Rancang Bangun Alat Ukur dan Indikator Kadar Air Gabah Siap Giling Berbasis Mikrokontroler dengan Sensor Fotodioda

dokumen-dokumen yang mirip
Rancang Bangun Alat Ukur Kadar Air Agregat Halus Berbasis Mikrokontroler ATmega8535 dengan Metode Kapasitif untuk Pengujian Material Dasar Beton

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

Rancang Bangun Sistem Peringatan Dini Tanah Longsor Berbasis Mikrokontroler ATmega328 Menggunakan Metode Penginderaan Berat

PEMBUATAN RANGKAIAN LAMPU OTOMATIS DENGAN KONTROL JAM MENGGUNAKAN MIKROKONTROLLER ATMEGA 8535

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Instrumentasi jurusan Fisika

BAB III PERANCANGAN DAN REALISASI SISTEM

RANCANG BANGUN SISTEM WASTAFEL OTOMATIS BERBASIS MIKROKONTROLER ATmega8535 DENGAN MENGGUNAKAN SENSOR FOTODIODA

RANCANG BANGUN MODUL ALAT UKUR MEDICAL CHECK-UP BERBASIS MIKROKONTROLER ATMEGA8535

BAB III RANCANG BANGUN ALAT

BAB III PERANCANGAN DAN REALISASI ALAT

Sistem Alarm dan Informasi Suara pada Indikator Volume Bahan Bakar Sepeda Motor

BAB III PERANCANGAN SISTEM. dari pembuatan alat yang meliputi perancangan hardware dan perancangan

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. down untuk memberikan tegangan ke seluruh rangkaian. Timer ditentukan dengan

BAB III PERANCANGAN ALAT

ABSTRAK. Kata kunci: Sensor LM35,ATmega 8535

PRAKTIKUM III Robot Line Follower Sederhana

RANCANG BANGUN ALAT UKUR TINGGI DAN BERAT BADAN BAYI BERBASIS MIKROKONTROLER ATmega8535 DENGAN SENSOR FOTOTRANSISTOR

BAB 3 PERANCANGAN SISTEM

RANCANG BANGUN SOLAR TRACKER BERBASIS MIKROKONTROLER ATmega8535 DENGAN SENSOR LDR DAN PENAMPIL LCD

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini akan dilaksanakan pada Juni 2014 sampai dengan Desember 2014.

BAB 3 PERANCANGAN SISTEM

BAB III METODE PENELITIAN. trafo step down untuk menyuplay rangkaian. Timer dan suhu ditentukan

ISSN ALAT SOLAR TRACKER BERBASIS MIKROKONTROLER 8 BIT ATMega8535. Oleh. (I Wayan Sutaya)

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan pada bulan Oktober 2013 sampai dengan Maret 2014,

RANCANG BANGUN AMMETER DC TIPE NON-DESTRUCTIVE BERBASIS MIKROKONTROLER ATmega8535 DENGAN SENSOR EFEK HALL ACS712

METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Februari 2015 sampai dengan bulan Juli

BAB III PERANCANGAN SISTEM

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan September 2014 sampai November

Rancang Bangun Sistem Pegontrolan Temperatur dan Waktu untuk Proses Heat Treatmet

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

Perancangan PENGKODEAN NRZ-L DAN MANCHESTER BERBASIS MIKROKONTROLER ATMEGA8535. SKRIPSI (Resume)

BAB III PERANCANGAN ALAT DAN PEMBUATAN SISTEM. kadar karbon monoksida yang di deteksi oleh sensor MQ-7 kemudian arduino

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

RANCANG BANGUN ALAT UKUR TINGKAT KEKERUHAN ZAT CAIR BERBASIS MIKROKONTROLLER AT89S51 MENGGUNAKAN SENSOR FOTOTRANSISTOR DAN PENAMPIL LCD

Sistem Kontrol Temperatur Air pada Proses Pemanasan dan Pendinginan dengan Pompa sebagai Pengoptimal

