Kajian Potensi Energi Angin untuk Perencanaan Sistem Konversi Energi Angin (SKEA) di Kota Pontianak

dokumen-dokumen yang mirip
BAB II TEORI DASAR. sering disebut sebagai Sistem Konversi Energi Angin (SKEA).

E =Fu... (1) F = ρav(v-u) BAB II TEORI DASAR. 2.1 Energi Angin. Menurut Kadir (1987) bahwa sebagaimana telah banyak diketahui, angin

PRINSIP KERJA TENAGA ANGIN TURBIN SAVOUNIUS DI DEKAT PANTAI KOTA TEGAL

BAB II LANDASAN TEORI

ANALISIS POTENSI ENERGI ANGIN DALAM MENDUKUNG KELISTRIKAN KAWASAN PERBATASAN STUDI KASUS : DESA TEMAJUK KECAMATAN PALOH KABUPATEN SAMBAS

PENERBITAN ARTIKEL ILMIAH MAHASISWA Universitas Muhammadiyah Ponorogo

Perhitungan Potensi Energi Angin di Kalimantan Barat Irine Rahmani Utami Ar a), Muh. Ishak Jumarang a*, Apriansyah b

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Energi angin (Wind Energy) Hasbullah, S.Pd., MT

Analisa Potensi Energi Angin Dengan Distribusi Weibull Untuk Pembangkit Listrik Tenaga Bayu (PLTB) Banda Aceh

ANALISIS TURBIN ANGIN SUMBU VERTIKAL DENGAN 4, 6 DAN 8 SUDU. Muhammad Suprapto

ANALISIS KINERJA KINCIR ANGIN SEDERHANA DENGAN DUA SUDU POROS HORIZONTAL

1. Pendahuluan. diketahui bahwa jumlahnya terus menipis dan menghasilkan polusi yang cukup

BAB II LANDASAN TEORI

Desain Turbin Angin Sumbu Horizontal

ANALISA PEMANFAATAN POTENSI ANGIN PESISIR SEBAGAI PEMBANGKIT LISTRIK

BAB II LANDASAN TEORITIS

I. PENDAHULUAN. dalam melakukan penggilingan padi, keperluan irigasi, dan kegiatan yang lainnya.

RANCANG BANGUN KINCIR ANGIN SAVONIUS UNTUK MEMBANGKITKAN ENERGI LISTRIK SKALA KECIL

KAJIAN POTENSI ENERGI ANGIN DI DAERAH KAWASAN PESISIR PANTAI SERDANG BEDAGAI UNTUK MENGHASILKAN ENERGI LISTRIK

BAB I LANDASAN TEORI. 1.1 Fenomena angin

KAJIAN KELAYAKAN POTENSI ENERGI ANGIN PADA KAWASAN UNIVERSITAS TANJUNGPURA PONTIANAK UNTUK DIMANFAATKAN MENJADI ENERGI LISTRIK

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Kincir angin pertama kali digunakan untuk membangkitkan listrik dibangun

Lampiran 1. Draft Jurnal MODEL OWC SEBAGAI SEAWALL VERTIKAL UNTUK BANGUNAN PENAHAN EROSI PANTAI

KAJI EKSPERIMENTAL TURBIN ANGIN PEMBANGKIT LISTRIK TIPE SAVONIUS JENIS SPLIT S DENGAN SISTEM MAGNETIC LEVITATION SEBAGAI SUMBER ENERGI ALTERNATIF

BAB II LANDASAN TEORI

Analisa Kecepatan Angin Menggunakan Distribusi Weibull di Kawasan Blang Bintang Aceh Besar

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

4. HASIL DAN PEMBAHASAN

Analisis Tekno Ekonomi Energi Micro Wind Turbine Di Kawasan Perbatasan (Studi Kasus : Desa Temajuk Kecamatan Paloh Kabupaten Sambas)

KAJI EKSPERIMEN TURBIN ANGIN POROS HORIZONTAL TIPE KERUCUT TERPANCUNG DENGAN VARIASI SUDUT SUDU UNTUK PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA ANGIN

PRA - STUDI KELAYAKAN RENCANA PEMBANGUNAN PLTMH SUBANG

DEPARTEMEN TEKNIK MESIN FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

TURBIN ANGIN POROS VERTIKAL UNTUK PENGGERAK POMPA AIR

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

Jurnal Dinamis Vol.II,No.14, Januari 2014 ISSN

PEMBUATAN PROGRAM PERANCANGAN TURBIN SAVONIUS TIPE-U UNTUK PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA ANGIN

4 HASIL DAN PEMBAHASAN

PENGEMBANGAN METODE PENENTUAN KARAKTERISTIK RANCANGAN AWAL ROTOR TURBIN ANGIN

PEMBANGKIT LISRIK TENAGA ANGIN. Nama : M. Beny Djaufani ( ) Ardhians A. W. ( Benny Kurnia ( Iqbally M.

