TERAPI BERMAIN MENDONGENG DAPAT MENURUNKAN TINGKAT KECEMASAN PADA ANAK USIA PRA SEKOLAH AKIBAT HOSPITALISASI

dokumen-dokumen yang mirip
Ibnu Sutomo 1, Ir. Rahayu Astuti, M.Kes 2, H. Edy Soesanto, S.Kp, M.Kes 3

Media Ilmu Kesehatan Vol. 1, No. 3, Desember 2012 MENGGAMBAR DAN MEWARNAI MENURUNKAN TINGKAT KECEMASAN ANAK YANG DIRAWAT. Widiyono 1, Atik Badi ah 2

TERAPI BERMAIN : GAMES PENGARUHI TINGKAT ADAPTASI PSIKOLOGIS ANAK USIA SEKOLAH

PENGARUH ORIENTASI TERHADAP TINGKAT KECEMASAN ANAK PRA SEKOLAH DI BANGSAL ANAK RUMAH SAKIT BHAKTI WIRA TAMTAMA SEMARANG. Eni Mulyatiningsih ABSTRAK

KECEMASAN ANAK USIA TODDLER YANG RAWAT INAP DILIHAT DARI GEJALA UMUM KECEMASAN MASA KECIL

PENGARUH TERAPI BERCERITA TERHADAP SKALA NYERI ANAK USIA PRASEKOLAH (3-6 TAHUN) SELAMA TINDAKAN PENGAMBILAN DARAH VENA DI RSUD TUGUREJO SEMARANG

PENGARUH TERAPI BERMAIN TERHADAP RESPON KECEMASAN ANAK USIA PRASEKOLAH DALAM MENJALANI HOSPITALISASI DI RUANG SERUNI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH JOMBANG

NASKAH PUBLIKASI. Disusun oleh : Diah Luki Yunita Sari J

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Anak adalah individu unik yang mempunyai kebutuhan sesuai dengan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Sakit dan dirawat di rumah sakit khususnya bagi anak-anak dapat

Inggrith Kaluas Amatus Yudi Ismanto Rina Margaretha Kundre

Perbedaan Pengaruh Terapi Bermain Mewarnai Gambar dengan Bermain Puzzle Terhadap Kecemasan Anak Usia Prasekolah di IRNA Anak RSUP Dr.M.

BAB I PENDAHULUAN. kompetensi fisiologis dan psikososial secara bertahap. Setiap tahap psikososial

BAB I PENDAHULUAN. adanya bahaya (Mulyono, 2008). Beberapa kasus kecemasan (5-42%),

PENGARUH CERITA MELALUI AUDIOVISUAL TERHADAP TINGKAT KECEMASAN ANAK USIA PRASEKOLAH YANG MENGALAMI HOSPITALISASI DI RSU PKU MUHAMMADIYAH BANTUL

Lilis Maghfuroh Program Studi S1 Keperawatan STIKes Muhammadiyah Lamongan ABSTRAK

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Wong (2009) Masa kanak-kanak awal yaitu pada usia 3 6 tahun

SKRIPSI. Oleh : MUTIARA SIBURIAN

BAB I PENDAHULUAN. hidup mereka. Anak juga seringkali menjalani prosedur yang membuat. Anak-anak cenderung merespon hospitalisasi dengan munculnya

BAB l PENDAHULUAN. peningkatan jumlah anak di Indonesia. Hal ini memberi konsekuensi

GAMBARAN TINGKAT KECEMASAN ORANG TUA TERHADAP HOSPITALISASI ANAK DI RSUD Dr. MOEWARDI

BAB I PENDAHULUAN. perawatan sampai pemulangannya kembali ke rumah (Supartini, 2004). Hospitalisasi

TEKNIK ORANG KETIGA DENGAN EKSPLORASI PERASAAN ANAK USIA SEKOLAH SELAMA DIRAWAT DI RSUD Dr.PIRNGADI MEDAN

BAB I PENDAHULUAN. Nasional (Susenas) tahun 2010 di daerah perkotaan menurut kelompok usia 0-4

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. Hospitalisasi merupakan kebutuhan klien untuk dirawat karena adanya

Katinawati*) Ns. Sri Haryani, S.Kep**), Ns. Syamsul Arif, S.Kep.,M.Kes, Biomed**) ABSTRAK ABSTRACT

PERSEPSI ORANG TUA TENTANG PENERAPAN PRINSIP PERAWATAN ATRAUMATIK DI RUANG IBNU SINA RS PKU MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kecemasan merupakan perasaan yang timbul akibat ketakutan, raguragu,

Performance Hospital Service Against The Level Of Anxiety In Child. Performance Pelayanan Rumah Sakit Terhadap Tingkat Kecemasan Anak

