IDENTIFIKASI DAN PREVALENSI EKTOPARASIT PADA IKAN KERAPU CANTANG

dokumen-dokumen yang mirip
Tabel 3 Tingkat prevalensi kecacingan pada ikan maskoki (Carassius auratus) di Bogor

Inventarisasi, Prevalensi dan Intensitas Ektoparasit Pada Ikan Kerapu (Epinephelus sp.) di Keramba Jaring Apung Perairan Teluk Hurun Lampung

TINJAUAN PUSTAKA. Klasifikasi ikan mas menurut Saanin (1984) adalah sebagai berikut:

IDENTIFIKASI PARASIT PADA IKAN KERAPU (Epinephelus sp.) PASCA TERJADINYA HARMFULL ALGAL BLOOMS (HABs) DI PANTAI RINGGUNG KABUPATEN PESAWARAN ABSTRAK

ADLN PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

PENDAHULUAN. perikanan laut yang sangat besar. Sebagai negara maritim, usaha budidaya laut

KERAGAMAN DAN KEBERADAAN PENYAKIT BAKTERIAL DAN PARASITIK BENIH KERAPU MACAN

PARASITES IDENTIFICATION ON CORAL GROUPER (Plectropomus reolatus) IN FLOATING NET CAGE IN PAGIMANA SUB-DISTRICT OF BANGGAI REGENCY

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

I. PENDAHULUAN. Ikan konsumsi yang dinilai memiliki nilai ekonomis tinggi adalah ikan mas. Data

JURNAL RUAYA VOL. 6. NO.1. TH 2018 FPIK UNMUH-PNK ISSN

II. TINJAUAN PUSTAKA

BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. 1.1 Intensitas Trichodina sp pada Ukuran Ikan Nila yang Berbeda

KEANEKARAGAMAN EKTOPARASIT PADA BIAWAK (Varanus salvator, Ziegleri 1999) DIKOTA PEKANBARU, RIAU. Elva Maharany¹, Radith Mahatma², Titrawani²

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

SNI : Standar Nasional Indonesia. Induk ikan kerapu macan (Ephinephelus fuscoguttatus) kelas induk pokok (Parent Stock)

Pengendalian Monogenea pada benih ikan Nila gift 31

III. HASIL DAN PEMBAHASAN

HAMA DAN PENYAKIT IKAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Prevalensi Clinostomum complanatum pada ikan Betok (Anabas testudineus) di Yogyakarta

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

TINJAUAN PUSTAKA. Dalam dunia internasional kerapu dikenal dengan nama grouper yang

PREVALENSI DAN INTENSITAS EKTOPARASIT PADA IKAN MAS (Cyprinus carpio L.) DI KABUPATEN SIGI

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

PENGENDALIAN INFESTASI EKTOPARASIT Dactylogyrus sp. PADA BENIH IKAN PATIN (Pangasius sp.) DENGAN PENAMBAHAN GARAM DAPUR

BAB I PENDAHULUAN. Ikan bawal air tawar (Colossoma macopomum) merupakan ikan yang

I. PENDAHULUAN. pada tahun Ikan nila merupakan ikan konsumsi air tawar yang diminati oleh

Budidaya Perairan Mei 2016 Vol. 4 No. 2: 26-30

II. TINJAUAN PUSTAKA. Daphnia sp. digolongkan ke dalam Filum Arthropoda, Kelas Crustacea, Subkelas

Jurnal Perikanan dan Kelautan Vol. 3, No. 4, Desember 2012: ISSN :

HUBUNGAN KUALITAS AIR TERHADAP PREVALENSI EKTOPARASIT PADA IKAN BANDENG (Chanos chanos) DI KECAMATAN SEDATI, SIDOARJO

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Mahmudin Arbie 1), Dr. Ir. Syamsuddin MP 2), Mulis S.Pi, M.Sc 3).

SNI : Standar Nasional Indonesia. Induk Ikan Nila Hitam (Oreochromis niloticus Bleeker) kelas induk pokok (Parent Stock)

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. berasal dari Afrika dengan lele lokal yang berasal dari Taiwan (Clarias. beradaptasi terhadap lingkungan (Pamunjtak, 2010).

