DEPOSISI LAPISAN TIPIS ZnO:Al PADA SUBSTRAT ALUMINA UNTUK BAHAN SENSOR GAS

dokumen-dokumen yang mirip
DEPOSISI LAPISAN TIPIS ZnO:Al PADA SUBSTRAT ALUMINA UNTUK BAHAN SENSOR GAS

PENGARUH TEKANAN DAN WAKTU DEPOSISI SPUTTERING TERHADAP SENSITIVITAS SENSOR GAS SnO 2

PENGARUH DOPING INDIUM TERHADAP SENSITIVITAS SENSOR GAS DARI LAPISAN TIPIS SnO 2

PENGARUH DOPING EMAS DAN PERLAKUAN ANIL PADA SENSITIVITAS LAPISAN TIPIS SnO 2 UNTUK SENSOR GAS CO

KARAKTERISASI TiO 2 (CuO) YANG DIBUAT DENGAN METODA KEADAAN PADAT (SOLID STATE REACTION) SEBAGAI SENSOR CO 2

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN DASAR TEORI

DEPOSISI LAPISAN TIPIS (CdS) TIPE-N DI ATAS LAPISAN TIPIS (CuInSe 2 ) TIPE-P SEBAGAI PENYANGGA UNTUK SEL SURYA CIS

DEPOSISI LAPISAN TIPIS (CdS) TIPE-N DIATAS LAPISAN TIPIS (CuInSe 2 ) TIPE-P SEBAGAI PENYANGGA UNTUK SEL SURYA CIS

PENGARUH KONSENTRASI BORON TERHADAP SIFAT LISTRIK LAPISAN TIPIS (a-si:h:b)

LAPISAN TIPIS ZnO SUSUNAN LARIK SEBAGAI SENSOR GAS

SENSOR GAS ZnO ABSTRAK ABSTRACT PENDAHULUAN. Sayono, Tjipto Sujitno, Lely Susita RM P3TM - BATAN

KARAKTERISASI SIFAT OPTIK LAPISAN TIPIS ZnO:Al PADA SUBSTRAT GELAS UNTUK JENDELA SEL SURYA

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara berkembang yang berada dikawasan Asia

2014 PEMBUATAN BILAYER ANODE - ELEKTROLIT CSZ DENGAN METODE ELECTROPHORETIC DEPOSITION

PENUMBUHAN FILM TIPIS SEMIKONDUKTOR

BAB IV HASIL PERANCANGAN DAN PABRIKASI

PEMBAHASAN. a. Pompa Vakum Rotary (The Rotary Vacuum Pump) Gambar 1.10 Skema susunan pompa vakum rotary

STUDI PENGARUH SUHU SUBSTRAT TERHADAP SIFAT LISTRIK DAN OPTIK BAHAN SEMIKONDUKTOR LAPISAN TIPIS SnSe HASIL PREPARASI TEKNIK VAKUM EVAPORASI

DEPOSISI LAPISAN TIPIS S n O 2 MENGGUNAKAN TEKNIK DC SPUTTERING DAN KARAKTERISASINYA

KARAKTERISASI SEMIKONDUKTOR TIO 2 (ZnO) SEBAGAI SENSOR LIQUEFIED PETROLEUM GAS (LPG)

BAB III TEGANGAN GAGAL DAN PENGARUH KELEMBABAN UDARA

Oleh: Tyas Puspitaningrum, Tjipto Sujitno, dan Ariswan

ANALISIS STRUKTUR MIKRO DAN SIFAT MEKANIK LAPISAN NiCr-Al YANG DIBENTUK DENGAN METODE SPUTTERING PADA BAJA ST 40

DEPOSISI LAPISAN TIPIS DUA LAPIS ZnO DAN Al UNTUK MEMBUAT SAMBUNGAN P-N DENGAN TEKNIK SPUTTERING

HASIL DAN PEMBAHASAN. Struktur Karbon Hasil Karbonisasi Hidrotermal (HTC)

PEMBUATAN LAPISAN TIPIS SILIKON AMORF TERHIDROGENASI (a-si:h) UNTUK BAHAN SEL SURYA

ANALISIS SIFAT FISIK LAPISAN TIPIS TITANIUM NITRIDA PADA BAJA AISI 410 YANG DILAPIS DENGAN METODE SPUTTERING

PENGARUH DEPOSISI BAHAN STAINLESS STEEL (SS) AUSTENITIK TERHADAP SIFAT MEKANIK ALUMINIUM (Al)

Efek doping Al pada sifat optik dan listrik lapisan tipis ZnO hasil deposisi dengan DC sputtering

BAB I PENDAHULUAN. disamping memberikan dampak positif yang dapat. dirasakan dalam melakukan aktifitas sehari hari, juga dapat memberikan beberapa

Rekayasa Bahan untuk Meningkatkan Daya Serap Terhadap Gelombang Elektromagnetik dengan Matode Deposisi Menggunakan Lucutan Korona

Pembuatan Sel Surya Film Tipis dengan DC Magnetron Sputtering

PENGERASAN PERMUKAAN BAJA ST 40 DENGAN METODE CARBURIZING PLASMA LUCUTAN PIJAR

Kata kunci : DLC, plasma carburizing, roller rantai.