FAKTOR FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PELAKSANAAN TERAPI BERMAIN

BAB I PENDAHULUAN. kelangsungannya dengan upaya stimulasi yang dapat dilakukan, sekalipun anak

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kebutuhan dasar manusia merupakan unsur-unsur yang dibutuhkan

AKTIVITAS BERMAIN MEWARNAI DAPAT MENINGKATKAN MEKANISME KOPING ADAPTIF SAAT MENGHADAPI STRES HOSPITALISASI PADA ANAK

PENGARUH BERMAIN PERAN TERHADAP KEPERCAYAAN DIRI PADA ANAK DI TK KHUSNUL KHOTIMAH SEMARANG

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

PENGARUH TERAPI BERMAIN PUZZLE TERHADAP PERILAKU KOOPERATIF ANAK USIAPRASEKOLAH SELAMA HOSPITALISASI DI RSUD TUGUREJO SEMARANG

PENGARUH TERAPI BERMAIN TERHADAP KECEMASAN AKIBAT HOSPITALISASI PADA ANAK USIA SEKOLAH YANG DI RAWAT DI RSUD dr.pirngadi MEDAN

BAB I PENDAHULUAN. diatasi. Bagi anak usia prasekolah (3-5 tahun) menjalani hospitalisasi dan

BAB I PENDAHULUAN. rumah sakit, rumah sakit adalah institusi pelayanan kesehatan yang

Emi Agustina 1, Artie Puspita 2 1 Dosen Akademi Keperawatan Pamenang 2 Perawat RSUD Pare ABSTRAK

JURNAL PENELITIAN KEPERAWATAN

FLORENTIANUS TAT 1, SELFIANA A. SING 2. Abstract

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan motorik, verbal, dan ketrampilan sosial secara. terhadap kebersihan dan kesehatan.

Mutia Yusuf, Pengaruh Terapi Bermain Terhadap Kondisi Psikologis 149

Vol 1, No 2, Oktober 2017 ISSN

BAB 1 PENDAHULUAN. kesempatan cukup untuk bermain akan menjadi orang dewasa yang mudah

NASKAH PUBLIKASI. Disusun Oleh: MARTHA AYU RACHMADANI

PENGARUH TERAPI BERMAIN TERHADAP TINGKAT KOOPERATIF SELAMA HOSPITALISASI PADA ANAK USIA PRASEKOLAH DI RSUP Dr. SOERADJI TIRTONEGORO KLATEN SKRIPSI

SKRIPSI. Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Mencapai Gelar Sarjana Keperawatan STIKES A.Yani Yogyakarta PERPUSTAKAAN

BAB I PENDAHULUAN. Dalam kehidupan anak sakit dan hospitalisasi dapat menimbulkan krisis

DAMPAK TERAPI BERMAIN TERHADAP TINGKAT KOOPERATIF PADA ANAK USIA PRASEKOLAH SELAMA MENJALANI PERAWATAN DI RS. ISLAM KLATEN. Widiawati, Suyami.

BAB 1 PENDAHULUAN. lingkungan rumah sakit untuk mendapatkan pertolongan dalam perawatan atau

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

PENGARUH BERMAIN ORIGAMI TERHADAP KECEMASAN ANAK USIA PRA SEKOLAH YANG MENGALAMI HOSPITALISASI DI RUANG MAWAR RSUD KRATON PEKALONGAN.

BAB 1 PENDAHULUAN. 2004). Hospitalisasi sering menjadi krisis utama yang harus dihadapi anak,

KECEMASAN ANAK USIA 3-6 TAHUN DENGAN HOSPITALISASI PRE DAN POST PEMBERIAN TERAPI BERMAIN

HUBUNGAN PELIBATAN ORANG TUA DALAM PEMBERIAN ASUHAN KEPERAWATAN DENGAN KECEMASAN ANAK USIA TODDLER YANG DIRAWAT DI RUMAH SAKIT

TERAPI BERMAIN PUZZLE TERHADAP RESPON PENERIMAAN OBAT PADA ANAK USIA PRASEKOLAH

PENGARUH PENERAPAN KOMUNIKASI TERAPEUTIK PERAWAT TERHADAP PERILAKU KOOPERATIF ANAK USIA TODDLER DI RSUD TUGUREJO SEMARANG

HUBUNGAN PENDAMPINGAN ORANG TUA DENGAN KECEMASAN PADA ANAK SAAT PENGAMBILAN DARAH DI RUANGAN ANAK RSUD NOONGAN KABUPATEN MINAHASA

BAB I PENDAHULUAN. anak (Undang-Undang Perlindungan Anak, 2002).

