BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I. PENDAHULUAN PENDAHULUAN

BAB I. PENDAHULUAN 1 BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

IDENTIFIKASI PENILAIAN KINERJA PEJABAT PEMBUAT KOMITMEN JALAN NASIONAL BERBASIS INDIKATOR SIDLACOM

BAB I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

PCM ANALYSIS MENINGKATKAN EFISIENSI PENGELOLAAN INFRASTRUKTUR JALAN SECARA BEKELANJUTAN

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN

PENGARUH ATRIBUT SIDLACOM TERHADAP PENILAIAN KINERJA JASA KONSULTANSI CORE TEAM JALAN NASIONAL PADA SNVT-P2JN PROVINSI GORONTALO

IDENTIFIKASI KINERJA SATUAN KERJA (SATKER) PROYEK PENANGANAN JALAN NASIONAL

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 TINJAUAN UMUM

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

IDENTIFIKASI KEBUTUHAN PENANGANAN JALAN NASIONAL DI PROVINSI SUMATERA SELATAN

1. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

MENTERI PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA

2016, No Rakyat tentang Kriteria Tipologi Unit Pelaksana Teknis di Bidang Pelaksanaan Jalan Nasional di Direktorat Jenderal Bina Marga; Menging

BAB VII KESIMPULAN DAN SARAN

Gambar 1.1 Pertumbuhan PDRB Provinsi Sumbar Tahun (%) Sumber: Badan Pusat Statistik Provinsi Sumatera Barat (2015)

EVALUASI KENDALA DAN MASALAH IMPLEMENTASI UU 22/2009 TENTANG LLAJ TERHADAP CAPAIAN PENYELENGGARAAN JALAN NASIONAL

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. hidup masyarakat secara keseluruhan (Munawar, 2004). Untuk tujuan tersebut, maka

BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN

terukur dengan tingkat kepuasan pelayanan di bidang Bina Marga dan Pengairan.

LAPORAN AKHIR B. Uji Instrumen Pengukuran Outcome Pembangunan Infrastruktur Jalan

perencanaan jalan... 86

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. infrastruktur adalah sangat penting mengingat fungsi keberadaan sarana

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB II HASIL SURVEY. 2.1 Gambaran Umum Balai Besar Pelaksanaan Jalan Nasional VIII. Jenderal Bina Marga, Kementrian Pekerjaan Umum.

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR JALAN DAN JEMBATAN

2. Pra-studi kelayakan Studi kelayakan Rencana induk DED (Detail Engineering Design) Studi AMDAL...

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

BAB 1 PENDAHULUAN. pertumbuhan yang sangat pesat di berbagai sektor khususnya dari sektor

PROGRAM PEMELIHARAAN JALAN NASIONAL DI PROVINSI SUMATERA UTARA

BAB I PENDAHULUAN. membentuk dan memperkukuh kesatuan nasional untuk memantapkan pertahanan

ANALISIS KINERJARUAS JALAN PERINTIS KEMERDEKAAN JATI - PADANG

Bab I Pendahuluan I-1 BAB I PENDAHULUAN I.1 TINJAUAN UMUM

AB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

gerak yang ada, keselamatan, kenyamanan, dan lain-lain.

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB II GAMBARAN UMUM BBPJN VIII. 2.1 Sejarah Balai Besar Pelaksanaan Jalan Nasional VIII

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

RINGKASAN EKSEKUTIF A. Penyusunan Manual Peran Masyarakat dalam Pengawasan Fungsi dan Manfaat Jalan

RISIKO KETERLAMBATAN PROGRES FISIK TERHADAP MUTU PELAKSANAAN JALAN NASIONAL DI PROVINSI SULAWESI UTARA

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. perkotaan yang menjalar ke wilayah sekitarnya. Perkembangan aktivitas ini telah

BAB III ISU-ISU STRATEGIS BERDASARKAN TUGAS DAN FUNGSI

BAB I PENDAHULUAN. ketepatan waktu, sehingga kereta api sangat dapat diandalkan (reliable). Pesaing