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LatarBelakang

Karakterisasi XRD. Pengukuran

Sudaryatno Sudirham ing Utari. Mengenal. Sudaryatno S & Ning Utari, Mengenal Sifat-Sifat Material (1)

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan teknologi yang semakin maju dalam beberapa dekade ini

Hasil Penelitian dan Pembahasan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. sampai 10 atom karbon yang diperoleh dari minyak bumi. Sebagian diperoleh

BAB I PENDAHULUAN. logam menjadi satu akibat adanya energi panas. Teknologi pengelasan. selain digunakan untuk memproduksi suatu alat, pengelasan

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

SIFAT OPTIK, STRUKTUR KRISTAL DAN STRUKTUR MIKRO LAPISAN TIPIS ZnO:Al PADA SUBSTRAT KACA SEBAGAI BAHAN TCO

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. seperti nanowire, nanotube, nanosheet, dsb. tidak terlepas dari peranan penting

Arus Listrik dan Resistansi

PEMBUATAN LAPISAN TIPIS TiO 2 DENGAN METODE SPUTTERING UNTUK SENSOR GAS

SIFAT OPTIK STRUKTUR KRISTAL DAN STRUKTUR MIKRO LAPISAN TIPIS ZnO:Al PADA SUBSTRAT KACA SEBAGAI BAHAN TCO

DASAR PENGUKURAN LISTRIK

Sintesis Komposit TiO 2 /Karbon Aktif Berbasis Bambu Betung (Dendrocalamus asper) dengan Menggunakan Metode Solid State Reaction

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian hampir seluruhnya dilakukan di laboratorium Gedung Fisika Material

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian yang dilakukan di Kelompok Bidang Bahan Dasar PTNBR-

PEMBUATAN LAPISAN TIPIS S002 DENGAN METODE SPUTTERING DC UNTUK SENSOR GAS CO

KARAKTERISASI MIKROSTRUKTUR FEROELEKTRIK MATERIAL SrTiO 3 DENGAN MENGGUNAKAN SCANNING ELECTRON MICROSCOPY (SEM)

UJI VAKUM BEJANA NITRIDASI PLASMA

BAB III METODOLOGI PELAKSANAAN

PENGARUH SUHU SUBSTRAT DAN WAKTU DEPOSISI TERHADAP STRUKTUR MIKRO LAPISAN FeN PADA RODA GIGI

KARAKTERISASI I-V SEMIKONDUKTOR HETEROKONTAK CuO/ ZnO(TiO 2 ) SEBAGAI SENSOR GAS HIDROGEN

PEMBUATAN KONDUKTOR TRANSPARAN THIN FILM SnO2 DENGAN MENGGUNAKAN TEKNIK SPRAY PYROLYSIS

KARAKTERISTIK LISTRIK KERAMIK FILM Fe 2 O 3 DENGAN VARIASI KETEBALAN YANG DIBUAT DARI MINERAL LOKAL DI ATMOSFIR UDARA DAN ATMOSFIR ALKOHOL

OPERASI MESIN BERKAS ELEKTRON (MBE) PTAPB BATAN TIPE BA 350 kev / 10 ma

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi sangat mempengaruhi peradaban

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

PENGARUH TEKANAN DAN WAKTU DEPOSISI PADA TEKNIK SPUTTERING TERHADAP TAHANAN DAN REFLEKSIVITAS LAPISAN TIPIS a-si DAN Ag

BAB III METODE PENELITIAN. penelitian ini dilakukan pembuatan keramik Ni-CSZ dengan metode kompaksi

Karakterisasi Sensor TiO 2 Didoping ZnO untuk Mendeteksi Gas Oksigen

SIDANG TUGAS AKHIR. Jurusan Teknik Material & Metalurgi Fakultas Teknologi Industri Institut Teknologi Sepuluh Nopember

STUDI PENGARUH DIAMETER RONGGA PENAMPANG KONDUKTOR TERHADAP PERUBAHAN SUHU ARTIKEL. Oleh: DewiPuspitasari NIM

PENGARUH SUHU DEPOSISI LAPISAN TIPIS TiN TERHADAP SIFAT MEKANIK METAL HASIL PLASMA SPUTTERING

BAB III EKSPERIMEN & KARAKTERISASI

SIFAT MEKANIK DAN STRUKTUR MIKRO LAPISAN TIPIS NITRIDA BESI YANG DIDEPOSISIKAN PADA ROLL BEARING DENGAN TEKNIK SPUTTERING

KARAKTERISASI SIFAT OPTIK LAPISAN TIPIS a-si:h:b UNTUK BAHAN SEL SURYA

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. perlakuan panas atau annealing pada lapisan sehingga terbentuk butiran-butiran

BAB II LANDASAN TEORI

PREPARASI LAPISAN TIPIS SAMBUNGAN p-n ZnO DAN CuInSe MENGGUNAKAN PENYANGGA LAPISAN CdS UNTUK APLIKASI SEL SURYA

DETEKTOR RADIASI INTI. Sulistyani, M.Si.