PENGGUNAAN BENTUK SUDU SETENGAH SILINDER ELLIPTIK UNTUK MENINGKATKAN EFISIENSI TURBIN SAVONIUS

5 HASIL. kecepatan. dan 6 Sudu. dengan 6 sudu WIB, yaitu 15,9. rata-rata yang. sebesar 3,0. dihasilkan. ampere.

4.1. Potensi Energi Angin

Pengaruh Variasi Pembebanan Pada Poros Utama Turbin Angin Terhadap Putaran, Daya Listrik, dan Kinerja Turbin Angin Golden Blade

Gambar 2.1. Grafik hubungan TSR (α) terhadap efisiensi turbin (%) konvensional

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Karakterisasi Turbin Angin Poros Horizontal Dengan Variasi Bingkai Sudu Flat Untuk Pembangkit Listrik Tenaga Angin

BAB 2 DASAR TEORI 2.1 Energi Angin

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

METEOROLOGI DAN KLIMATOLOGI

Disusun. Oleh ZULKIFLI NIM : UNIVERSITAS NEGERI GORONTALO FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM JURUSAN FISIKA

Geografi. Kelas X ATMOSFER IV KTSP & K-13. I. Angin 1. Proses Terjadinya Angin

PERFORMANSI TURBIN ANGIN SAVONIUS DENGAN EMPAT SUDU UNTUK MENGGERAKKAN POMPA SKRIPSI

TUGAS AKHIR ANALISA POTENSI ENERGI ANGIN UNTUK POMPA AIR TENAGA ANGIN

Departemen Geofisika dan Meteotologi, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Institut Pertanian Bogor. Meteorology for better life KLIMATOLOGI

Yogia Rivaldhi

Analisa Peletakan Multi Horisontal Turbin Secara Bertingkat

Skema proses penerimaan radiasi matahari oleh bumi

II. TINJAUAN PUSTAKA

Sistem Pembangkit Listrik Tenaga Angin Menggunakan Kincir Angin Sumbu Vertikal untuk Beban Rumah Tinggal

BAB I PENDAHULUAN. Bab I Pendahuluan

Analisis Hujan Ekstrim Berdasarkan Parameter Angin dan Uap Air di Kototabang Sumatera Barat Tia Nuraya a, Andi Ihwan a*,apriansyah b

PENGARUH SUDUT BLADE TERHADAP KINERJA TURBIN ANGIN SUMBU HORIZONTAL SKRIPSI. Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Syarat Guna

1. Energi Surya 2. Energi Angin 3. Energi Air 4. Energi Biomassa

PENGUJIAN SISTEM PENERANGAN JALAN UMUM DENGAN MENGGUNAKAN SUMBER DAYA LISTRIK KOMBINASI DARI SOLAR PANEL DAN TURBIN SAVONIUS

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. memanasnya suhu permukaan air laut Pasifik bagian timur. El Nino terjadi pada

Pengujian Kincir Angin Horizontal Type di Kawasan Tambak sebagai Energi Listrik Alternatif untuk Penerangan

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

Estimasi Arus Laut Permukaan Yang Dibangkitkan Oleh Angin Di Perairan Indonesia Yollanda Pratama Octavia a, Muh. Ishak Jumarang a *, Apriansyah b

DESAIN MODUL PENGUKURAN PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA ANGIN KAPASITAS 100 WATT

ANALISIS POTENSI ENERGI MATAHARI DI KALIMANTAN BARAT

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Pulau Gili Ketapang Kecamatan Sumberasih Kabupaten Probolinggo

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

KINERJA YANG DIHASILKAN OLEH KINCIR AIR ARUS BAWAH DENGAN SUDU BERBENTUK MANGKOK. *Luther Sule

KATA PENGANTAR. merupakan hasil pemutakhiran rata-rata sebelumnya (periode ).