RANCANG BANGUN MODUL ALAT UKUR KELEMBABAN DAN TEMPERATUR BERBASIS MIKROKONTROLER AT89S52 DENGAN SENSOR HSM-20G

JEMURAN PAKAIAN OTOMATIS DENGAN MENGGUNAKAN. SENSOR CAHAYA (LDR) dan SENSOR HUJAN. Naskah Publikasi

JEMBATAN TIMBANG UNTUK PENGGUNA KURSI RODA

PERANCANGAN ALAT PEMBERI MAKAN IKAN OTOMATIS DAN PEMANTAU KEADAAN AKUARIUM BERBASIS MIKROKONTROLER ATMEGA8535

BAB IV HASIL DAN PEMBAHSAN. blok rangkaian penyusun sistem, antara laian pengujian Power supply,

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan mulai pada November 2011 hingga Mei Adapun tempat

3.2. Tempat Penelitian Penelitian dan pengujian alat dilakukan di lokasi permainan game PT. EMI (Elektronik Megaindo) Plaza Medan Fair.

BAB III PERANCANGAN SISTEM

III. METODE PENELITIAN. Penelitian tugas akhir ini dilaksanakan di Laboratorium Elektronika Dasar

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juli 2014 sampai dengan Januari 2015.

BAB III PERANCANGAN SISTEM. untuk efisiensi energi listrik pada kehidupan sehari-hari. Perangkat input untuk

SEBAGAI SENSOR CAHAYA DAN SENSOR SUHU PADA MODEL SISTEM PENGERING OTOMATIS PRODUK PERTANIAN BERBASIS ATMEGA8535

Sensor Cahaya (LDR) LAPORAN PRAKTIKUM FISIKA LABORATORIUM

Rancang Bangun Sistem Pengontrol Intensitas Cahaya pada Ruang Baca Berbasis Mikrokontroler ATMEGA16 Maulidan Kelana 1), Abdul Muid* 1), Nurhasanah 1)

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Berikut adalah gambar blok diagram :

BAB III METODA PENELITIAN

Alat Ukur Massa Menggunakan Flexiforce Berbasis Mikrokontroler ATMega 8535

RANCANG BANGUN SISTEM MONITORING POLUSI UDARA PORTABEL BERBASIS KOORDINAT GPS (GLOBAL POSITIONING SYSTEM)

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan pada bulan Maret 2015 sampai dengan Agustus

Rancang Bangun Alat Penghitung Jumlah Burung Walet yang Keluar Masuk Sarang

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Diagram blok cara kerja alat digambarkan sebagai berikut :

Rancang Bangun Alat Ukur Getaran Mesin Sepeda Motor Menggunakan Sensor Serat Optik

Modifikasi Perimetri dengan 2 Kontrol (Personal Komputer)

PENGENALAN KOMPONEN WARNA MENGGUNAKAN SENSOR WARNA DT-SENSE BERBASIS MIKROKONTROLER ATMEGA 8535

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. yang memiliki tegangan listrik AC 220 Volt. Saklar ON/OFF merupakan sebuah

Seminar Tugas Akhir Mei 2016

Rancang Bangun Intrumentasi Pengukur Kecepatan Arus Air Berdasarkan Sistem Kerja Baling-Baling

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. [10]. Dengan pengujian hanya terbatas pada remaja dan didapatkan hasil rata-rata

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Instrumentasi Pada Miniatur Rumah Kaca Berbasis Mikrokontroler

Automatic Processing Film (APF) berbasis mikrokontroller ATMEGA 8535 (Kontrol Suhu)

Sistem Pengaman Brankas Dengan Password Menggunakan Touch Sensor Berbasis ATMEGA 32

PERANCANGAN METERAN AIR BERSIH PRABAYAR PADA RUMAH TANGGA BERBASIS MIKROKONTROLER.

