BAB 1 PENDAHULUAN. Pendidikan di Indonesia pada tingkat satuan menengah atas saat ini di

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. A Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Siswa Sekolah Menengah Atas (SMA) termasuk individu-individu yang

diri yang memahami perannya dalam masyarakat. Mengenal lingkungan lingkungan budaya dengan nilai-nilai dan norma, maupun lingkungan fisik

BAB I PENDAHULUAN. hakekatnya merupakan segala situasi hidup yang mempengaruhi perkembangan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Mutia Faulia, 2014

BAB I PENDAHULUAN. Perencanaan karir merupakan salah satu aspek yang penting dalam. perkembangan karir individu. Kecakapan dalam mengambil keputusan,

BAB I PENDAHULUAN. Deasy Yunika Khairun, Layanan Bimbingan Karir dalam Peningkatan Kematangan Eksplorasi Karir Siswa

BAB I PENDAHULUAN. (dalam Jurnal Anisah: 2015.) menyebutkan bahwa siswa SMA berada pada masa

2016 PERAN BIMBINGAN KARIR, MOTIVASI MEMASUKI DUNIA KERJA DAN PENGALAMAN PRAKERIN TERHADAP KESIAPAN KERJA SISWA SMK

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Muhibbu Abivian, 2013

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Berakhirnya suatu pendidikan formal, diharapkan seseorang dapat

PENINGKATAN KEMATANGAN KARIER SISWA MELALUI LAYANAN KONSELING KELOMPOK. Lutiyem SMP Negeri 5 Adiwerna, Kabupaten Tegal, Provinsi Jawa Tengah

BAB I PENDAHULUAN. sebagian pihak yang menjadikan kewirausahaan ini sebagai trend-trend-an. enggannya lulusan perguruan tinggi untuk berwirausaha.

BIMBINGAN DAN KONSELING DALAM IMPLEMENTASI KURIKULUM Disampaikan oleh HARTONO Program Studi BK FKIP Universitas PGRI Adi Buana Surabaya

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Wangi Citrawargi, 2014

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Memasuki Abad 21, perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang

BAB I PENDAHULUAN. perkuliahan. Selama mengenyam pendidikan di perguruan tinggi, mahasiswa

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Banyaknya para pencari kerja di Indonesia tidak di imbangi dengan

BAB I PENDAHULUAN. semakin banyak pengalaman yang remaja peroleh dalam memantapkan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. berkualitas ini diupayakan melalui sektor pendidikan baik pendidikan sekolah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. remaja adalah memilih dan menyiapkan lapangan pekerjaan, dimana minat

BAB I PENDAHULUAN. individu. Dalam bekerja, seseorang dituntut untuk melaksanakannya

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja dipandang sebagai masa permasalahan, frustrasi dan

BAB I PENDAHULUAN. remaja, yakni masa peralihan dari masa kanak-kanak menuju dewasa. Menurut

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dengan perkembangan teknologi dan ilmu pengetahuan yang sangat pesat

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Setiap negara di dunia telah memasuki awal era globalisasi, dimana

BAB I PENDAHULUAN. Tahun Tertinggi yang Ditamatkan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. mempengaruhi perkembangan dan pertumbuhan ekonomi suatu bangsa. Artinya

BAB I PENDAHULUAN. untuk menghadapi Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) Oleh karena itu

BAB I PENDAHULUAN. disebabkan karena jumlah lapangan kerja yang tersedia lebih kecil dibandingkan. seiring dengan bertambahnya jumlah penduduk.

BAB I PENDAHULUAN. Pada bab pendahuluan ini akan diuraikan latar belakang masalah, rumusan

BAB I PENDAHULUAN. Setiap individu memiliki kondisi internal, di mana kondisi internal tersebut

BAB 1 PENDAHULUAN. Dengan kata lain SMK dapat menghasilkan lulusan yang siap kerja.

UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA 2013

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dewasa yang sehat, di mana pun dan kapan pun dirinya berada. Betapa orang akan

EFEKTIVITAS LAYANAN KONSELING KARIR UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN ADAPTASI KARIR MAHASISWA BK FIP UNJ ANGKATAN 2011

BAB I PENDAHULUAN. individu untuk menuju kedewasaan atau kematangan adalah masa remaja

BAB I PENDAHULUAN. dan efisiensi, bersikap mental dan berwawasan (Wiratno, 2008).