Gambar 2.1. Ikan nila (Oreochromis niloticus)

Prevalensi dan Intensitas Trichodina sp. Pada Benih Ikan Nila (Oreochromis niloticus) di Desa Tambakrejo, Kecamatan Pacitan, Kabupaten Pacitan

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

Ikan kerapu bebek (Cromileptes altivelis, Valenciences) - Bagian 1: Induk

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

Induk ikan nila hitam (Oreochromis niloticus Bleeker) kelas induk pokok

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Stasiun Karantina Ikan Kelas I Djalaluddin Gorontalo. Pemeriksaan parasit yang

SNI : Standar Nasional Indonesia. Produksi induk ikan patin siam (Pangasius hyphthalmus) kelas induk pokok (Parent Stock)

KESEHATAN IKAN. Achmad Noerkhaerin P. Jurusan Perikanan-Untirta

IDENTIFIKASI EKTOPARASIT PADA BENIH IKAN NILA (Oreochromis niloticus) DI BALAI BENIH IKAN KABUPATEN SAMOSIR

MK Teknologi Pengendalian Dan Penanggulangan Penyakit Dalam Akuakultur

SNI : Standar Nasional Indonesia. Induk ikan lele dumbo (Clarias gariepinus x C.fuscus) kelas induk pokok (Parent Stock)

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

JIMVET. 01(3): (2017) ISSN :

ADLN - Perpustakaan Universitas Airlangga. Pendahuluan

I. PENDAHULUAN. Ikan kerapu (Epinephelus sp.) merupakan jenis ikan air laut yang

3.5.1 Teknik Pengambilan Sampel Uji Daya Hambat Infusa Rimpang Kunyit Terhadap E. coli dan Vibrio sp. Pada Ikan Kerapu Lumpur

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di wilayah Teluk Ratai Kabupaten Pesawaran,

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Vektor dalam arti luas adalah pembawa atau pengangkut. Vektor dapat berupa

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

IDENTIFIKASI DAN PREVALENSI ENDOPARASIT PADA USUS IKAN BAWAL AIR TAWAR

SNI : Standar Nasional Indonesia. Induk Ikan Mas (Cyprinus carpio Linneaus) strain Majalaya kelas induk pokok (Parent Stock)

Pembesaran udang galah Macrobrachium rosenbergii kini mengadopsi

IDENTIFIKASI DAN POTENSI PARASIT PADA SUMBER DAYA IKAN HIAS DI DANAU LAIS KALIMANTAN TENGAH. Universitas Lambung Mangkurat.

(Infestation of Parasitic Worm at Mujair s Gills (Oreochromis mossambicus)) ABSTRAK

KEBERADAAN PARASIT BENIH IKAN KERAPU MACAN

INTENSITAS DAN PREVALENSI EKTOPARASIT PADA KEPITING BAKAU (Scylla serrata) DI DESA LUBUK DAMAR, KABUPATEN ACEH TAMIANG

II. TINJAUAN PUSTAKA. Klasifikasi lele menurut SNI (2000), adalah sebagai berikut : Kelas : Pisces. Ordo : Ostariophysi. Famili : Clariidae

Gambar 2.1. Morfologi ikan bawal air tawar (C. macropomum)

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. benih dan untuk membina usaha budidaya ikan rakyat dalam rangka

PENGARUH FREKUENSI PEMBERIAN PAKAN TERHADAP PRODUKSI PEMBESARAN IKAN MAS (Cyprinus carpio) DI KERAMBA JARING APUNG WADUK CIRATA

Budidaya Nila Merah. Written by admin Tuesday, 08 March :22

TEKNIK PEMBESARAN IKAN KERAPU CANTANG

Pengaruh Garam (NaCl) terhadap Pengendalian Infeksi Argulus sp. pada Ikan Mas (Cyprinus carpio)

Teknik pembenihan ikan air laut Keberhasilan suatu pembenihan sangat ditentukan pada ketersedian induk yang cukup baik, jumlah, kualitas dan

PREVALENSI PARASIT DAN PENYAKIT IKAN AIR TAWAR YANG DIBUDIDAYA DI KOTA/KABUPATEN KUPANG. Yudiana Jasmanindar

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Indonesia merupakan negara maritim dengan luas perairan sekitar 5,8 juta

Unnes Journal of Life Science

SNI : Standar Nasional Indonesia. Induk ikan gurame (Osphronemus goramy, Lac) kelas induk pokok (Parent Stock)

BAB IV PEMBAHASAN. Gambar 4. Borok Pada Ikan Mas yang Terinfeksi Bakteri Aeromonas hydrophila