III. METODELOGI PENELITIAN. Tempat dan waktu penelitian yang telah dilakukan pada penelitian ini adalah

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

PEMANFAATAN SENSOR FOTOTRANSISTOR DAN LED INFRAMERAH DALAM PENDETEKSI KEKERUHAN AIR BERBASIS MIKROKONTROLER AT89S51

RANCANG BANGUN ALAT PEMANTAU SUHU DAN KELEMBABAN UDARA YANG BERBASISKAN WIRELESS

BAB III PERANCANGAN DAN PEMODELAN

SISTEM MONITORING DATA KINCIR ANGIN BERBASIS MIKROKONTROLER MONITORING WINDMILL DATA SYSTEM BASED ON MICROCONTROLER ATMEGA32 AT

IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. menggunakan sensor optik berbasis mikrokontroler ATMega 8535 dengan

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. Berikut sistem dari modul Hot Plate Magnetic Stirrer dapat dilihat pada

ABSTRAK. Universitas Kristen Maranatha

RANCANG BANGUN DATA AKUISISI TEMPERATUR 10 KANAL BERBASIS MIKROKONTROLLER AVR ATMEGA16

PENGEMBANGAN ALAT UKUR KADAR AIR TANAH BERBASIS MIKROKONTROLER AVR

PERANCANGAN SISTEM INFORMASI WAKTU OPERASIONAL MENGEMUDI GUNA MENUNJANG KESELAMATAN BERKENDARA DAN MENGURANGI KECELAKAAN DALAM BERLALU LINTAS

PROTOTYPE KONTROL PINTU PARKIR DENGAN MIKROKONTROLER AVR DAN RFID PADA FMIPA UNS TUGAS AKHIR

BAB III METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN. Penelitian tugas akhir ini dilaksanakan di Laboratorium Elektronika Dasar dan

Otomatisasi Sistem Pengukuran Serapan Akustik Bahan Menggunakan Tabung Impedansi Dua Mikrofon

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

A. MIKROKONTROLLER Sebenarnya apakah yang disebut dengan mikrokontroler? Sebuah kontroler digunakan untuk mengontrol suatu proses atau aspek-aspek

Gambar 3.1 Diagram Blok Alat

BAB III PERANCANGAN PERANGKAT KERAS DAN LUNAK

PENGEMBANGAN MODUL PRAKTIKUM MIKROKONTROLER (AVR) MENGGUNAKAN PERANGKAT LUNAK PROTEUS PROFESSIONAL v7.5 SP3

BAB III METODE PENELITIAN

BAB IV CARA KERJA DAN PERANCANGAN SISTEM. ketiga juri diarea pertandingan menekan keypad pada alat pencatat score, setelah

Implementasi Sensor Fotodioda sebagai Pendeteksi Serapan Sinar Infra Merah pada Kaca

Implementasi Mikrokontroler Sebagai Pengendali Lift Empat Lantai

BAB III ANALISA DAN PERANCANGAN

Jurnal Fisika Unand Vol. 2, No. 1, Januari 2013 ISSN

BAB III DESKRIPSI MASALAH

RANCANG BANGUN SISTEM ALARM GEMPA BUMI BERBASIS MIKROKONTROLER AVR ATmega 16 MENGGUNAKAN SENSOR PIEZOELEKTRIK

Transkripsi:

ISSN 0-849 Jurnal Fisika Unand Vol. 5, No., Januari 06 94 Rancang Bangun Alat Ukur dan Indikator Kadar Air Gabah Siap Giling Berbasis Mikrokontroler dengan Sensor Fotodioda Novia Ulfa Oktavianty*, Wildian Jurusan Fisika FMIPA Universitas Andalas, Padang Kampus Unand Limau Manis, Pauh Padang 56 *noviaulfa7@yahoo.com ABSTRAK Telah dilakukan rancang bangun alat ukur dan indikator kadar air gabah siap giling berbasis mikrokontroler dengan sensor fotodioda. Alat ini menggunakan sensor fotodioda dan LED yang dipasangkan pada timbangan yang memiliki pegas. Perubahan nilai tegangan keluaran akibat perubahan berat dikuatkan dengan penguat non-inverting dan dirubah menjadi nilai kadar air padi dan ditampilkan pada layar LCD. Kadar air acuan gabah siap giling adalah 4%. Berdasarkan hasil pengujian diperoleh bahwa alat yang dibuat dapat mengukur kadar air gabah siap giling untuk dua sampel pada proses penjemuran dari keadaaan basah 9,56% dan,7% sampai 4% dengan rata-rata kesalahan sebesar,04% dan 4,5%. Alat yang dibuat merupakan acuan untuk semua gabah yang dijemur langsung di bawah sinar matahari dan dilengkapi dengan alarm sebagai indikator ketika kadar air gabah bernilai 4%. Kata kunci: kadar air, mikrokontroler, sensor fotodioda. ABSTRACT An instrument for measuring grain moisture level based on microcontroller with photodiode sensor has been designed and implemented. The instrument used a photodiode sensor and LED mounted on analog scales. The output voltage value changes due to changes in weight are amplified using non-inverting amplifier into grain moisture level and displayed on the LCD screen. Ready milled grain moisture level is 4%. Based on test result obtained that tool created to measure the moisture of grain ready milled in the process for second samples of drying of 9,56% and,7% moisture to 4% with an average error of,04% and 4,5%. Made a reference tool for all grain is dried directly under the sun and is equipped with alarm as an indicator of when the moisture of grain is 4%. Keywords: water content, microcontroller, photodiode sensor. I. PENDAHULUAN Pada umumnya petani sudah mengenal cara bercocok-tanam padi dengan baik, mulai dari penanaman, pemupukan/perawatan, hingga pemanenan. Masalah utama yang sering dihadapi dan belum dipahami dengan baik oleh banyak petani adalah teknologi pasca panen, seperti antara lain perontokan, pengeringan, penggilingan, dan penyimpanan. Gabah panen umumnya mempunyai kandungan air sekitar -6%. Kadar air yang tinggi dalam gabah akan menurunkan kualitas gabah yang akan disimpan atau digiling menjadi beras. Untuk meningkatkan kualitasnya maka gabah harus segera dikeringkan hingga mencapai kadar air % hingga 4% setelah proses pemanenan (Karbasi dan Mehdizadeh, 008). Nilai kadar air maksimum pada gabah menurut standar SNI (Standar Nasional Indonesia) dan yang disyaratkan BULOG (Badan Urusan Logistik) dalam pembeliannya adalah 4% (Keputusan Bersama Kepala Badan Bimas Ketahanan Pangan No. 04/SKB/BBKP/II/00). Secara umum, ada dua macam cara pengeringan gabah yaitu pengeringan alami dan pengeringan buatan. Menurut Taib dkk (988) dalam Daulay (005), pengeringan alami (tradisional) adalah pengeringan dengan cara menjemur gabah di bawah sinar matahari, sedangkan pengeringan buatan (mekanis) adalah pengeringan dengan menggunakan mesin pengering (Herawati, 0). Pengeringan secara alami merupakan cara yang paling banyak digunakan oleh para petani karena lebih murah dan sederhana (Handayani dkk., 0). Untuk mengetahui apakah gabah sudah kering, petani biasanya melakukan pengujian dengan cara menggigit sebutir gabah. Apabila terdengar bunyi kletik, maka itu menandakan gabah sudah kering dan siap disimpan (Handayani dkk., 0). Cara tradisional ini kurang akurat dan sulit dipertanggungjawabkan secara ilmiah karena tidak berdasarkan pengetahuan tentang kadar air yang terkandung dalam gabah. Dalam penelitian Muryono dkk. (00) disebutkan bahwa pada umumnya gabah yang diukur dalam keadaan kering mempunyai kisaran kelembaban antara 77% hingga 79% dan