PENGGUNAAN BIDAI INFUS BERGAMBAR UNTUK MENINGKATKAN PERILAKU ADAPTIF ANAK

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

Hubungan Antara Peran Orang Tua 1

TINGKAT NYERI ANAK USIA 7-13 TAHUN SAAT DILAKUKAN PEMASANGAN INFUS DI RSUD KOTA SEMARANG

Iksirul Anwar 1, Listyana Natalia R. 2, Dian Wardanah 2 ABSTRACT

I. PENDAHULUAN Hospitalisasi sering kali menjadi krisis pertama yang harus dihadapi anak. Anak- anak, terutama selama tahun-tahun awal, sangat

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. suatu proses yang dapat diprediksi. Proses pertumbuhan dan. tumbuh dan kembang sejak awal yaitu pada masa kanak-kanak (Potter &

BAB I PENDAHULUAN. Anak merupakan seseorang yang memiliki rentang usia sejak anak dilahirkan

PERILAKU CARING PERAWAT DENGAN KECEMASAN PADA PASIEN ANAK PRASEKOLAH DI RUMAH SAKIT ANAK DAN BERSALIN (RSAB) MUHAMMADIYAH KOTA PROBOLINGGO


HUBUNGAN KOMUNIKASI TERAPEUTIK PERAWAT DENGAN TINGKAT KECEMASAN PASIEN GANGGUAN KARDIOVASKULAR YANG DIRAWAT DIRUANGAN ALAMANDA TAHUN 2015

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan yang dimulai dari bayi hingga remaja. Anak usia prasekolah adalah

PENGARUH TERAPI KOMUNIKASI TERAPEUTIK TERHADAP KEMAMPUAN BERINTERAKSI KLIEN ISOLASI SOSIAL DI RSJD DR.AMINO GONDOHUTOMO SEMARANG

dan menghasilkan pertumbuhan serta kreativitas.

PENGARUH TERAPI BERCERITA TERHADAP KECEMASAN ANAK USIA PRASEKOLAH YANG MENGALAMI HOSPITALISASI DI RSUD KABUPATEN SEMARANG

PENGARUH TERAPI BERMAIN PADA ANAK USIA PRASEKOLAH TERHADAP KEHILANGAN KONTROL DALAM HOSPITALISASI DI RUANG ANAK RSUD NGUDI WALUYO WLINGI

PENGARUH BERMAIN TERHADAP KEMAMPUAN SOSIALISASI ANAK SELAMA MENJALANI PERAWATAN DI RSUP DR. SARDJITO

BAB I PENDAHULUAN. tujuan penelitian, manfaat penelitian, dan keterbaruan penelitian.

PENGARUH BERMAIN TERAPEUTIK (PUZZLE) TERHADAP TINGKAT KECEMASAN ANAK USIA PRASEKOLAH YANG MENJALANI HOSPITALISASI DI RSU PKU MUHAMMADIYAH BANTUL

Pengaruh Permainan Edukatif Terhadap Perkembangan Pada Anak Di PAUD Cinta Bunda Desa Baran Sukoharjo

TINGKAT KECEMASAN PADA PASIEN YANG HOSPITALISASI. Nugrahaeni Firdausi

ejournal keperawatan (e-kp) Volume 1. Nomor 1. Agustus 2013

BAB I PENDAHULUAN. jika seringkali pasien dan keluarganya menunjukkan sikap yang agak

BAB I PENDAHULUAN. Bermain adalah pekerjaan anak-anak semua usia dan. merupakan kegiatan yang dilakukan untuk kesenangan, tanpa

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Sosialisasi merupakan suatu proses di dalam kehidupan seseorang yang

ANALISIS FAKTOR YANG MEMPENGARUHI MOTIVASI ORANG TUA DALAM MEMANFAATKAN ALAT-ALAT PERMAINAN EDUKATIF DI RUANG ANAK RS. BAPTIS KEDIRI ABSTRACT

BAB I PENDAHULUAN. tidak lagi dipandang sebagai miniatur orang dewasa, melainkan sebagai

BAB I PENDAHULUAN. kembang anak dipengaruhi oleh faktor bawaan (i nternal) dan faktor lingkungan.