II. TINJAUAN PUSTAKA

Jurusan Budidaya Perairan, Fakultas Perikanan Dan Ilmu Kelautan Universitas Negeri Gorontalo

BAB III BAHAN DAN METODE

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

Induk udang rostris (Litopenaeus stylirostris) kelas induk pokok

LABORATORIUM PARASITOLOGI DAN ENTOMOLOGI

II. TINJAUAN PUSTAKA. motil, tidak membentuk spora, tidak membentuk kapsul, aerob, katalase positif,

Hilma Putri Fidyandini, Sri Subekti dan Kismiyati

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

III. BAHAN DAN METODE

Ikan kakap putih (Lates calcarifer, Bloch 1790) Bagian 1: Induk

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

METODE PENELITIAN. Lokasi dan objek penelitian ini berada di Teluk Cikunyinyi, Kecamatan

SNI : Standar Nasional Indonesia. Produksi Benih Kodok Lembu (Rana catesbeiana Shaw) kelas benih sebar

(PSLK) 2016, ANALISIS EKTOPARASIT IKAN LELE DUMBO

Ikan kerapu bebek (Cromileptes altivelis, Valenciences) - Bagian 2: Benih

IDENTIFIKASI DAN PREVALENSI EKTOPARASIT DAN ENDOPARASIT PADA IKAN NILA (Oreochromis niloticus Linn) Di KOLAM BUDIDAYA PALEMBANG,SUMATERA SELATAN

III. HASIL DAN PEMBAHASAN

ABSTRAK. Kata kunci : Prevalensi, Intensitas, Leucocytozoon sp., Ayam buras, Bukit Jimbaran.

Unnes Journal of Life Science

Alitropus typus dan Chironomus tentans

Transkripsi:

IDENTIFIKASI DAN PREVALENSI EKTOPARASIT PADA IKAN KERAPU CANTANG (Ephinephelus fuscoguttatus-lanceolatus) HASIL BUDIDAYA KERAMBA JARING APUNG (KJA) DI BPBAP SITUBONDO DAN GUNDIL SITUBONDO Karlina Nurhayati 1, Endang Suarsini 2, Sofia Ery Rahayu 2 1) Program Studi Biologi, FMIPA, Universitas Negeri Malang 2) Jurusan Biologi, FMIPA, Universitas Negeri Malang Jalan Semarang No.5, Malang, Indonesia Karlina.nurhayati@gmail.com ABSTRAK: Penyakit ikan yang paling umum adalah disebabkan oleh parasit. Proses identifikasi dan prevalensi serta intensitas ektoparasit diperlukan untuk menemukan solusi yang tepat untuk mencegah terjadinya serangan ektoparasit. Penelitian ini dilakukan untuk mengidentifikasi macam-macam ektoparasit yang menyerang pada ikan Kerapu Cantang di KJA BPBAP Situbondo dan KJA Gundil Situbondo serta membandingkan prevalensi dan intensitas ektoparasit pada ikan Kerapu Cantang hasil budidaya air payau antara KJA BPBAP Situbondo dan KJA Gundil Situbondo. Teknik sampling yaitu purposive sampling dimana jumlah sampel ikan sebesar 40 ekor berukuran 15 cm yang memiliki ciri terserang penyakit. Lendir ikan diambil dengan metode kerok (scrapping). Hasil penelitian menunjukkan bahwa dari 40 sampel ikan Kerapu Cantang di KJA BPBAP dan KJA Gundil Situbondo ditemukan ektoparasit fase dewasa genus Benedenia dan Dactylogyrus. Ukuran tubuh Dactylogyrus sebesar 0,5 mm dan memiliki sepasang bintik mata, kepala berlobus 4 buah dan sepasang median hooks, serta 14 marginal hooks. Ukuran tubuh Benedenia sebesar 2.05-3.29 mm dan memiliki dua pasang bintik mata, bagian anterior terdapat sepasang alat penempel, pada bagian posterior terdapat haptor dan sepasang alat pengait. Di KJA Gundil Situbondo prevalensi ektoparasit pada ikan Kerapu Cantang yaitu Benedenia sebesar 100% dan Dactylogyrus sebesar 0% serta intensitas ektoparasit Benedenia sebesar 4 individu/ekor dan Dactylogyrus sebesar 0 individu/ekor. Di KJA BPBAP Situbondo prevalensi ektoparasit pada ikan Kerapu Cantang yaitu Dactylogyrus sebesar 15% dan Benedenia sebesar 15% serta intensitas ektoparasit Benedenia sebesar 2 individu/ekor dan Dactylogyrus sebesar 1 individu/ekor. Kata Kunci: Identifikasi, Prevalensi, Ektoparasit, Ikan Kerapu Cantang (Ephinephelus fuscoguttatus-lanceolatus), Keramba Jaring Apung (KJA), Situbondo ABSTRACT: The most common fish disease is caused by a parasite. The process of identification and the prevalence and intensity of ectoparasites required to find appropriate solutions to prevent attacks ectoparasites. This study was conducted to identify the kinds of ectoparasites that attack on grouper Cantang in Situbondo and KJA BPBAP and KJA gundil Situbondo and to compare the prevalence and intensity of ectoparasites on fish grouper Cantang result of brackish water between the KJA BPBAP and KJA gundil Situbondo. Sampling technique is purposive sampling where the number of fish samples of 40 fish measuring 15 cm that has the characteristics of disease. Taken with scrapping method. The results showed that of the 40 samples of grouper Cantang in KJA Gundil and KJA BPBAP Situbondo found adult stage genus Benedenia and Dactylogyrus. Dactylogyrus body size of 0.5 mm and has a pair of eye spots, head lobulated 4 pieces and a pair of median hooks, as well as 14 marginal hooks. Benedenia body size of 2,05 to 3,29 mm and has two pairs of eye spots, there is the posterior part there is haptor and a pair of hook. The KJA gundil Situbondo prevalence of ectoparasites on fish grouper Cantang that Benedenia and Dactylogyrus by 100% and 0% and the intensity of ectoparasites Benedenia by 4 individuals/tail and Dactylogyrus by 0 individuals/tail. The KJA BPBAP Situbondo 1