Jurnal Fisika Unand Vol. 5, No., Januari 06 ISSN 0-849 temperatur antara C hingga C. Untuk gabah yang diukur dalam keadaan basah, kisaran rentang kelembabannya adalah antara 8% hingga 8% dan temperaturnya antara 0 C hingga C. Dalam penelitian Van, dkk (04) hanya menggunakan 5kg gabah basah yang dimasukkan kedalam ruang pengering. Untuk menurunkan kelembaban ruang menjadi % RH dan kelembaban gabah mencapai 9,% RH membutuhkan waktu selama 75 menit. Berdasarkan permasalahan yang telah diuraikan, maka dibuat sebuah penelitian untuk merancang-bangun alat ukur dan indikator kadar air gabah siap giling berbasis mikrokontroler dengan sensor fotodioda. Fotodioda adalah dioda semikonduktor yang mampu mengonversi atau mengubah cahaya menjadi arus listrik. fotodioda beroperasi dengan panjar mundur, maka elektron yang mengalami efek foto listrik sehingga terjadilah arus listrik di dalam fotodioda tersebut. Arus listrik yang mengalir akan mempengaruhi resistansi dan tegangan yang dihasilkan. Alat ini bertujuan untuk mengetahui kadar air gabah yang dideteksi berdasarkan berat gabah tersebut dengan menggunakan sistem sensor yang terdiri dari pegas dan sensor fotodioda. Alat ini direncanakan untuk dapat menampilkan kadar air gabah (baik yang sedang maupun yang telah selesai dijemur) dan memberikan informasi berupa alarm ketika kadar air gabah telah mencapai/ memenuhi standar SNI. Kadar air gabah diperoleh dengan cara mengurangi berat gabah dalam keadaan basah dengan berat gabah kering dan dibagi dengan berat gabah kering, dikalikan dengan 00%. II. METODE Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode eksperimen rancangbangun alat, meliputi rancang-bangun perangkat-keras dan perangkat-lunak sistem. Rancangbangun perangkat-keras terdiri dari perancangan diagram blok sistem, perancangan skematik rangkaian (termasuk pemilihan komponen yang akan digunakan), perakitan komponen pada papan rangkaian tercetak (printed circuit board, PCB), dan pengujian masing-masing blok rangkaian. Perancangan perangkat-lunak meliputi perancangan diagram alir program, Penulisan program dalam bahasa pemrograman BASCOM-AVR, dan penanaman program di mikrokontroler.. Perancangan Diagram Blok Sistem Diagram blok sistem terdiri dari blok rangkaian sensor berat (terdiri dari sensor fotodioda yang dipasang pada timbangan dan menggunakan cahaya dari LED ), blok rangkaian penguat tegangan, blok rangkaian sistem minimum mikrokontroler Atmega855, blok rangkaian LCD sebagai penampil hasil ukur, dan alarm sebagai pengontrol peringatan. Dari diagram blok tersebut kemudian ditentukan skematik rangkaian yang sesuai. Perancangan dagram blok sistem ini dapat dilihat pada Gambar. Gambar Diagram blok sistem pengukuran kadar air gabah. Skematik Rangkaian Lengkap Alat Ukur Rangkaian lengkap alat ukur kadar air gabah padi ini merupakan gabungan rangkaian catudaya, rangkaian sistem sensor, rangkaian penguat non-inverting, rangkaian sistem minimum mikrokontroler Atmega855, rangkaian alarm pengontrol dan rangkaian modul LCD x6 karakter (Gambar ). Untuk mengetahui kemungkinan rangkaian gabungan ini dapat berjalan seperti yang diinginkan, maka dilakukan simulasi terlebih dahulu dengan menggunakan perangkat-lunak Proteus 8 Professional. Rangkaian alat ukur ini dapat dilihat pada Gambar. 95