ANALISIS UNSUR Ag PADA SAMPEL CAIR DENGAN LASER INDUCED BREAKDOWN SPECTROSCOPY (LIBS)

SENSOR GAS BERBASIS FILM TIPIS DENGAN KONFIGURASI TRANSISTOR EFEK MEDAN (FET) UNTUK DETEKSI GAS CO

BAB III METODE PENELITIAN. Pelaksanaan penelitian ini pada dasarnya meliputi tiga tahapan proses

Elektrodeposisi Lapisan Kromium dicampur TiO 2 untuk Aplikasi Lapisan Self Cleaning

PENGARUH KANDUNGAN In PADA LAPISAN TIPIS TCO (ZnO:In) TERHADAP TEGANGAN FOTOVOLTAIK SEL SURYA CIS. Uminingsih Fakultas Sains Terapan IST AKPRIND

PENGARUH TEKANAN GAS ISIAN ARGON ALKOHOL TERHADAP KARAKTERISTIK DETEKTOR GEIGER-MÜLLER TIPE SIDE WINDOW CARI RISTIANI M

BAB I PENDAHULUAN. ragam, oleh sebab itu manusia dituntut untuk semakin kreatif dan produktif dalam

PEMBUATAN MIKROSTRUKTUR ELEKTRODA EMAS

Homogenitas Ketebalan, Konduktivitas Listrik dan Band Gap Lapisan Tipis a-si:h tipe-p dan tipe-p Doping Delta yang dideposisi dengan Sistem PECVD

4 Hasil dan Pembahasan

KARAKTERISASI SENSOR GAS LIQUEFIED PETROLEUM GAS (LPG) DARI BAHAN SEMIKONDUKTOR HETEROKONTAK CUO/CUO(TIO2)

Pengaruh Temperatur dan Waktu Putar Terhadap Sifat Optik Lapisan Tipis ZnO yang Dibuat dengan Metode Sol-Gel Spin Coating

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

LAPORAN RESMI PRAKTEK KERJA LABORATORIUM 1

Sayono, dkk. ISSN EFEK DOPING EMAS (Au) P ADA PERMUKAAN BAHAN SENSOR GAS CeO2 TERHADAP SENSITIVIT AS GAS NH3, CO DAN HNO3

Mata Pelajaran : FISIKA

Gambar 11 Sistem kalibrasi dengan satu sensor.

Ionisasi Gas Butana pada Metode Pelepasan Listrik Tegangan Searah dengan Ketidakmurnian Udara Tekanan Tinggi, Plasma Termal

BAB II PEMBAHASAN. II.1. Electrorefining

DETEKTOR RADIASI. NANIK DWI NURHAYATI, S.Si, M.Si nanikdn.staff.uns.ac.id

SMP kelas 7 - FISIKA BAB 2. Klasifikasi BendaLatihan Soal 2.1

ANALISIS SIFAT MEKANIK LAPISAN TIPIS NITRIDA TITANIUM PADA CAMSHAFT HASIL TEKNIK PLASMA SPUTTERING

BAHAN BAKAR KIMIA (Continued) Ramadoni Syahputra

Transkripsi:

Sayono, dkk. ISSN 0216-3128 263 DEPOSISI LAPISAN TIPIS ZnO:Al PADA SUBSTRAT ALUMINA UNTUK BAHAN SENSOR GAS Sayono, Tjipto Sujitno PTAPB - BATAN Toto Trikasjono STTN - BATAN ABSTRAK DEPOSISI LAPISAN TIPIS ZnO:Al PADA SUBSTRAT ALUMINA UNTUK BAHAN SENSOR GAS. Telah dilakukan deposisi lapisan tipis ZnO:Al pada substrat alumina menggunakan teknik DC Sputtering untuk aplikasi sensor gas. Deposisi lapisan tipis ZnO:Al dilakukan dengan parameter proses sputtering tegangan elektroda DC sebesar 2.2 kv, arus 10 ma dan suhu substrat 250 o C, waktu deposisi divariasi 30-150 menit dengan interval 30 menit dan tekanan divariasi masing-masing : 1 10-2 atm, 2 10-2 atm, 3 10-2 atm, 4 10-2 atm dan 5 10-2 atm. Dari hasil karakterisasi diperoleh nilai resistansi terendah sebesar 64 kω diperoleh pada kondisi waktu deposisi 90 menit dan tekanan operasi 4 10-2 atm. Hasil pengukuran sensitivitas menunjukkan bahwa sensor gas dari bahan ZnO:Al mempunyai sensitivitas tertinggi terhadap gas sensor C 2 H 5 OH sebesar 24 %, untuk gas NH 3 sebesar 19,77 % dan untuk gas SO 2 sebesar 17,53 % pada 141,54 konsentrasi/volume. Kata kunci : Deposisi, sputtering, resistansi, sensor gas ABSTRACT A THIN FILM DEPOSITION OF ZnO:AL THIN FILM ON THE ALUMINA SUBSTRATE FOR GAS SENSOR. The thin layer deposition of ZnO:A1 on the alumina substrate by using sputtering method for gas sensor application has been done. Deposition of ZnO:Al thin film was carried out with following sputtering parameters i.e. : electrodes voltage of 2.2 kv, current 10 ma and temperature 250 o C, variation of deposition time from 30 to 150 minutes with 30 minutes interval and variation of vacuum pressure : 1 10-2 atm, 2 10-2 atm, 3 10-3 atm, 4 10-2 atm and 5 10-2 atm. From the characterization it was found that the lowest resistance in 64 kω order which is obtained in 90 minutes of deposition time and operation pressure 4 x 10-2 atm. Measurement result show the optimum that sensitivity 24 % for C 2 H 5 OH gas, 19,77 % for NH 3 gas and 17,53 % for SO 2 gas that sensitivity at 141,54 concentration/volume. Key word: Deposition, Sputtering, resistance, Sensor PENDAHULUAN P roses pembangunan disegala bidang selain membawa kemajuan terhadap kehidupan manusia, tetapi juga akan membawa dampak negatif bagi lingkungan hidup. Industrialisasi yang semakin meningkat telah menyebabkan menurunnya kualitas lingkungan hidup, karena berbagai jenis limbah yang ditimbulkannya. Seperti halnya penurunan kualitas udara selain diakibatkan dari asap kendaraan bermotor juga limbah dari industri. Kehadiran berbagai jenis gas tersebut pada tingkat tertentu telah semakin mengkhawatirkan bagi kehidupan makhluk hidup. Melihat fenomena tersebut, maka penelitian tentang bahan sensor gas sangat diperlukan. Semikonduktor oksida mempunyai rancangan sederhana dan harga yang relatif murah., hal ini menyebabkan bahan tersebut menonjol sebagai pilihan untuk digunakan dalam penyediaan perangkat multi-sensor [1], Walaupun demikian penggunaan semikonduktor oksida sebagai sensor gas terus mengalami penyempurnaan khususnya sifat sensitivitas, selektivitas dan stabilitas yang merupakan hal penting dalam perangkat sensor gas. Lapisan tipis oksida logam merupakan satu jenis dari sekian banyak bahan lapisan tipis yang telah dikembangkan menjadi sensor gas semikonduktor. Keadaan ini dimungkinkan karena struktur dan sifat elektrik lapisan tipis oksida dapat dikontrol dalam proses pembuatannya, sehingga