2 prevalence of ectoparasites Dactylogyrus and Benedenia on fish grouper Cantang by 15% and 15% and ectoparasites Benedenia intensity by 2 individuals/tail and Dactylogyrus of 1 individual/tail. Keywords: Identification, Prevalence, Ectoparasites, Grouper Cantang (Ephinephelus fuscoguttatus-lanceolatus), Keramba cage (KJA), Situbondo Wabah penyakit pada ikan kerapu Cantang terbukti sangat merugikan para pembudidaya. Pada tahun 2013 di KJA Gundil pernah mengalami kematian sejumlah besar benih ikan kerapu Cantang (sekitar 2000 benih dari 4000 benih) yang masih berukuran 15-20 cm. Ikan Kerapu merupakan salah satu komoditi perikanan Indonesia yang mempunyai prospek pengembangan yang cukup cerah. Ikan Kerapu banyak diekspor ke luar negeri (Export Oriented) (Alfath, 2012). Pada tahun 2010 pertama kali di Indonesia diproduksi ikan hasil hibridisasi antara ikan Kerapu Macan betina dan ikan Kerapu Kertang jantan yang dinamakan dengan Kerapu Cantang (Macan-Kertang) di Balai Pengembangan Budidaya Air Payau (BPBAP) Situbondo. Teknik budidaya ikan Kerapu Cantang yang ada di daerah Situbondo menggunakan sistem Keramba Jaring Apung (KJA). Keuntungan dari KJA menurut Purba (1990) yaitu: memungkinkan penggunaan perairan yang tersedia secara maksimum dan ekonomis, mengurangi predator, populasi ikan mudah dikontrol, mudah dipindahkan bila terjadi hal yang membahayakan, dan mudah dipanen. Penyakit ikan merupakan salah satu masalah serius yang harus dihadapi dalam pengembangan usaha budidaya ikan. Menurut Supriyadi (2007) kematian yang ditimbulkan oleh penyakit ikan sangat tergantung pada jenis parasit ikan yang menyerang, kondisi ikan dan kondisi lingkungan. Apabila kondisi lingkungan menurun maka kematian yang diakibatkan oleh wabah penyakit sangat tinggi, tapi sebaliknya apabila kondisi lingkungan baik maka kematian akibat infeksi suatu penyakit lebih rendah. Penyakit parasit yaitu penyakit akibat infeksi jasad parasitik seperti golongan protozoa maupun metazoa. Protozoa yang sering ditemukan sebagai organisme parasitik meliputi sporozoa, ciliata dan flagellata, sedangkan metazoa meliputi: crustacea, isopoda dan helminth (cacing). Jasad parasit tersebut dapat menginfeksi ikan air tawar maupun ikan laut (Taukhid, 2006). Pihak BPBAP belum memiliki data yang lengkap tentang macam-macam parasit yang biasa menyerang ikan Kerapu Cantang. Oleh karena itu, dari hasil observasi tersebut maka perlu penelitian lebih lanjut tentang macam-macam parasit dan membandingkan prevalensi dan intensitas ektoparasit pada ikan Kerapu Cantang. METODE Purposive sampling yaitu hanya mengambil ikan Kerapu Cantang yang terinfeksi ektoparasit dan yang berukuran 15-16 cm. Ikan yang memiliki ciri terkena parasit seperti adanya luka pada kulit, sirip menggeripis, nafsu makan berkurang, kurang bergerak aktif, dan berenang miring. Pengambilan sampel ini dilakukan di dua tempat yaitu KJA BPBAP Situbondo dan di KJA Gundil. Jumlah sampel ikan Kerapu Cantang adalah 5% dari total populasi ikan Kerapu Cantang di tiap KJA yaitu sebesar 20 ekor tiap KJA, sehingga total jumlah sampel 40 ekor. Selanjutnya melakukan pemeriksaan morfologis dan pengukuran panjang total serta