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Masa remaja adalah masa peralihan dari masa kanak-kanak

BAB I PENDAHULUAN. Dalam proses pemenuhan tugas perkembangan tersebut, banyak remaja yang

2015 EFEKTIVITAS BIMBINGAN KELOMPOK DENGAN MENGGUNAKAN TEKNIK JOHARI WINDOW UNTUK MENINGKATKAN PEMAHAMAN DIRI

BAB I PENDAHULUAN. Kualitas sumber daya manusia dipandang sebagai faktor kunci dalam era

BAB XII PEMINATAN PESERTA DIDIK

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan mempunyai peranan yang sangat penting sebagai kebutuhan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Sebagai hukum dasar, UUD 1945 merupakan sumber hukum tertulis,

BAB 1 PENDAHULUAN. Individu dengan beragam potensi yang dimilikinya melakukan berbagai

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Manusia merupakan makhluk ciptaan Tuhan yang paling sempurna dan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Kemampuan seseorang dalam menentukan sendiri pekerjaan yang sesuai

BAB I PENDAHULUAN. Setiap hari, di seluruh dunia, jutaan orang harus bekerja atau sekolah.

BAB I PENDAHULUAN. dewasa yang sehat, di mana pun dan kapan pun mereka berada. Karir dipandang

BAB I PE DAHULUA. Siswa sebagai generasi penerus bangsa dituntut untuk bisa mandiri, dewasa, dan juga

KONTEKS TUGAS DAN EKSPEKTASI KINERJA KONSELOR

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Gugun Ruslandi, 2016 Pengaruh Program Mahasiswa Wirausaha Terhadap Minat Berwirausaha

BAB I PENDAHULUAN. Sebagai lembaga pendidikan formal, sekolah diharapkan mampu. memfasilitasi proses pembelajaran yang efektif kepada para siswa guna

BAB I PENDAHULUAN. etimologis, remaja berasal dari kata Latin adolensence yang berarti tumbuh atau

BAB I PENDAHULUAN. dirinya, masyarakat, bangsa dan negara. Pendidikan kejuruan merupakan

BAB I PENDAHULUAN. hidup ini semakin rumit, menuntut berbagai aspek kehidupan untuk dapat mengatasi

DIKLAT/BIMTEK KTSP 2009 DEPARTEMEN PENDIDIKAN NASIONAL HALAMAN 1

BAB I PENDAHULUAN. ini, banyak usaha atau bahkan industri yang menolak para pelamar kerja karena

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Lutma Ranta Allolinggi, 2013

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pesatnya perkembangan ilmu pengetahuan dan kemajuan teknologi tidak

USAHA YANG DILAKUKAN SISWA DALAM MENENTUKAN ARAH PILIHAN KARIR DAN HAMBATAN-HAMBATAN YANG DITEMUI (Studi Deskriptif terhadap Siswa SMA N 3 Payakumbuh)

BAB I PENDAHULUAN. dari hidup manusia dalam menghadapi berbagai masalah untuk pemenuhan

I. PENDAHULUAN. sehingga memerlukan penyesuaian, peningkatan sarana dan prasarana yang. diperlukan untuk mendukung terselenggaranya roda pemerintahan.

BAB I PENDAHULUAN. dalam bidang perekonomian, perindustrian, dan pendidikan. yang diambil seseorang sangat erat kaitannya dengan pekerjaan nantinya.

BAB I PENDAHULUAN. masa depan. Hal tersebut diamanatkan dalam Pasal 27 Peraturan Pemerintah

BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI DAN REKOMENDASI

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. juga diharapkan dapat memiliki kecerdasan dan mengerti nilai-nilai baik dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. tahun. Menurut Erickson masa remaja merupakan masa berkembangnya identity.

