BAB I. PENDAHULUAN. pustakawan. Pustakawan merupakan seseorang yang memiliki kompetensi

dokumen-dokumen yang mirip
PENGEMBANGAN KARIER PUSTAKAWAN MELALUI JABATAN FUNGSIONAL

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Perguruan tinggi adalah lembaga pendidikan tinggi yang berperan

LAPORAN AKHIR PENELITIAN PUSTAKAWAN

PETUNJUK TEKNIS PENGUSULAN ANGKA KREDIT PUSTAKAWAN DI PERPUSTAKAAN IPB

AYO JADI PUSTAKAWAN. Yuniwati Pustakawan Muda UNDIP

Seri Pengembangan Perpustakaan Pertanian no. 45. Kiat-Kiat Memperoleh Angka Kredit Optimal

Peningkatan profesionalisme pustakawan

SUMBERDAYA MANUSIA PUSTAKAWAN: SEBAGAI SALAH SATU JENJANG KARIR 1 Oleh: Ir. Abdul Rahman Saleh, Dip.Lib., M.Sc. 2

WALIKOTA SURABAYA PERATURAN WALIKOTA SURABAYA NOMOR 34 TAHUN 2009 TENTANG JABATAN FUNGSIONAL PUSTAKAWAN WALIKOTA SURABAYA,

Etty Andriaty dan Hendrawaty

VI. PUSTAKAWAN A. DASAR HUKUM

PUSTAKAWAN MENULIS, APAKAH SUATU KEHARUSAN Purwani Istiana Pustakawan Universitas Gadjah Mada

JABATAN FUNGSIONAL PUSTAKAWAN DAN REFORMASI BIROKRASI. Oleh Opong Sumiati. Dasar Hukum

PERMASALAHAN DALAM MENGUMPULAN DAN PENILAIAN ANGKA KREDIT

PENELITIAN TINDAKAN KELAS DAN PENGEMBANGAN PROFESI GURU *) Oleh: Dr. S. Eko Putro Widoyoko, M.Pd.

Jabatan Fungsional Pustakawan Berdasarkan Permenpan dan RB Nomor 9 Tahun 2014

BUTIR-BUTIR KEGIATAN PUSTAKAWAN DAN ANGKA KREDITNYA

LANGKAH LANGKAH PRAKTIS PENGUSULAN KENAIKAN PANGKAT DAN JABATAN PUSTAKAWAN. Oleh : Ir. Rita Komalasari

KEBIJAKSANAAN PEMERINTAH DALAM RANGKA PENGEMBANGAN JABATAN FUNGSIONAL

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

TELAAH KRITIS ATAS PENGATURAN ANGKA KREDIT PEMELIHARAAN BAGI WIDYAISWARA DAN KONSEKUENSINYA. Oleh: Wakhyudi. Widyaiswara Madya Pusdiklatwas BPKP

STRATEGI PENCAPAIAN ANGKA KREDIT WIDYAISWARA

WALIKOTA BUKITTINGGI PROVINSI SUMATERA BARAT

TELAAH KRITIS ATAS PENGATURAN ANGKA KREDIT PEMELIHARAAN BAGI WIDYAISWARA DAN KONSEKUENSINYA. Oleh: Wakhyudi. Widyaiswara Madya Pusdiklatwas BPKP

PENGUSULAN DUPAK PUSTAKAWAN

BAB I PENDAHULUAN. penghargaan atas dasar prestasi dan kinerjanya. dengan meningkatkan profesionalisme dalam melakukan pekerjaan sebagai guru.

