BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA TEORI. menurut Muhammad Abduh dan Muhammad Quthb serta implikasinya

dokumen-dokumen yang mirip
TEORISASI DAN STRATEGI PENDIDIKAN ISLAM Oleh : Fahrudin

BAB V PENUTUP. memadukan antara aql dan naql, namun pada dasarnya pemikiran. Muhammad Abduh lebih cenderung kepada aql daripada naql.

HAKIKAT DAN TUJUAN PENDIDIKAN DALAM PERSPEKTIF FILSAFAT PENDIDIKAN ISLAM. Oleh: Hambali ABSTRAK

BAB V SIMPULAN IMPLIKASI DAN REKOMENDASI

BAB I PENDAHULUAN. sampai pada periode modern, mengalami pasang surut antara kemajuan

WD8013 Sejarah Pendidikan Islam I (Minggu 1) Pensyarah: Ustazah Dr Nek Mah Batri PhD

BAB I PENDAHULUAN. Mempelajari pendidikan Islam sangat penting bagi kehidupan setiap. muslim karena pendidikan merupakan suatu usaha yang membentuk

BAB V PENUTUP. 1. Konsep pendidikan Islam adalah suatu proses edukatif yang mengarah kepada

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. seluruh umat Muslim di dunia. Dalam ibadah yang disyariatkan Allah kepada

Sumbangan Pembaruan Islam kepada Pembangunan

BAB I PENDAHULUAN. potensi dirinya untuk memiliki kecakapan spiritual keagamaan, kepribadian,

BAB IV ANALISIS PEMIKIRAN IMAM AL- GHAZALI DAN SYED MUHAMMAD NAQUIB AL ATTAS

BAB I PENDAHULUAN. Allah Swt. menciptakan makhluk-nya tidak hanya wujudnya saja, tetapi

BAB I PENDAHULUAN. Kondisi umat Islam di Mesir khususnya dan dunia umumnya pada. pertengahan abad 14 Hijriyah adalah masa-masa dimana imperialisme dan

BAB IV ANALISA. masyarakat Jemur Wonosari yang beragama Islam meyakini bahwa al-qur an

FILSAFAT PENDIDIKAN ISLAM DALAM PENINGKATAN SUMBER DAYA MANUSIA YANG BERKUALITAS. Nuryani, M. IAIN Palopo

BAB I PENDAHULUAN. Ibid, hal Moh Uzer Usman, Menjadi Guru Profesional, PT Remaja Rosdakarya, Bandung, 2002, hal. 4

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Khatamul Anbiya (Penutup Para Nabi)

Landasan Sosial Normatif dan Filosofis Akhlak Manusia

BAB I PENDAHULUAN. Abdul Kholiq, dkk. Pemikiran Pendidikan Islam Kajian Tokoh Klasik dan Kontemporer, Pustaka Pelajar, Yogyakarta, 1999, hlm.

BAB I PENDAHULUAN. Abdurrachman Mas ud dkk, Paradigma Pendidikan Islam, Pustaka Pelajar, Yogyakarta, 2001, hal. 139.

BAB I PENDAHULUAN. mempertahankan hidupnya. Dengan demikian, perubahan-perubahan pola. menuntut pula perubahan dan perkembangan sistem dan aktivitas

PENDIDIKAN AGAMA ISLAM Sumber Ajaran Islam

BAB IV ANALISA PEMIKIRAN PENDIDIKAN ISLAM MENURUT ABDUL MALIK FADJAR. A. Analisis Pendidikan Islam Menurut Abdul Malik Fadjar

Bab II Pendidikan Islam

BAB I PENDAHULUAN. meningkatkan kesejahteraan dan taraf hidup manusia. kearah kearifan ( wisdom), pengetahuan ( knowledge), dan etika ( conduct).

MENOROPONG PENDIDIKAN ISLAM (Analisis Hakikat, Tugas, Serta Tujuannya). Bulu STAIN Palopo

BAB I PENDAHULUAN. yang juga memiliki kedudukan yang sangat penting. Akhlak merupakan buah

PELEMBAGAAN HUKUM ISLAM DI INDONESIA. Oleh: Dr. Marzuki, M.Ag. sendiri. Jadi, hukum Islam mulai ada sejak Islam ada. Keberadaan hukum Islam di

IPTEK DAN SENI DALAM ISLAM

BAB 1 PENDAHULUAN. (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 1995), hlm M. Ngalim Purwanto, Ilmu Pendidikan Teoritis dan Praktis,

BAB I PENDAHULUAN. mulai beranjak pada kondisi yang lebih modern. Perubahan dan. pembangunan bangsa dan negara adalah pendidikan.