4 5 6 7 8 9 ISSN 0-849 Jurnal Fisika Unand Vol. 5, No., Januari 06 LCD LM06L VSS VDD VEE RS RW E D0 D D 0 D D4 D5 D6 4 D7 6 5 4 U PB0/T0/XCK PB/T PB/AIN0/INT 4 PB/AIN/OC0 5 PB4/SS 6 PB5/MOSI 7 PB6/MISO 8 PB7/SCK PA0/ADC0 PA/ADC PA/ADC PA/ADC PA4/ADC4 PA5/ADC5 PA6/ADC6 PA7/ADC7 40 9 8 7 6 5 4 R4 0k 4 U:A LM4 R5 k R 0k D Fotodioda R 0 D LED C p C p XTAL MHz 4 PD0/RXD 5 PD/TXD 6 PD/INT0 7 PD/INT 8 PD4/OCB 9 PD5/OCA 0 PD6/ICP PD7/OC XTAL XTAL 9 RESET ATMEGA855 PC0/SCL PC/SDA PC PC PC4 PC5 PC6/TOSC PC7/TOSC AREF AVCC 4 5 6 7 8 9 0 R k D DIODE Q BD9 BUZ BUZZER RL GR-4-AC4 J 0 V Gambar Skematik rangkaian lengkap alat ukur kadar air gabah yang disimulasikan pada Proteus 8 Professional. Rangkaian alat ukur kadar air ini dirancang untuk menghubungkan rangkaian sensor fotodioda dan LED dengan rangkaian pembagi tegangan sehingga menghasilkan nilai ADC yang akan terbaca pada sistem minimum mikrokontroler. Nilai ADC akan diproses sesuai dengan program pada mikrokontroler dan akan menampilkan nilai kadar air pada layar LCD. Jika kadar air mencapai nilai 4% maka alarm yang terhubung pada rangkaian mikro akan aktif dan berbunyi. Bentuk fisik sistem sensor alat ukur kadar air gabah untuk menentukan kadar air gabah dirancang seperti pada Gambar. Sebelum diberi beban, LED dan fotodioda berada pada jarak yang relatif jauh. Setelah nampan diberi beban berupa gabah, maka pegas mengalami pemendekan dan LED akan bergerak ke bawah mendekati fotodioda. Semakin dekat jarak LED dan fotodioda maka intensitas cahaya yang dihasilkan semakin besar dan resistansi fotodioda akan semakin kecil. Oleh karena itu nilai resistansi yang kecil akan menghasilkan sinyal tegangan yang kecil dan dikuatkan oleh penguat non-inverting agar dapat terbaca pada sistem minimum mikrokontroler. Gambar Rancang-bangun sistem sensor alat ukur kadar air gabah.. Perancangan Program pada PC Program penghitungan kadar air dibuat berdasarkan diagram alir yang dirancang seperti pada Gambar 4. Program yang akan ditulis menggunakan bahasa pemrograman BASCOM- AVR ini dimulai dengan inisialisasi sensor kadar air, dan LCD. y = 4? 96 Gambar 4 Diagram alir program