BAB I PENDAHULUAN. Guru merupakan ujung tombak pendidikan. Sebagai pendidik, guru

LEMBAGA ILMU PENGETAHUAN INDONESIA TAHUN 2010

11/1/2011 TUPOKSI GURU: KARYA TULIS ILMIAH DAN PENGEMBANGAN PROFESI GURU PERMASALAHAN

PELATIHAN DAN PEDAMPINGAN PENULISAN ARTIKEL HASIL KAJIAN PUSTAKA BAGI PARA PUSTAKAWAN DI PROPINSI BALI

LAPORAN PENELITIAN PUSTAKAWAN ANALISIS HUBUNGAN ANTARA PENERIMAAN TUNJANGAN KINERJA DENGAN INOVASI KERJA PUSTAKAWAN

PENTINGNYA WORKSHOP DAN PELATIHAN MENINGKATKAN KEMAMPUAN WIDYAISWARA DALAM MEMBUAT KARYA TULIS ILMIAH

Keywords: pengembangan keprofesian berkelanjutan, penelitian tindakan kelas

WALIKOTA SURABAYA PERATURAN WALIKOTA SURABAYA NOMOR 42 TAHUN 2008 T E NTA N G JABATAN FUNGSIONAL PENYULUH PERTANIAN WALIKOTA SURABAYA

PENINGKATAN KINERJA TIM PENYUSUN UNSUR PENILAIAN DAN ANGKA KREDIT PUSTAKAWAN

Penyamaan Persepsi Pengumpulan AK Pustakawan. Irawan Anggota Tim Penilai Pusat Jabatan Fungsional Pustakawan Perpusnas, Senin 3 April 2017

Perpustakaan Nasional Republik Indonesia PEDOMAN PEMILIHAN PUSTAKAWAN BERPRESTASI TERBAIK TINGKAT NASIONAL TAHUN 2012

Pengalaman menjadi Tim Penilai Jabatan Fungsional Pustakawan IPB ( )

Analisis Pengembangan Karir Jabatan Fungisional Peneliti Di Balai Litbang Gangguan Akibat Kekurangan Iodium (GAKI) Magelang Tahun 2013

BAB 1 PENDAHULUAN. Pola produktivitas pengarang...,malta Nelisa, FIB Universitas UI, 2009 Indonesia

Seminar, Workshop & Munas FPPTI. Pendahuluan. Latar Belakang Pentingnya Sertifikasi Kesejahteraan Rakyat. Pertumbuhan ekonomi Daya Saing

Pengembangan Keprofesian Berkelanjutan dan Keterkaitannya dengan PUBLIKASI ILMIAH

KEPUTUSAN PENGURUS YAYASAN SLAMET RIJADI YOGYAKARTA TENTANG

2017, No KEP/58/M.PAN/6/2004 tentang Jabatan Fungsional Penggerak Swadaya Masyarakat dan Angka Kreditnya; c. bahwa berdasarkan pertimbangan seb

KEPUTUSAN MENTERI PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA NOMOR 132/KEP/M.PAN/12/2002 TENTANG JABATAN FUNGSIONAL PUSTAKAWAN DAN ANGKA KREDITNYA

KONDISI PUSTAKAWAN PERPUSTAKAAN PERGURUAN TINGGI DI INDONESIA 1

PERPUSDOKINFO merupakan SUMBER PENYEDIA INFORMASI MEMFASILITASI AKSES INFORMASI. kepada Masyarakat (pemustaka)

1 Universitas Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. Pemerintah dalam negara hukum modern (welfarestate) tidak hanya

PENGELOLAAN e-skp (ELEKTRONIK SASARAN KINERJA PEGAWAI) DALAM UPAYA MENSTANDARISASIKAN KOMPETENSI PUSTAKAWAN. Oleh: Lolytasari, M.Hum.

MANAJEMEN KARIR JABATAN FUNGSIONAL

MODUL PENGEMBANGAN KARIR PNS (PENELITI) Pusbindiklat Peneliti. Diklat Jabatan Fungsional Peneliti Tingkat Pertama

MENTERI PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA DAN REFORMASI BIROKRASI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA

2 Indonesia Tahun 2014 Nomor 6, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5494); 2. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2014 tentang Majelis Permusya

TEKNIK PENILAIAN ANGKA KREDIT PENGEMBANGAN PROFESI PRAMINTO ADI.S.IP KEPALA BAGIAN SDM APARATUR, HUKUM DAN ORGANISASI BADAN RISET DAN SDM KP

WALIKOTA SURABAYA PERATURAN WALIKOTA SURABAYA NOMOR 43 TAHUN 2008 T E NTA N G JABATAN FUNGSIONAL MEDIK VETERINER WALIKOTA SURABAYA