Perancangan, Pembuatan dan Pengujian Prototipe SKEA Menggunakan Rotor Savonius dan Windside untuk Penerangan Jalan Tol

ANALISIS ENERGI ANGIN SEBAGAI ENERGI ALTERNATIF PEMBANGKIT LISTRIK DI KOTA DI GORONTALO. Raghel Yunginger 1, Nawir. N.Sune 2

KAJIAN TEMPORAL KEKERINGAN MENGGUNAKAN PERHITUNGAN KEETCH BYRAM DRYNESS INDEX (KBDI) DI WILAYAH BANJARBARU, BANJARMASIN DAN KOTABARU PERIODE

KONVERSI ENERGI ANGIN MENJADI ENERGI LISTRIK DALAM SKALA LABORATORIUM

STUDI EKSPERIMENTAL TURBIN ANGIN SAVONIUS SUDU U DENGAN PENAMBAHAN SUDU NACA 0012

PRISMA FISIKA, Vol. I, No. 2 (2013), Hal ISSN :

Gambar 1. Diagram TS

II. TINJAUAN PUSTAKA. Angin adalah massa udara yang bergerak. Angin dapat bergerak secara horizontal

Faktor-faktor Pembentuk Iklim Indonesia. Perairan laut Indonesia Topografi Letak astronomis Letak geografis

STUDI EKSPERIMEN PENGARUH SUDUT PITCH TERHADAP PERFORMA TURBIN ANGIN DARRIEUS-H SUMBU VERTIKAL NACA 0012

Turbin angin poros vertikal tipe Savonius bertingkat dengan variasi posisi sudut

Prakiraan Musim Kemarau 2018 Zona Musim di NTT KATA PENGANTAR

SISTEM PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA ANGIN SKALA KECIL PADA BANGUNAN BERTINGKAT

MODEL PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA ANGIN DAN SURYA SKALA KECIL UNTUK DAERAH PERBUKITAN

II. TINJAUAN PUSTAKA WRPLOT View (Wind Rose Plots for Meteorological Data) WRPLOT View adalah program yang memiliki kemampuan untuk

FAKTOR-FAKTOR PEMBENTUK IKLIM INDONESIA. PERAIRAN LAUT INDONESIA TOPOGRAFI LETAK ASTRONOMIS LETAK GEOGRAFIS

1. Tekanan Udara 2. Radiasi Surya 3. Lama Penyinaran 4. Suhu Udara 5. Kelembaban Udara 6. Curah Hujan 7. Angin 8. Evapotranspirasi Potensial

SESSION 8 HYDRO POWER PLANT. 1. Potensi PLTA 2. Jenis PLTA 3. Prinsip Kerja 4. Komponen PLTA 5. Perencanaan PLTA

EVALUASI MUSIM HUJAN 2007/2008 DAN PRAKIRAAN MUSIM KEMARAU 2008 PROVINSI BANTEN DAN DKI JAKARTA

KATA PENGANTAR PANGKALPINANG, APRIL 2016 KEPALA STASIUN METEOROLOGI KLAS I PANGKALPINANG MOHAMMAD NURHUDA, S.T. NIP

11/25/2013. Teori Kinetika Gas. Teori Kinetika Gas. Teori Kinetika Gas. Tekanan. Tekanan. KINETIKA KIMIA Teori Kinetika Gas

PEMODELAN POLA ARUS LAUT PERMUKAAN DI PERAIRAN INDONESIA MENGGUNAKAN DATA SATELIT ALTIMETRI JASON-1

Transkripsi:

Kajian Potensi Energi Angin untuk Perencanaan Sistem Konversi Energi Angin (SKEA) di Kota Pontianak Andi Ihwan 1) dan Ibrahim Sota 2) Abstrak: Krisis energi telah banyak melanda negara di berbagai belahan bumi diantaranya Indonesia, hal ini disebabkan karena cadangan bahan bakar fosil semakin berkurang sedangakan kebutuhan akan energi semakin meningkat salah satu jalan keluarnya adalah melakukan pencarian energi alternatif dalam bentuk energi baru dan terbarukan salah satu energi alternatif adalah energi angin. Dalam penelitian ini akan dikaji potensi energi angin di Kota Pontianak. Dari hasil analisis menggunakan metode Fungsi Weibull diperoleh bahwa kecepatan angin yang bertiup di Kota Pontianak termasuk dalam golongan angin rendah, yaitu berkisar pada kecepatan 2,5-3,5 m/s. Potensi energi yang dapat dihasilkan dari tenaga angin di Kota Pontianak berkisar antara 3,21-4,82 KW. Kata Kunci: angin, Weibull, energi, turbin PENDAHULUAN Angin disebabkan oleh pemanasan sinar matahari yang tidak merata di atas permukaan bumi. Udara yang lebih panas akan mengembang menjadi ringan dan bergerak naik ke atas, sedangkan udara yang lebih dingin akan lebih berat dan bergerak menempati daerah tersebut. Perbedaan tekanan atmosfer pada suatu daerah yang disebabkan oleh perbedaan temperatur akan menghasilkan sebuah gaya. Perbedaan dalam tekanan dinyatakan dalan istilah gradien tekanan merupakan laju perubahan tekanan karena perbedaan jarak. Gaya gradien merupakan gaya yang bekerja dalam arah dari tekanan lebih tinggi ketekanan yang lebih rendah. Arah gaya gradien tekanan di atmosfer tegak lurus permukaan isobar. Beberapa karakteristik angin lokal yang menjadi dasar kajian Sistem Konversi Energi Angin (SKEA) adalah: a. Angin Darat-Laut Wilayah Indonesia merupakan daerah kepulauan dengan luas lautan lebih besar dari daratan. Angin darat-laut disebabkan karena daya serap panas yang berbeda antara daratan dan lautan. Perbedaan karakteristik laut dan darat tersebut menyebabkan angin di pantai akan bertiup secara kontinyu sehingga cocok dengan SKEA. b. Angin Orografi Angin orografi merupakan angin yang dipengaruhi oleh per- 1) 2) Staf Pengajar Jurusan Fisika, FMIPA, Universitas Tanjungpura, Pontianak email: iwankonjo@yahoo.com Staf Pengajar PS Fisika, FMIPA, Universitas Lambung Mangkurat, Banjarbaru 130

Ihwan, A. dan Sota, I, Kajian Potensi Energi... 131 bedaan tekanan antara permukaan tinggi dengan permukaan rendah (angin gunung dan angin lembah). Pada siang hari berasal dari lembah berhembus ke atas gunung (angin lembah) dan sebaliknya pada malam hari. c. Kecepatan Angin Terhadap Kekasaran Permukaan & Ketinggian Kekasaran permukaan menentukan berapa lambat kecepatan angin dekat permukaan. Di area dengan kekasaran tinggi, seperti hutan atau kota, kecepatan angin dekat permukaan cenderung lambat dan sebaliknya kecepatan angin cukup tinggi pada area kekasaran rendah seperti daerah datar, lapangan terbuka. Model Keadaan Angin Angin bersifat tidak ajeg maka untuk menganalisis kecepatan angin permukaan guna memperoleh karakteristik kecepatan angin, harus didasarkan atas analisis statistik. Model statistik yang cocok untuk menjelaskan distribusi kecepatan angin adalah Fungsi Weibull (Kennedy, dkk dalam Himran, 2002) menyatakan bahwa Fungsi Weibul distribusi kumulatif adalah: k F( v) 1 e( ( v / c) )... (1) Fungsi distribusi frekuensi relatif kecepatan angin adalah turunan dari fungsi distribusi kumulatif yaitu: df( v) k 1 k f ( v) ( k / c)( v / c) e( ( v / c) ) dv.... (2) Parameter distribusi kecepatan angin k dan c masing-masing menyatakan faktor bentuk (tidak berdimensi) dan faktor skala distribusi (ms -2 ). Bila parameter k dan c disuatu daerah telah diketahui maka karakteristik distribusi kecepatan angin dapat ditentukan juga. Kecepatan angin rendah dan terdispersi harga berada diantara 1,0 dan 2,0 sedangkan kecepatan angin relatif tinggi dan kurang terdispersi harga k berada antara 2,0 dan 4,0 nilai faktor skala besar untuk kepatan angin tinggi dan bernilai kecil bila kecepatan anginnya rendah. Kecepatan angin rata-rata dan deviasi standar obsevasi ditentukan berdasarkan relasi: v n i1 t v i t i i 2 vi.... (3) N..(4) N 1 dengan: v : kecepatan rata-rata angin pada observasi (m/s) v i 2