Jurnal Fisika Unand Vol. 5, No., Januari 06 ISSN 0-849 Perancangan program pada PC dimulai dengan membaca nilai tegangan ADC yang diterima oleh sistem minimum mikrokontroler dan dilakukan proses perhitungan sesuai dengan rumus program yang telah ditanamkan pada mikrokontroler. Program pada mikrokontroler akan menghasilkan nilai kadar air gabah. Jika kadar air telah mencapai 4% maka alarm akan berbunyi dan proses perhitungan selesai. Sedangkan jika nilai kadar air belum mencapai 4% maka akan dilakukan proses perhitungan kembali sampai mendapatkan nilai kadar air 4%. III. HASIL DAN DISKUSI. Karakterisasi Sensor Fotodioda Grafik karakterisasi intensitas cahaya pada lux meter terhadap jarak ditampilkan pada Gambar 5. Dapat dilihat bahwa intensitas cahaya mengalami penurunan terhadap jarak yang berbentuk eksponensial. Hal ini disebabkan oleh intensitas cahaya yang diterima lux meter berbanding lurus dengan kuadrat jarak. Semakin jauh jarak LED dengan lux meter maka intensitas cahaya yang dihasilkan semakin kecil. Gambar 5 Grafik hubungan antara jarak LED dan intensitas cahaya. Grafik tegangan keluaran sensor fotodioda terhadap jarak dapat dilihat pada Gambar 6. Jika semakin besar jarak maka tegangan keluaran yang dihasilkan sensor fotodioda akan semakin besar. Hal ini disebabkan oleh fotodioda yang diletakkan pada posisi R (Gambar ) dalam rangkaian pembagi tegangan. Gambar 6 Grafik hubungan tegangan keluaran fotodioda pada rangkaian pembagi tegangan Data karakterisasi berat gabah terhadap tegangan keluaran yang dihasilkan sensor fotodioda dapat dilihat pada Tabel. Kadar air dari gabah dihitung dengan menggunakan Persamaan. Bb Bk y 00% () B k 97

ISSN 0-849 Jurnal Fisika Unand Vol. 5, No., Januari 06 dimana y adalah kadar air, B b adalah berat basah gabah (g), dan B k adalah berat kering gabah (g). Semakin berat gabah yang diletakkan di atas timbangan maka LED akan semakin dekat dengan sensor fotodioda, sehingga intensitas cahaya yang dihasilkan semakin besar dan tegangan keluarannya semakin kecil. Tabel Karakterisasi berat terhadap tegangan keluaran fotodioda Berat (g) Tegangan Keluaran (V) Kadar air Nilai ADC 400,656 6, 54 50,666,7 545 50,894 8,4 59 00,904 5,8 594 80,950 4,7 60 60,95,7 604 40,965,6 606 Grafik hubungan antara nilai ADC dengan kadar air gabah yang dapat dilihat pada Gambar 7. Dari grafik diperoleh fungsi transfer dan nilai koefisien determinasi (R ) sebesar 0,949 yang bersifat linier dan cukup sensitif untuk digunakan pada alat tersebut. Nilai negatif yang dihasilkan pada fungsi transfer menyatakan hubungan berbanding terbalik antara intensitas cahaya yang diterima dengan tegangan keluaran yang dihasilkan. Semakin besar intensitas cahaya maka tegangan keluaran akan semakin kecil. Gambar 7 Grafik hubungan nilai ADC dan kadar air gabah. Pengujian Alat Ukur Kadar Air Gabah Secara Keseluruhan Pengujian alat ukur ini dilakukan dengan cara meletakkan gabah diatas timbangan yang sudah dirancang dengan sensor fotodioda dan LED yang dihubungkan ke mikrokontroler dan catudaya. Pada saat ditimbang akan mendeteksi berat beban gabah dalam keadaan basah dan menampilkan kadar air pada LCD berdasarkan program yang telah ditanam pada mikrokontroler. Selama dijemur, gabah akan mengalami penurunan jumlah kadar airnya. Penurunan kadar air terjadi akibat penguapan yang pada proses penjemuran dan pengeringan dengan bantuan sinar matahari. Penjemuran gabah di atas alat mempunyai ketebalan yang sama dengan yang dijemur di atas semen yaitu 4 cm dan dilakukan pembalikan setiap dua jam sekali. Jika kadar air sudah mencapai nilai 4% maka alarm pengontrol akan berbunyi yang menandakan bahwa gabah telah kering dan siap untuk dikemasi dan digiling. Mekanik alat secara keseluruhan dapat dilihat pada Gambar 8, sedangkan rangkaian secara keseluruhan dapat dilihat Gambar 9. 98