10/7/2012 PENJELASAN TEKNIS PENGUSULAN JABATAN AKADEMIK OLEH: Sudarman, M.Si KEPALA BAAK STKIP SETIA BUDHI RANGKASBITUNG DASAR HUKUM

by Opong-Sosialisasi Perka No. 2 Th 2017-Perpusnas 18 Juli 2017

- 2 - Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3547), sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Pemerintah Nomor 40 Tahun 2010 (Lembaran Negara Republ

PROBLEMATIKA KINERJA PUSTAKAWAN DI PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS NEGERI PADANG

SAMBUTAN KEPALA PERPUSTAKAAN NASIONAL RI PADA RAPAT KERJA PUSAT XVII DAN SEMINAR ILMIAH PUSTAKAWAN INDONESIA

MENULIS SEBAGAI SARANA MENINGKATKAN BUDAYA BACA DAN PROFESIONALISME PUSTAKAWAN Haryani Pustakawan UPT Perpustakaan Undip

PENGKAJIAN SEBARAN BUTIR KEGIATAN PUSTAKAWAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR (SUATU STUDI KASUS)

EMBAGA A LEMBAGA ADMINISTRASI NEGARA REPUBLIK INDONESIA

MENTERI PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEPUTUSAN MENTERI PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA NOMOR: 132/KEP/M.PAN/12/2002 TENTANG

KARYA TULIS ILMIAH DAN PENGEMBANGAN PROFESI GURU

2016, No Menetapkan MEMUTUSKAN: : PERATURAN MENTERI PERTAHANAN TENTANG JABATAN FUNGSIONAL PENELITI DAN ANGKA KREDITNYA BAGI PEGAWAI NEGERI SIP

2016, No Indonesia Nomor 5494); 3. Peraturan Pemerintah Nomor 16 Tahun 1994 tentang Jabatan Fungsional Pegawai Negeri Sipil (Lembaran Negara

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 61 TAHUN 2010 TENTANG TUNJANGAN JABATAN FUNGSIONAL PENYULUH PERIKANAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

MENTERI PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEPUTUSAN MENTERI PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA NOMOR: 132/KEP/M.PAN/12/2002 TENTANG

MENTERI PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA DAN REFORMASI BIROKRASI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA

PETUNJUK TEKNIS PENYUSUNAN SARI KARANGAN ILMIAH

KONDISI SUMBERDAYA MANUSIA DI PERPUSTAKAAN IPB: ANTARA HARAPAN DAN KENYATAAN 1 Oleh: Ir. Abdul Rahman Saleh, Dip.Lib., M.Sc. 2

PENGANGKATAN PEGAWAI NEGERI SIPIL DALAM

KAJIAN MINAT PENULISAN KARYA TULIS ILMIAH PADA MAJALAH SAINS DAN TEKNOLOGI DIRGANTARA (MSTD) DAN BERITA DIRGANTARA (BD)

DAFTAR USUL PENETAPAN ANGKA KREDIT JABATAN STATISTISI MADYA

DAFTAR USUL PENETAPAN ANGKA KREDIT JABATAN PRANATA KOMPUTER MADYA

JABATAN FUNGSIONAL PENGELOLA PENGADAAN BARANG/ JASA

PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM NOMOR : 34/PRT/M/2007 TENTANG PEMBINAAN JABATAN FUNGSIONAL DI LINGKUNGAN DEPARTEMEN PEKERJAAN UMUM

FAKTOR-FAKTOR PENGHAMBAT PUSTAKAWAN DEPARTEMEN PERTANIAN DALAM MEMPEROLEH ANGKA KREDIT

PENGEMBANGAN KEPROFESIAN BERKELANJUTAN DALAM PENILAIAN PRESTASI KERJA GURU

KEBERADAAN KOLEKSI IPBANA DI PERPUSTAKAAN IPB

PERATURAN NOMOR : PER.07/MEN/V/2007 TENTANG PEDOMAN POLA KARIR DAN POLA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN JABATAN FUNGSIONAL PENGANTAR KERJA