DRAFT RANCANGAN KEPUTUSAN DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN DARAT NOMOR: TAHUN TENTANG PEDOMAN TEKNIS PENILAIAN KELAIKAN OPERASI JEMBATAN TIMBANG

BAB I PENDAHULUAN. Pengelolaan lingkungan termasuk pencegahan, penanggulangan kerusakan,

PENGAWASAN DAN PENERAPAN K3 DALAM PEMBANGUNAN KONSTRUKSI INFRASTRUKTUR

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Jembatan merupakan sebuah struktur yang dibangun melewati jurang,

BAB-6 BAB VI ARAH PENGEMBANGAN JARINGAN TRANSPORTASI

BAB I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

EVALUASI U-TURN RUAS JALAN ARTERI SUPADIO KABUPATEN KUBU RAYA

BAB I PENDAHULUAN. Jaringan jalan sebagai bagian dari sektor transportasi memiliki peran untuk

LAPORAN MENTERI PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT. PADA ACARA PERESMIAN JEMBATAN KAPUAS TAYAN Kabupaten Sanggau, 22 Maret 2016

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Jalan sebagai salah satu prasarana transportasi merupakan unsur

GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN DAERAH DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA NOMOR 8 TAHUN 2015 TENTANG POLA PENGEMBANGAN TRANSPORTASI WILAYAH

I. PENDAHULUAN. Pembangunan pada dasarnya merupakan suatu proses rangkaian kegiatan yang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

LAHAN MENJADI FAKTOR PENGHAMBAT DALAM PELAKSANAAN PEMBANGUNAN UNTUK KEPENTINGAN UMUM ABSTRAK

PENELITIAN TENTANG KESELAMATAN DAN KEAMANAN DI LINTASAN KERETA API

I. PENDAHULUAN. Transportasi juga diharapkan memiliki fungsi untuk memindahkan obyek sampai tujuan dengan

Alternatif Pemecahan Masalah Transportasi Perkotaan

BAB I PENDAHULUAN. PT. PLN (Persero) memiliki program yang ambisius yaitu. mencapai 100%. Pemerintahan Joko Widodo Jusuf Kalla serius mendorong

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu dari lima Kota Besar di Indonesia adalah Kota Medan dengan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. segala bagian jalan, termasuk bangunan pelengkap dan perlengkapannya yang

Bendungan Teritip Akan Pasok Tambahan Air Baku 250 liter/detik Bagi Kota Balikpapan

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG PENGANGKUTAN MULTIMODA. pengangkutan barang dari tempat asal ke tempat tujuan dengan lebih efektif dan

Prosiding Seminar Nasional Teknik Sipil 2016 ISSN: Fakultas Teknik Universitas Muhammadiyah Surakarta

IDENTIFIKASI KINERJA KONTRAKTOR BERBASIS PENERAPAN SIDLACOM (Studi Kasus: Balai Besar Pelaksanaan Jalan Nasional-I)

BAB I PENDAHULUAN. moda transportasi (jarak pendek antara 1 2 km) maupun dengan moda

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Infrastruktur Jalan Tol Biaya Pemeliharaan Persentase Gerbang Tol Rp 7,596, %

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN. sekunder berupa data-data yang diperoleh dari instansi terkait.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB IV VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN, STRATEGI DAN KEBIJAKAN

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

LAPORAN INDEKS KEPUASAN MASYARAKAT Januari Juni 2015

Rencana kerja (Renja) 2014

RENCANA PROGRAM PEMBINAAN KONSTRUKSI TA. 2018

BAB I PENDAHULUAN. kerja bagi angkatan kerja di perdesaan. Permasalahan kemiskinan yang cukup

Transkripsi:

1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Infrastruktur jalan nasional merupakan poros pertumbuhan perekonomian masyarakat yang mendukung peningkatkan kemakmuran dari segala aspek kehidupan. Selain itu, infrastruktur jalan juga menjadi batang pokok dalam pohon transportasi nasional yang menghubungkan ranting-ranting integrasi multimoda dan antarmoda, serta memiliki peranan penting dalam tercapainya keseimbangan pola keruangan yang terstruktur kuat membentuk pertahanan dan kedaulatan nasional. Berdasarkan amanat dalam Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 38 Tahun 2004 tentang Jalan, yang mewajibkan penyelenggara jalan nasional untuk mampu mewujudkan jaringan jalan nasional handal, aman, nyaman, berdaya guna dan berhasil guna, serta berkelanjutan yang memihak pada kepentingan umum, demi mendukung terwujudnya sistem jaringan jalan yang mampu mendukung pertumbuhan ekonomi dan kesejahteraan sosial diseluruh wilayah nasional. Kondisi tersebut menuntut penyelenggara infrastruktur jalan menghasilkan kekuatan konstruksi jalan yang mampu melayani beban lalulintas kendaraan khususnya kendaraan berat angkutan barang sampai umur rencana yang ditargetkan tanpa mengalami kerusakan struktural yang berat. Sehingga secara langsung dapat memperoleh capaian efektitivitas waktu tempuh dan efisiensi dalam biaya perjalanan. Maka diperlukan pihak-pihak pelaksana penanganan infrastruktur jalan nasional yang memiliki mental dan pola berfikir yang baik dalam melaksanakan standar teknis dan mencapai standar mutu yang direncanakan. Kontraktor memegang peranan dominan dalam penentuan terselenggaranya infrastruktur jalan yang handal, aman, nyaman, berkelanjutan dan berwawasan lingkungan sesuai dengan tujuan Pemerintah tersebut. Sedangkan dalam Peraturan Pemerintah Nomor 34 Tahun 2006 tentang Jalan khususnya dalam Pasal 102, mengartikan secara teknis jalan harus memberikan

2 jaminan keselamatan bagi penggunanya dan secara administratif jalan harus memberikan kepastian hukum bagi penyelenggaranya. Sehingga diperlukan konstruksi jalan yang mantap dengan kondisi geometrik dan ruang bagian jalan yang terstandar, serta memiliki kesesuaian beban lalu lintas pada permukaan jalan yang dianjurkan. Namun fakta di lapangan menunjukkan adanya permasalahan penyelenggaraan infrastruktur jalan nasional di Provinsi Jawa Barat, seperti: (1) keterbatasan dana penanganan jalan terhadap tuntutan peningkatan mutu pelayanan jalan sehingga perbaikan kerusakan struktural bersifat parsial; (2) ketidakstabilan badan jalan karena kondisi tanah dasar yang labil; (3) sebagian besar geometrik ruas jalan masih substandar khususnya daerah perbukitan karena keragaman fisografi, serta di wilayah perkotaan karena kesulitan pengendalian tata ruang dan penyalahgunaan rumija; (4) keterbatasan fasilitas perlengkapan keselamatan jalan dan ketidakpatuhan transporter barang terhadap beban ijin beban gandar kendaraan angkutan berat sehingga terjadi overloading; (5) keterbatasan dokumen administrasi jalan, khususnya dokumen lingkungan, sertifikasi tanah jalan, dan dokumen pemasangan perlengkapan keselamatan jalan; dan (6) keterbatasan kompetensi SDM penyelenggaraan jalan terhadap tuntutan teknologi jalan baik dari aspek penyedia jasa dan pengguna jasa. Kondisi infrastruktur jalan nasional di Provinsi Jawa Barat sangat beragam, dengan berbagai kondisi jalan seperti kondisi baik, kondisi sedang, kondisi rusak ringan, dan kondisi rusak berat. Pada tahun 2013, Direktorat Jenderal Bina Marga mencatat kondisi perkerasan pada tiap lintas penting di Provinsi Jawa Barat menunjukkan data teknis kerusakan struktural jalan masih dominan terjadi pada Lintas Selatan Jawa Barat. Hal tersebut disebabkan karena wilayah selatan Provinsi Jawa Barat masih termasuk dalam wilayah dengan pergerakan ekonomi yang tertinggal dibandingkan wilayah lain di Provinsi Jawa Barat. Sehingga layanan akses pada ruas lintas selatan tersebut masih terbatas dan cenderung kurangnya mendapat perhatian serius oleh Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah. Sehingga dominan ditemukenali kondisi pada beberapa ruas-ruas jalan belum dalam kondisi mantap dan baik secara fisik. Secara umum kondisi