Jurnal Fisika Unand Vol. 5, No., Januari 06 ISSN 0-849 Gambar 8 Mekanik alat ukur kadar air Gambar 9 Rangkaian alat secara keseluruhan Kadar air gabah diukur secara manual dibandingkan dengan yang tertampil pada alat. Perhitungan kadar air gabah secara manual dilakukan dengan menggunakan Persamaan. Berat basah gabah yang digunakan adalah berat awal padi yang dipetik dari tangkai padi dan ditimbang menggunakan timbangan analog. Berat awal padi yang terbaca pada timbangan adalah 400 gram. Kemudian dilakukan proses penjemuran di bawah sinar matahari dari jam 07:00 WIB hingga jam 6:00 WIB. Setiap satu jam gabah akan mengalami perubahan berat. Hal ini dikarenakan proses penjemuran yang menyebabkan gabah mulai kering. Perubahan berat gabah setiap jam dijadikan sebagai berat kering dari gabah untuk proses perhitungan kadar air gabah secara manual. Sedangkan pada LCD telah ditampilkan nilai kadar air gabah yang mengalami penurunan untuk setiap jam. Penjemuran gabah terus berlangsung hingga mencapai nilai kadar air sebesar 4%. Perbedaan kadar air gabah ini ditampilkan pada Tabel. Dari Tabel terlihat bahwa alat ukur yang dibuat memiliki error yang cukup kecil yaitu dengan ratarata perbedaan hasil pengukuran alat yang dibuat dengan pengukuran secara manual yaitu sebesar,04% dan 4,5% untuk dua jenis gabah yang berbeda. Jadi alat ini dapat digunakan sebagai alat ukur kadar air pada gabah yang dijemur di bawah sinar matahari. Tabel Pengukuran kadar air pada gabah No. Waktu Kadar Air Secara Manual Sampel I Kadar Air Pada Alat Error Kadar Air Secara Manual Sampel II Kadar Air Pada Alat Error 7:00,05 9,56 7,09,68,7 9,4 8:00 9,47 8,64 4,8, 0,9 5,77 9:00 8,4 7,9,8,05 0, 4,64 4 0:00 7,6 6,78,8 8,95 8,,54 5 :00 6, 6,05,6 7,7 6,56 4,88 6 :00 6,05 5,69,5 6,84 6 5,6 7 :00 5,78 5,,97 5,79 5,,0 8 4:00 5,6 4,76,9 5,6 4,9,44 9 5:00 4,7 4,5,40 5 4,65,9 0 6:00 4, 4,0,7 4,74 4,4,4 Persentase kesalahan rata-rata,04 4,5 IV. KESIMPULAN Berdasarkan data dan analisis data yang telah dilakukan pada penelitian ini maka dapat disimpulkan bahwa Alat ukur kadar air pada gabah dengan sistem sensor yang terdiri dari LED, fotodioda, dan pegas dapat digunakan untuk mengukur kadar air gabah dalam keadaan basah hingga kering selama proses penjemuran berlangsung. Alat ini dapat mengukur kadar air gabah maksimum (sekitar 6%) dan mengaktifkan alarm pengontrol ketika kadar air gabah mencapai kondisi siap giling/simpan (4%). Kesalahan rata-rata pada pembacaan alat ukur adalah sebesar,04% dan 4,5%. 99

ISSN 0-849 Jurnal Fisika Unand Vol. 5, No., Januari 06 DAFTAR PUSTAKA Daulay, S. B., e-usu Repository, hal. 0-04 (005). Handayani, A., Sriyanto, Sulistyawati, I., Jurnal Litbang Provinsi Jawa Tengah, hal. 54-70 (0). Herawati, N., Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP), hal. 5-60 (0). Karbassi, A. dan Mehdizadeh.Z., J. Agric, SCI 0, hal. -4 (008). Muryono, dkk., Momentum 8, hal. 6-0 (00). Van, E.H., dkk., Journal Of Control and Network System, hal. 0-5 (04). 00