MODEL PENELITIAN AGAMA

PERATURAN KELUARGA BESAR MAHASISWA FAKULTAS NOMOR 3 TAHUN 2016 TENTANG GARIS-GARIS BESAR HALUAN KERJA KELUARGA BESAR MAHASISWA

PENDIDIKAN ISLAM. Oleh: Drs. Abas Asyafah, M.Pd.

BAB I PENDAHULUAN. Implementasi ajaran agama dalam bentuk hubungan sosial kemasyarakatan

BAB I PENDAHULUAN. manusia (SDM) yang berdaya tahan kuat dan perilaku yang handal. Kualitas. oleh sumber daya alamnya saja, melainkan SDM-nya juga.

BAB V PENUTUP. penulis angkat dalam mengkaji pendidikan ekologi dalam perspektif Islam,

BAB V PENUTUP A. Kesimpulan Berdasarkan pembahasan pada bab sebelumnya, dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut; Eksistensi spiritualitas guru dalam

BAB I PENDAHULUAN. membina kepribadiannya sesuai dengan nilai-nilai di dalam masyarakat dan kebudayaannya.

BAB I PENDAHULUAN. Amzah, 2007), hlm. 55. Pemikiran dan Kepribadian Muslim, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2006), hlm. 150.

TEOLOGI SOSIAL : Telaah Pemikiran Hassan Hanafi

PENDIDIK DAN PESERTA DIDIK DALAM PENDIDIKAN ISLAM

BAB I PENDAHULUAN. Sebagaimana dipahami bahwa para remaja berkembang secara integral,

UNIVERSITI KEBANGSAAN MALAYSIA FAKULTI PENGAJIAN ISLAM

BAB I PENDAHULUAN. memahami, menganalisis, membandingkan, menyimpulkan dan sebagainya

BAB IV ANALISIS PROBLEMATIKA PENGAJIAN TAFSIR AL-QUR AN DAN UPAYA PEMECAHANNYA DI DESA JATIMULYA KEC. SURADADI KAB. TEGAL

BAB I PENDAHULUAN. pekerti luhur, berkepribadian, mandiri, maju, tangguh, cerdas, kreatif, terampil,

BAB V PENUTUP. tesis ini yang berjudul: Konsep Berpikir Multidimensional Musa Asy arie. dan Implikasinya Dalam Pendidikan Islam, sebagai berikut:

BAB I PENDAHULUAN. merasakannya. Begitu pula bisa membaca Al-Qur an dengan fasih dan benar

BAB I PENDAHULUAN. Ciputat Press, 2008), Cet. III, hlm. 3.

DESKRIPSI LEARNING OUTCOME MATA KULIAH PENDIDIKAN AGAMA ISLAM PROGRAM MATA KULIAH DASAR UMUM ( MKDU ) INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2012

UMMI> DALAM AL-QUR AN

BAB 1 PENDAHULUAN. mengatur hubungan manusia dan pencipta (hablu min allah) dan hubungan

GARIS-GARIS BESAR PROGRAM PENGAJARAN (GBPP)

GARIS-GARIS BESAR PROGRAM PENGAJARAN (GBPP)

BAB I PENDAHULUAN. Allah swt menganugerahi akal. Dan hal tersebut tidak dimiliki oleh makhluk lain.

ISLAM MENJADI SUMBER MOTIVASI PENGEMBANGAN ILMU PENGETAHUAN DAN TEKNOLOGI

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah.

Filsafat Ilmu dalam Perspektif Studi Islam Oleh: Maman Suratman

BAB I PENDAHULUAN. kepribadiannya sesuai dengan nilai-nilai di dalam masyarakat dan kebudayaan.

BAB I PENDAHULUAN. Sungguh, al-quran ini memberi petunjuk ke (jalan) yang paling lurus... (Q.S. Al-Israa /17: 9) 2

BAB I PENDAHULUAN. sekali. Selain membawa kemudahan dan kenyamanan hidup umat manusia.

BAB III PANDANGAN DAN METODE IJTIHAD HUKUM JILTERHADAP PERKAWINAN BEDA AGAMA. A. Pandangan JIL terhadap Perkawinan Beda Agama

BAB I PENDAHULUAN. beragama yaitu penghayatan kepada Tuhan, manusia menjadi memiliki

BAB I PENDAHULUAN Nana Syaodih Sukmadinata, Pengembangan Kurikulum, PT Remaja Rosdakarya, Bandung, 2009, hlm. 1.

BAB V PENUTUP. A. Kesimpulan

Karakteristik Pendidikan Islam; Sebuah Pengantar Terhadap Pendidikan Islam

BAB I PENDAHULUAN A. Konteks Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. Kementrian Agama RI, Modul Bahan Ajar Pendidikan Dan Pelatihan Profesi Guru (PLPG) Guru Kelas RA, Jakarta, 2014, hlm. 112.