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang Masalah. Di Indonesia banyaknya para pencari kerja tidak di imbangi dengan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Devi Eryanti, 2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Imas Halimatusa diah, 2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. Dunia sedang memasuki zaman informasi, bangsa-bangsa yang belum maju ada

BAB I PENDAHULUAN. kerja dengan pemenuhan kompetensi diberbagai pengembangan. Pada masa

BAB I PENDAHULUAN. Pada Bab ini dibahas mengenai latar belakang masalah. Latar belakang masalah

BAB I PENDUHULUAN. masa depan bangsa, seperti tercantum dalam Undang-Undang RI. No 20 Tahun

BAB. I PENDAHULUAN. Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) adalah salah satu wahana pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. ketidakmampuan. Orang yang lahir dalam keadaan cacat dihadapkan pada

2016 HUBUNGAN PEMAHAMAN KEPUSTAKAWANAN DENGAN KREATIVITAS PENGELOLAAN PERPUSTAKAAN SEKOLAH

BAB I PENDAHULUAN. terpenting dalam kehidupan manusia dewasa yang sehat, di mana pun dan kapan

BAB I PENDAHULUAN. Ganda (PSG), sebagai perwujudan kebijaksanan dan Link and Match. Dalam. Dikmenjur (2008: 9) yang menciptakan siswa atau lulusan:

BAB I PENDAHULUAN. global telah menciptakan multi crisis effect yang membuat perusahaan di

KEADAAN KETENAGAKERJAAN INDONESIA AGUSTUS 2009

BAB I PENDAHULUAN. lapangan tidak begitu adanya. Pengangguran terdidik bagi para lulusan

BAB I PENDAHULUAN. Bimbingan dan Konseling memiliki peranan yang sangat menentukan

BAB I PENDAHULUAN. membekali diri dengan ilmu pengetahuan agar dapat bersaing dan

BAB IV ANALISIS TENTANG POLA BIMBINGAN KARIR BAGI SANTRIWATI DI PONDOK PESANTREN AL-FALAH DAN KETERKAITANNYA DENGAN TEORI BIMBINGAN KARIR

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja menurut Elizabeth B Hurlock, (1980:25) merupakan salah

BAB I PENDAHULUAN. perilaku yang diinginkan. Pendidikan mempunyai peranan yang sangat penting

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. kehidupan manusia yang paling unik, penuh dinamika, sekaligus penuh dengan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. tingkat pekerjaan yang sesuai. Serta mengimplementasikan pilihan karir

BAB I PENDAHULUAN. Memasuki era globalisasi yang terjadi saat ini ditandai dengan adanya

Transkripsi:

1 BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pendidikan di Indonesia pada tingkat satuan menengah atas saat ini di desain untuk mengarahkan peserta didik dapat belajar sesuai dengan minat dan tujuan hidupnya di masa yang akan datang. Pernyataan tersebut sesuai dengan maksud dan tujuan disususnnya Kurikulum 2013 sebagai pengganti kurikulum tingkat satuan pendidikan atau KTSP. Walaupun peserta didik diberikan kebebasan dalam minat pendidikan, Iwan Pranoto (Oebaidillah; 2013) menyatakan dewasa ini telah terjadi pendewaan pada salah satu kelompok lingkungan rekayasa pendidikan yaitu kelompok Ilmu Pengetahuan Alam (IPA). Kondisi tersebut bertolak belakang dengan keputusan akhir peserta didik saat memilih jurusan perkuliahan. Sebuah fakta dilapangan menunjukan banyaknya peserta didik dari kelompok IPA yang berpindah dan memilih jurusan IPS pada saat kuliah, dengan harapan persaingan yang lebih mudah. Sikap tersebut jelas memperlihatkan rasa percaya diri (confidence) yang kurang peserta didik terhadap keputusan pada saat memilih kelompok IPA atau IPS. Sebuah artikel dalam blogs yang ditulis oleh Wahidyan K. F.(2012) mendapatkan respon sebanyak 603 komentar menanyakan berbagai hal berkaitan dengan pemilihan jurusan di tingkat sekolah maupun perguruan tinggi. Komentar yang sangat banyak dari peserta didik menunjukan rasa ingin tahu (curiosity) peserta didik terhadap informasi dan keputusan karir. Jumlah komentar yang 1

