BAB I PENDAHULUAN. dan lain sebagainya yang semuanya menyebabkan tersingkirnya rasa

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Peristiwa merosotnya moral di kalangan remaja, akhir-akhir ini

BAB I PENDAHULUAN. Hampir setiap hari kasus perilaku agresi remaja selalu ditemukan di media

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Masa remaja merupakan masa yang penuh konflik, karena masa ini adalah

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. manusia yang menghubungkan masa kanak-kanak dan masa dewasa (Santrock,

BAB I PENDAHULUAN. Manusia senantiasa membutuhkan kehadiran orang lain untuk berinteraksi

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. 1. Deskripsi Proses Persiapan dan Pelaksanaan Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. dari hubungan dengan lingkungan sekitarnya. individu dan memungkinkan munculnya agresi.

BAB 1 PENDAHULUAN. perilaku agresi, terutama di kota-kota besar khususnya Jakarta. Fenomena agresi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. psikis, maupun secara sosial (Hurlock, 1973). Menurut Sarwono (2011),

BAB I PENDAHULUAN. Remaja merupakan fase yang disebut Hall sebagai fase storm and stress

BAB III METODE PENELITIAN. metode pendekatan kuantitatif. Menurut Arikunto (2002) bahwa penelitian

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Remaja merupakan generasi penerus bangsa di masa depan, harapanya

BAB I PENDAHULUAN. mulai bergabung dengan teman seusianya, mempelajari budaya masa kanakkanak,

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Diah Rosmayanti, 2014

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. sebagai bekal untuk hidup secara mandiri. Masa dewasa awal atau early health

BAB I PENDAHULUAN. memiliki konsep diri dan perilaku asertif agar terhindar dari perilaku. menyimpang atau kenakalan remaja (Sarwono, 2007).

BAB I PENDAHULUAN. adalah kekerasan yang terjadi pada anak. Menurut data yang di dapat dari

BAB I PENDAHULUAN. Keluaga mempunyai fungsi tidak hanya terbatas sebagai penerus keturunan

BAB I PENDAHULUAN. minat, sikap, perilaku, maupun dalam hal emosi. Tingkat perubahan dalam sikap

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja seringkali dihubungkan dengan mitos dan stereotip mengenai

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. terjadi perbaikan perilaku emosional. Kematangan emosi merupakan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. bahwa aksi-aksi kekerasan baik individual maupun massal sudah merupakan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pesatnya perkembangan ilmu pengetahuan dan kemajuan teknologi tidak

Hubungan Antara Kematangan Emosi Dan Kepercayaan Diri Dengan Penyesuaian Diri Pada Remaja Awal Di SMK PGRI 3 KEDIRI

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. lingkungan tempat individu berada. Remaja menurut Monks (2002) merupakan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. terutama karena berada dibawah tekanan sosial dan menghadapi kondisi baru.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. remaja (Hurlock, 2003). Di dalam masa remaja juga terdapat tahapan perkembangan yang

BAB II LANDASAN TEORITIS

BAB I PENDAHULUAN. mengalami perkembangan baik fisik dan psikis dari waktu ke waktu, sebab

LAPORAN PENELITIAN HUBUNGAN ANTARA EGOSENTRISME DAN KECENDERUNGAN MENCARI SENSASI DENGAN PERILAKU AGRESI PADA REMAJA. Skripsi

BAB I PENDAHULUAN. Sekolah merupakan pendidikan kedua setelah lingkungan keluarga, manfaat

BAB I PENDAHULUAN. penuh dengan kenangan yang tidak mungkin akan terlupakan. Menurut. dari masa anak ke masa dewasa yang mengalami perkembangan semua

PERILAKU AGRESI PADA MAHASISWA DITINJAU DARI KEMATANGAN EMOSI

BAB I PENDAHULUAN. Salah satunya adalah krisis multidimensi yang diderita oleh siswa sebagai sumber

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Sekolah merupakan salah satu tempat bertumbuh dan berkembangnya

BAB II KAJIAN PUSTAKA. atau tumbuh menjadi dewasa. Istilah adolescere juga mempunyai arti yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Berbicara tentang siswa sangat menarik karena siswa berada dalam kategori