GARIS-GARIS BESAR PROGRAM PENGAJARAN (GBPP)

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Berdasarkan analisis penelitian mengenai konsep tujuan pendidikan Islam

BAB I PENDAHULUAN. agar manusia senantiasa melaksanakan perintah-nya dan menjauhi larangan-

BAB I PENDAHULUAN. dengan sengaja oleh orang dewasa agar seseorang menjadi dewasa. 1 Menurut Ki Hajar

BAB I PENDAHULUAN. dan tujuannya di dunia ini. Manusia seharusnya mengingat tujuan hidup di dunia

BAB I PENDAHULUAN. pengetahuan dan keterampilan yang berguna dalam menjalani hidup. terbentuknya kepribadian utama menurut ukuran-ukuran Islam.

BAB I PENDAHULUAN. SWT dengan di beri banyak kelebihan dibandingkan makhluk lainnya, di

BAB I PENDAHULUAN. budaya dan hasil dari peradaban manusia lebih dari itu pendidikan adalah daya

BAB I PENDAHULUAN. istilah tersebut adalah pendidikan dan pengajaran. Pengajaran merupakan

KOMPETENSI INTI DAN KOMPETENSI DASAR SEKOLAH MENENGAH ATAS/MADRASAH ALIYAH/SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN/MADRASAH ALIYAH KEJURUAN (SMA/MA/SMK/MAK)

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Sambutan Presiden RI pada Peringatan Nuzulul Quran 1430 H, Senin, 07 September 2009

BAB I PENDAHULUAN. hlm Ismail SM. Et. All. Paradigma Pendidikan Islam, (Yogyakarta, Pustaka Pelajar, 2001),

Secara bahasa, kata AGAMA berasal dari bahasa sangsekerta yang berarti TIDAK PERGI, tetap di tempat.

UNIVERSITI TEKNOLOGI MALAYSIA STATUS DAN TANGGUNGJAWAB MANUSIA

BAB V PENUTUP. 1. Pemikiran Habib Abdullah Alawi Al-Hadad tentang pendidikan akhlak dalam

BAB II. mengembangkan diri, baik dalam aspek kognitif, psikomotorik maupun sikap.12 Ketiganya merupakan satu kesatuan yang tidak

PENDIDIKAN AGAMA ISLAM BAB I PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN. sebuah masyarakat adalah aqidah, khususnya aqidah Islam. Maka tugas

ISLAM DAN DEMOKRASI. UNIVERSITAS MERCU BUANA BEKASI Sholahudin Malik, S.Ag, M.Si. MATA KULIAH AGAMA ISLAM. Modul ke: 13Fakultas.

Modul 1 PENGERTIAN DAN MANFAAT PSIKOLOGI AGAMA

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

Pendahuluan. Ainol Yaqin. Pertemuan ke-1 M E T O D O L O G I S T U D I I S L A M

TANTANGAN UMAT BERAGAMA PADA ABAD MODERN

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. maupun di akhirat. Dengan pendidikan seseorang akan memperoleh bekal

BAB I PENDAHULUAN. dan hasil dari proses pendidikan berupa manusia yang berkualitas. Manusia

BAB I PENDAHULUAN. (bacalah) yang tertera dalam surat al- Alaq ayat 1-5. manusia dari segumpal darah melalui proses yang telah ditetapkan oleh Allah

Transkripsi:

14 BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA TEORI A. Tinjauan Pustaka Penelitian mengenai perbandingan konsep pendidikan Islam menurut Muhammad Abduh dan Muhammad Quthb serta implikasinya terhadap pendidikan Islam modern jarang ditemukan di dalam buku, ataupun artikel-artikel penelitian lain. Namun, peneliti menemukan beberapa artikel penelitian yang telah ditulis yang berkaitan dengan penelitian ini. Adapun beberapa artikel penelitian yang telah ditulis sebagaimana berikut ini; Penelitian pemikiran Muhammad Quthb mengenai pendidikan Islam, diteliti oleh Saifullah dengan judul Konsep Pendidikan Muhammad Quthb (2007). Saifullah membahas pemikiran pendidikan Muhammad Quthb yang meliputi latar belakang epistimologi pemikiran Muhammad Quthb, corak pemikiran, hakikat dan tujuan pendidikan, serta pandangannya terhadap pendidikan Islam. Pada dasarnya, penelitian Saifullah mengenai ruang lingkup pemikiran pendidikan Muhammad Quthb cukup luas dan mendalam. Bahkan, Saifullah membandingkan pula pemikiran Muhammad Quthb dengan beberapa pemikir lain seperti; Syed Muhammad Naquib al-attas, Ismail Raji el-faruqi, Yusuf al-qardhawi, Seyyed Hossein Nasr, serta pemikir-pemikir kontemporer lainnya. Namun, Saifullah belum membahas metode pembelajaran atau materi pelajaran yang ditawarkan Muhammad Quthb. Oleh karena itu, pembahasan pada