2 sangat banyak dari sebuah artikel juga menjadi indikator kemungkinan banyaknya peserta didik yang tidak terlayani dalam mendapatkan informasi pendidikan lanjutan. Fenomena ini dapat menyebabkan peserta didik tidak mampu beradaptasi dengan lingkungan kelas/sekolah yang baru dikarenakan peserta didik tidak memahami kondisi transisi karir. Dalam lingkungan sekolah, tugas untuk memberikan informasi mengenai pendidikan lanjutan dan pengenalan karir selayaknya diberikan oleh guru bimbingan dan konseling. Syamsu Yusuf (Supriatna, 2013: 70) menyebutkan tugas tersebut merupakan implementasi materi program bimbingan dan konseling agar peserta didik memiliki kemampuan untuk merumuskan tujuan, perencanaan, atau pengelolaan terhadap dirinya. Beban tugas pendidik tersebut dipertegas dalam buku Rambu-rambu Penyelenggaraan Bimbingan dan Konseling dalam Jalur Pendidikan Formal (2007) yang menyebutkan : Tugas-tugas pendidik untuk mengembangkan peserta didik secara utuh dan optimal sesungguhnya merupakan tugas bersama yang harus dilaksanakan oleh guru, konselor, dan tenaga pendidik lainnya sebagai mitra kerja, sementara itu masing-masing pihak tetap memiliki wilayah pelayanan khusus dalam mendukung realisasi diri dan pencapaian kompetensi peserta didik. Berdasarkan pernyataan di atas sangat jelas seorang pendidik, khususnya guru bimbingan dan konseling/konselor memiliki kewajiban untuk memberikan kesempatan yang sama kepada peserta didik untuk dapat mengembangkan potensi sesuai bakat, minat dan kemampuan yang dimilikinya. Selain itu, guru bimbingan dan konseling/konselor memiliki tugas untuk mengembangkan kompetensi

3 peserta didik agar dapat menjalankan peran dalam hidupnya. Dengan kesempatan yang sama, seseorang dapat memilih dan membuat keputusan yang dibutuhkan untuk menjalani hidupnya dengan penuh percaya diri dan bertanggungjawab. Proses memilih dan membuat keputusan dalam menjalankan peran hidup (life-roles) diperlukan pemahaman yang sangat jelas (Cossette dan Allison, 2007). Peran yang dimaksud dapat berupa pekerjaan, fungsi, jabatan, atau status individu dalam kehidupan yang merupakan imbas dari keputusan atau pilihan yang diambil. Hasil keputusan tersebut dapat berupa : Berstatus sebagai peserta didik sekolah menengah kejuruan setelah lulus SMP; menjadi mahasiswa pada suatu jurusan tertentu di sebuah perguruan tinggi; atau meninggalkan perkuliahan untuk membuka usaha. Keputusan dalam memilih life-role pada usia remaja atau setelah dewasa dapat dipengaruhi dan memengaruhi kepuasan individu sebelum atau sesudah membuat keputusan. Setiap individu melalui pemilihan karir sebagai suatu proses perkembangan yang harus dilalui. Sementara jika dilihat berdasarkan tahap-tahap perkembangan karir (Hurlock, 1991), usia remaja berada pada tahap eksplorasi, dimana remaja diharapkan telah mengetahui dan menyadari kebutuhan untuk membuat keputusan karir, menyadari minat dan kemampuan diri, mengidentifikasi lapangan-lapangan pekerjaan yang sesuai dengan kemampuan dan minat tersebut, dan mengikuti pendidikan ataupun pelatihan untuk mempersiapkan pekerjaan. Sementara jika mengkaji tuntutan kemampuan perkembangan, saat ini remaja banyak sekali yang belum mencapai pada tahapan-tahapan tersebut. Sebagai contoh dalam sebuah studi pendahuluan, banyak peserta didik

4 yang menunjukan ketidaksiapan pada akhir masa studi, ketika dihadapkan dengan salah satu proses pemilihan karir yaitu memilih pekerjaan. Pinasti (2011) menyatakan, suatu pekerjaan dapat membawa kebahagiaan, rasa tertantang, prestasi, dan ketenangan. Tetapi pekerjaan juga dapat mendatangkan frustrasi dan rasa keterpaksaan. Selain itu pekerjaan berkontribusi terhadap konsep diri dan mempengaruhi kepuasan hidup, sehingga ketika seseorang remaja memilih suatu pekerjaan, banyak sekali alasan untuk dapat bertahan dalam pekerjaan tersebut atau justru keluar dari pekerjaanya. Sementara pada awal usia remaja, banyak diantara remaja tersebut yang tidak menyadari minat dan kemampuannya atau tidak mampu mengidentifikasi lapangan-lapangan pekerjaan yang sesuai dengan dirinya sendiri. No. 1 2 Tabel 1.1 Pengangguran Terbuka Menurut Pendidikan Tertinggi yang Ditamatkan Pendidikan Tertinggi Yang Ditamatkan Tidak/belum pernah sekolah Belum/tidak tamat SD 2010 2011 2012 Feb Agu Feb Agu Feb Agu 59 157 92 190, 123 82 547 600 552 686 590 503 3 SD 1,522 1,402 1,275 1,120 1,415 1,449 4 SLTP 1,657 1,661 1,803 1,890 1,716 1,701 5 SLTA Umum 2,111 2,149 2,264 2,042 1,983 1,832 6 7 SLTA Kejuruan Diploma I,II,III/Akade mi 1,336 1,195 1,082 1,032 990 1,041 538 443 434 244 252 196 8 Universitas 820 710 612 492 541 438 Total 8,592 8,319 8,117 7,700 7,614 7,245 Angka dalam ribuan