BAB I PENDAHULUAN. Sebuah pemberitaan di Jakarta menyatakan ham p ir 40% tindak

BAB 1 PENDAHULUAN. Masa remaja adalah periode perkembangan disaat individu mengalami

HUBUNGAN ANTARA KECERDASAN EMOSIONAL DENGAN KOHESIVITAS PEER GROUP PADA REMAJA SKRIPSI

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

HUBUNGAN ANTARA RELIGIUSITAS DENGAN KECENDERUNGAN PERILAKU DELIKUEN SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pada masa remaja, hubungan sosial mengambil peran yang penting. Mereka

BAB III METODE PENELITIAN. tidak adanya hubungan antara dua variabel atau lebih. Dengan teknik korelasional

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. menyakiti, mengancam atau membahayakan individu-individu atau objek-objek

BAB I PENDAHULUAN. lingkungan sekolah. Perkelahian tersebut sering kali menimbulkan

BAB I PENDAHULUAN. Masa kanak-kanak merupakan salah satu periode perkembangan yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dewasa ini sering kita dengar tentang banyaknya kasus kekerasan yang

BAB I PENDAHULUAN. lain, saling memberikan pengaruh antara satu dengan yang lain dan ingin

BENTUK AGRESIF REMAJA PELAKU KEKERASAN (SURVEY PADA SISWA KELAS 11 SMA NEGERI 2 KAB. TANGERANG)

BAB I PENDAHULUAN. remaja. Masa remaja merupakan masa peralihan dari masa kanak-kanak ke masa

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. adalah bahwa aksi-aksi kekerasan baik individual maupun massal sudah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Tindak kekerasan merupakan hal yang sangat meresahkan bagi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Masa remaja merupakan masa transisi antara masa kanak-kanak dengan

BAB III METODE PENELITIAN

JURNAL HUBUNGAN ANTARA KEHARMONISAN KELUARGA DENGAN PERILAKU AGRESIF SISWA KELAS VII SMP PGRI 1 KEDIRI TAHUN PELAJARAN 2016/2017

BAB I PENDAHULUAN. baik dari faktor luar dan dalam diri setiap individu. Bentuk-bentuk dari emosi yang

BAB I PENDAHULUAN. mereka dapat tumbuh dan berkembang secara optimal. Siswa Sekolah Menengah

BAB I PENDAHULUAN. seperti menyakiti orang lain baik fisik maupun verbal. menurut Herbert (Aisyah, 2010) agresivitas merupakan tingkah laku yang

BAB I PENDAHULUAN. sebagai contoh kasus tawuran (metro.sindonews.com, 25/11/2016) yang terjadi. dengan pedang panjang dan juga melempar batu.

BAB IV PELAKSANAAN DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. suatu konflik/masalah (Nashori, 2008). Sebagian orang mungkin ada yang merasa

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan masa peralihan dari anak-anak menuju

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. proses perkembangan yang serba sulit dan masa-masa membingungkan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Nurlaela Damayanti, 2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Intany Pamella, 2014

BAB I PENDAHULUAN. penggemarnya amat luas. Jika kita bicara di era globalisasi sepak bola,

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Masa remaja merupakan periode baru didalam kehidupan seseorang, yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. menyenangkan dan muncul dalam bermacam-macam bentuk dan tingkat kesulitan,

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja dikenal dengan masa yang penuh dengan pergolakan emosi yang diiringi

RINGKASAN SKRIPSI. dalam bentuk verbal juga ada. Tak jarang masing-masing antar anggota pencak

2015 EFEKTIVITAS STRATEGI BIMBINGAN KELOMPOK DENGAN PENDEKATAN REALITAS UNTUK MEREDUKSI PERILAKU AGRESIF

Skala Agresivitas Petunjuk Pengisian Skala

BAB I PENDAHULUAN. memasuki masa dewasa (Rumini, 2000). Berdasarkan World Health. Organization (WHO) (2010), masa remaja berlangsung antara usia 10-20

BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang

BAB I PENDAHULUAN. dijalanan maupun ditempat-tempat umum lainnya (Huraerah, 2007).