15 penelitian ini bersifat umum hanya mencakup pandangan Muhammad Quthb terhadap pendidikan Islam, belum mengkhususkan kepada komponen praktis pendidikan Islam; pendidik, peserta didik, metode pembelajaran dan materi pembelajaran. Penelitian mengenai pemikiran pendidikan Islam Muhammad Abduh, diteliti oleh Muqoyyidin dengan judul Pembaharuan Pendidikan Islam menurut Muhammad Abduh (2013). Muqoyyidin membahas mengenai latar belakang pendidikan Muhammad Abduh, wacana modernisasi pendidikan Islam menurut Muhammad Abduh serta membahas komponen-komponen pendidikan Islam yang perlu untuk diperbaharui. Dalam penelitian ini, Muqoyyidin menjelaskan secara detail mengenai corak pemikiran Muhammad Abduh, tujuan pendidikan, kurikulum, materi pembelajaran serta metode pembelajaran yang ditawarkan Muhammad Abduh. Secara penjelasan memang sudah detail, bahkan Muqoyyidin juga membahas pemikiran Abduh mengenai hak perempuan untuk mendapatkan pendidikan. Akan tetapi menurut peneliti, penelitian Muqoyyidin, belum secara jelas menawarkan sebuah solusi guna mengatasi persoalan pendidikan Islam kontemporer. Penelitian mengenai perbandingan konsep pendidikan Islam, diteliti oleh Yusuf dengan judul Perbandingan Pemikiran Muhammad Abduh dan Rasyid Ridha Tentang Pendidikan (2011). Mengenai substansi penelitian, Yusuf membahas sejarah singkat Muhammad Abduh dan Rasyid Ridha, pemikiran Muhammad Abduh dan Rasyid Ridha

16 mengenai pendidikan, perbandingan pemikiran pendidikan Muhammad Abduh dan Rasyid Ridha serta pengaruh pemikiran Muhammad Abduh dan Rasyid Ridha di Indonesia. Detailnya, penelitian Yusuf mengenai perbandingan konsep pendidikan Muhammad Abduh dan Rasyid Ridha meliputi sistem lembaga pendidikan dan kurikulum menurut model kedua tokoh. Kekurangan dalam penelitian ini, menurut peneliti, perbandingan konsep pendidikan antara Muhammad Abduh dan Rasyid Ridha yang diteliti oleh Yusuf kurang terfokus pada ranah pendidikan. Perbandingan yang diteliti, meliputi teologi, madzhab, ilmu dan pengalaman serta pandangan keduanya mengenai kedudukan akal. Peneliti juga mengaitkan pokok konsep pendidikan Islam Muhammad Abduh dan Muhammad Quthb terhadap pendidikan Islam modern. Oleh karena itu, pendidikan Islam modern juga menjadi fokus perhatian peneliti selain kedua tokoh di atas. Penelitian mengenai pendidikan Islam modern, diteliti oleh Sanaky dengan judul Studi Pemikiran Pendidikan Islam Modern (1999). Sanaky membahas mengenai karakteristik masyarakat modern, pendidikan tradisional dan pendidikan modern serta memformulasikan model pendidikan Islam modern dalam mengatasi persoalan tuntutan masyarakat modern. Hasil penelitian Sanaky, bisa dikatakan cukup luas. Namun, dalam penelitian Sanaky ini tidak dikaitkan dengan pemikiran para ulama atau ilmuwan muslim baik klasik maupun kontemporer. Apabila dikaitkan, maka hasil penelitian akan lebih menarik dan mendalam, sekaligus mampu

17 membuktikan pemikiran mana dari para ulama atau ilmuwan muslim yang mampu menjawab tantangan modern. Berdasarkan tinjauan terhadap penelitian terdahulu, peneliti menyimpulkan bahwa terdapat keterkaitan dengan penelitian ini. Apabila ditinjau dari segi substansi atau isi maka semakin jelas keterkaitan antara penelitian ini dengan penelitian terdahulu. Akan tetapi, pokok dari tinjauan terhadap penelitian terdahulu bukanlah persoalan terkait atau tidaknya dengan penelitian ini, melainkan keunikan atau kelebihan yang dimiliki oleh penelitian ini yang dapat melengkapi hasil dari penelitian terdahulu. Menurut perspektif peneliti, penelitian ini memiliki tujuan konstruktif untuk umat Islam, khususnya pendidikan Islam. Selain perbandingan konsep pendidikan Islam antara Muhammad Abduh dan Muhammad Quthb serta implikasinya terhadap pendidikan Islam modern sangat jarang ditemukan di karya ilmiah penelitian lain, peneliti dalam hal ini, melalui konsep Muhammad Abduh dan Muhammad Quthb mencoba menawarkan alternatif dari persoalan pendidikan Islam di era modern ini, khususnya di Indonesia. B. Kerangka Teori Peneliti menjelaskan beberapa definisi penting yang berkaitan dengan topik penelitian yang dibahas. Tujuan peneliti, agar tidak terjadi salah tafsir mengenai topik penelitian yang diangkat. Berikut beberapa definisi yang terkait dengan Perbandingan Konsep Pendidikan Islam