Jurnal Ilmu Kesehatan (JIK) Vol IX No 1, Maret 2016 ISSN

PENGARUH TERAPI MUSIK TERHADAP PENURUNAN TINGKAT KECEMASAN PADA ANAK YANG DIRAWAT DI RUMAH SAKIT Dr.OEN SURAKARTA

JURNAL ARIF FIRMANTO J. ATISINA NIM :

ARTIKEL ILMIAH ertyuiopasdfghjklzxcvbnmqwertyuio. ANALISIS JURNAL: The Effect of Performing Preoperative. pasdfghjklzxcvbnmqwertyuiopasdfgh

HUBUNGAN PENERAPAN ATRAUMATIC CARE DENGAN STRES HOSPITALISASI PADA ANAK DI RUANG ANAK RUMAH SAKIT UMUM CUT MEUTIA KABUPATEN ACEH UTARA TAHUN 2015

BAB I PENDAHULUAN. penjahitan luka (Sustyowati, dkk, 2010). Potter & Perry (2005) menyebutkan bahwa menghadapi pembedahan pasien akan mengalami

ABSTRAK HUBUNGAN DUKUNGAN ORANG TUA DENGAN TINDAKAN INVASIF PEMASANGAN INFUS PADA ANAK USIA BALITA (1-5 TAHUN) DI RUMAH SAKIT IBNU SINA MAKASSAR

BAB I PENDAHULUAN. tersebut menjadi faktor stressor bagi anak baik terhadap anak maupun orang tua

Oleh; Wahyu Riniasih 1). Fatchulloh 2) 1) Staf Pengajar STIKES An Nur Purwodadi Prodi Ners 2) Staf Pengajar STIKES An Nur Purwodadi Prodi Ners

EFEKTIVITAS TERAPI BERMAIN PUZZLE DENGAN MEWARNAI GAMBAR TERHADAP TINGKAT KECEMASAN ANAK USIA PRA SEKOLAH DI RSUD 45 KUNINGAN

Transkripsi:

Media Ilmu Kesehatan Vol.3, No.1, April 2014 23 TERAPI BERMAIN MENDONGENG DAPAT MENURUNKAN TINGKAT KECEMASAN PADA ANAK USIA PRA SEKOLAH AKIBAT HOSPITALISASI Aji Kiyat W 1, Falasifah Ani Y 2, Khristina Dias U 1 1 STIKES Jenderal Ahmad Yani Yogyakarta 2 Universitas Muhammadiyah Yogyakarta ABSTRACT Background: Child is a unique individual and can also be sick with a greater risk so they need a hospitalization for diagnosing and treating the disease. Hospitalization can trigger anxiety. Reaction to anxiety can be shown by, among others: crying, being afraid, being agressive, curiosity, control-lost, confusion, refusing to eat, and refusing invasive treatment. Implementation of care for children can not be separated with the play therapy as an attempt to decrease anxiety, enhance cooperative behaviour, and stimulate the growth and development of children during their hospitalization. One of the recommended intervention is storytelling play therapy. Objective: Determine the influence of storytelling play therapy on the level of anxiety in pre-school children due to hospitalization at cempaka ward RAA Soewondo Pati Hospital. Methods: This study is quassy- experimental research design with a one- group- before- after (pretestposttest design) without control group. Total sampel in this study were 19 pre-school children using total sampling technique. Data collection was performed before and after the treatment using the instrument to know the level of anxiety that knew as HARS-A and statistic test which used is Wilcoxon signed rank test (α= 0,05). Result: The result of statistic analysis using Wilcoxon signed rank test shows significant p-value=0,000 (α= 0,05). It means storytelling play therapy has an influence on the level of anxiety in pre-school children due to hospitalization at Cempaka ward RAA Soewondo Pati Hospital. Conclusion: Storytelling play therapy has an effect to decrease the level of anxiety in pre-school children. Keywords: Play Therapy, Anxiety, Pre-school age, Hospitalization. PENDAHULUAN Hospitalisasi adalah suatu keadaan krisis pada anak. Tidak semua anak dapat melalui masa kanak-kanaknya dengan mudah, dikarenakan mengalami gangguan kesehatan semasa tumbuh kembangnya yang menyebabkan anak dirawat di rumah sakit atau menjalani hospitalisasi. (1) Keadaan ini terjadi karena anak berusaha untuk beradaptasi dengan lingkungan baru yang dianggap asing oleh anak di rumah sakit, sehingga kondisi tersebut menjadi faktor stressor bagi anak baik terhadap anak maupun orang tua dan keluarga. (2) Lingkungan rumah sakit merupakan penyebab kecemasan bagi anak baik lingkungan sosial seperti sesama pasien anak serta interaksi dan sikap petugas kesehatan maupun lingkungan fisik rumah sakit seperti bangunan atau ruang rawat, alat-alat rumah sakit, bau yang khas, pakaian putih petugas kesehatan. (2) Pada anak usia pra sekolah, sakit merupakan penyebab salah satu kecemasan. Apabila anak mengalami kecemasan tinggi saat dirawat di rumah sakit maka besar sekali anak akan mengalami gangguan somatik, psikomotor dan emosional. (3) Respon anak usia pra sekolah selama menjalani hospiitalisasi adalah kecemasan yang dapat berupa regresi yaitu hilangnya kontrol, displacement, agresi (menyangkal),