3 struktural jaringan jalan nasional di Provinsi Jawa Barat memiliki gambaran kondisi sebagai berikut: (1) Jalan Kondisi Baik sepanjang 989,77 km (73%); (2) Jalan Kondisi Sedang sepanjang 338,72 km (25%); (3) Jalan Kondisi Rusak Ringan sepanjang 23,05 km (2%); serta Jalan Kondisi Rusak Berat sepanjang 2,60 km (1%). Sehingga dapat diperoleh kondisi kemantapan jaringan jalan nasional di Provinsi Barat yaitu sebesar 1.325,48 km (99%) dalam kondisi mantap, dan sisanya 25,65 km (1%) dalam kondisi tidak mantap. Berdasarkan pengelompokan kondisi fisik jalan nasional di setiap ruas di Provinsi Jawa Barat, memiliki lebar rerata sebagai berikut: (1) Lebar rata-rata 4,5-6,0 meter sebanyak 10 ruas; (2) Lebar rata-rata 6,0-7,0 meter sebanyak 10 ruas; (3) Lebar rata-rata 7,0-14,0 meter sebanyak 131 ruas; serta (4) Lebar rata-rata 55 meter sebanyak 3 ruas. Hasil data tersebut menggambarkan sebagian besar ruas jalan nasional di Provinsi Jawa Barat memiliki lebar ruas jalan dengan ukuran rata-rata lebar 7,0-14,0 meter. Sehingga berbagai kondisi jalan nasional di Provinsi Jawa Barat tersebut menghadirkan tantangan baru bagi penyelenggara jalan untuk meningkatkan kinerjanya dalam mendukung tercapainya jalan nasional mantap 100% pada tahun 2014. Melalui berbagai tuntutan infrastruktur jalan yang ada, maka diperlukan adanya Kontraktor sebagai pelaksana di lapangan yang harus memenuhi capaian standar teknis dan standar mutu jalan seperti seharusnya. Untuk mendukung tercapainya mental Kontraktor tersebut, diperlukan adanya penilaian kinerja para Kontraktor sebagai bentuk monitoring dan evaluasi terhadap kinerjanya di lapangan. Berdasarkan hal tersebut diperlukan adanya identifikasi terhadap faktor yang mempengaruhi kinerja Kontraktor infrastruktur jalan pada manajemen pelaksananan pekerjaan konstruksi jalan yang dihadapkan dengan berbagai kendala dan permasalahan di lapangan, baik bersifat teknis maupun non-teknis. Setelah itu dapat dilakukan pemetaan tehadap faktor dan indikator yang mempengaruhi kinerja Kontraktor yang menjadi kendala dan masalah di lapangan. Sehingga ke depan dapat diperoleh solusi tepat yang berbasis akar masalah sejak kegiatan survei data, investigasi, desain, pengadaan lahan, perencanaan dan