3 berat ikan. Pengerokan dilakukan dari ujung anterior kepala hingga posterior sirip ekor, pengerokan dilakukan pada kedua sisi tubuh ikan dan juga semua bagian sirip. Lendir yang didapatkan dimasukkan dalam microtube yang sudah diberi label dan kemudian ditetesi sebanyak 5 tetes larutan Alkohol 70% + Gliseril 5% (perbandingan 3:1) HASIL Adapun parasit spesimen 1 yang ditemukan pada penelitian ditunjukan pada Gambar 1 berikut. (a) (b) Gambar 1 Keterangan: Ektoparasit Spesimen 1 pada Ikan Kerapu Cantang. Ektoparasit Spesimen 1 dengan Perbesaran 400x (a) Skema Ektoparasit Spesimen 1 (b). A. Anterior Sucker, B. Bintik mata, C. Median Hooks, D. Opisthaptor, E. Marginal Hooks Dari Gambar 1 terlihat ektoparasit spesimen 1. Gambar b menunjukkan skema dari ektoparasit spesimen 1. Parasit berukuran kecil dengan panjang dari ujung anterior sampai posterior sekitar 0,5 mm dan lebar sekitar 0,1 mm. Parasit ini aktif bergerak seperti cacing yaitu memanjang dan memendekkan tubuh pada saat pengamatan. Parasit berbentuk pipih dorsoventral dan simetris bilateral. Bagian dorsal terdapat organ prohaptor dan bintik mata. Sedangkan pada bagian ventral terdapat organ opisthaptor. Pada bagian anterior terdapat prohaptor yaitu alat menghisap bercabang empat (berlobus 4) alat ini berfungsi untuk menempel maupun bergerak pada permukaan tubuh inang. Selain itu, sepasang bintik mata yang terlihat jelas. Pada bagian posterior tubuh terdapat opisthaptor dengan sepasang median hooks, dan 14 marginal hooks. Dari hasil pengamatan dan identifikasi ektoparasit dengan membandingkan morfologi parasit dengan buku identifikasi parasit ikan oleh Kabata (1985), maka parasit spesimen 1 termasuk dari genus Dactylogyrus. Hasil pengamatan morfologi ektoparasit spesimen 2 yang menyerang ikan Kerapu Cantang ditunjukkan pada Gambar 2.