24 Media Ilmu Kesehatan Vol.3, No.1, April 2014 menarik diri, tingkah laku protes, serta lebih peka dan pasif seperti menolak makan dan lain-lain. (4) Dalam ilmu psikoneuro-imunologi dikatakan apabila seseorang mengalami kecemasan yang diakibatkan oleh berbagai macam stressor, dalam hal ini anak usia pra sekolah yang menjalani hospitalisasi, maka akan terjadi peningkatan indikator kortisol oleh Hypothalamic Pituitary Adrenal ( HPA) aksis. Peningkatan kadar kortisol dalam tubuh akan menghambat sistem imun, khususnya limfosit sehingga akan menghambat proses penyembuhan. (5) Oleh karena itu sangat diperlukan intervensi untuk mengurangi kecemasan akibat hospitalisasi, sehingga membuat anak menjadi kooperatif dan dapat menunjang proses penyembuhan. (6) Intervensi yang tepat untuk mengurangi dampak hospitalisasi adalah terapi bermain. Bermain merupakan salah satu cara yang efektif dalam mengatasi dampak selama menjalani proses hospitalisasi. Melalui bermain, anak-anak dapat mengekspresikan apapun yang mereka inginkan, mengembangkan kemampuan dan keterampilan motorik, meningkatkan kemampuan kognitif, meningkatkan percaya diri dan mengembangkan potensinya. (7) Bentuk permainan yang sesuai dengan anak usia pra sekolah antara lain: bermain menyusun puzzle, bermain game sederhana, bermain musik, bermain peran, mendengarkan cerita (dongeng), melihat buku-buku bergambar, menggambar dan mewarnai gambar. (1) Mendongeng memiliki beberapa keuntungan dibandingkan dengan terapi yang lainnya, karena mendongeng dapat memberikan kesenangan kepada anak, secara naluri anak usia pra sekolah memiliki kesenangan dalam mendengarkan cerita. Selain itu terapi mendongeng sangat efektif diberikan kepada anak yang memiliki keterbatasan energi untuk bermain. (8) Mendongeng dapat menciptakan suasana akrab antara anak dengan pendongeng sehingga dapat mengurangi tingkat kecemasan anak dan dapat menjadi penyaluran emosi yang terbendung. Selain itu, mendongeng dapat menyediakan suatu kerangka konseptual untuk berpikir yang menyebabkan anak dapat membentuk pengalaman menjadi keseluruhan yang dapat mereka pahami sehingga pesan-pesan dan instruksi yang disampaikan pendongeng kepada anak akan dapat diterima secara efektif. Dongeng menyebabkan mereka dapat memetakan secara mental pengalaman dan melihat gambaran didalam kepala mereka. Sehingga anak dapat mengerti semua tindakan medis yang diterimanya memiliki manfaat bagi proses penyembuhannya dan juga untuk mengurangi kecemasan yang dialaminya. (9) Tujuan dari penelitian ini adalah diketahuinya pengaruh terapi bermain mendongeng terhadap tingkat kecemasan pada anak usia pra sekolah akibat hospitalisasi di bangsal cempaka RSUD RAA Soewondo Pati. BAHAN DAN CARA PENELITIAN Metode penelitian kuantitatif dengan desain quasi experimental, pre test and post test without control group. Jumlah sampel sebanyak 19 anak usia pra sekolah yang menjalani perawatan di Cempaka RSUD RAA Soewondo Pati, pada bulan November- Desember 2013. Instrumen kecemasan yang digunakan mengadopsi dari McDowell (2006) yaitu pengukuran Hamilton Rating Scale Anxiety (HARS-A). Analisa pengaruh terapi bermain mendongeng terhadap tingkat kecemasan pada anak usia pra sekolah digunakan uji Wilcoxon signed rank test dengan α = 0,05. HASIL DAN PEMBAHASAN Distribusi Karakteristik Responden Karakteristik responden penelitian mayoritas berjenis kelamin laki-laki, yaitu sebanyak 12 anak (63%). A nak perempuan pada umumnya lebih adaptif terhadap stressor dibandingkan dengan anak laki-laki. Stimuli yang mengawali atau mencetuskan perubahan disebut stressor. (10) Stressor menunjukkan suatu kebutuhan yang tidak terpenuhi dan kebutuhan tersebut bisa saja kebutuhan fisiologis, psikologis, sosial,