264 ISSN 0216-3128 Sayono, dkk. dapat merubah tingkat sensitivitasnya jika berada dalam lingkugan gas. Banyak teknik yang digunakan untuk membuat lapisan tipis (thin film), diantaranya adalah dengan metode sputtering. Salah satu keunggulan dari metode sputtering adalah dapat menyediakan bahan lapisan tipis yang seragam, padat (dense), memenuhi stoikiometri, sifat elektrik lapisan tipis oksida dapat dikontrol dalam proses pembuatannya dan apabila proses sputtering telah dimatikan, maka seluruh proses deposisi akan segera berhenti [2]. Pada proses sputtering, besaran yang cukup penting adalah sputtering yield yang didefinisikan sebagai jumlah atom yang dipancarkan dari target per ion datang [3]. Sputtering yield dipengaruhi oleh beberapa faktor diantaranya massa ion target, massa ion penumbuk, energi ion datang dan suhu target. Sedangkan sifat dan struktur hasil dari lapisan tipis dengan teknik dc sputtering dipengaruhi oleh parameter- parameter proses, diantaranya : tekanan gas sputter, suhu subsrat, dan laju deposisi. Pada penelitian ini telah dilakukan deposisi dan karakterisasi lapisan tipis ZnO:Al untuk bahan sensor gas dengan teknik dc sputtering. Untuk mengetahui keberhasilan pembuatan lapisan tipis ZnO:Al sebagai bahan sensor gas, maka dilakukan pengukuran resistansi, penentuan suhu operasi sensor dan sensitivitas terhadap gas uji : C 2 H 5 OH, NH 3 dan SO 2. Adapun tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh waktu deposisi dan tekanan operasi sputtering terhadap sensitivitas sensor gas. Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi mengenai pengaruh waktu deposisi dan tekanan operasi terhadap kenaikan sensitivitas serapan gas lapisan tipis ZnO:Al. Sehingga dapat dijadikan acuan bagi penelitian selanjutnya dan dapat dimanfaatkan oleh dunia industri untuk memenuhi kebutuhan sensor gas pada khususnya dan bidang mikro elektronika pada umumnya dimasa yang akan datang. DASAR TEORI Sistem DC sputtering terdiri dari dua elektroda yaitu anoda dan katoda. Pada anoda ditempatkan substrat (bahan yang akan dilapisi) yang dilengkapi dengan pemanas untuk membuka pori-pori substrat, sehingga bahan yang dideposisi di atas permukaan substrat dapat melekat lebih kuat dan tidak mudah mengelupas. Pada katoda dipasang bahan target dan dilengkapi dengan pendingin (water cooling system) yang berfungsi menghindarkan bahan target agar tidak mengalami perubahan bentuk/meleleh akibat suhu yang terlalu tinggi. Untuk membersihkan molekul-molekul dalam tabung reaktor plasma agar diperoleh tekanan yang rendah, maka dilakukan penghampaan dengan pompa rotari dan difusi. Pompa rotari untuk menghampakan hingga tekanan 10-2 Torr kemudian dilanjutkan dengan pompa difusi hingga tekanan mencapai 10-5 Torr. Parameter Proses Sputtering Waktu deposisi dan tekanan merupakan parameter yang memegang peran penting dalam proses sputtering. Semakin lama waktu yang diperlukan untuk proses sputtering, maka akan semakin besar pula jumlah bahan target yang terpercik ke permukaan substrat yang akan dilapisi. Sedang bila tekanan semakin besar maka ion-ion penumbuk target akan semakin banyak sehingga percikan atom target yang dihasilkan semakin banyak. Namun demikian baik waktu deposisi maupun tekanan sputtering mempunyai batas tertentu atau ada kondisi tertentu yang merupakan kondisi optimum. Banyaknya bahan yang terpercik per satuan luas katoda secara matematis dapat diformulasikan sebagai berikut [3] : j+ S t A W0 = (1) e N A dengan: W o = Banyaknya atom yang terpercik per satuan luas katoda (atom /cm 2 ), j + = rapat arus berkas ion (ma/cm 2 ), S = sputter yield (atom/ion), t = waktu sputtering (detik), A = berat atom (amu), e = muatan elektron (1,6 10 23 atom/mol) dan N A = bilangan Avogadro. Jumlah bahan yang terpercik menempel pada substrat secara matematis diformulasikan sebagai berikut [3] : W0 W k (2) p d dengan k = konstanta = r c /r a dengan r c dan r a masing-masing adalah jari-jari katoda dan anoda (bernilai 1 untuk system planar), W 0 = banyak partikel yang terpercik dari satuan luas katode, p = tekanan gas lucutan (Torr) dan d = jarak antara elektroda (cm)