4 (a) (b) Gambar 2 Keterangan: Ektoparasit Spesimen 2 pada Ikan Kerapu Cantang Ektoparasit Spesimen 2 dengan Perbesaran 10x (a) Skema Ektoparasit Spesimen 2 (b). A. Mulut, B. Anterior sucker, C. Bintik Mata, D. Faring, E. Ovarium, F. Testis, G. Kelenjar Kuning H. Anterior Hamulus, I. Posterior Hamulus, J. Ophisthaptor, K. Marginal Hooks Tubuh spesimen 2 memanjang dari anterior sampai posterior tubuh dengan ukuran sekitar 2.05-3.29 mm dan lebar sekitar 0.66-1.33 mm. Oleh karena itu parasit bisa terlihat langsung oleh mata karena berukuran cukup besar. Parasit ini berwarna putih transparan dan aktif bergerak yang melekat pada permukaan tubuh ikan Kerapu Cantang. Bentuk parasit spesimen 2 yaitu pipih dorsoventral. Pada bagian dorsal terdapat organ mulut, testis, ovarium, dan sebagian opisthaptor terlihat, sedangkan pada bagian ventral organ yang terlihat seperti anterior sucker, bintik mata, lubang genital terletak dekat dengan ovarium. Pada bagian anterior terdapat mulut dan alat menempel (anterior sucker) berjumlah 2 lobus. Di sebelah bawah anterior sucker terdapat bintik mata dan faring. Sebuah ovarium dan sepasang testis yang berbentuk bulat. Selain itu terdapat kelenjar kuning yang menyebar di sekitar ovarium dan testis. Pada bagian posterior terdapat sebuah opisthapthor yang lebar dan berbentuk lingkaran yang dilengkapi dengan sepasang alat pengait yaitu anterior hamulus dan posterior hamulus. Marginal hooks berada di sekitar opisthaptor. Nilai prevalensi dan intensitas serangan parasit pada ikan Kerapu Cantang dari dua lokasi berbeda di wilayah Situbondo tersaji pada Tabel 1. Tabel 1. Data Ringkasan Nilai Prevalensi dan Intensitas Ektoparasit yang Menyerang Ikan Kerapu Cantang Lokasi KJA BPBAP Situbondo Gundil Situbondo Parasit yang ditemukan Jumlah parasit yang menyerang Int, (ind/ekor) Jumlah Ikan yang terinfeksi (ekor) Prev. (%) Kategori Prev. Benedenia 5 2 3 15 Often Dactylogyrus 3 1 3 15 Often Benedenia 84 4 20 100 Always Dactylogyrus 0 0 0 0 Very rarely

5 Berdasarkan Tabel 1 menunjukkan nilai prevalensi tertinggi terjadi pada KJA Gundil Situbondo yaitu sebesar 100% dari ektoparasit Benedenia menurut Williams dan Bunkley-Williams (1996) tergolong kategori always (selalu) yang berarti bahwa semua ikan sampel dari daerah tersebut terinfeksi oleh Benedenia. Nilai prevalensi terendah terdapat pada KJA Gundil Situbondo yaitu sebesar 0% tergolong very rarely (sangat jarang) pada ektoparasit Dactylogyrus. Sedangkan di KJA BPBAP Situbondo, nilai prevalensi ektoparasit Dactylogyrus dan Benedenia tersebut sama yaitu sebesar 15% termasuk dalam kategori often (sering). Berdasarkan Tabel 1 diketahui bahwa nilai intensitas serangan ektoparasit terbesar terjadi di KJA Gundil Situbondo yaitu Benedenia sebesar 4 individu per ekor sedangkan nilai intensitas terendah pada Dactylogyrus sebesar 0 individu per ekor atau tidak menunjukkan adanya serangan ektoparasit. Nilai intensitas ektoparasit jenis Benedenia sebesar 2 individu per ekor di KJA BPBAP Situbondo, sedangkan pada ektoparasit jenis Dactylogyrus memiliki nilai intensitas sebesar 1 individu per ekor. Selain itu data pendukung kualitas perairan yaitu ph, salinitas, amoniak, oksigen, dan suhu pada KJA BPBAP dan Gundil Situbondo sebagai berikut pada Tabel 2. Tabel 2. Kualitas Air di KJA BPBAP Situbondo dan KJA Gundil Situbondo Lokasi KJA BPBAP situbondo Gundil Situbondo Parameter KJA BPBAP Situbondo Kategori ph 8,275 Baik Salinitas 33 ppm Baik Amonia < 0,001 mg/l Baik Oksigen 7,15 Baik Suhu 30 C Baik ph 7,875 Baik Salinitas 35 ppm Baik Amonia 0.001 mg/l Kurang baik Oksigen 5,01 Kurang baik Suhu 35 C Baik Berdasarkan Tabel 2 dapat terlihat hasil pengukuran kualitas air terdapat perbedaan pada dua lokasi penelitian, dimana pada KJA BPBAP Situbondo memiliki ph sebesar 8,275. Salinitas sebesar 33 ppm, kadar amonia sebesar <0,001 mg/l. Kelarutan oksigen (DO) sebesar 7,15 mg/l dan suhu sebesar 30 C. Sedangkan pada KJA Gundil ph sebesar 7,875, salinitas sebesar 35 ppm, kadar amonia sebesar 0,001 mg/l. Kelarutan oksigen (DO) sebesar 5,01 mg/l dan suhu sebesar 35 C. PEMBAHASAN Parasit yang paling banyak ditemukan pada sampel ikan Kerapu Cantang adalah dari genus Dactylogyrus dan Benedenia yang keduanya dari kelas monogenea. Parasit Benedenia dan Dactylogyrus menginfeksi hanya pada permukaan tubuh ikan (sirip, operculum, dan permukaan tubuh) atau dinamakan ektoparasit. Tempat hidup ektoparasit Benedenia adalah di kulit ikan sedangkan