4 pemrograman, pelaksanaan dan pengawasan fisik, pengoperasian jalan hingga pada pemeliharaan konstruksi jalan. Hasil evaluasi dan analisis solusi tersebut diharapkan dapat memberikan masukan solusi terhadap Kontraktor penanganan jalan nasional di Provinsi Jawa Barat agar lebih meningkatkan peranan dan kinerjanya untuk mencapai kemantapan jalan nasional yang berkepastian mutu dan berkepastian hukum. Berdasarkan berbagai hal tersebut maka dilakukan penelitian berupa Evaluasi Faktor Pengaruh Kinerja Kontraktor Infratruktur Jalan dengan Metode IPA (Importance Performance Analysis) dengan wilayah studi pada pelaksanaan jasa konstruksi jalan di beberapa ruas jalan nasional Provinsi Jawa Barat. 1.2 Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang yang telah dijelaskan sebelumnya, maka dapat dikemukakan beberapa rumusan masalah, sebagai berikut: (1) Bagaimana cara melakukan penilaian kinerja Kontraktor bidang infrastruktur jalan nasional dengan metode IPA? (2) Faktor dan indikator apa saja yang mempengaruhi kinerja Kontraktor bidang infrastruktur jalan nasional di Provinsi Jawa Barat? (3) Kendala dan permasalahan apa saja yang dihadapi para Kontraktor bidang infrastruktur jalan nasional di Provinsi Jawa Barat? (4) Kontraktor mana saja yang dapat dijadikan bahan penelitian tentang evaluasi kinerja Kontraktor Bidang Infrastruktur Jalan nasional di Provinsi Jawa Barat? 1.3 Tujuan Penelitian Pelaksanaan evaluasi kinerja Kontraktor bidang infrastruktur jalan ini memiliki tujuan untuk melakukan pemetaan masalah dan kendala terhadap faktor dan indikator yang mempengaruhi kinerja Kontraktor bidang infrastruktur jalan nasional di Provinsi Jawa Barat pada saat proses pelaksanaan berlangsung.

5 1.4 Manfaat Penelitian Manfaat dari analisis yang dilakukan adalah untuk mendapatkan hasil pemetaan kendala dan permasalahan terhadap faktor dan indikator yang mempengaruhi kinerja Kontraktor bidang infrastruktur jalan nasional di Provinsi Jawa Barat yang dapat digunakan sebagai dasar penilaian Kontraktor penanganan jalan nasional. 1.5 Batasan Masalah Penelitian Penelitian ini membutuhkan ruang lingkup penelitian yang jelas dan tepat sasaran untuk dapat memenuhi maksud dan tujuan penelitian. Dalam memperjelas batasan permasalahan kegiatan dan sesuai dengan kebutuhan dalam kegiatan analisis, maka digunakan batasan-batasan penelitian sebagai berikut: (1) Obyek penelitian adalah Kontraktor bidang infrastruktur jalan yang sedang menangani kegiatan peningkatan struktur atau rekonstruksi jalan di ruas jalan nasional Provinsi Jawa Barat. (2) Formulir pengumpulan data/survei menggunakan formulir survei penilaian kinerja Kontraktor dan diadopsi dari formulir serupa yang telah dikembangkan oleh Mulyono (2013). (3) Data dan informasi terkait nama Kontraktor, lokasi proyek, jenis penanganan pekerjaan, serta informasi proyek lainnya diperoleh dari Balai Besar Pelaksanaan Jalan Nasional (BBPJN) IV, pihak Perencanaan dan Pengawasan Jalan Nasional (P2JN) Provinsi Jawa Barat, serta para Satuan Kerja (Satker) dan Pejabat Pembuat Komitmen (PPK) penanganan jalan nasional di Provinsi Jawa Barat terkait. (4) Data dan informasi, serta kegiatan analisis dibatasi untuk melakukan pemetaan kendala dan permasalahan terhadap faktor dan indikator kinerja Kontraktor bidang infrastruktur jalan. (5) Faktor dan indikator pengaruh kinerja Kontraktor bidang infrastruktur jalan diasumsikan sama tanpa dibedakan berdasarkan besaran pembobotan dalam penilaiannya.