Sayono, dkk. ISSN 0216-3128 265 Laju pemindahan atom permukaan yang diakibatkan oleh penembakan ion disebut sebagai hasil sputter (S), yang secara matematis diformulasikan [3] : S Atom yang dipindahkan Ion yang da tan g = (3) Energi Sputtering Pendeposisian lapisan tipis pada substrat merupakan bentuk transfer energi atau transfer momentum. Energi kinetik ion-ion positif yang tertarik ke bahan target (katoda) berasal dari medan listrik akibat beda potensial yang diberikan. Agar proses deposisi dapat terjadi, maka besar energi kinetik ion-ion positif harus lebih besar daripada energi ikat bahan target. Besarnya energi yang dipindahkan saat proses tumbukan dapat yang secara matematis dirumuskan [3] : E 1 4M M 1 2 = E (4) 2 2 ( M + M ) 1 dengan E 1 = energi kinetik partikel penumbuk, M 1 = massa partikel penumbuk, M 2 = massa partikel target, E 2 = energi yang ditransfer partikel bermassa M 1 ke atom M 2. Adanya tumbukan dari ion-ion positif sebesar E 1 menyebabkan atom-atom bahan target tercungkil dan akibat adanya transfer momentum atom tersebut terpercik ke segala arah utamanya ke arah substrat. Karena proses tersebut berlangsung kontinyu selama waktu tertentu, proses pelapisan akan berlangsung terus sehingga terjadi interdifusi antar atom hingga terbentuk suatu lapisan tipis. Mekanisme Serapan Gas Bahan semikonduktor sensor gas tersusun atas sensor kimia listrik yang mampu merespon perubahan lingkungan kimia dengan menghasilkan sinyal listrik. Cara kerja sensor gas semikonduktor berpedoman pada fakta bahwa karakteristik listrik dari bahan bergantung pada jumlah molekul teradsorbsi. Terdapat dua jenis serapan yang terjadi pada semikonduktor oksida logam, yaitu serapan fisika dan serapan kimia. Serapan fisika pada proses adsorbsi adalah serapan gas akibat adanya gaya Van der Walls yaitu gaya yang terjadi akibat medan listrik. Sedangkan serapan kimia pada adsorbsi terkait dengan pembentukan ikatan kimia antara molekul teradsorbsi dengan permukaan semikonduktor oksida logam. 2 Serapan Gas Pada kondisi udara normal, permukaan bahan semikonduktor terlapisi oleh suatu lapisan yang diakibatkan oleh terserapnya oksigen. Proses ini meliputi penyerapan fisika, yang kemudian diikuti penyerapan kimia dengan menangkap elektron dari daerah dekat permukaan semikonduktor. Proses terserapnya gas oksigen di atas permukaan semikonduktor yang secara matematis dapat di tulis [4] : Sensitivitas ½ O 2(g) O (ads) (5) O (ads) + 2e - O 2- (ads) (6) Sensitivitas merupakan kemampuan sensor untuk mendeteksi kehadiran sejumlah gas dalam jumlah yang kecil, yang secara matematis dapat diformulasikan [5] : R Rn Rg = 100 % = 100% R R S (7) n dengan S = sensitivitas (%), R n = resistansi pada udara normal (Ω), R g = resistansi ketika diberi gas (Ω), dengan R n dan R g terukur pada kondisi isotermal. TATA KERJA PENELITIAN Pembuatan Target dan Penyiapan substrat Pembuatan target ZnO:Al dilakukan dengan mencampur 30 gram bubuk ZnO dan 0,45 gram bubuk Al dengan alkohol sehingga diperoleh bubuk adonan yang relatif lembab untuk dapat dibuat dalam bentuk pelet, kemudian adonan tersebut dipres dengan tekanan 150 kn selama kurang lebih 5 S/D 10 menit sehingga diperoleh pelet ZnO:Al dengan diameter 60 mm serta ketebalan 3 mm. Selanjutnya agar diperoleh pelet yang lebih keras dan tidak mudah pecah, maka target tersebut dianil pada suhu 750 o C selama 1 jam. Substrat yang akan dideposisi terbuat dari alumina (Al 2 O 3 ) dengan tebal 1,5 mm dan dipotong dengan ukuran 15 57 mm. Kemudian untuk membersihkan kotoran/lemak yang menempel di atas permukaan substrat, maka dilakukan pencucian dengan detergen dan alkohol menggunakan ultrasonic cleaner masing-masing selama 20 menit. Selanjutnya substrat dikeringkan menggunakan pemanas pada suhu 100 o C selama 1 jam. n