MENTERI PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA DAN REFORMASI BIROKRASI REPUBLIK INDONESIA

WALIKOTA SURABAYA PERATURAN WALIKOTA SURABAYA NOMOR 15 TAHUN 2010 TENTANG JABATAN FUNGSIONAL ARSIPARIS WALIKOTA SURABAYA,

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR PRODUKTIVITAS KERJA PADA PEGAWAI PERPUSTAKAAN ITS

2017, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2003 Nomor 47, Tamb

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

INOVASI PERPUSTAKAAN BERBASIS TEKNOLOGI UNTUK LAYANAN INFORMASI, PENELITIAN DAN REKREASI DI STMIK AKAKOM YOGYAKARTA

PENGANGKATAN PNS DALAM JABATAN FUNGSIONAL PUSTAKAWAN MELALUI PENYESUAIAN/INPASSING

2015, No Mengingat : c. bahwa penyesuaian substansi peraturan sebagaimana dimaksud pada huruf b ditetapkan dengan Peraturan Kepala Lembaga Admi

PENTINGNYA SERTIFIKASI PUSTAKAWAN BAGI PUSTAKAWAN DI PTN/PTS INDONESIA

2015, No Peraturan Pemerintah Nomor 53 Tahun 2010 (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2010 Nomor 74, Tambahan Lembaran Negara Republik I

BAB 1 PENDAHULUAN. Pemerintah kota Malang mengharapkan supaya semua pegawai negeri tak

BAB I PENDAHULUAN. dengan perkembangan pola kehidupan masyarakat, kebutuhan, pengetahuan, dan

DAFTAR USUL PENETAPAN ANGKA KREDIT. JABATAN PENYULUH PERTANIAN PENYELIA Nomor : KETERANGAN PERORANGAN UNSUR YANG DINILAI

Keterkaitan PUBLIKASI ILMIAH Dengan PKB

BERITA DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2013 NOMOR 41 SERI E

dan menilai hasil pembelajaran, menganalisis hasil pembelajaran, melaksanakan tindak lanjut hasil penilaian

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA,

Transkripsi:

BAB I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Keberadaan suatu perpustakaan tidak bisa dipisahkan dari pustakawan. Pustakawan merupakan seseorang yang memiliki kompetensi yang diperoleh melalui pendidikan dan/atau pelatihan kepustakawanan serta mempunyai tugas dan tanggung jawab untuk melaksanakan pengelolaan dan pelayanan perpustakaan (UU No 43 tahun 2007). Pustakawan merupakan tenaga pengelola perpustakaan, yang menjadi perancang sekaligus pelaksana segenap layanan yang ada di perpustakaan. Hal ini menjadikan pustakawan sebagai pemegang peran penting dalam pengelolaan perpustakaan. Peran pustakawan dalam pengelolaan perpustakaan seperti ini diakui oleh pemerintah melalui Surat Keputusan Menteri Negara Pendayaan Aparatur Negara (MENPAN) Nomor 18 tahun 1988 tentang Jabatan Fungsional Pustakawan dan Angka kreditnya. Peraturan ini kemudian juga dilengkapi dengan Surat Edaran Bersama (SEB) antara Kepala Perpustakaan Nasional RI dan Kepala Badan Kepegawaian Negara Nomor 53649/MPK/1998 dan Nomor 15/SE/1998. Peraturan tersebut juga merupakan bentuk pengakuan atas kedudukan pustakawan dalam kelompok jabatan fungsional. Peraturan jenjang karir pustakawan ini sekaligus mencerminkan dorongan yang diberikan kepada para pustakawan agar mereka berusaha memaksimalkan segenap potensi yang dimiliki demi mencapai prestasi (Surachman, 2009). Adanya jenjang karir 1

