidup ertirosit sekitar 120 hari, kemudian di rombak ke dalam hati dan limpa. Sebagian dari hemoglobin dirubah menjadi bilirubin dan biliverdin atau disebut pigmen biru yang member warna pada empedu. Zat besi hasil penguraian hemoglobin selanjutnya digunakan untuk membentuk sel eritrosit yang baru. 2. Hemoglobin Hemoglobin merupakan sel darah merah dalam darah arteri yang mengangkut oksigen dari paru-paru ke jaringan kan kembali lagi ke darah vena dengan karbon dioksida (CO2) ke paru-paru. Hemoglobin mengikat oksigen dari paru-paru dan membentuk oksihemoglobin (HbO2) yang selanjutnya dibawa ke

11 seluruh jaringan tubuh. Pengiriman oksigen merupakan fungsi utama dari hemoglobin. Pada pembuluh kapiler, oksihemoglobin terurai menjadi hemoglobin dan oksigen kemudian oksigen tersebut akan berdifusi ke sel-sel tubuh. Jika hemoglobin banyak mengikat oksigen maka pada darah akan berwarna cerah dan jika hemoglobin tidak banyak mengikat oksigen maka darah akan terlihat berwarna lebih gelap atau merah tua. Jika sampel keracunan CO lalu menerima O2 murni maka perubahan HbCO menjadi HbO2 meningkat. Keracunan paparan pencemaran udara yang akut dapat menyebabkan hipoksia jaringan karena penurunan transportasi O2. Definisi hemoglobin yang abnormal adalah hemoglobin yang sifat alamiah maupun kimianya berlainan dengan komplemen-komplemen normal. Sel darah merah merupakan suatu bentuk kompleks yang dibentuk oleh logam Fe dengan gugus haemo dan globin yang melibatkan 2 enzim, yaitu enzim ALAD (Amino Levulinic Acid Dehidrase) atau asam amino levulinat dehidrase dan enzim ferrokhelatase. Enzim ALAD akan bereaksi secara aktif pada awal sintesa dan selama sel darah merah bersirkulasi. Diantara enzim yang terlibat, kedua enzim tersebut termasuk yang paling rentan terhadap pencemaran udara. 3. Hematokrit Hematokrit adalah hasil pengukuran yang menyatakan perbandingan sel darah merah terdahap volume darah yang dinyatakan menggunakan satuan persen. Nilai dari hasil pemeriksaan hematokrit bervariasi tergantung pada kondisi fisik seseorang misalnya, ketinggian tempat tinggal, aktifitas sehari-hari, menderita anemia atau tidak. Semakin besar presentase sel di dalam tubuh semakin besar

12 pula hematokritnya dan mempengaruhi viskositas darah. Nilai hematokrit digunakan dalam perhitungan nilai indeks eritrosit. 4. Nilai Indeks Eritrosit Nilai indeks eritrosit dipergunakan secara luas dalam mengklasifikasi anemia atau sebagai penunjang dalam membedakan berbagai macam jenis anemia. Cara mengetahui hasil nilai indeks eritrosit dengan menghitung nilai MCV, MCH, MCHC sebagai berikut: a. MCV (Mean Corpuscular Volume) MCV mengindikasikan ukuran eritrosit, yaitu : mikrositik (MCV lebih kecil daripada normal), normositik (MCV normal), dan makrositik (MCV lebih besar daripada normal). Penurunan nilai disebabkan karena anemia mikrositik, anemia defisiensi besi (ADB), malignansi, artritis reumatoid, hemoglobinopati (talasemia, anemia sel sabit, hemoglobin C), keracunan timbal, radiasi. MCV dalam darah normal (82-92 fl) Mean corpuscular volume dihitung menggunakan rumus : x 10 b. MCH (Mean Corpuscular Hemoglobin) MCH mengindikasikan bobot hemoglobin di dalam eritrosit tanpa memperhatikan ukurannya. Derajat hemoglobinisasi sel dapat diperkirakan dengan mengukur MCH dan dapat digambarkan sebagai memiliki hemoglobin rata rata normal (normokromik) atau hemoglobin rata rata kurang daripada normal (hipokromik). MCH dalam darah normal (26-34 pg)

13 Mean corpuscular hemoglobin dihitung menggunakan rumus : x 10 c. MCHC (Mean Corpuscular Hemoglobin Concentration) MCHC mengindikasikan konsentrasi hemoglobin per unit volume eritrosit dan merupakan hal penting dalam mengevaluasi anemia dan kelainan hematologik lain. Penurunan nilai MCHC dijumpai pada anemia hipokromik, defisiensi zat besi serta talasemia. MCHC dalam darah normal (32-36%) Mean corpuscular hemoglobin concentration dihitung menggunakan rumus : x 100% 5. Anemia Anemia adalah suatu kondisi tubuh yang terjadi ketika sel-sel darah merah (eritrosit) dan Hemoglobin (Hb) yang sehat dalam darah berada dibawah nilai normal (kurang darah). Hemoglobin adalah bagian utama dari sel darah merah yang berfungsi mengikat oksigen. Jika seseorang kekurangan sel darah merah, atau hemoglobin yang normal, maka sel-sel dalam tubuh tidak akan mendapatkan oksigen yang cukup, akibatnya timbul gejala anemia. Gejala anemia seperti lemah dan lesu terjadi karena organ-organ tidak mendapatkan apa yang di butuhkan untuk berfungsi dengan baik, yaitu oksigen. Oksigen sangat dibutuhkan tubuh untuk proses fisiologis dan biokimia pada seluruh jaringan tubuh. Pasokan oksigen dan sel darah merah yang kurang