266 ISSN 0216-3128 Sayono, dkk. Pembuatan lapisan tipis ZnO:Al Untuk pembuatan lapisan tipis ZnO:Al di atas permukaan substrat alumina dilakukan melalui 2 tahap yakni pertama proses pendeposisian lapisan tipis Au sebagai elekroda dan sisiem pemanas sensor dan tahap kedua pembuatan lapisan tipis ZnO:Al sebagai bahan aktif sensor. Pendeposisian dilakukan dengan menvariasi parameter proses yaitu waktu dan tekanan sputtering. Skema alat DC Sputtering disajikan pada Gambar 1. Proses pendeposisian lapisan tipis ZnO:Al adalah sebagai berikut: memasang target ZnO:Al pada katoda dan substrat alumina yang telah dibersihkan pada anoda. Kemudian tabung reaktor plasma dihampakan dengan pompa rotari hingga mencapai tekanan 10-2 atm, kemudian pompa difusi dihidupkan untuk menghampakan tabung sputtering agar dicapai tingkat kevakuman 10-5 atm, selanjutnya gas argon dimasukkan ke dalam tabung sputtering hingga tekanan kerja operasi tercapai (10-2 atm), selanjutnya tegangan tinggi dc dihidupkan hingga mencapai tegangan 2,2 kv dan arus 20 ma. Langkah pendeposisian diulangi untuk setiap waktu deposisi dan tekanan yaitu pada variasi tekanan : 1 10-2 atm, 2 x 10-2 atm, 3 10-2 atm, 4 10-2 atm dan 5 10-2 atm masing-masing dengan waktu deposisi selama 60 menit dan pada variaasi waktu 30 menit, 60 menit, 90 menit, 120 menit dan 150 menit masing-masing dengan tekanan 3 10-2 atm sedang untuk parameter lainnya dibuat konstan dengan tegangan kerja 2.2 kv, arus kerja 20 ma dan jarak antar anoda dengan katoda 2.5 cm. Hal ini dilakukan untuk memperoleh data parameter proses terkanan dan waktu sputtering yang optimum, sehingga dihasilkan lapisan tipis ZnO:Al yang homogen di atas permukaan substrat alumina. Untuk mengetahui keberhasilan pembuatan lapisan tipis dari parameter proses yaitu tekanan dan waktu deposisi, maka dilakukan pengukuran resistansi untuk menentukan suhu operasi sensor, sensitivitas terhadap gas : C 2 H 5 OH, NH 3 dan SO 2.. HASIL DAN PEMBAHASAN Dari hasil penelitian deposisi lapisan tipis ZnO:Al pada permukaan substrat alumina dengan variasi waktu deposisi sputtering : 30 menit, 60 menit, 90 menit, 120 menit dan 150 menit. Serta variasi tekanan gas argon : 1 10-2 atm, 2 x 10-2 atm, 3 10-2 atm, 4 10-2 atm dan 5 10-2 atm. Untuk mengetahui keberhasilan pembuatan lapisan tipis ZnO:Al pada sustrat alumina, maka dilakukan karakterisasi yang meliputi : pengukuran resistansi, penetuan suhu operasi dan sensitivitas sensor terhadap gas uji. Pengaruh Waktu Deposisi terhadap Resistansi Lapisan Tipis ZnO:Al Hasil pengukuran resistansi lapisan tipis ZnO:Al terhadap variasi waktu deposisi masingmasing : 30 menit, 60 menit, 90 menit, 120 menit dan 150 menit pada tekanan 4 10-2 atm. ditunjukkan pada Gambar 2. Gambar 1. Sistem DC sputtering.