BAB I PENDAHULUAN. berupa ejekan atau cemoohan, persaingan tidak sehat, perebutan barang

BAB I PENDAHULUAN. alkohol, napza, seks bebas) berkembang selama masa remaja. (Sakdiyah, 2013). Bahwa masa remaja dianggap sebagai suatu masa dimana

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan emosi menurut Chaplin dalam suatu Kamus Psikologi. organisme mencakup perubahan-perubahan yang disadari, yang mendalam

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Masa dewasa awal adalah suatu masa dimana individu telah

BAB 1 PENDAHULUAN. penuh gejolak dan tekanan. Istilah storm and stress bermula dari psikolog

Agresivitas. Persahabatan. Kesepian. Penolakan

BAB I PENDAHULUAN. banyak anak yang menjadi korban perlakuan salah. United Nations Children s

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. langsung maupun tidak langsung seperti pada media massa dan media cetak. Seorang

FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS DIPONEGORO

BAB III METODE PENELITIAN. dimanipulasi atau diubah ubah. Dengan teknik regresi linier sederhana, peneliti

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

1. PENDAHULUAN. Peningkatan kemajuan teknologi merupakan suatu proses yang terjadi dalam

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Lina Nurlaelasari, 2013

I. PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan suatu masa, dimana individu berjuang untuk tumbuh menjadi sesuatu,

HUBUNGAN ANTARA KONSEP DIRI DENGAN KENAKALAN REMAJA PELAKU TATO

BAB I PENDAHULUAN. mulai memasuki masa dewasa. Oleh karena itu, periode remaja dapat

Transkripsi:

1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Fenomena akhir-akhir ini sangatlah memprihatinkan, karena kecenderungan merosotnya moral bangsa hampir diseluruh dunia. Krisis moral ini dilanjutkan dengan menyuburnya hidup konsumtif, materialistis, hedonis, dan lain sebagainya yang semuanya menyebabkan tersingkirnya rasa kemanusiaan, kebersamaan dan kesetiakawanan sosial khususnya dikalangan remaja. Krisis moral tersebut terbukti ketika banyak para pelajar yang sayogjanya memiliki ilmu pengetahuan yang luas belum bisa mencerminkan moralnya dengan baik sehingga memprihatinkan dunia pendidikan khususnya di indonesia. Hal tersebut terbukti jika banyak para pelajar khususnya remaja melakukan tindakan kekerasan, diantaranya tawuran sesama pelajar, memukul, mengolok-olok dan melecehkan, dan merosotnya rasa hormat pada orang tua maupun guru dan sebagainya. Perkembangan perilaku agresif terjadi sejak masa bayi, dilanjutkan dengan pada masa pra-sekolah, masa usia sekolah, remaja hingga dewasa. Namun demikian ditemukan bahwa ada masa kritis dimana perilaku agresif dapat menjadi sebuah kecenderungan yang dapat bertahan sampai masa dewasa. 1

2 Masa tersebut adalah masa usia sekolah dan remaja. Pada masa usia sekolah, perilaku agresif dapat menjadi sumber kenakalan kronis dan kejahatan pada remaja. Perilaku agresif secara konsisten menunjukkan kekurangan dalam kemampuan interpersonal terhadap perencanaan dan manajeman agresi. Perilaku agresif dikalangan remaja terbukti akhir-akhir ini meningkat tajam dan menjadi sorotan berbagai media. Keadaan ini tentu sangat memprihatinkan. Berita tentang perkelahian antar individu maupun kelompok (tawuran) sering kali hadir dimedia cetak, radio dan televisi. Bentuk perilaku agresif menjadi beragam, dari perkelahian, perusakkan, perampokan, mengolokolok, mencela, pembunuhan dan tindak kriminal lainnya. Sulit dibayangkan oleh akal sehat, perilaku agresif dalam bentuk membunuh sesama yang dilakukan oleh remaja kadang terkesan dilakukan tanpa perasaan. Misalnya peristiwa tawuran pelajar yang terjadi dijakarta antara pelajar SMA 70 dan SMA 78 jakarta di jalan bulungan raya, Rabu (25/4). Tawuran terjadi ketika puluhan pelajar SMA 87 menyerang pelajar SMA 70 yang sedang berkumpul di depan gedung sekolah (http://news.detik.com., diunduh 11 januari 2013). Tawuran pelajar juga terjadi antara pelajar STM Penerbangan dan SMK Bakti, Cawang, Jaktim terlibat tawuran pada kamis (10/11) siang. Akibatnya dua pelajar SMK Bakti mengalami luka-luka dibagian lengan kiri dan dipunggung belakang hingga menembus ke paru-paru. Sedangkan 6 pelajar dari STM Penerbangan yang membawa senjata tajam diserahkan ke kejaksaan negri jakarta selatan (http://www.metrotvnews.com., diunduh 8 Mei 2012 ).