18 Muhammad Quthb dan Muhammad Abduh serta Implikasinya terhadap Pendidikan Islam Modern ; 1. Perbandingan Menurut Qomar (2005: 342) perbandingan adalah suatu cara untuk memperoleh pengetahuan dengan membandingkan teori atau praktik pendidikan Islam dengan Islam maupun dengan selain teori atau praktik pendidikan Islam. Kegunaan dari perbandingan yang dimaksud, dapat menyatukan dua atau lebih perspektif yang berbeda untuk mendapatkan kesimpulan dan maksud dari permasalahan pendidikan. Jadi, dalam penelitian ini penerapan perbandingan ditujukan untuk mengatasi persoalan-persoalan pendidikan saat ini melalui proses penyatuan beberapa pandangan yang berbeda. Adapun proses penyatuannya, peneliti terlebih dahulu menguraikan persamaan dan perbedaan dari beberapa pandangan tersebut, melalui proses ini peneliti akan lebih mudah dalam mengambil pokok pandangan yang hendak disatukan. 2. Konsep Pendidikan Islam a. Konsep Istilah konsep memang sering digunakan dalam setiap rancangan atau draf. Seperti halnya dalam kamus terbaru bahasa Indonesia (2008: 382) konsep diartikan sebagai rancangan kasar dari sebuah tulisan. Sedangkan konsepsi memiliki arti pendapat, paham, pandangan, pengertian, cita-cita yang terlintas (ada) dalam

19 pikiran. Berdasarkan pernyataan tersebut yang dimaksud konsep di dalam penelitian ini ialah suatu rancangan berfikir atau pandangan Muhammad Abduh dan Muhammad Quthb mengenai pendidikan Islam. b. Pendidikan Secara etimologi, istilah yang biasa dipergunakan untuk تعليم-تربية-تأديب mengartikan pendidikan, dalam bahasa Arab yaitu (Ta lim, Tarbiyah, dan Ta dib) (Langgulung, 1988: 4). Namun, meskipun ketiga makna tersebut memiliki pengertian yang sama yaitu pendidikan secara umum, dalam hal ini, Muhammad Naquib al-attas mengusulkan bahwa konsep ta dib sudah mencakup kedua unsur lainnya. Konsep ta dib mencakup ilmu ( Ilm), instruksi (Ta lim), dan pembinaan yang baik (Tarbiyah) (Daud, 2003 : 175). Secara terminologi, peneliti mengutip beberapa pendapat mengenai pendidikan. Menurut Marimba (1989: 19), pendidikan adalah bimbingan dari pendidik terhadap perkembangan jasmani dan rohani peserta didik menuju terbentuknya kepribadian yang utama. Pendidik sebagai pembimbing, memiliki sifat lebih dari pada peserta didik. Jelasnya, pendidik adalah orang yang lebih dewasa dibanding peserta didik. Tidak jauh beda, Tafsir (2011: 28) mengungkapkan bahwa pendidikan ialah usaha yang dilakukan oleh pendidik terhadap peserta didik agar tercapai perkembangan yang positif. Caranya, dapat dikembangkan pengetahuan dan

20 keterampilan dengan latihan, keteladanan, hadiah dan cara-cara yang lain. Menurut peneliti, pendapat Marimba dan Tafsir terbatas pada hal teknis pendidikan, definisi yang diuraikan belum menyentuh aspek filosofis pendidikan itu sendiri. Pendapat yang lebih luas dan mendalam, pendapat al- Syaibany (1979: 55) yang mengungkapkan pendidikan ialah memberikan kemungkinan kepada obyek pendidikan (peserta didik), seperti mengembangkan keyakinan adanya wujud Tuhan. Di samping itu, pendidikan mampu menolong peserta didik untuk memahami fenomena alam, kemudian mampu menyingkap rahasia alam atau undang-undang alam dan mampu menciptakan hasil alam demi kemajuan insani. Dengan demikian, dalam penelitian ini yang dimaksud pendidikan ialah suatu usaha bimbingan, pelatihan, atau pengajaran yang dilakukan pendidik kepada peserta didik untuk mengembangkan seluruh potensi peserta didik secara utuh. c. Islam Menurut al-abrasy (1970: 35) Islam adalah agama ilmu dan cahaya, bukanlah agama kebodohan dan kegelapan. Wahyu yang pertama diturunkan kepada Nabi Muhammad Saw. mengandung perintah untuk membaca. Pengulangan atas perintah tersebut, serta penyebutan kembali mengenai masalah ilmu dan pendidikan yang dapat kita rasakan dalam menghubungkan soal pendidikan dengan Tuhan. Oleh karena itu, menurut Langgulung