Sayono, dkk. ISSN 0216-3128 267 Tekanan gas yang semakin tinggi akan meningkatkan jumlah atom gas argon dalam tabung plasma, karena tekanan gas sebanding dengan jumlah atonnya. 120 Gambar2. Resistansi lapisan tipis ZnO:Al terhadap waktu deposisi. Pada Gambar 2 menunjukkan bahwa nilai resistansi cenderung menurun dengan bertambahnya waktu deposisi. Hal ini karena dengan waktu yang semakin lama maka jumlah atom-atom ZnO:Al yang terdeposisi ke permukaan sustrat akan semakin banyak sehingga atom-atom pada permukaan substrat akan semakin rapat dan homogen. Hal ini menyebabkan jarak antar atom pada permukaan akan semakin pendek sehingga pembawa muatan (elektron) yang melewati daerah tersebut akan semakin mudah. Kondisi ini berpengaruh terhadap kenaikkan konduktivitas bahan sensor (sifat kelistrikan menjadi lebih konduktif atau resistansi bahan semakin menurun). Tetapi bila waktu deposisi terus dinaikkan nilai resistansi bukannya semakin turun tetapi justru mengalami kenaikkan, hal ini karena akibat energi sputtering yang diberikan pada proses pembuatan lapisan adalah konstan (2,2 kv/20 ma) dengan demikian jarak jangkauan atom-atom yang tersputter masuk ke dalam permukaan substrat akan sama sehingga akan terjadi penumpukan atom-atom ZnO:Al pada permukaan substrat sehingga membentuk semacam isolator yang berakibat terhadap penurunan konduktivitas bahan sensor. Dari hasil pengukuran resistansi terhadap perubahan waktu deposisi diperoleh nilai resistansi terendah sebesar 64 kω Pengaruh Tekanan Operasi terhadap Resistansi Lapisan Tipis. Hasil pengukuran resistansi lapisan tipis ZnO:Al terhadap perubahan tekanan ditunjukkan pada Gambar 3. Gambar 3 menunjukkan nilai resistansi lapisan tipis ZnO:Al dari variasi tekanan operasi sputtering masing-masing : 1 10-2 atm, 2 x 10-2 atm, 3 10-2 atm, 4 10-2 atm dan 5 10-2 atm. Resistansi (k ohm ) 100 80 60 40 20 0 0 1 2 3 4 5 6 Tekanan Operasi (x10e-2 atm) Gambar 3. Hubungan antara resistansi lapisan tipis ZnO:Al terhadap tekanan operasi. Bila tekanan gas semakin rendah, maka jumlah ion argon dalam tabung plasma yang berfungsi sebagai gas sputter juga masih sedikit. Akibatnya jumlah atom-atom target ZnO:Al yang tersputter ke permukaan substrat alumina masih kecil sehingga tingkat kerapatan dan homogenitas atom pada permukaan yang berfungsi sebagai sensor masih rendah. Oleh karena tingkat kerapatan dan homogenitas atom pada permukaan masih rendah maka jarak antar atom masih ada celah/gap sehingga elektron sebagai pembawa muatan akan sulit melewati pada daerah tersebut, ini berpengaruh terhadap konduktivitas bahan sensor masih rendah atau nilai resistansinya masih tinggi (dalam orde MΩ hingga ratusan kω). Apabila tekanan gas argon semakin tinggi, maka jumlah ion argon akan semakin banyak, akibatnya jumlah atom-atom yang timbulkan juga bertambah banyak sehngga dapat meningkatkan kerapatan dan homogenitas atom-atom pada permukaan, ini berpengaruh pada kenaikkan konduktivitas bahan sensor sehingga terjadi penurunan nilai resistansi (dalam orde kω hingga Ω). Sedangkan bila tekanan gas argon terus dinaikkan akibatnya akan terjadi penumpukan atom-atom target pada permukaan bahan sensor sebagaimana terjadi pada penambahan waktu deposisi yang berlebihan sehingga bukannya penurunan nilai resistansi tetapi justru terjadi sebaliknya nilai resistansi mengalami kenaikan kembali, hal ini terbukti pada tekanan yang lebih besar (5 10-2 atm) menghasilkan nilai resistansinya 97 kω dan pada tekanan 4 10-2 atm

268 ISSN 0216-3128 Sayono, dkk. nilai resistansinya 68,1 kω sebagaimana di-tunjukkan pada Gambar 3. Dengan demikian baik waktu deposisi maupun tekanan operasi sputtering mempunyai kondisi tertentu atau kondisi optimum, ini dicapai pada kondisi tekanan 4 10-2 atm dengan nilai resisistansi sebesar 68,1 kω. Kemudian dari hasil pengukuran nilai resistansi variasi waktu deposisi dan tekanan operasi sputtering dipilih yang mempunyai nilai resistansi terendah dalam hal ini pada kondisi waktu deposisi selama 90 menit dengan tekanan 4 10-2 atm diperoleh nilai resistansi 64 kω. Selanjutnya sampel tersebut dilakukan uji untuk menentukan suhu operasi sensor. Penentuan Suhu Operasi Sensor ZnO:Al Penentuan suhu operasi sensor sangat diperlukan karena pada rentang tertentu lapisan tipis ZnO:Al dapat berfungsi sebagai sensor gas. Dalam penentuan suhu operasi sensor dilakukan dengan cara dipanaskan bahan sensor gas secara bertahap mulai suhu kamar hingga suhu tertentu untuk memperoleh nilai resistansi yang stabil. Hasil pengamatan suhu operasi sensor ditunjukkan pada Gambar 4. Pada beberapa sensor, nilai resistansi kembali menunjukkan gejala kenaikan pada suhu di atas 325 o C. Gasov dan Rumyantseva (1999) mengatakan bahwa hal tersebut dapat terjadi karena pada suhu di atas suhu operasi sensor, oksigen yang terabsorbsi akan menarik elektron dari bagian dalam butir yang mengakibatkan pertambahan ketebalan lapisan deplesi yang terlalu besar seningga butir akan berada pada daerah bebas/kosong elektron yang menyebabkan peningkatan resistivitas. Pada penelitian ini suhu operasi sensor diperoleh 200 o C. Suhu ini menjadi acuan suhu operasi sensor gas untuk pengujian sensitivitas. Pengujian Sensitivitas Sensor Gas ZnO:Al Pengujian sensitivitas sensor ZnO:Al dilakukan menggunalan 3 jenis gas uji yakni : ethanol (C 2 H 5 OH), aminiak (NH 3 ) dan sulfur oksida (SO 2 ). Sensitivitas diperoleh dengan menentukan nilai resistansi sensor sebelum dan sesudah dikenai gas kemudian dihitung menggunakan perasamaan (7) maka sensitivitas sensor gas dapat diketahui. Hasil perhitungan sensitivitas sensor gas dari bahan ZnO:Al terhadap gas uji ethanol (C 2 H 5 OH), aminiak (NH 3 ) dan sulfur oksida (SO 2 ) ditunjukkan pada Gambar 5. Gambar 4. Hubungan resistansi lapisan tipis ZnO:Al terhadap suhu. Gambar 5. Sensitivitas sensor terhadap gas C 2 H 5 OH, NH 3 dan SO 2. Pada Gambar 4 menunjukkan bahwa semakin suhu dinaikan maka nilai resistansi cenderung menurun, hal ini terjadi akibat adanya migrasi elektron dari pita valensi menuju ke pita konduksi (menjadi elektron bebas). Pada Gamabr 4 terlihat bahwa mulai suhu 150 o C penurunan resistansi sudah rendah dan menuju kondisi stabil pada rentang 175 o C s/d 200 o C. Pada kondisi suhu 175 o C s/d 200 o C bahan ZnO:Al dapat berfungsi sebagai sensor gas karena perubahan resistansi sensor gas tidak dipengaruhi oleh panas tetapi disebabkan adanya proses serapan gas yang mengenai permukaan bahan sensor. Dari Gambar 5 menunjukkan bahwa bahwa mulai volume 1 cc atau 14,15 konsentrasi/volume sensor telah dapat merespon gas tetapi belum stabil. Tetapi setelah volume dinaikan hingga 10 cc atau 141,54 konsentrasi/volume, maka sensitivitas sensor gas meningkat masing-masing : 24% (C 2 H 5 OH), 19,77% (NH 3 ) dan 17,53% (SO 2 ). Ini menunjukkan bahwa sensor gas dari bahan ZnO:Al memiliki sensitivitas cukup baik terhadap kehadiran ketiga gas tersebut, karena sensor dapat merespon dengan stabil mulai volume 6 cc atau kosentrasi 84,92 konsentrasi/volume. Kondisi dicapai oleh sensor yang dibuat dengan parameter proses sputtering