3 Fenomena juga terjadi ketika peneliti melakukan survey ditempat lokasi tersebut (22 April, 2013). Tidak sengaja peneliti melihat ada beberapa anak lakilaki yang terlihat beradu mulut, yang satu terlihat marah dan membalas perkataan temannya yang mencemoohnya. Sehingga saling terjadi bersahutsahutan suara, penyebabnya belum diketahui dengan pasti. Akan tetapi pertengkaran tersebut tidak sampai menimbulkan perkelahian atau beradu fisik. Fenomena juga peneliti temukan di SMA Antartika Buduran Sidoarjo yang terjadi pada 2012-2013. Dari informasi yang peneliti dapat dari salah satu guru BK dan data permasalahan anak yang ditulis sendiri oleh siswa-siswa tersebut, permasalahannya antara lain yakni terlambat masuk kelas sehingga sering bolos, tidak masuk kelas karena main PS dengan teman, maen ke gor, meninggalkan kelas waktu pelajaran, bertengkar dengan aksi pukul memukul karena saling beradu mulut dengan menjelek-jelekkan, menfitnah dan mencaci maki melalui fb, sms. Dan berbicara tidak sopan terhadap lawan jenis kakak kelas, bermain remi dikelas. Masa remaja disebut juga masa untuk menemukan identitas diri (self identity). Usaha pencarian identitas pun, banyak dilakukan dengan menunjukkan perilaku coba-coba, perilaku imitasi atau identifikasi. Ketika remaja gagal menemukan identitas dirinya, dia akan mengalami krisis identitas atau identity confusion, sehingga mungkin saja akan terbentuk sistem kepribadian yang bukan menggambarkan keadaan diri yang sebenarnya. Reaksi-reaksi dan ekspresi emosional yang masih labil dan belum terkendali pada masa remaja

4 dapat berdampak pada kehidupan pribadi maupun sosialnya. Dia menjadi sering merasa tertekan dan bermuram durja atau justru dia menjadi orang yang berperilaku agresif. Pertengkaran dan perkelahian seringkali terjadi akibat dari ketidakstabilan emosinya. Kemampuan individu untuk merespon stimulus yang berpengaruh terhadap lingkungannya dapat ditunjukkan dengan pribadi yang sehat, terarah dan jelas sesuai dengan stimulus serta tanggung jawab atas segala keputusan dan perbuatannya terhadap lingkungan. Jika hal tersebut terpenuhi, maka individu tersebut dikatakan matang emosinya (Cole dalam Khotimah, 2006) SMA Antartika merupakan salah satu lembaga pendidikan Formal menengah keatas yang usia siswanya masuk kategori remaja. Masa remaja dianggap mulai pada anak secara seksual menjadi matang dan berakhir saat ia mencapai usia matang. Garis pemisah antara awal masa remaja dan akhir masa remaja terletak kira-kira sekitar usia tujuh belas tahun : usia saat mana rata-rata setiap remaja memasuki sekolah menengah tingkat atas. Masa remaja sebagai usia bermasalah, karena ketidakmampuan mereka untuk mengatasi masalahnya menurut cara yang mereka yakini, banyak remaja yang akhirnya menemukan bahwa penyelesaiannya tidak selalui sesuai dengan harapan mereka (Hurlock,1980:208). Mappiare (1983:192) bentuk-bentuk agresif remaja dapat dicirikan dengan tindakan yang cenderung merusak, melanggar peraturan-peraturan dan menyerang. Adapun gejala umum agresif pada masa remaja adalah bertindak