ektoparasit Dactylogyrus hidup di insang. Dactylogyrus didapatkan menginfeksi di permukaan tubuh Kerapu Cantang disebabkan memiliki prohaptor yaitu alat menghisap bercabang empat dan memiliki ujung kelenjar yang dapat mengeluarkan semacam cairan kental yang berfungsi untuk penempelan maupun pergerakan pada permukaan tubuh inang. Oleh karena itu Dactylogyrus dapat berpindah tempat dari insang ke permukaan tubuh atau sebaliknya. Selain itu didapatkannya parasit Dactylogyrus bukan di organ insang kemungkinan parasit ini berasal dari inang (ikan) lain yang berenang dan akan menginfeksi benih ikan Kerapu Cantang. Tingginya prevalensi dan intensitas ektoparasit Benedenia di KJA Gundil disebabkan ektoparasit Benedenia dapat melakukan reproduksi di dalam kondisi perairan KJA Gundil yang buruk dan mampu menghadapi perubahan kualitas perairan yaitu mampu menemukan ikan sebagai inang dan mampu menginfeksinya. Selain itu kadar amonia yang tinggi dan kadar oksigen KJA Gundil yang rendah dapat menjadi faktor menurunnya sistem imunitas ikan sehingga ikan mudah terserang parasit. Amonia dapat mengakibatkan gangguan seperti keracunan pada ikan karena bersifat toksik (Boyd, 1990). Benedenia merupakan ektoparasit kulit yang memakan jaringan epitel serta mucus atau lendir ikan untuk bertahan hidup. Hal ini disebabkan lendir ikan mengandung zat karbohidrat. Namun fungsi lendir pada ikan salah satunya adalah untuk perlindungan diri dari mikroorganisme karena mengandung zat antibodi. Menurut Irianto (2005), lendir yang menyelimuti permukaaan tubuh ikan, insang, dan lapisan mukosa usus berperan sebagai perangkap patogen secara mekanik dan mengeliminasi secara kimiawi dengan lisosim dan enzim proteolitik lainnya. Monogenea dapat berkembang sangat cepat jika sanitasi perairan yang kurang baik seperti kadar amonia yang tinggi, polusi dan rendahnya kadar oksigen (Hassan dkk, 2015). Dalam siklus hidupnya, Benedenia tidak memerlukan inang perantara (intermediet host). Selain itu di KJA Gundil terdapat bermacam-macam ikan air laut seperti ikan Kerapu Sunu, ikan Kerapu Tikus, ikan Kerapu Kertang, ikan Kerapu Macan dimana Benedenia mampu menginfeksi semua jenis ikan laut sehingga parasit Benedenia memiliki lebih banyak peluang terhadap inang untuk berkembang biak. Rendahnya nilai prevalensi ektoparasit Dactylogyrus pada sampel ikan di KJA Gundil kemungkinan disebabkan Dactylogyrus menghasilkan 100 telur per hari (Hoai dkk, 2014). Berbeda dengan Benedenia yang menghasilkan telur sebanyak 190 telur per hari (Hoai dkk, 2014). Adapun di KJA BPBAP Situbondo, tingkat serangan antara ektoparasit Benedenia dan Dactylogyrus seimbang dimana prevalensi kedua paraasit tidak terlalu besar (15%). Hal ini dikarenakan di KJA BPBAP Situbondo hanya membudidayakan 2 macam kerapu yaitu Kerapu Cantang dan Kerapu Tikus. Oleh karena itu kemungkinan terjadinya penularan ektoparasit menjadi kecil. Selain itu kualitas perairan yang masih baik yaitu kadar amonia rendah dan kadar oksigen yang masih tinggi juga menjadi faktor minimnya tingkat serangan ektoparasit Benedenia dan Dactylogyrus. Infeksi dari Dactylogyrus tidak terlalu bahaya, namun jika parasit dalam jumlah besar maka dapat menyebabkan kerusakan pada bagian insang. Hal ini disebabkan insang mengandung banyak kapiler darah yang merupakan makanan bagi Dactylogyrus. Kabata (1985) menambahkan bahwa efek umum dari serangan parasit Dactylogyrus adalah lambatnya pertumbuhan dan penurunan berat badan. 6