132 Jurnal Fisika FLUX, Vol. 7 No.2, Agustus 2010 (130 140) t i : jumlah waktu untuk kecepatan v i N : jumlah jam pengamatan σ : standar deviasi Kecepatan rata-rata dapat dimodelkan berdasarkan persamaan berikut: v v v t t t o o v. f v. v k 1 k / c. v / c. e v / c dv k dv c 11/ k.... (5) adalah parameter fungsi gamma. Penentuan harga parameter distribusi kecepatan angin k dan c dapat dilakukan dengan cara metode regresi linier. Bila pada Persamaan 5 dilakukan logaritma natural dua kali maka diperoleh persamaan: ln1 Fv k ln v k ln c ln...(6) Persamaan di atas dapat disederhanakan dalam bentuk persamaan garis lurus: y ax b diketahui bahwa x dan y merupakan sebuah variabel, a merupakam kemiringan sebuah garis (slope) serta b adalah garis perpotongan (axis). Dari hasil pengelompokan data kecepatan angin berdasarkan hasil dari distribusi frekuensi relatif, maka ukuran pemusatan data dari distribusi kecepatan angin tersebut dapat ditentukan. Kajian Energi Angin Energi angin merupakan energi alternatif yang mempunyai prospek baik, karena mempunyai sumber yang bersih dan terbarukan kembali serta memiliki kerapatan energi dan kemudahan perubahan/ perpindaan energi yang cukup baik, namun tidak semua daerah di Indonesia memiliki tingkat kecepatan angin yang merata. Menurut laporan DESDM (2005) potensi energi angin di Indonesia masih sangat mungkin dilakukan pengkajian, karena terdapat daerah-daerah tertentu yang mempunyai kecepatan di atas ratarata (5 6 m/s). Disamping itu pula Susandi, (2007) mengatakan bahwa potensi energi angin sangat memungkinkan untuk dikembangkan di Indonesia yakni potensi 73 GW, kapasitas terpasang optimum 25 MW, sedangkan kapasitas saat ini baru 0,6 MW, sehingga potensi energi angin secara ekonomis memiliki peluang investasi yang berprospek di masa depan. Untuk pemanfaatan kincir angin sebagai tenaga listrik skala kecil diperlukan suatu pengatur

Ihwan, A. dan Sota, I, Kajian Potensi Energi... 133 tegangan, karena kecepatan angin berubah-ubah, diperlukan suatu bate-rai untuk menyimpan energi, jika angin tidak bertiup. Menurut Hawley R. dalam Jurnal Power Generation in the Future, mengemukakan bahwa untuk mendapatkan energi optimum pada angin yang berkecepatan tinggi maka diperlukan suatu mekanisme yang disebut mekanisme vortex mengantisipasi. Angin adalah udara yang bergerak dari tekanan udara yang lebih tinggi ke tekanan udara yang lebih rendah. Perbedaan tekanan udara disebabkan oleh perbedaan suhu udara akibat pemanasan atmosfir yang tidak merata oleh sinar matahari, oleh karena pergerakannya itu, angin memiliki energi kinetik. Energi angin dapat dikonversi atau ditransfer ke dalam bentuk energi lain seperti listrik atau mekanik dengan menggunakan kincir atau turbin angin. Oleh karena itu, kincir atau turbin angin sering disebut sebagai Sistem Konversi Energi Angin (SKEA). Daya adalah energi per satuan waktu. Daya angin berbanding lurus dengan kerapatan udara, dan kubik kecepatan angin. Daya yang disebabkan oleh energi kinetik aliran angin dengan kecepatan v, massa jenis ρ, yang melalui sebuah penampang A = 2 4 d dengan d diameter turbin maka daya yang dihasilkan adalah: dengan: P 1 Av 2 P : Daya (Watt) 3... (7) ρ : Massa jenis udara (Kg/m 2 ) A : Luas Penampang (m 2 ) v : Kecepatan angin (m/s) Namun demikian tidak semua daya angin tersebut dapat dimanfaatkan oleh kincir karena pada kenyataannya ada kerugian gesekan pada sudu-sudu turbin yang disebut efisiensi tansmisi aerodinamik (η) dan koofisien daya rotor (C p ). Sehingga daya yang diekstraki oleh kincir adalah: P 1 Av 2 Cp 3... (8) Nilai Koefisien daya rotor pada prakteknya yang paling ideal adalah C p = 0.5, nilai ini disebut batas Betz (Betz limit, diambil dari ilmuwan Jerman Albert Betz). Angka ini secara teori menunjukkan efisiensi maksimum dan paling ideal yang dapat dicapai oleh rotor turbin angin tipe sumbu horisontal.