2 melalui jabatan fungsional ini diharapkan bisa mendorong pustakawan untuk lebih produktif dalam menjalankan tugas dan fungsinya. Tugas-tugas ini berkaitan dengan: pengorganisasian dan pendayagunaan koleksi perpustakaan atau sumber-sumber informasi; pemasyarakatan perpustakaan, dokumentasi dan informasi (perpusdokinfo) hingga pengkajian pengembangan perpusdokinfo. Salah satu tugas utama yang diemban pustakawan dalam bidang pengkajian dan pengembangan perpusdokinfo adalah pengembangan profesi. Salah satu unsur dalam pengembangan profesi adalah kegiatan menulis karya ilmiah, baik yang dipublikasikan maupun dipresentasikan dalam seminar atau pertemuan ilmiah (Perpustakaan Nasional Republik Indonesia, 2008). Penulisan karya ilmiah di kalangan pustakawan merupakan hal yang penting, karena ia merupakan sarana pengembangan keilmuan sekaligus sarana komunikasi profesi. Atas dasar nilai strategis ini, maka wajar apabila pemerintah memberikan dukungan terhadap kegiatan penulisan karya ilmiah. Dukungan ini terlihat dari peraturan angka kredit pustakawan. Salah satu ketentuan dalam peraturan tersebut menyatakan bahwa kegiatan-kegiatan yang berkaitan dengan penulisan karya ilmiah digolongkan dalam unsur utama dalam pengajuan Daftar Usulan Penetapan Angka Kredit (DUPAK), bukan unsur penunjang. Ketentuan angka kredit pustakawan juga mengatur bahwa nilai angka kredit untuk kegiatan pengembangan profesi ini lebih besar daripada

3 nilai angka kredit untuk kegiatan teknis. Sebagai gambaran, nilai angka kredit untuk penulisan karya ilmiah yang dimuat dalam majalah ilmiah perpusdokinfo adalah 2 untuk setiap artikel. Nilai ini jauh lebih tinggi apabila dibandingkan dengan nilai angka kredit untuk pengolahan bahan pustaka, berupa klasifikasi sederhana, yang hanya bernilai 0,003 untuk setiap judul bahan pustaka (Perpustakaan Nasional Republik Indonesia, 2008). Kegiatan penulisan karya ilmiah di kalangan pustakawan juga mendapatkan dukungan dari berbagai institusi. Berbagai perpustakaan dan organisasi perpustakaan telah menerbitkan jurnal ataupun majalah ilmiah untuk mewadahi karya ilmiah pustakawan. Redaksi jurnal dan majalah ilmiah bahkan menyediakan imbalan untuk setiap karya ilmiah yang dimuat. Tidak hanya itu, berbagai perpustakaan dan organisasi perpustakaan juga seringkali menyelenggarakan pelatihan dan lomba penulisan karya ilmiah bagi pustakawan. Namun, dukungan dalam berbagai bentuk tersebut ternyata belum bisa menarik pustakawan untuk lebih aktif dalam kegiatan penulisan karya ilmiah. Ini dapat diketahui dari keluhan yang disampaikan oleh pengelola jurnal dan majalah ilmiah perpustakaan di Indonesia. Menurut mereka, walau jumlah jurnal perpustakaan cukup banyak, namun kontinuitas penerbitannya masih tersendat. Kendala kontinuitas ini diantaranya disebabkan oleh kurangnya tulisan pustakawan. Menurut Haryono, hal ini ditengarai karena motivasi pustakawan menulis di kalangan pustakawan yang relatif rendah (Haryono dan Pranoto dalam Sumantri, 2004).