5 kasar sehingga menyakiti orang lain, suka berkelahi, membuat kegaduhan dalam masyarakat atau sekolah, mengolok-olok secara berlebihan, mengabaikan perintah, melanggar peraturan, sangat sering berbohong, suka bolos sekolah, suka melanggar kehormatan seks lawan jenis dan seterusnya. Menurut Berkowitz (dalam Taganing dan Fortuna, 2008) perilaku agresif adalah segala bentuk perilaku yang dimaksudkan untuk menyakiti seseorang, baik secara fisik maupun secara psikis. Sedangkan Buss dan Perry (dalam Mu arifah, 2005) membagi agresi menjadi 4 bagian yakni : Agresi Fisik ( Phicical Aggression), Agresif Verbal ( Verbal Aggression), Kemarahan (Ager), dan Permusuhan (Hostility). Begitu juga dengan Myers (1966 dalam Sarwono, 2002) membagi agresi dalam dua jenis yaitu agresi rasa benci atau agresi emosi (hostile aggression) dan agresi sebagai sarana untuk mencapai tujuan lain (instrumental aggression. Jenis agresi pertama adalah ungkapan kemarahan dan ditandai dengan emosi yang tinggi. Perilaku agresi dalam jenis pertama ini adalah tujuan dari agresi itu sendiri. sedangkan agresi instrumental umumnya tidak disertai emosi. Agresi disini hanya merupakan sarana untuk mencapai suatu tujuan. Menurut Mappiere (1983:153) ciri-ciri orang yang telah matang emosinya adalah sebagai berikut : a) Rasa kasih sayang, pemberian kasih sayang secara wajar. b) Emosi terkendali, dapat mengendalikan dan mengekspresikan emosinya sehingga tidak merugikan diri sendiri maupun lingkungannya ditandai dengan menahan diri untuk tetap tenang dan tidak mudah bertindak secara

6 emosional. c) Emosi terbuka lapang, menerima dan menghargai saran dan kritik orang lain. d) Emosi terarah, individu dengan kendali emosinya sehingga tenang, dapat mengarahkan ketidakpuasan dan konflik-konflik dengan penyelesaian yang kreatif dan konstruktif. Sedangkan kematangan emosi menurut menurut Hurlock (1980:213) adalah kemampuan individu menilai situasi secara kritis terlebih dulu sebelum bereaksi secara emosional, tidak lagi bereaksi tanpa berfikir sebelumnya seperti anak-anak atau orang yang tidak matang. Perilaku agresif yang dilakukan oleh seseorang bisa terjadi karena pengaruh lingkungan, baik itu lingkungan keluarga, masyarakat, teman sebaya dan juga media masa (Bandura, dalam Subur 2010). Perilaku agresif selain dipengaruhi oleh faktor eksternal seperti diatas juga dapat dipengaruhi oleh faktor internal yang ada dalam diri individu tersebut yakni salah satunya adalah kematangan emosi (Mundy, dalam Rahayu 2008). Dari beberapa penjelasan diatas, peneliti ingin menghubungkan antara kematangan emosi dengan perilaku agresif remaja pada siswa di SMA Antartika. Sehingga penelitian ini diharapkan untuk bisa mengetahui hubungan antara kematangan emosi dengan perilaku agresif remaja siswa kelas XI SMA Antartika Buduran Sidoarjo.