21 (1988: 111), pertalian antara Islam dan pendidikan memiliki pengertian yang menyeluruh, pertalian keduanya mengembangkan jasmani, akal, emosi, rohani dan akhlak. d. Pendidikan Islam 1) Pengertian Pendidikan Islam Pendidikan Islam menurut Arifin (1989: 11) ialah suatu sistem pendidikan yang mencakup seluruh aspek kehidupan yang dibutuhkan oleh hamba Allah. Hal ini karena Islam memenuhi seluruh kebutuhan umat baik di dunia maupun di akhirat. Dari pengertian demikian, seluruh cabang keilmuan termasuk ke dalam ruang lingkup pendidikan Islam, meskipun secara nampak bukan termasuk ilmu Islam. Mengingat luasnya garapan pendidikan Islam, maka pendidikan Islam tidak menganut sistem tertutup, melainkan harus terbuka terhadap tuntutan ilmu pengetahuan dan teknologi. Pendapat yang sama disampaikan oleh al-syaibani (1979: 438), ia mengungkapkan bahwa pendidikan Islam ialah pendidikan yang bertujuan untuk mengembangkan, membuka dan mendidik segala aspek pribadi peserta didik dan seluruh daya yang dimiliki peserta didik. Sementara itu, pendapat al-abrasy (1970: 4); Pendidikan Islam adalah pendidikan yang ideal, di mana ilmu diajarkan karena ia mengandung kelezatan-kelezatan rohaniah, untuk dapat sampai kepada hakekat ilmiah dan akhlak yang terpuji. Setiap orang yang menengok kepada apa-apa yang ditinggalkan kaum muslimin dalam bentuk

22 peninggalan-peninggalan ilmiah, sastera, agama, seni, maka ia akan mendapatkan suatu kekayaan yang maha besar yang tidak ada bandingannya dengan dunia ini. Berdasarkan pendapat di atas, maka pendidikan Islam dalam penelitian ini ialah pendidikan yang menyeluruh, yang ideal, ia mengembangkan, mendidik dan membimbing seluruh aspek yang dimiliki peserta didik, terutama aspek yang menyangkut Abd dan Khalifah dalam diri peserta didik. Abd merupakan kesadaran moralitas dan kepatuhan dirinya secara komitmen sebagai manifestasi keimanannya kepada Allah Swt. Sementara, Khalifah merupakan penguasaan terhadap ilmuilmu pengetahuan dan teknologi melalui pemahaman, penalaran, dan penelitian (Latief [ed.], 2003: 26). Dengan pengertian seperti ini, maka pendidikan Islam bersifat menyeluruh, tidak hanya terbatas pada urusan keimanan, namun ia juga memperhatikan ilmu-ilmu yang dikategorikan sebagai ilmu non Islam. 2) Landasan Dasar Pendidikan Islam a) Al-Qur an Al-Qur an ialah firman Allah Swt. berupa wahyu yang disampaikan oleh Jibril kepada Nabi Muhammad Saw. di dalamnya terdapat ajaran pokok yang dapat dikembangkan untuk keperluan seluruh aspek kehidupan melalui ijtihad. Ajaran pokok tersebut, terdiri dari dua

23 prinsip dasar, yaitu yang berhubungan dengan masalah keimanan atau aqidah dan yang berhubungan dengan amal atau syari ah (Daradjat et al., 1992: 19). b) As-Sunnah Menurut Daradjat et al. (1992: 20) As-Sunnah ialah ajaran yang kedua setelah al-qur an. Sama halnya dengan al-qur an, as-sunnah juga berisi mengenai aqidah dan syari ah. Lebih jelasnya, As-Sunnah berisi petunjuk untuk kemaslahatan kehidupan manusia, untuk membina umat menjadi manusia yang seutuhnya atau muslim yang bertakwa. c) Pemikiran Islam atau Ijtihad Pemikiran Islam dalam bahasa Fiqh sering disebut Ijtihad. Menurut Daradjat et al. (1992: 21) ijtihad adalah berpikir dengan menggunakan seluruh ilmu yang dimiliki oleh ilmuwan syari at Islam dalam beberapa hal yang secara hukum belum ditegaskan di dalam al-qur an dan as- Sunnah. Ijtihad dalam hal ini meliputi berbagai aspek kehidupan, termasuk pendidikan, tetapi tetap berpedoman kepada al-qur an dan as-sunnah. d) Sejarah Islam Menurut Abdullah (2001: 70) mengungkapkan bahwa sejarah Islam merupakan kehidupan dan karya-karya