4 Bila ini dirunut lebih jauh lagi, ternyata karya ilmiah yang ditulis oleh pustakawan juga tergolong sangat terbatas. Beberapa artikel yang diterbitkan dalam beberapa jurnal perpustakaan umumnya ditulis oleh pustakawan senior, sedangkan tulisan pustakawan muda relatif sedikit (Pranoto dalam Sumantri, 2004). Hal ini terbukti melalui kajian sebaran butir kegiatan pustakawan di Institut Pertanian Bogor. Hasi kajian ini memperlihatkan bahwa kegiatan penulisan karya ilmiah masih didominasi oleh Pustakawan Madya, padahal kegiatan tersebut seharusnya dapat dilakukan oleh pustakawan dari semua jenjang (Khayatun, 2008). Fakta lain yang bisa digunakan untuk membantu memahami penulisan karya ilmiah di kalangan pustakawan adalah hasil evaluasi yang dilakukan oleh Pusat Perpustakaan Pertanian dan Komunikasi Penelitian. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa terbatasnya karya tulis para pustakawan/petugas perpustakaan disebabkan karena kualitas tulisan yang tidak layak terbit (Sumantri, 2004). Uraian di atas mencerminkan berbagai sisi permasalahan yang berkaitan dengan produktivitas karya ilmiah di kalangan pustakawan. Produktivitas ini berkaitan dengan jumlah tulisan yang dihasilkan oleh penulis dalam jangka waktu tertentu (Kellog, 1994: 62). Produktivitas ilmiah sendiri merupakan tuntutan bagi mereka yang bekerja di bidang pengembangan ilmu, contohnya dosen. Di kalangan dosen, produktivitas seorang dosen akan dinilai buruk bila ia tidak menjalankan proses pengembangan keilmuan, berupa penelitian, karya ilmiah, dll. (Santoso

5 dalam Sumardi, 2009). Tentu hal seperti ini juga berlaku pula bagi pustakawan, yang juga memiliki tugas dalam pengembangan profesi melalui penulisan karya ilmiah. Produktivitas karya ilmiah di kalangan pustakawan menarik untuk dikaji karena selain mendapatkan dukungan dari berbagai pihak, pustakawan juga memiliki akses terhadap sumber informasi yang luas dan beragam (Sumantri, 2004). Mereka juga dituntut untuk dapat mengajarkan literasi informasi, yakni keterampilan dalam mencari, mengevaluasi, mengelola dan menggunakan informasi kepada masyarakat pengguna perpustakaan. Hal ini tentu membawa implikasi bahwa pustakawan harus bisa mempraktikkan literasi informasi, sebelum mengajarkan keterampilan ini kepada para pengguna perpustakaan. Salah satu bentuk praktik literasi informasi yang bisa dilakukan oleh pustakawan adalah melalui penulisan karya ilmiah. Literasi informasi sendiri memiliki keterkaitan dengan permasalahan kualitas dan kuantitas karya ilmiah yang telah diuraikan sebelumnya. Literasi informasi yang rendah akan mengakibatkan kualitas karya ilmiah yang dihasilkan belum memenuhi standar yang ditetapkan. Inilah yang disebut dengan istilah garbage in, garbage out (Donaldson, 2004). Istilah ini mengandung makna bahwa penggunaan informasi yang tidak bermutu pada akhirnya akan mengakibatkan rendahnya kualitas hasil tulisan. Literasi informasi juga berpengaruh pada kuantitas karya ilmiah (Ranaweera, tanpa tahun). Produktivitas menulis, dalam hal ini dilihat dari kuantitas karya ilmiah, tidak hanya memerlukan kemampuan dalam mencari

6 informasi, memahami bacaan, mengingat informasi, namun juga proses berpikir (Kellog, 1994). Semua ini tercakup dalam literasi informasi (Todd, 1999). Alasan-alasan di atas memperkuat alasan mengapa pustakawan harus melek informasi (information literate). Melek informasi sendiri bisa dicapai ketika seseorang menunjukkan perilaku melek informasi (Boon, dkk dalam Timmers, 2009). Dengan demikian, melek informasi tidak hanya mencakup pengetahuan tentang cara mencari, mengevaluasi dan menggunakan informasi, namun juga menunjukkan perilaku informasi yang efektif (Todd, 1999). Pembahasan literasi informasi dengan melihat aspek kognitif dan perilaku ini tentu tidak bisa lepas dari pembahasan tentang modal manusia. Modal manusia merupakan akumulasi pengetahuan dan keterampilan yang didapatkan seseorang melalui pendidikan, pelatihan atau dari pengalaman hidup (Hubbard, O'Brien, dan Rafferty, 2012: 165). Dengan demikian, modal manusia sebenarnya terbentuk dari pendidikan, pelatihan dan pengalaman. Ketiga hal ini memperluas pengalaman seseorang dalam berinteraksi dengan informasi. Pengalaman berinteraksi dengan informasi ini dapat menumbuhkan literasi informasi (Bruce, 2012). Modal manusia juga menjadi faktor pendorong produktivitas individu. Seseorang yang mengembangkan modal manusia berarti ia telah meningkatkan kapasitas produktif mereka (Becker, 1964). Akumulasi