Media Ilmu Kesehatan Vol.3, No.1, April 2014 25 lingkungan, perkembangan, spiritual, atau kebutuhan cultural. (11) Tabel 1. Distribusi Karakteristik Responden Karakteristik Responden F (%) Jenis kelamin Laki-laki Perempuan Umur anak 3 - <4 tahun 4 - <5 tahun 5 tahun Lama Perawatan 3 hari 4 hari 5 hari 6 hari Diagnosa medis DADS/ GEA Febris Kejang Demam DBD 12 7 9 4 6 9 5 4 1 6 8 3 2 63 37 47 21 32 47 27 21 5 32 42 16 10 Total 19 100 Karakteristik responden menurut tabel 1. mayoritas berumur 3-<4 tahun sebanyak 9 anak (47%). Anak usia pra sekolah mengalami tahap inisiatif sesuai teori psikososial Erikson dimana anak memasuki dunia sosial yang lebih luas, mereka lebih banyak menghadapi tantangan dari pada ketika mereka bayi dan mulai belajar mencari pengalaman baru secara aktif dalam melakukan aktivitasnya yang bertujuan menghadapi tantangan lingkungan tersebut. Hal tersebut terjadi karena pada masa usia pra sekolah adalah masa bagi anak untuk explore ke lingkungan dan cenderung lebih banyak menghabiskan waktu diluar rumah untuk bersosialisasi sehingga anak akan beradaptasi dengan lingkungan yang baru (12). Karakteristik responden berdasarkan tabel 1. mayoritas menjalani perawatan selama 3 hari sebanyak 9 anak (47%). Sebagian besar masyarakat khususnya orang tua anak atau keluarga akan membawa anak ke tempat pelayanan kesehatan setelah kurang lebih 2-3 hari. Hal itu dikarenakan orang tua anak melakukan tindakan perawatan sendiri di rumah terlebih dahulu. Keterlibatan keluarga secara langsung pada anak merupakan bagian peran dari keluarga sebagai sistem terbuka yang berfungsi sebagai pelindung anak, memenuhi kebutuhan anak dan mempertahankan kelangsungan hidup anak. (1) jenis penyakit yang dialami responden menurut tabel 1. mayoritas adalah febris yaitu sebanyak 8 anak (42%). Febris (demam) adalah kenaikan suhu tubuh (suhu rektal diatas 38 C) dan sebagai respon normal tubuh terhadap infeksi, infeksi merupakan penyebab demam terbanyak pada anakanak. (13) Tingkat Kecemasan Sebelum dan Setelah Terapi Tabel 2.Tingkat Kecemasan Sebelum dan Setelah Terapi Bermain Mendongeng pada Anak Usia Pra Sekolah di Bangsal Cempaka RSUD RAA Soewondo Pati Tingkat Sebelum Setelah kecemasan F (%) F (%) Ringan 0 0 11 57,9 Sedang 3 15,8 7 36,8 Berat 13 68,4 1 5,3 Sangat Berat 3 15,8 0 0 Total 19 100,0 19 100,0 Berdasarkan tabel 2. karakteristik responden penelitian sebelum dilakukan terapi bermain mendongeng, mayoritas mempunyai tingkat kecemasan berat yaitu sebanyak 13 anak (68,4%). Tingkat kecemasan anak setelah diberikan terapi bermain mendongeng oleh peneliti berdasarkan tabel 2. karakteristik responden mayoritas mempunyai tingkat kecemasan ringan yaitu sebanyak 11 anak (57,9%). Pada tabel 2. distribusi tingkat kecemasan responden sebelum dilakukan terapi bermain mendongeng terdiri dari tingkat kecemasan sangat berat, berat dan kecemasan sedang. Sedangkan setelah diberikan terapi bermain mendongeng distribusi tingkat kecemasan anak berubah menjadi tingkat kecemasan berat, sedang dan ringan. Banyaknya anak usia pra sekolah di ruang Cempaka RSUD RAA Soewondo Pati yang dijadikan responden sebanyak 13 anak (68,4%) mengalami kecemasan berat yang disebabkan karena beberapa hal, antara lain:

26 Media Ilmu Kesehatan Vol.3, No.1, April 2014 1. Anak mengalami trauma pada tindakan keperawatan seperti halnya pemasangan jarum infus, pemberian obat melalui suntikan dan pengambilan sampel darah. Tindakan keperawatan yang seperti itu merupakan tindakan yang menyebabkan perlukaan pada anak, menyebabkan rasa nyeri dan rasa sakit pada anak. Kecemasan meningkat ketika anak kehilangan kendali akibat adanya kelemahan fisik, rasa nyeri dan perasaan takut akan mati. Sedangkan reaksi karena luka pada tubuh dan rasa sakit, anak biasanya mengungkapkan secara verbal apa yang dirasakannya karena anak sudah mampu mengkomunikasikan rasa nyeri yang mereka alami dan mampu menunjukkan lokasinya. (2) 2. Seluruh anak usia pra sekolah yang diambil sebagai responden baru pertama kali menjalani hospitalisasi. Kecemasan anak yang dialami juga diakibatkan karena sebelumnya anak tidak diorientasikan atau dikenalkan terlebih dahulu dengan lingkungan rumah sakit tempat anak dirawat dan juga tidak diperkenalkan dengan orang-orang yang berada di dalam lingkup bangsal dan rumah sakit sehingga tingkat kecemasan yang dialami anak semakin meningkat. Pengalaman sebelumnya serta lingkungan asing merupakan penyebab kecemasan bagi anak baik lingkungan fisik rumah sakit seperti bangunan atau ruang rawat, alat-alat rumah sakit, bau yang khas, pakaian putih petugas kesehatan maupun lingkungan sosial seperti sesama pasien anak maupun interaksi dan sikap petugas kesehatan itu sendiri. (2) 3. Pembatasan aktivitas turut berpengaruh terhadap tingkat kecemasan anak ketika dihospitalisasi. Disini anak kebanyakkan menghabiskan waktu aktivitasnya ditempat tidur sehingga kecemasan yang mereka alami juga meningkat. Keterbatasan fisik dan hospitalisasi merupakan stressor yang besar bagi anak. (14) Sakit dan dirawat di rumah sakit merupakan krisis utama yang tampak pada anak. Jika anak dirawat di rumah sakit, anak akan mudah mengalami krisis karena anak stres akibat perubahan baik pada status kesehatannya maupun lingkungannya dalam kebiasaan seharihari, dan anak mempunyai sejumlah keterbatasan dalam mekanisme koping untuk mengatasi masalah maupun kejadian kejadian yang bersifat menekan. (15) Dengan diberikan terapi bermain mendongeng akan mampu menurunkan tingkat kecemasan pada anak karena ketakutan anak menjadi berkurang, anak menjadi lebih akrab dengan perawat dan lebih familiar dengan lingkungan rumah sakit serta anak tidak akan merasa jenuh karena waktu mereka diisi dengan kegiatan mendongeng. Mendongeng memiliki beberapa keuntungan dibandingkan dengan terapi yang lainnya, karena mendongeng dapat memberikan kesenangan kepada anak, secara naluri anak usia pra sekolah memiliki kesenangan dalam mendengarkan cerita. Selain itu terapi mendongeng sangat efektif diberikan kepada anak yang memiliki keterbatasan energi untuk bermain. (8) Mendongeng dapat menciptakan suasana akrab antara anak dengan pendongeng sehingga dapat mengurangi tingkat kecemasan anak dan dapat menjadi penyaluran emosi yang terbendung. (9) Analisa Pengaruh Terapi Mendongeng Terhadap Tingkat Kecemasan Tabel 3. Analisis Tingkat Kecemasan Sebelum dan Setelah Terapi Bermain Mendongeng pada Anak Usia Pra Sekolah Test Statistic Z A. Sig. (2-t) Kecemasan (sebelum) kecemasan (sesudah) -3.832.000 Tabel 3. Menjelaskan bahwa nilai Z score = -3.832, sedangkan nilai p value = 0.000. Dengan nilai p value = 0.000 < 0.05 maka H0 ditolak, yang berarti ada pengaruh terapi bermain mendongeng terhadap tingkat kecemasan pada anak usia pra sekolah