24 umat Islam pada masa lampau yang masih dikembangkan oleh umat Islam secara turun temurun. Lebih lanjut beliau mengatakan, melalui peristiwa sejarah umat Islam pada masa lampau akan memberikan gambaran bagi pendidikan Islam yang dapat digunakan untuk pembinaan dan pengarahan dasar dan tujuan pendidikan Islam. e) Realitas Kehidupan Menurut Abdullah (2001: 70) yang dimaksud realitas kehidupan ialah berbagai realitas atau kenyataan di alam raya yang menyangkut kehidupan alam secara menyeluruh terdiri dari manusia dengan dinamikanya, alam dengan ketersediaannya, dan kenyataan lain di alam raya ini meliputi berbagai makhluk. Dengan demikian, manusia, alam serta berbagai makhluk yang ada di alam raya ini merupakan sumber pengembangan pendidikan Islam. 3) Tujuan pendidikan Islam Pendidikan Islam selain memiliki konsep teoritis, pendidikan Islam juga memiliki tujuan yang jelas dalam usahanya menghasilkan peserta didik yang dinginkan. Tujuantujuan pendidikan Islam, pada dasarnya menguraikan maksud secara rinci pengertian pendidikan Islam. Menurut Arief (2007: 19), tujuan pendidikan Islam untuk mempersiapkan anak didik dan menumbuh kembangkan potensi-potensi yang diberikan

25 Allah Swt, baik potensi jasmani maupun potensi rohani dalam proses belajar yang terus menerus untuk mencapai tujuan hidup yang sempurna dan berguna bagi diri dan orang lain. Secara umum tujuan pendidikan Islam disampaikan oleh Nata (1997: 53) yang merinci beberapa ciri-ciri tujuan pendidikan Islam sebagaimana berikut ini : a) Mengarahkan manusia menjadi khalifatullah yang mampu menjaga dan mengolah bumi sesuai aturan dan kehendak Allah. b) Mengarahkan manusia dari segala kegiatannya dalam menjaga dan mengolah bumi ditujukan untuk beribadah kepada Allah Swt. c) Mengarahkan manusia menjadi manusia yang berakhlak mulia, sehingga ia mampu untuk dipercaya terhadap amanah kekhalifahannya. d) Mengembangkan potensi jasmani, akal, dan jiwa manusia, sehingga ia memiliki bekal keterampilan, ilmu, akhlak, dan ketaqwaan dalam mengemban tugas kekhalifahannya. e) Mengarahkan manusia untuk mencapai kebahagiaan baik di dunia maupun di akhirat. Rumusan pada bagian ini, mengandung prinsipprinsip yang menjadi tujuan pendidikan Islam. Rumusan tersebut diungkapkan oleh al-syaibani (1979: 437-443);

26 a) Prinsip menyeluruh (universal) Agama Islam menjadi dasar pendidikan Islam bersifat menyeluruh dalam pandangan. Ia menafsirkan secara menyeluruh terhadap wujud, alam jagat dan hidup. Ia menekankan pandangan yang menghimpun antara roh dan benda, antara roh dan badan, antara individu dan kumpulan, dan antara dunia dan akhirat. Ia berusaha membina individu sebagaimana ia membina masyarakat. Demikian pula ia memandang sesuatu dengan pandangan keseluruhan dan mengajak orang-orang untuk percaya dan menerima pandangan yang menyeluruh ini. Maka Islam tidak setuju apabila ia menerima suatu bagian, sementara ia meninggalkan bagian yang lain. b) Prinsip keseimbangan dan kesederhanaan Pendidikan Islam dalam tujuan-tujuannya berupaya mewujudkan keseimbangan dalam pribadi (individu) dan masyarakat (kelompok) meliputi aspekaspek pertumbuhan yang bermacam-macam. Begitu pula ia menciptakan keseimbangan pada pemuasan berbagai kebutuhan individu dan kelompok, dan menciptakan keseimbangan antara tuntutan-tuntutan pemeliharaan kebudayaan masa silam dan kebutuhan masa kini serta berusaha mengatasi masalah-masalahnya berupa tuntutan