7 pengetahuan dan keterampilan ini menyebabkan seseorang akan mampu menyelesaikan pekerjaannya dengan lebih baik. Pemanfaatan modal manusia dalam pelaksanaan suatu tugas atau pekerjaan sendiri juga berkaitan dengan motivasi seseorang. Potensi modal manusia akan mencapai titik maksimal manakala seseorang memiliki motivasi untuk memanfaatkan potensi yang ia miliki (Fey, 2005). Dengan demikian, maka produktivitas juga dipengaruhi oleh motivasi. Dari uraian yang telah dipaparkan, maka dapat dilihat keterkaitan antara modal manusia, literasi informasi dan motivasi dengan produktivitas karya ilmiah di kalangan pustakawan. Hal tersebut menjadi dasar dalam melakukan kajian terhadap produktivitas karya ilmiah di kalangan pustakawan Universitas Diponegoro (UNDIP). UPT Perpustakaan UNDIP berusaha mendorong kegiatan penulisan karya ilmiah di kalangan pustakawan dengan menetapkan beberapa kebijakan. Kebijakan tersebut diantarnya berupa: penyediaan wadah untuk penerbitan karya ilmiah pustakawan berupa majalah ilmiah Warta Perpustakaan ; penyelenggaraan Forum Komunikasi Pustakawan untuk mendorong pustakawan untuk menyampaikan hasil karya ilmiah yang telah mereka susun kepada rekan-rekannya; pelatihan penulisan karya ilmiah untuk meningkatkan kemampuan menulis para pustakawan, bahkan pelatihan pemanfaatan blog sebagai sarana publikasi karya ilmiah pustakawan. Kebijakan-kebijakan ini diharapkan dapat mendorong pustakawan untuk lebih aktif dalam kegiatan penulisan karya ilmiah, demi pengembangan

8 kapasitas pustakawan sendiri, pengembangan profesi pustakawan maupun pengembangan UNDIP sebagai institusi. Terkait dengan tujuan yang terakhir UPT Perpustakaan UNDIP berusaha menjaga keberlanjutan Warta Perpustakaan, majalah ilmiah terbitan UPT Perpustakaan UNDIP. Selain itu, UPT Perpustakaan UNDIP juga berusaha untuk mendorong pustakawan agar memberikan sumbangan terhadap usaha peningkatan peringkat webometrics UNDIP melalui karya ilmiah yang mereka tulis. Namun, tujuan ini belum bisa sepenuhnya tercapai. Redaksi Warta Pustakawan masih mengalami kesulitan dalam mendapatkan tulisan dari pustakawan UNDIP. Sejak penerbitannya dari tahun 1977, penerbitan Warta Perpustakaan bahkan sempat terhenti beberapa kali, yaitu pada periode 1980-1994, dan 2000-2010. Salah satu kendala yang ditemui dalam kontinuitas publikasi ini adalah terbatasnya artikel yang diserahkan kepada redaksi. Redaksi Warta Pustakawan menyatakan bahwa jumlah artikel yang masuk masih sedikit. Sedikitnya jumlah tulisan pustakawan ini juga bisa ditelusuri melalui Daftar Usulan Angka Kredit Pustakawan. Dari 39 pustakawan, 15 orang tidak pernah mengajukan karya ilmiah dalam Daftar Usulan Penetapan Angka Kredit. Apabila hal di atas dilihat dari sudut pandang produktivitas ilmiah, maka bisa dikatakan bahwa produktivitas karya ilmiah di kalangan pustakawan UNDIP belum baik, karena belum semua pustakawan melakukan kegiatan ini. Kenyataan di atas mendorong penulis untuk mengetahui lebih lanjut tentang bagaimana pengaruh modal manusia, literasi informasi dan