134 Jurnal Fisika FLUX, Vol. 7 No.2, Agustus 2010 (130 140) Sedangkan efisiensi transmisi aerodinamik berkisar pada harga maksimum yang ideal η = 0.5 untuk sudu yang dirancang dengan sangat baik pada turbin dan nilai massa jenis udara ρ = 1.204 Kg/m 2. (Himran, 2002) Model data angin yang aktual yang diperoleh dari fungsi probabilitas frekuensi relatif f(v), maka rata-rata daya yang dihasilkan oleh angin adalah: 0 1 3 P w Cp A v f ( v) dv.. (9) 2 dengan f(v) adalah fungsi distribusi frekuensi Weibull, maka rata-rata daya yang dihasilkan adalah: P w 3 t 1 v (1 3/ k) Cp A (10) 3 2 [ (1 1/ k)] Teknologi Turbin Angin Daerah-daerah dengan potensi energi angin rendah, yaitu kecepatan angin rata-rata kurang dari 4 m/s, jenis turbin yang cocok untuk dikembangkan adalah turbin angin tipe horisontal. Turbin angin dengan sumbu horisontal mempunyai sudu yang berputar dalam bidang vertikal seperti halnya propeler pesawat terbang. Turbin angin biasanya mempunyai sudu dengan bentuk irisan melintang yang khusus dengan aliran udara pada salah satu sisinya dapat bergerak lebih cepat dari aliran udara di sisi yang lain ketika angin melewatinya. Fenomena ini menimbulkan daerah tekanan rendah pada belakang sudu dan daerah tekanan tinggi di depan sudu. Perbedaan tekanan ini membentuk gaya yang menyebabkan sudu berputar. Turbin angin dengan jumlah sudu banyak lebih cocok digunakan pada daerah dengan potensi energi angin yang rendah karena rated wind speed-nya tercapai pada putaran rotor dan kecepatan angin yang tidak terlalu tinggi. Sedangkan turbin angin dengan sudu sedikit (untuk pembangkitan listrik) tidak akan beroperasi secara effisien pada daerah dengan kecepatan angin rata-rata kurang dari 4 m/s. METODE PENELITIAN Dalam penelitian ini menggunakan data sekunder berupa data karakteristik angin selama 10 tahun di Kota Pontianak. Metode yang digunakan untuk menghitung dan menganalisis nilai distibusi frekuensi relatif dan kumulatif kecepatan angin permukaan dengan menggunakan Fungsi Weibull Persamaan (1) dan Persamaan (2). Setelah diperoleh

Ihwan, A. dan Sota, I, Kajian Potensi Energi... 135 nilai dari parameter skala (c), parameter bentuk kurva (k), maka diperoleh kecepatan angin rata-rata dari distribusi tersebut dengan menggunakan Persamaan (5). Menganalisis pengaruh angin lokal dan angin musiman berdasarkan distribusi frekuensi kecepatan dan arah angin di Kota Pontianak. Sedangkan untuk mendapatkan potensi energy angin di Kota Pontianak dengan menggunakan Persamaan (10). HASIL DAN PEMBAHASAN 1. Analisis Distribusi Frekuensi Relatif dan Kumulatif Kecepatan Angin Permukaan Berdasarkan hasil perhitungan nilai distribusi frekuensi relatif dan kumulatif kecepatan angin bulanan, diketahui bahwa durasi waktu kecepatan angin yang paling lama terjadi pada bulan Juni yakni sebesar 791,1 jam atau 32,9 hari. Sedangkan durasi waktu kecepatan angin yang paling singkat terjadi pada bulan Pebuari yakni sebesar 663,5 jam atau 27,6 hari. Rata-rata durasi waktu kecepatan angin untuk musim penghujan sebesar 708,5 jam atau 29,5 hari. Sedangkan rata-rata durasi waktu untuk musim kemarau sebesar 782,3 jam atau 32,59 hari. Total durasi waktu kecepatan angin pada musim penghujan sebesar 2.125,5 jam atau 88,6 hari sedangkan pada musim kemarau sebesar 2.347 jam atau 97,7 hari. Rata-rata durasi waktu kecepatan angin pada musim pancaroba periode pertama (Maret - Mei) sebesar 732,2 jam atau 30,5 hari. Pada musim pancaroba periode ke dua (September - Nopember), ratarata durasi waktu kecepatan angin sebesar 733,83 jam atau 30,58 hari. Melihat hasil dari durasi waktu kecepatan angin di atas, terlihat bahwa angin tidak selalu bertiup secara kontinyu setiap saat. Tiupan angin hanya terjadi pada separuh waktu dari periode harian, bulanan, bahkan tahunan. Peristiwa ini menunjukkan bahwa periode angin calm (kecepatan angin sama dengan nol) sangat besar. Periode angin calm dominan terjadi pada waktu malam hari. Hasil dari perhitungan distribusi frekuensi relatif kecepatan angin bulanan yang bertiup di kota Pontianak dan sekitarnya berkisar antara 0,5-10,5 m/s. Distribusi kecepatan angin yang paling dominan berada pada 2,5-3,5 m/s. Pada periode musiman, distribusi frekuensi relatif kecepatan angin di