5 Sumber: Survei Angkatan Kerja Nasional (SAKERNAS) 2010, 2011 dan 2012 Tabel 1.1 menunjukkan angka pengangguran terbuka yang paling tinggi menurut pendidikan yang ditamatkan berada pada tingkat SLTA Umum dan Kejuruan. Berdasarkan tabel tersebut dapat dilihat angka pengangguran tertinggi berada pada usia SLTA yaitu 1,983,000 pada bulan Februari dan 1,832,000 pada bulan Agustus tahun 2012 dengan kecenderungan bergerak menurun. Salah satu contoh lain pemilihan karir pada usia remaja adalah hasil studi pendahuluan mengenai situasi peserta didik pada saat memilih jurusan perguruan tinggi. Banyak sekali kasus remaja memilih jurusan perguruan tinggi yang didasarkan pada pilihan yang sama dengan teman, popularitas pekerjaan dari jurusan tersebut, atau bahkan pilihan orang tua. Membuat keputusan dengan dasar pertimbangan yang tidak sesuai berakibat remaja tidak betah dalam perkuliahan, nilai mata kuliah yang rendah atau tidak menyelesaikan perkuliahan. Berdasarkan hasil dialog dengan beberapa peserta didik menyatakan bahwa selain memutuskan melanjutkan ke perguruan tinggi, terdapat remaja yang lebih merasa lebih memiliki karir dengan cara langsung bekerja. Seorang remaja yang memilih untuk langsung bekerja walaupun memiliki potensi untuk melanjutkan pendidikan ke perguruan tinggi sama sekali tidak dapat di persalahkan, selama keputusan untuk langsung bekerja merupakan pilihan yang dapat memaknai hidupnya. Namun, kesalahan dapat terjadi apabila remaja tidak bertanggungjawab atas keputusannya, sehingga mereka bekerja tanpa ada kebermaknaan dan tidak mendapatkan kepuasan karir. Hasil analisa sederhana menunjukan bahwa kesalahan pemilihan dan

6 keputusan karir mengakibatkan perasaan gagal dalam belajar, kerugian finansial, kerugian waktu, dan juga efek psikis bagi remaja, seperti penurunan rasa percaya diri. Permasalahan lain muncul dari remaja yang lebih memilih melanjutkan bekerja. Hambatan dan tantangan yang berkembang pada dunia persaingan usaha membuat mereka yang memilih untuk bekerja benar-benar tahan banting terhadap usahanya. Terdapat yang berhasil diantara mereka tapi tidak sedikit pula yang gagal. Fenomena ini karena kurang siap dalam menghadapi perubahan lingkungan, baik dalam mendidik maupun bekerja, sehingga tidak ada penyesuaian antara individu dengan keputusan yang telah diambil dalam karir. Sejalan dengan kondisi tersebut, pengembangan kurikulum saat ini khususnya untuk pendidikan formal tingkat pendidikan menengah atas lebih diarahkan dengan peningkatan adaptasi sikap dan perilaku peserta didik dalam keputusan pilihan hidup. Dalam draf pengawalan penyusunan kurikulum 2013, Kartadinata (2013) menyebutkan posisi bimbingan dan konseling dalam implementasi kurikulum 2013 sebagai : 1. integrator: memfasilitasi pengembangan perilaku jangka panjang dalam kerangka pencapaian tujuan utuh pendidikan nasional (TUPN); 2. pelaksana proses: mendukung perwujudan pembelajaran yang mendidik melalui penerapan prinsip bimbingan dan konseling dalam pembelajaran; 3. diferensiasi (peminatan): advokasi aksesibilitas pilihan program dan layanan serta rekayasa lingkungan perkembangan; dan 4. asesmen: asesmen proses dan hasil, diagnosis masalah perkembangan dan