9 motivasi terhadap produktivitas karya ilmiah di kalangan pustakawan Universitas Diponegoro. 1.2 Masalah Penelitian Bertolak dari latar belakang penelitian yang telah dipaparkan di atas, penulis merumuskan masalah yang akan dijawab dalam penelitian ini sebagai berikut : Bagaimana pengaruh modal manusia, literasi informasi dan motivasi terhadap produktivitas karya ilmiah di kalangan pustakawan Universitas Diponegoro? 1.3 Tujuan Penelitian Sejalan dengan masalah penelitian di atas, tujuan penelitian dalam tesis adalah untuk mengetahui pengaruh modal manusia, literasi informasi, dan motivasi terhadap produktivitas penulisan karya ilmiah di kalangan pustakawan. 1.4 Manfaat Penelitian Diharapkan penelitian ini memberikan manfaat teoritis dan praktis, yaitu : 1. Manfaat teoritis Penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan kajian teoritis guna penelitian lebih lanjut mengenai pengaruh modal manusia, literasi informasi, motivasi dan produktivitas karya ilmiah pustakawan. Diharapkan pula bahwa hasil penelitian ini dapat memperkaya khasanah

10 penelitian di bidang ilmu informasi dan perpustakaan, terutama mengenai literasi informasi. 2. Manfaat praktis Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan kepada berbagai pihak yang berkeinginan untuk mendorong produktivitas karya ilmiah di kalangan pustakawan. 1.5 Keaslian Penelitian Beberapa penelitian yang berkaitan dengan modal manusia, literasi informasi, motivasi ataupun produktivitas karya ilmiah pustakawan telah dilakukan sebelumnya, diantaranya yang dilakukan oleh Mas'an (2011) dan Wulandari (2010). Adapun perbedaan penelitian ini dengan kedua penelitian tersebut dapat dilihat melalui tabel berikut ini. Pembeda Penelitian Wulandari (2011) Tabel 1.1 Perbandingan Penelitian Penelitian Mas an (2011) Perbedaan dengan penelitian ini Judul Literasi Informasi Pustakawan dan Kaitannya dengan Faktor Internal Pustakawan: Studi Deskriptif pada Pustakawan Perguruan Tinggi Swasta di Surabaya Motivasi dan Kemampuan Pustakawan dalam Menulis Karya Ilmiah pada Perpustakaan Universitas Airlangga Pengaruh Modal Manusia, Literasi Informasi dan Motivasi terhadap Produktivitas Karya Ilmiah Pustakawan Metode penelitian Pendekatan kuantitatif deskriptif menggunakan metode survei Pendekatan kuantitatif deskriptif menggunakan metode survei. Pendekatan kuantitatif menggunakan metode survei

11 Populasi dan sampel Populasi berupa pustakawan di perguruan tinggi swasta di Surabaya. Teknik pengambilan sampel dengan simple random sampling. Populasi berupa pustakawan di Perpustakaan Universitas Airlangga, dengan pendidikan minimal D2. Teknik pengambilan sampel dengan purposive sampling. Populasi penelitian berupa pustakawan di Universitas Diponegoro. Teknik pengambilan sampel dengan total sampling. Teknik pengumpulan data Data primer dikumpulkan melalui wawancara terstruktur Data primer dikumpulkan melalui kuesioner dengan pertanyaan terbuka. Data primer dikumpulan dengan kuesioner dengan pertanyaan jawaban tertutup, semi terbuka dan terbuka serta wawancara. Analisis data Analisa deskriptif Analisa deskriptif Pengujian pengaruh dengan metode SEM Hasil penelitian Tingkat literasi informasi pustakawan di PTS di Surabaya tergolong tinggi. Faktor internal pustakawan, yaitu : motivasi dan sikap terhadap profesi pustakawan berhubungan dengan tingkat literasi informasi pustakawan. Motivasi yang mendasari pustakawan dalam menulis karya ilmiah adalah instrumentalitas. Keyakinan akan perolehan penghargaan mendorong pustakawan untuk menulis karya ilmiah demi mencapai jabatan yang lebih tinggi. Kemampuan pustakawan dalam menulis tidak hanya terbatas pada kegiatan menulis karya ilmiahnya, namun juag memperhatikan sikap rekan kerja maupun atasan.