136 Jurnal Fisika FLUX, Vol. 7 No.2, Agustus 2010 (130 140) atas 2,5 m/s untuk musim kemarau lebih besar dari pada musim penghujan. Frekuensi kecepatan angin di atas 2,5 m/s pada musim kemarau sebesar 78,41 % sedangkan pada musim penghujan sebesar 77,78 %. Pada musim pancaroba, distribusi frekuensi relatif kecepatan angin di atas 2,5 m/s untuk musim pancaroba periode pertama (Maret - Mei) lebih besar dari pada musim pancaroba periode kedua (September - Nopember). Frekuensi kecepatan angin di atas 2,5 m/s pada musim kemarau sebesar 78,16 % sedangkan pada musim hujan sebesar 73,61 %. Berdasarkan hasil perhitungan nilai distribusi frekuensi kumulatif didapat variasi bulanan, untuk nilai parameter skala (c) berkisar pada 2,957-3,373 m/s. Nilai parameter skala (c) tertinggi terjadi pada bulan Januari yaitu sebesar 3,373 m/s dan nilai parameter skala (c) terendah terjadi pada bulan Oktober yaitu 2,957 m/s. Rata-rata parameter skala setiap bulannya 3.1 m/s. Perhitungan nilai parameter bentuk kurva (k), untuk variasi bulanan serkisar antara 3,025-3,686. Nilai parameter bentuk kurva (k) tertinggi terjadi pada bulan Juni yaitu sebesar 3,686 dan nilai parameter bentuk kurva (k) terendah terjadi pada bulan Desember yaitu sebesar 3,025. Rata-rata parameter bentuk kurva sebesar 3,3. Tabel 1. Nilai frekuensi relatif kecepatan angin di kota Pontianak selama 10 tahun Kec Frekuensi relative (%) kecepatan angin bulanan Angin (m/s) Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Ags Sep Okt Nov Des 0.5 0.9 1.4 0.9 1.2 1.3 0.5 1.1 1.5 1.4 1.6 1.3 2.1 1.5 19.3 18.8 21.0 18.9 21.5 16.5 19.6 23.3 24.0 26.0 25.0 30.7 2.5 29.0 30.2 38.6 37.4 37.3 34.7 34.9 35.7 37.7 38.3 35.7 39.1 3.5 28.5 30.2 25.3 29.7 29.0 34.4 29.8 26.4 25.2 22.4 24.1 29.3 4.5 15.7 13.6 10.4 10.4 8.7 11.4 11.0 10.4 8.3 8.5 10.2 15.1 5.5 5.5 5.0 3.3 2.0 1.5 1.9 2.9 2.0 2.4 2.2 2.8 4.8 6.5 1.0 0.6 0.3 0.2 0.5 0.5 0.6 0.6 0.8 0.9 0.7 0.6 7.5 0.1 0.1 0.1 0.1 0.2 0.3 0.2 0.2 0.2 0.1 0.2 0.2 8.5 0.0 0.1 0.0 0.0 0.1 0.0 0.0 0.0 0.1 0.0 0.0 0.0 9.5 0.0 0.0 0.1 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 10.5 0.1 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0

Ihwan, A. dan Sota, I, Kajian Potensi Energi... 137 Berdasarkan data perhitungan nilai distribusi kumulatif dan telah diketahuinya nilai parameter skala (c) dan parameter bentuk kurva (k) maka probabilitas distribusi frekuensi kecepatan angin akan diperoleh. Rata-rata bentuk kurva dari probabilitas distribusi frekuensi relatif kecepatan angin untuk setiap bulannya menyerupai pola distribusi yang simetris, sehingga pemusatan data kecepatan angin berada di tengah-tengah. Melihat hasil dari probabilitas frekuensi relatif kecepatan angin, maka rata-rata nilai kecepatan angin terpusat pada rentang 2,5-3,5 m/s dan rata-rata parameter skala sebesar 3,1 m/s terlihat bahwa kecepatan angin di Kota Pontianak masih rendah. Gambar 1. Kurva frekuensi kumulatif kecepatan angin Kota Pontianak selama 10 tahun Gambar 1 kurva frekuensi kumulatif berikut ini dapat dilihat 50% kecepatan angin yang terjadi di Kota Pontianak kurang dari atau sama dengan 3,5 m/s. Begitupun dengan modus kecepatan angin yang sering terjadi adalah 2,5 dan 3,5 m/s. Pada siang hari ketika terjadi angin alami, kecepatan angin yang terukur menjadi lebih besar; dengan nilai kecepatan mendekati nilai maksimum 8 m/s. 2. Analisis Potensi Daya Angin Berdasarkan nilai rata-rata kecepatan angin tersebut maka perhitungan potensi daya angin dilakukan dengan menggunakan