7 belajar serta bantuan penanganannya. Mengingat posisi bimbingan konseling di atas maka kurikulum yang berkembang juga mengharapkan agar penyelenggaraan pendidikan di Indonesia mengarah kepada pembentukan pribadi individu yang memiliki tanggung jawab serta berorientasi pada masa depan dari individu tersebut, sebagaimana dijelaskan dalam undang-undang pendidikan nasional. Salah satu upaya yang dilakukan untuk mencapainya ialah dengan program Peminatan yang khususnya diselenggarakan pada saat peserta didik dari Sekolah Menengah Pertama ke Sekolah Menengah Atas Peminatan yang dimaksud seyogyanya merupakan suatu upaya advokasi dan fasilitasi perkembangan peserta didik agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya sehingga mencapai perkembangan optimum, sebagaimana disampaikan Masyarakat Profesi Bimbingan dan Konseling (Kartadinata: 2013) dalam pemikirannya mengenai peran bimbingan dan konseling dalam kurikulum 2013. Hasil studi lapangan mengenai perkembangan karir remaja ditemukan sejumlah fakta-fakta yang menyimpulkan remaja dalam hal ini peserta didik masih belum yakin terhadap pilihan program jurusan pada saat SMA. Alasan yang diberikan mengenai kurang ajeg atas pilihan program tersebut dikarenakan hasil pendidikan yang tidak tercapai, banyaknya pesaing dan kurang percaya diri untuk membuka wirausaha, baik secara modal maupun kemampuan. Perkembangan optimal bukan sebatas prestasi sesuai dengan kapasitas intelektual dan minat yang dimiliki, melainkan sebagai sebuah kondisi

8 perkembangan yang memungkinkan peserta didik mampu mengambil pilihan dan keputusan secara sehat serta memiliki adaptasi tinggi terhadap dinamika kehidupan yang dihadapinya. Pernyataan-pernyataan di atas dapat diambil kesimpulan bimbingan konseling dalam pendidikan Indonesia memiliki posisi sebagai penyelenggara layanan advokasi peserta didik untuk mencapai perkembangan optimum yang ditunjukan dengan kemampuan mengambil pilihan dan keputusan serta adaptasi yang tinggi. Studi mengenai kemampuan beradaptasi yang tinggi dalam pemilihan karir telah terjadi semenjak lama. Kondisi tersebut terus berkembang hingga saat ini dalam bentuk pengembangan alat ukur psikologis berupa skala kemampuan adaptabitas karir yang dilaksanakan 13 negara. Salah satu pencetus konsep tersebut adalah Mark L Savickas yang mengembangkan konsep adaptasi karir berdasarkan revisinya mengenai konsep kematangan karir yang disampaikan oleh Donald Super. Dalam pernyataannya Savickas (1997) mendefinisikan adaptasi karir sebagai : readiness to cope with the predictable tasks of preparing for and participating in the work role and with the unpredictable adjustments prompted by changes in work and working conditions Berdasarkan pernyataan di atas adaptabilitas karir dikaitkan dengan perkembangan kesiapan dalam menghadapi perubahan peran dan pola kerja yang ditunjukan dengan persiapan dan partisipasi kerja dan kondisi kerja. Proses kesiapan yang dimaksud adalah adanya informasi yang membantu remaja dalam menghadapi situasi dan lingkungan karir yang baru. Sebagai