6 1.6 Keaslian Penelitian Penelitian terdahulu yang terkait dengan kegiatan evaluasi kinerja kontraktor bidang infrastuktur jalan dengan metode IPA (importance performance analysis), sebagai berikut: (1) Direktorat Jenderal Bina Marga (2013) melakukan analisis terkait monitoring dan evaluasi indikator kinerja penyedia jasa dan penyedia jasa terhadap penanganan jalan nasional di Ditbinlak Wilayah I. Penelitian tersebut dilakukan pada setiap pengguna jasa dan penyedia jasa penyelenggaraan jalan nasional di seluruh Pulau Sumatera, untuk memperoleh akar masalah dan kendala capaian penyelenggaraan nasional, yang terdiri atas: (a) tipologi akar masalah yang mempengaruhi capaian penanganan jalan nasional dari aspek perencanaan, pelaksanaan, pengoperasian, dan pemeliharaan, beserta solusinya untuk mengatasi problem; (b) tipologi akar masalah yang mempengaruhi capaian penanganan jalan nasional dari aspek keterlibatan stakeholder (penyedia dan pengguna jasa, pengguna dan pemanfaat jalan, pemerintah kabupaten/kota, pusdiklat, dan asosiasi jasa konstruksi) beserta solusinya untuk mengatasi problem; serta (c) tipologi akar masalah yang mempengaruhi capaian penanganan jalan nasional dari aspek teknis, lingkungan, ekonomi, sosial budaya, dan pengembangan wilayah. Kesimpulan yang diperoleh meliputi Ranah Akar Masalah (RAM) kinerja masing-masing stakholder terkait yang memiliki prioritas untuk ditangani lebih serius beserta solusi untuk mengatasi problem tersebut, serta keputusan prioritas penanganan akar masalah dan kendala kinerja stakeholder di lapangan. (2) Partogi (2015) melakukan penelitian berkaitan dengan identifikasi kinerja kontraktor berbasis penerapan Sidlacom. Penelitian tersebut dilakukan pada para kontraktor di wilayah kerja BBPJN-I yang meliputi Provinsi Aceh dan Provinsi Sumatera Utara. Tujuan penelitian ini dilakukan untuk menganalisis permasalahan kinerja kontraktor bidang jalan menuju penerapan Performance Based Contract (PBC). Sehingga dapat diperoleh problem dasar kinerja

7 kontraktor di wilayah kerja BBPJN-I terhadap penerapan Sidlacom, serta prioritas penanganan yang diperlukan. (3) Kaming dan Riano (2013) melakukan penelitian yang berkaitan dengan faktor yang menentukan kinerja efektif bagi konsultan manajemen proyek di Provinsi Kalimantan Tengah. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis faktor penentu yang dapat mempengaruhi kinerja efektif dan kriteria utama terkait kegiatan manajemen proyek yang dapat digunakan dalam menilai kinerja manajemen proyek. Penelitian ini memiliki beberapa persamaan dan perbedaan terhadap penelitianpenelitian sebelumnya. Kegiatan evaluasi kinerja kontraktor bidang infrastuktur jalan dengan metode IPA (importance performance analysis) ini lebih memiliki alur pikir dan cara analisis yang komprehensif. Persamaan dan perbedaan penelitian ini terhadap penelitian lain, yaitu: (1) Persamaan terhadap penelitian-penelitian sebelumnya, antara lain: (a) subyek penelitian adalah kontraktor yang menangani proyek penanganan jalan nasional; (b) instrumen penelitian menggunakan formulir kuesioner atau angket; serta (c) melakukan wawancara langsung pada objek penelitian. (2) Perbedaan terhadap penelitian-penelitian sebelumnya, antara lain : (a) subyek penelitian difokuskan pada Kontraktor bidang infrastruktur jalan yang sedang menangani kegiatan peningkatan struktur atau rekonstruksi jalan di ruas jalan nasional Provinsi Jawa Barat; (b) menggunakan varibel dan indikator yang diadopsi dari formulir yang telah dikembangkan oleh Mulyono (2013); serta (c) menggunakan metode Importance Performance Analysis (IPA) yang meninjau permasalahan dalam dua cermatan, yaitu tingkat kepentingan dan tingkat penanganan dalam pengolahan dan analisis data.