138 Jurnal Fisika FLUX, Vol. 7 No.2, Agustus 2010 (130 140) jenis turbin horisontal. Jenis turbin yang dipakai adalah turbin horisontal dengan luas penampang turbin 1 m 2 dan besarnya pontensi energi listrik (daya) yang dihasilkan dapat dilihat pada Gambar 2, karena distribusi angin yang mempunyai frekuensi terbanyak berada pada kecepatan 2,5 3,5 m/s maka potensi energi optimum yang dihasilkan pula terpusat pada kecepatan tersebut yakni berkisar 24,42-36,06 KW. Gambar 2. Proyeksi energi listrik berdasarkan distribusi kecepatan angin Gambar 3. Energi listrik rata-rata bulanan di Kota Pontianak

Ihwan, A. dan Sota, I, Kajian Potensi Energi... 139 Nilai kecepatan angin bulanan di Kota Pontianak tidak konstan (berfluktuasi) hal ini berinplikasi kepada potensi energi listrik yang dihasilkan energi ratarata perbulannya tertinggi pada bulan Juni yakni berkisar 4,82 KW, sedangkan terendah pada bulan Januari yakni bekisar 3,21 KW. Nilai tersebut masih rendah dibandingkan dengan cost pembangunan turbin angin yang memerlukan biaya yang sangat besar. Daya yang dihasilkan oleh tenaga angin tersebut hanya dapat digukan pada skala rumah tangga. Kurva probabilitas distribusi kecepatan angin yang dihasilkan berbentuk simetris dengan pemusatan kecepatan angin berkisar pada 2,5-3,5 m/s. 2. Frekuensi kumulatif kecepatan angin di kota Pontianak 50% kurang dari 3,5 m/s. 3. Potensi energi yang dapat dihasilkan dari tenaga angin di Kota Pontianak berkisar antara 3,21-4,82 KW. Nilai tersebut masih rendah dibandingkan dengan cost pembangunan turbin angin yang memerlukan biaya yang sangat besar. Tingginya potensi daya angin yang terjadi pada bulan Juni dikarenakan frekuensi dan durasi tiupan angin pada bulan tersebut lebih banyak pada kecepatan angin yang lebih tinggi. Sedangkan pada bulan Januari potensi daya angin yang terjadi sangat rendah dikarenakan frekuensi dan durasi tiupan angin pada bulan tersebut lebih banyak pada kecepatan angin rendah. KESIMPULAN 1. Kecepatan angin di Kota Pontianak termasuk dalam golongan angin yang rendah. DAFTAR PUSTAKA Bayong, C. H. K., 2004, Klimatologi, Edisi kedua, Penerbit ITB, Bandung Culp, W. A., 1985, Prinsip-Prinsip Konversi Energi, Sitompul, Darwin (Alih Bahasa), Erlangga, Jakarta. Daryanto, Y., 2007, Kajian Potensi Angin Untuk Pembangkit Listrik Tenaga Bayu, Jurnal BALAI PPTAGG UPT-LAGG, Yogyakarta. Frick, H., dan Mulyani, T. H., 2006, Arsitektur Ekologis, Seri Eko- Arsitektur, Jilid 2, Penerbit Kanisius, Yogyakarta. Hendry, J. G., Heinke, W. G., Environmental Science and Engineering, Second Edition, Prentice-Hall International, London.

140 Jurnal Fisika FLUX, Vol. 7 No.2, Agustus 2010 (130 140) Himran, S., 2002, Potensi Energi Angin, Jurnal Forum Teknik, Jilid 26, No.1, Makasar Mulyati, 2008, Kajian Potensi Energi Angin Indonesia Studi Kasus di NTT, ITB, Bandung Nasir, N. S., 1993, Estimation Of Wind Energy Potentials In Pakistan, University of Baloshistan, Pakistan (Thesis). Regariana, C. M., 2004, Geografi (Cuaca dan Iklim),Modul Online, http://www.edukasi.net/mol/mo_full.php?mo id=96, 21:56, 2-12-2008. Tipler, A. P., 1998, Fisika Untuk Sains dan Teknik, Prasetio L., Rahmad, W. Adi, (Alih Bahasa), Jilid 1, Erlangga, Jakarta. Trewartha, T. G., 1995, Pengantar Iklim, Andani, M.S.S (Alih Bahasa), Edisi kelima, Gadjah Mada University Press, Yogyakarta