9 contoh : perubahan lingkungan pendidikan (jenjang, tugas, dan pilihan jurusan), atau penyesuaian dalam perubahan cita-cita dan harapan remaja. Savickas menjelaskan terdapat empat dimensi global dari adaptasi karir yakni concern (perhatian), control (pengendalian), curiosity (rasa ingin tahu), confidence (rasa percaya diri) Penelitian mengenai adaptasi karir telah banyak dilaksanakan, khususnya di luar negeri, berkaitan dengan banyaknya bukti penelitian dan jurnal yang diterbitkan berkaitan dengan adaptasi karir. Beberapa hasil penelitian menyebutkan beberapa manfaat dari meningkatnya adaptabilitas karir seperti yang disampaikan oleh UK Commission for Employment and Skills (2011) yang bersumber dari berbagai laporan penelitian mengenai adaptasi karir yang dilaksanakan oleh lembaga riset di Inggris adaptasi karir memiliki keuntungan sebagai berikut : (1) meningkatkan kepuasan hidup (Hirschi, 2009); (2) komitmen pada organisasi/perusahaan (Ito and Brotheridge, 2005); (3) membantu individu menemukan kualitas kerja (Koen, dan rekan, 2010; Zikic and Klehe, 2006); (4) mencapai kesuksesan karir (Grote and Raeder, 2009; Heslin, 2005; O Connell dan rekan, 2007; Pearse, 2000); (5) membantu individu kembali memiliki minat kerja dengan kepuasan kerja yang lebih baik (Ebberwein, dan rekan, 2004; Zikic and Klehe, 2006); (6) membantu individu mempertimbangkan kehilangan pekerjaan (Fugate dan rekan, 2004). Bergerak dari bukti penelitian tersebut dapat disimpulkan peran adaptabilitas karir adalah meningkatkan pemahaman dari keahlian dan kompetensi diri, mendukung perkembangan jabatan dan kompetensi dengan memotivasi

10 individu untuk mengembangkan intelektualitas dan pribadi, mendorong keinginan untuk melakukan eksplorasi karir dan strategi untuk mendapatkan karir tersebut, membantu mengembangkan keahlian kerja serta membantu ketegasan karir dan keahlian dalam merencanakan karir. Berdasarkan simpulan fenomena penelitian tersebut, maka seyogyanya adaptasi karir dapat membantu mengidentifikasi dan mengatasi permasalahan karir remaja sebagai mana telah dipaparkan pada bagian awal latarbelakang penelitian. Sehingga perlu dilakukan suatu studi pada peserta didik berkaitan dengan kesiapan untuk beradaptasi dengan lingkungan baru pendidikan dan dunia kerja. Dengan penelitian tersebut diharapkan dapat memunculkan sebuah hasil data dan fakta yang dapat digunakan dalam layanan bimbingan konseling karir khususnya dalam Program Bimbingan Karir untuk Meningkatkan Adaptabilitas Karir. B. Identifikasi Masalah Berdasarkan latar belakang masalah yang dipaparkan pada awal bab pendahuluan, didapatkan sejumlah identifikasi permasalahan sebagai berikut : (1) kondisi keputusan pemilihan jurusan pada saat pemilihan jurusan bertolak belakang dengan keputusan akhir peserta didik saat memilih jurusan perkuliahan; (2) remaja seyogyanya memilih dan membuat keputusan sendiri, berkaitan dengan kompetensi yang akan dibutuhkan untuk menjalani hidup; (3) remaja pada akhir masanya akan memilih pekerjaan, dan kondisi tersebut berpotensi membawa kebahagiaan, rasa tertantang, prestasi, dan ketenangan tetapi juga berpotensi mendatangkan frustrasi dan rasa keterpaksaan; (4) sebanyak 1,983,000 peserta

11 didik pada bulan Februari dan 1,832,000 pada bulan Agustus 2012 masih menjadi pengangguran; (5) SLTA yang diharapkan dapat diserap juga oleh lapangan pekerjaan, menunjukkan pergerakan yang tidak signifikan, diindikasikan karena kurangnya kemampuan lulusan untuk mengidentifikasi lapangan pekerjaan; (6) banyak kasus remaja yang memilih jurusan perguruan tinggi didasarkan pada pilihan yang sama dengan teman, popularitas pekerjaan dari jurusan tersebut, atau bahkan pilihan orang tua; (7) banyak lulusan SMA yang tidak mampu menghadapi hambatan dan tantangan yang berkembang pada dunia persaingan usaha; (8) kurikulum 2013 memposisikan bimbingan dan konseling sebagai pelaksana diferensiasi (peminatan) potensi peserta didik atau advokasi aksesibilitas pilihan program dan layanan serta rekayasa lingkungan sekolah; (9) minimnya alat asesmen evaluasi proses dan hasil pelaksanaan diferensiasi (peminatan); (10) peserta didik masih kurang percaya diri terhadap pilihan program jurusan pada saat SMA; (11) peserta didik SMA yang kurang ajeg dengan program pilihan dikarenakan hasil pendidikan yang tidak tercapai, banyaknya pesaing dan kurang percaya diri untuk membuka wirausaha, baik secara modal maupun kemampuan; (12) urgensi model program bimbingan dan konseling yang dapat membantu peserta didik mempersiapkan diri terhadap masa transisi karir, baik masa transisi pendidikan maupun transisi pekerjaan. Hasil survei lapangan menunjukkan peserta didik pada saat ini, tidak dapat memperlihatkan kepedulian (concern) terhadap masa depan karir yang diinginkan. Kendali diri (control) yang ditunjukan oleh peserta didik, terlihat sangat kurang. Peserta didik pada usia remaja dan banyak dipengaruhi oleh teman sebaya