Sayono, dkk. ISSN 0216-3128 269 sebagai berikut : Waktu deposisi 90 menit, tekanan 4 40-2 atm, suhu sputtering 250 o C, tegangan 2,2 kv, arus 20 ma dan suhu operasi sensor 200 o C. KESIMPULAN Dari hasil penelitian deposisi lapisan tipis ZnO:Al sebagai bahan sensor, maka dapat disimpulkan sebagai berikut : 1. Hasil proses deposisilapisan tipis ZnO:Al sebagai bahan sensor gas diperoleh nilai resistansi terendah 64 kω, kondisi ini dicapai pada waktu deposisi 90 menit, tekanan 4 10-2 atm, tegangan 2,2 kv, arus 20 ma dan suhu substrat 250 o C. 2. Pada penentuan suhu operasi sensor gas pada rentang suhu 175 sampai dengan 200 o C diperoleh nilai resistansi yang stabil sehingga suhu 200 o C ditetapkan sebagai suhu operasi sensor. 3. Sensor gas dari bahan lapisan tipis ZnO:Al pada 141,54 konsentrasi/volum mempunyai sensitivitas terhadap gas uji masing-masing: 24 % (C 2 H 5 OH), 19,77 % (NH 3 ) dan 17,53 % (SO 2 ). UCAPAN TERIMA KASIH Dengan telah selesainya penelitian ini kami mengucapkan banyak terima kasih kepada Bapak : J. Karmadi dan seluruh staf kelompok Aplikasi Akselerator atas segala bantuan yang telah diberikan. DAFTAR PUSTAKA 1. COSANDEY, F., SKANDON, G., SINGHAL, A, Material and Pocessing Issues in Nanostructured Semiconductor Gas Sensors, The Minerals, Metals and Materials Society, 2000. 2. MARDARE, D., RUSU, G.L., Structural and Electrical Properties of TiO2 RF Sputerred Thin Films, Materials Science and Engineering, B75, 68-71, 2000. 3. WASA, K., HAYAKAWA, S., Handbook of Sputter Deposition Technology and Application, Noyes Publication, New Jersey, 1992. 4. GAS KOV, A.M., RUMYANTSEVA, M.N., Materials for Solid-State Gas Sensors, Inorganic Materials, Vol.36, No.3, 293-301, 2000. 5. OHRING, M., The Material Science of Thin Films, Academic Press Inc., New York, 1992. TANYA JAWAB Wisono Apakah senser gas dari bahan ZnO:Al dalam operasinya harus dipanaskan dan bagaimana bila sensor ZnO:Al dioperasikan pada suhu kamar?. Apa fungsi penambahan bahan Aluminium (Al) pada sensor ZnO? Sayono Sensor gas dari bahan semikonduktor oksida logam seperti :ZnO, SnO 2, TiO 2 dan CeO 2 dapat berfungsi dengan baik (mempunyai respon yang tinggi dan stabil) bila diberi panas pada suhu tinggi diatas 200 o C, pada percobaan ini suhu operasi sensor antara 250 o C s/d 300 o C, sehingga bila sensor gas dari bahan ZnO:Al dioperasikan pada suhu kamar atau kurang dari 250 o C, responnya sangat rendah dan tidak stabil. Fungsi penambahan bahan aluminium (Al) pada bahan sensor ZnO adalah sebagai doping untuk meningkatkan daya serap permukaan sensor terhadap gas uji, sehingga sensitivitas sensor akan lebih tinggi.