27 dan kebutuhan masa depan tanpa melebihka satu aspek dan melupakan aspek lainnya. c) Prinsip kejelasan Islam menjadi puncak segala dasar, termasuk tujuan-tujuan pendidikan Islam yang bersifat ideal, menyeluruh, berpandangan secara keseluruhan kepada kehidupan, bersifat seimbang, jalan tengah, dan sederhana pada maksud-maksud, maupun tuntutan-tuntutannya. Ia juga bersifat jelas dan terang dalam prinsip, ajaran dan hukumnya. Ia memberi jawaban yang jelas dan tegas kepada jiwa dan akal terhadap segala masalah, tantangan dan krisis. Dari ketegasan Islam, pendidikan menciptakan tujuan-tujuan, kurikulum, dan metode-metode yang jelas dan tegas. d) Prinsip tak ada pertentangan Tujuan-tujuan pendidikan Islam berpadu secara organik antara bagian-bagiannya, sebab ia mengambil dasar dan bimbingannya dari Islam yang mustahil ada pertentangan dan perselisihan dalam prinsip-prinsip dan tujuan-tujuannya sebab ia berasal dari Allah yang Maha mengetahui dan Maha bijaksana. Ia juga berpadu pada kesucian dan kemuliaannya dengan cara-cara

28 pelaksanaannya, sebab kesucian tujuan mengharuskan kesucian cara. e) Prinsip realisme dan dapat dilaksanakan Syariat Islam dan pendidikan Islam tegak di atas prinsip realisme dan jauh dari khayal, berlebih-lebihan, dan bersifat serampangan. Keduanya berusaha mencapai tujuan melalui kaidah yang praktis dan realistis, sesuai dengan fitrah dan sejalan dengan suasana serta kesanggupankesanggupan yang dimiliki oleh individu atau masyarakat. Jadi prinsip syariat Islam dan pendidikan Islam bukan hanya wacana belaka, namun keduanya senantiasa menjadi prinsip dan tujuan yang realistis dan dapat dilaksanakan pada segala waktu dan tempat. f) Prinsip perubahan yang diingini Pendidikan Islam dalam tujuan-tujuannya senantiasa mengadakan perubahan yang diingini oleh pribadi pelajar sehingga tidak hanya terbatas pada pengembangan pengetahuan saja, namun meliputi tingkah laku jasmani, akal, psikologis dan sosial. Begitu pula perubahan-perubahan dalam masyarakat yang meliputi segi budaya, spiritual, sosial, ekonomi dan politik. Dan perubahan yang diusahakan pendidikan Islam, adalah

29 perubahan yang diridhoi oleh Islam yang berdasar pada hukumnya, ajaran-ajarannya, dan dasar-dasarnya. g) Prinsip menjaga perbedaan perseorangan Pendidikan Islam sepanjang sejarahnya menjaga perbedaan dengan mengambil pedoman dari ajaran-ajaran agama Islam yang sudah pasti memelihara perbedaan perseorangan, diantara individu dengan individu, kelompok dengan kelompok, alam sekitar dan budaya-budaya. h) Prinsip dinamisme dan menerima perubahan Pendidikan Islam tidak beku dalam tujuan, kurikulum, metode, namun ia memperbarui diri dan berkembang sesuai kebutuhan dan tuntutan perkembangan yang diakui oleh Islam. Begitu pula syariat Islam senantiasa memelihara, memperbarui diri dan berkembang. 3. Implikasi Berdasarkan Kamus Terbaru Bahasa Indonesia (2008: 299) implikasi diartikan keadaan terlibat, keterlibatan, tindakan ikut campur dan yang termasuk, sedangkan berimplikasi mengandung arti mempunyai hubungan atau keterlibatan. Dengan demikian, dalam penelitian ini yang dimaksud dengan implikasi ialah keterlibatan konsep pendidikan Islam Muhammad Abduh dan Muhammad Quthb terhadap pendidikan Islam modern. Keterlibatan tersebut berupa solusi-alternatif yang ditawarkan Muhammad Abduh dan Muhammad

30 Quthb dalam mengatasi berbagai persoalan pendidikan Islam di tengah-tengah modernitas zaman. 4. Modern Berdasarkan Kamus Bahasa Indonesia Kontemporer (1991: 989) modern secara bahasa berarti Mutakhir atau Terbaru. Sedangkan secara istilah Modern memiliki arti sikap, perilaku, perbuatan atau tingkah laku serta cara berfikir dengan mengikuti perkembangan zaman. Dengan kata lain, yang dimaksud modern itu ialah dinamis dan progresif. Dalam praktik merombak tradisi lama yang tidak benar, tidak rasional, dan tidak ilmiah, meskipun di sisi lain perlu menerima dan meneruskan warisan tradisi lama yang mengandung kebenaran (Madjid, 1993: 174).