12 sehingga tidak dapat membatasi keinginan atau harapan bebas selayaknya seorang remaja untuk bermain, akan tetapi lebih terfokus pada hal-hal yang berkaitan dengan kesenangannya. Keingintahuan (curiosity) peserta didik terhadap kegiatan atau pekerjaan yang dapat membantu mengeksplorasi kemampuan, bakat, dan minat peserta didik dalam menghadapi segala jenis kemungkinan skenario hidup tidak menjadi prioritas. Peserta didik lebih banyak ingin tahu dampak sosial suatu keputusan tanpa memikirkan resiko yang harus diambil, seperti mengambil pilihan jurusan tanpa mempertimbangkan bakat dan kemampuan diri sendiri serta persaingan yang akan dihadapi. Peserta didik juga lebih percaya diri (confidence) jika mendapatkan dukungan sosial, terlebih jika dukungan tersebut berasal dari teman sebaya. Keempat dimensi permasalahan yaitu kepedulian (concern), kendali diri (control), keingintahuan (curiosity) dan rasa percaya diri (confidence), berkaitan dengan rendahnya adaptabilitas karir. C. Perumusan Masalah Berdasarkan hasil identifikasi yang telah diuraikan di atas dirumuskan permasalahan penelitian menjadi beberapa pertanyaan sebagai berikut: 1. bagaimana gambaran profil adaptabilitas karir peserta didik SMA di Kabupaten Bandung? 2. bagaimana rumusan program bimbingan karir yang ada di sekolah untuk meningkatkan adaptabilitas karir peserta didik? 3. bagaimana efektivitas program bimbingan karir untuk meningkatkan adaptabilitas karir peserta didik? D. Tujuan Penelitian

13 Mengacu pada hasil identifikasi serta perumusan masalah yang dipaparkan di atas maka disusun tujuan penelitian. Tujuan penelitian ini adalah untuk menghasilkan bentuk model program bimbingan dan konseling karir yang mampu membantu meningkatkan adaptabilitas peserta didik SMA. Selain tujuan umum di atas penelitian ini memiliki beberapa tujuan khusus yang antara lain. 1. Mengumpulkan data dan memperoleh gambaran profil adaptabilitas karir peserta didik SMA di Kabupaten Bandung. 2. Menemukan model instrumen beserta rumusan program bimbingan karir untuk meningkatkan adaptabilitas karir peserta didik. 3. Mengukur efektivitas instrumen dan program bimbingan karir dalam meningkatkan adaptabilitas karir peserta didik. E. Manfaat Penelitian Hasil penelitian diharapkan dapat bermanfaat untuk perkembangan ilmu pengetahuan dan wawasan bimbingan dan konseling, baik secara teoretis maupun praktis. 1. Manfaat Teoretis Penelitian ini diharapkan memberikan manfaat dalam mengembangkan konsep mengenai adaptasi karir, merumuskan bentuk program layanan bimbingan dan konseling berbasis adaptasi karir, serta menghasilkan rumusan program bimbingan karir di sekolah yang ada khususnya di Kab Bandung 2. Manfaat Praktis

14 a. Guru BK/Konselor. 1) Membantu guru bimbingan dan konseling/konselor dalam mengidentifikasi peserta didik yang memiliki adaptasi karir yang rendah. 2) Membantu guru BK/Konselor dalam memahami peserta didik yang membutuhkan advokasi hasil peminatan. 3) Memberikan pemahaman dalam penyusunan program bimbingan konseling berbasis adaptabilitas karir. b. Peneliti selanjutnya. 1) Sebagai bahan pertimbangan dalam menelaah konsep adaptabilitas karir 2) Sebagai bahan rujukan dalam mengembangkan penelitian adaptabilitas karir berikutnya.