7 Gejala klinis ikan yang terserang parasit Benedenia menunjukkan abnormalitas dalam berenang baik di dasar atau permukaan bak dan KJA, nafsu makan berkurang (hilang), luka pada kulit dan kerusakan pada epitel insang yang pada akhirnya mempengaruhi respirasi ikan. Infeksi yang parah akan menyebabkan luka atau ulcer (cairan seperti nanah) kulit yang akhirnya akan menyebabkan infeksi sekunder oleh bakteri dan jamur. PENUTUP (1). Ektoparasit yang menginfeksi benih ikan Kerapu Cantang di KJA BPBAP Situbondo dari genus Benedenia dan Dactylogyrus. Sedangkan di KJA Gundil Situbondo hanya dari genus Benedenia. (2) Di KJA Gundil Situbondo prevalensi ektoparasit pada ikan Kerapu Cantang yaitu Benedenia sebesar 100% dan Dactylogyrus sebesar 0% serta intensitas ektoparasit Benedenia sebesar 4 individu per ekor dan Dactylogyrus sebesar 0 individu/ekor. Di KJA BPBAP Situbondo prevalensi ektoparasit pada ikan Kerapu Cantang yaitu Dactylogyrus sebesar 15% dan Benedenia sebesar 15% serta intensitas ektoparasit Benedenia sebesar 2 individu per ekor dan Dactylogyrus sebesar 1 individu per ekor. (1). Untuk mencegah mewabahnya penyakit parasitik pada benih ikan Kerapu Cantang sangat perlu dilakukan perawatan dari segi tempat budidaya yaitu Keramba Jaring Apung dan kualitas air sesuai standar kebutuhan pemeliharaan ikan Kerapu. (2). Selain itu juga perlu dilakukan pemantauan terhadap ikan secara rutin.perlu dilakukan identifikasi pada parasit sampai tingkat spesies agar dapat dilakukan pencegahan yang tepat terhadap serangan parasit tersebut dan menambah referensi baru tentang ektoparasit yang menyerang ikan Kerapu Cantang. DAFTAR RUJUKAN Alfath, M. 2012. Kerapu Hibryd. (online) Diakses dari (http://hijahh.blogspot.com_budidaya_kerapu.html), pada tanggal 25 Oktober 2014. Boyd, C. E. 1990. Water Quality in Ponds for Aquaculture Experiment Station, Auburn University Alabama: Birmingham Publishing Co. Hassan, M. A., Hussien, A., Osman, M., Aswathan, M. Al Shwared, W and Fita, N. 2015. Infestation of Cage-Cultured Marine Fish with Benedenia acanthopagri (Monogenea; Capsalidae) in Eastern Province of Saudi Arabia. Global Veterinaria. Vo. 14 No. 2, Hal: 219-227. Hoai, T. D., Hutson, S. K. 2014. Reproductive Strategies of the Insidious Fish Ectoparasite, Neobenedenia sp. (Capsalidae: Monogenea). Jurnal PlosOne Vol. 9, No. 9. Irianto, A. 2005. Patologi Ikan Teleostei. Gajah Mada University Press: Yogyakarta. Kabata, Z. 1985. Parasites and Diseases of Fish Cultured in the Tropics. Taylor and Francis. London Purba, R. 1990. Biologi Ikan Kerapu Epinephelus tauvina (Forskal) dan Catatan Penyebab Kematiannya. Oseana. Vol. XV, No.1 Hal: 29 42.

Supriyadi, H. 2007. Pemeriksaan dan Identifikasi Hama dan Penyakit Ikan, Hama, dan Penyakit Ikan Karantina. Pelatihan Dasar Karantina IkanTingkst Ahli dan Terampil Pusat Karantina Ikan: Jakarta. Hal: 6. Taukhid. 2006. Manajemen Kesehatan Ikan dan Lingkungan. Laboratorium Riset Kesehatan Ikan: Bogor. 8