7 B. Rumusan Masalah Apakah terdapat hubungan antara kematangan emosi dengan perilaku agresif remaja siswa kelas XI SMA Antartika Buduran Sidoarjo? C. Keaslian Penelitian Winarsih, dkk (2007) melakukan penelitian mengenai perilaku agresif. Dalam penelitian ini variabel yang digunakan adalah perilaku agresif dan kecerdasan emosional. Subjek dalam penelitian ini adalah anak jalanan di alunalun kota malang. Hasil analisis data dengan Uji Korelasi Rank Spearman menggunakan SPSS 12 For Windows diperoleh hasil koefisien korelasi -0,633 dapat disimpulkan bahwa ada hubungan yang terjadi cukup erat. Nilai koefisien korelasi adalah negatif berarti semakin tinggi kecerdasan emosional maka diperikirakan skor perilaku agresif orang tersebut akan semakin rendah. Mua arifah (2005) telah melakukan sebuah penelitian mengenai agresivitas. Dalam penelitiannya variabel yang digunakan adalah agresivitas dan kecemasan. Subjek penelitian ini adalah mahasiswa fakultas ilmu pendidikan jurusan bimbingan konseling. Dari hasil penelitiannya dengan menggunakan Analisis Product Moment diperoleh hasil koefisien korelasi 0,459, r² adalah 0,21067 dengan P (0,05), ini berarti ada hubungan yang positif antara kecemasan dengan agresivitas diterima. Vrintiana (2011) juga melakukan penelitian mengenai mengenai hubungan antara kegemaran anak bermain game dengan kontrol diri dan

8 perilaku agresif. penelitian ini menggunakan penelitian kuantitatif. Analisis datanya menggunakan regresi ganda dengan diperoleh hasil nilai hitung = 2,395 an sig (p) = 0,019. Sehingga hasilnya ada hubungan yang significant antara bermain game dengan perilaku agresif. Perbedaan penelitian ini dengan penelitian sebelumnya mengenai perilaku agresif adalah pada variabel bebas yang mana pada penelitian sebelumnya menggunakan variabel bebas menggunakan kecerdasan emosi, kecemasan dan kegemaran anak bermain game. Sedangkan dalam penelitian ini peneliti mencoba menghubungkan kematangan emosi dengan perilaku agresif remaja siswa kelas XI SMA Antartika Buduran Sidoarjo. Dan yang membedakannya lagi adalah subjek dan tempat penelitian yang sengaja peneliti ambil di sekolah SMA antartika khusus kelas XI. D. Tujuan Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk menguji secara empirik hubungan antara kematangan emosi dengan perilaku agresif remaja siswa kelas XI SMA Antartika Buduran Sidoarjo. E. Manfaat Penelitian 1. Secara teoritik : Penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan bagi pengembangan ilmu psikologi, khususnya psikologi pendidikan dan sosial.

9 Sehingga dapat memberikan manfaat terhadap pengembangan ilmu pengetahuan, dalam mengembangkan teori-teori baru. 2. Secara praktis : a. Penelitian ini diharapkan dapat memberi informasi bagi masyarakat, khususnya anak remaja mengenai kematangan emosi dengan perilaku agresif remaja. Sehingga bagi remaja yang memiliki kematangan emosi belum stabil dapat belajar menahan emosinya ketika dia sedang dalam keadaan marah maupun dalam menyikapi masalah sehingga tidak berprilaku secara emosional. b. Bagi Sekolah khususnya para guru yang mengajar di SMA Antartika dapat memberikan bimbingan atau pembinaan bagi siswa-siswinya supaya dapat mengembangkan kepribadian anak didiknya agar menjadi siswa yang unggul tidak hanya dari segi inteligensi, moral dan juga sosialnya. Akan tetapi diharapkan dapat juga unggul dalam bidang emosionalnya. F. Sistematika Pembahasan Penelitian ini memiliki sistematika pembahasan sebagai berikut, yakni : Bab I: menjelaskan mengenai latar belakang masalah, rumusan masalah, keaslian penelitian, tujuan penelitian, manfaat penelitian, dan sistematika pembahasan.

10 Bab 11: menjelaskan mengenai kajian pustaka yang terdiri dari: uraian tentang variabel-variabel yang akan diteliti yaitu kematangan emosi dan perilaku agresif remaja, hubungan antara kedua variabel, kerangka teoritik, dan hipotesis. Bab III: menjelaskan metode yang digunakan dalam penelitian yang terdiri dari : rancangan penelitian, identifikasi variabel, definisi operasional variabel penelitian, populasi, sampel dan teknik sampling, instrument penelitian, dan analisis data. Bab IV: menjelaskan hasil penelitian dan pembahasan yang terdiri dari : hasil penelitian, pengujian hipotesis, dan pembahasan hasil penelitian. saran. Selanjutnya bab V yang berisi penutup yang terdiri dari : kesimpulan dan