Media Ilmu Kesehatan Vol.3, No.1, April 2014 27 akibat hospitalisasi di Bangsal Cempaka RSUD RAA Soewondo Pati. Terapi bermain mendongeng yang dilakukan didasarkan pada pernyataan Supartini 4 bahwa intervensi yang penting dilakukan perawat terhadap anak berprinsip untuk meminimalkan stressor, mencegah perasaan kehilangan, meminimalkan perasaan takut dan nyeri terhadap perlukaan serta memaksimalkan perawatan di rumah sakit. Setelah diberikan terapi bermain mendongeng anak menjadi lebih terbuka dan mau berkomunikasi dengan petugas kesehatan, artinya anak mau diajak berbicara dengan perawat setelah diberi terapi bermain. Perilaku tersebut ditunjukkan ketika perawat mengajak berbicara dengan anak, anak merespon perawat dan tidak lagi diam. Hal ini terjadi karena melalui dongeng anak akan menjadi lebih akrab dengan petugas kesehatan hal ini dikarenakan penurunan tingkat kecemasan anak. KESIMPULAN Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan dapat diambil kesimpulan bahwa distribusi karakteristik responden anak usia pra sekolah mayoritas berjenis kelamin lakilaki yaitu sebanyak 12 anak (63%). Sedangkan distribusi responden menurut umur, mayoritas responden berumur 3-<4 tahun yaitu sebanyak 9 anak (47%). Mayoritas anak menjalani perawatan selama 3 hari yakni 9 anak (47%) dan diagnosa medis yang dialami anak mayoritas adalah febris dengan jumlah 8 anak (42%). Tingkat kecemasan responden sebelum dilakukan terapi bermain mendongeng, mayoritas mempunyai tingkat kecemasan berat yaitu sebanya 13 anak (68,4%), sedangkan tingkat kecemasan responden setelah dilakukan terapi bermain mendongeng, mayoritas mempunyai tingkat kecemasan ringan yaitu sebanyak 11 anak (57,9%). Sehingga ada pengaruh yang signifikan terapi bermain mendongeng terhadap penurunan tingkat kecemasan pada anak usia pra sekolah akibat hospitalisasi di Bangsal Cempaka RSUD RAA Soewondo Pati yang ditunjukkan dari hasil uji Wilcoxon Signed Rank Test dengan signifikansi p value= 0.000 < α = 0.05. Diharapkan kepala Bangsal Cempaka mengusulkan kepada Kepala Bidang Keperawatan untuk menambah ruang dan fasilitas bermain bagi pasien anak di Bangsal Cempaka RSUD RAA Soewondo Pati dan memberikan program pelatihan atau seminar tentang terapi bermain sehingga perawat dapat memberikan terapi yang lebih optimal sesuai dengan kebutuhan bermain anak berdasarkan kebutuhan perkembangan-nya dan perawat dapat memanfaatkan fasilitas ruang bermain yang akan disediakan nantinya secara optimal. Diharapkan perawat untuk lebih memperhatikan adanya pelaksanaan terapi bermain mendongang sebagai salah satu intervensi yang penting dalam menurunkan kecemasan anak selama proses hospitalisasi serta perawat diharapkan mendapatkan program pelatihan atau seminar tentang terapi bermain sehingga perawat dapat memberikan terapi yang lebih optimal sesuai dengan kebutuhan anak. KEPUSTAKAAN 1. Wong, D. L. (2004). Pedoman Keperawatan Pediatrik. Editor Sari Kurnianingsih. Edisi 4. Jakarta: EGC. 2. Supartini, Y. (2004). Buku Ajar Konsep Dasar Keperawatan Anak. Jakarta : EGC. 3. Laili, I. E. (2006). Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kecemasan Pada Anak Sekolah Yang di Rawat di Instalasi Kesehatan Anak (INSKA) RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta. FK UGM Yogyakarta: Tidak Dipublikasikan. 4. Hidayat, A. A. A. (2005). Pengantar Ilmu Keperawatan Anak. Edisi 1. Jakarta: Salemba Medika. 5. Muscari, M. (2001). Pediatric Nursing. Edisi 3. USA: Lippincott William And William Inc. 6. Adriana, D. (2011). Tumbuh Kembang dan Terapi Bermain Pada Anak. Jakarta: Salemba Medika.

28 Media Ilmu Kesehatan Vol.3, No.1, April 2014 7. Martin. (2008). Bermain Sebagai MediaTerapi. http://www.tabloidnakita.com. Diakses 28 April 2013. 8. Wong, D. L. (2009). Buku Ajar Keperawatan Pediatrik. Alih Bahasa Indonesia. Jakarta : EGC. 9. Santoso, Trisno, Tatik H dan Nanik P. (2009). Mendidik Tanpa Menggurui Melalui Dongeng Anak. Jurnal Pedalangan volume 7 no.2, Hal. 214-227. 10. Wong dan Whaley s. 2007. Nursing care of infants and children, 8th edition. St Louis: Mosby. 11. Potter, P. A. and Perry, G. P. (2005). Buku Ajar Fundamental Keperawatan, Konsep, Proses dan Praktik.Volume 2. Alih Bahasa Indonesia. Jakarta: EGC. 12. Santrock, J. W. 2011. Masa Perkembangan Anak (Children). Jilid 2. Edisi 11. Jakarta: Salemba Humanika. 13. Mahanani, Anjar. 2013. Durasi Pemberian Terapi Musik Klasik Mozart Terhadap Tingkat Kecemasan Pada Anak. FKIK Universitas Jenderal Soedirman Purwokerto. 14. Widyastuti, U. (2008). Mengoptimalkan 9 Zona Kecerdasan Majemuk Anak. Sleman: Luna Publisher. 15. Nursalam, Susilaningrum & Utami. (2005). Asuhan Keperawatan Bayi dan Anak Untuk Perawat dan Bidan. Jakarta: Salemba Medika.