14 akan membuat seseorang mengalami anemia dan timbul gangguan fisiologis pada tubuh. Timbulnya anemia juga di sebabkan oleh asupan makanan yang salah atau sumber gizi yang tidak seimbang terutama jika zat besi kurang, karena zat besi merupakan senyawa penting sebagai penyusun hemoglobin. 6. Jenis Anemia a. Anemia mikrositik hipokrom Suatu keadaan kekurangan Fe dalam tubuh yang mengakibatkan pembentukan eritrosit atau sel darah merah mengalami ketidakmatangan (imatur). Sel darah merah yang terbentuk ukurannya lebih kecil dari normal dan hemoglobin dalam sel darah merah berjumlah sangat sedikit. Faktor penyebab utama jenis anemia ini di pengaruhi oleh daya serap tubuh terhadap zat besi. Biasanya penderita mengalami gejala anemia mikrositik hipokromik karena memilki gangguan daya serat zat besi. Akibatnya kadar zat besi yang di butuhkan untuk pembentukan darah tidak tercukupi. Anemia ini sering disebut dengan anemia defisiensi besi. b. Anemia normositik normokrom Anemia ini terjadi karena pengeluaran darah/destruksi darah yang berlebih sehingga menyebabkan sumsum tulang harus bekerja lebih keras lagi dalam proses eritropoiesis. Sehingga banyak eritrosit muda (retikulosit) yang terlihat pada gambaran darah tepi. Jika retikulosit tidak ditemukan, maka dicurigai adanya anemia aplastik, anemia defisiensi besi dan B12 yang tidak diobati, terapi radiasi, masalah endokrin, kegagalan sumsum tulang, sindrom mielodisplasia, dan alkoholism.

15 Peningkatan retikulosit menandakan respons sumsum tulang yang masih baik terhadap anemia, sehingga kemungkinan penyebab anemia dapat dipikirkan karena kelainan yang tidak melibatkan sumsum tulang, yaitu anemia hemolitik atau anemia karena perdarahan. Anemia dengan retikulosit rendah dapat terjadi karena penurunan produksi eritrosit di sumsum tulang, seperti pada anemia sekunder (penyakit hati, penyakit ginjal, dan penyakit endokrin), penyakit infiltratif (leukemia, mielofibrosis, mieloma), mielodisplasia, atau anemia aplastik. Selain itu, juga dapat ditemukan pada awal anemia penyakit kronik atau defisiensi besi. c. Anemia makrositik Anemia makrositik biasanya ditandai dengan ukuran eritrosit yang besar yang disebabkan karena pematangan eritrosit yang tidak sempurna. Ukuran eritrosit yang matang berukuran kecil, sedangkan ukuran eritrosit yang belum matang berukuran besar. Anemia makrositik disebabkan bahan pematangnya tidak sempurna, gangguan pada hepar, atau gangguan pada sumsum tulang. Gangguan ini menyebabkan eritrosit berukuran makro (MCV > 100fl). Anemia ini disebabkan karena kekurangan vitamin B 12. Sumsum tulang memerlukan vitamin B 12 dan asam folat untuk menghasilkan sel darah merah. Jika salah satunya kurang bisa terjadi anemia megaloblastik. Anemia makrositik memiliki ciri-ciri sel darah putih dan jumlah trombositnya abnormal. Pernanan asam folat dan vitamin B 12 adalah sebagai metabolisme intraseluler.

16 d. Anemia hemolitik Anemia yang terjadi ketika sel darah merah mati lebih cepat daripada proses pembentukan sel darah merah oleh sumsum tulang. Anemia hemolitik biasanya disebabkan oleh kelainan darah, racun, serta infeksi. Ada dua jenis anemia hemolitik yaitu anemia hemolitik intrinsik dan anemia hemolitik ekstrinsik. Anemia hemolitik intrinsik yaitu penghancuran sel darah merah yang terjadi karena kecacatan sel itu sendiri. Kondisi ini menyebabkan sel darah merah lebih cepat mati. Anemia hemolitik ekstrinsik yaitu proses penghancuran sel darah merah diluar dari masalah pada sel darah merah itu sendiri, artinya terjadi ketika organ limpa menghancurkan sel-sel darah merah yang sehat. Biasanya juga di sebabkan oleh penghancuran sel darah merah karena infeksi, tumor, gangguan autoimun, efek samping obat, dan leukemia.

17 E. Kerangka Teori Zat Pencemaran Udara: - Nitrogen Oksida - Karbon Dioksida - Belerang Oksida - Timbal Indeks Eritrosit Kadar Hb Viskositas darah Kadar Ht Anemia - Anemia Mikrositik Hipokrom - Anemia Normositik Normokrom - Anemia Makrositik - Anemia Hemolitik