TEKNOLOGI KAWIN SUNTIK(INSEMINASI BUATAN) PADA TERNAK KELINCI

dokumen-dokumen yang mirip
BAB III MATERI DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan pada tanggal 7 Maret 19 April 2016, bertempat

MATERI DAN METODE. Metode Penelitian

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Flemish giant dan belgian hare dan berasal dari Amerika. Kelinci ini mempunyai

BAB III MATERI DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan bulan Februari Maret 2016 di Desa Bocor,

BAB III MATERI DAN METODE. Penelitian mengenai pengaruh kadar ekstrak daun Binahong (Anredera

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. tepatnya yang berada di daerah Batur, Banjarnegara (Noviani et al., 2013). Domba

HASIL DAN PEMBAHASAN. Evaluasi Semen Segar

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Unit Pelayanan Tekhnis Daerah Balai

KEGAGALAN REPRODUKSI PADA TERNAK KELINCI

BAB III MATERI DAN METODE. Flock Mating dan Pen Mating secara Mikroskopis ini dilaksanakan pada tanggal

MATERI DAN METODE. Materi

HASIL DAN PEMBAHASAN. Tabel 2. Hasil Evaluasi Karakteristik Semen Ayam Arab pada Frekuensi Penampungan yang Berbeda

BAB II TIJAUAN PUSTAKA. penis sewaktu kopulasi. Semen terdiri dari sel-sel kelamin jantan yang dihasilkan

BAB III MATERI DAN METODE. Persentase Hidup dan Abnormalitas Spermatozoa Entok (Cairina moschata), telah

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada April 2014 di Balai Inseminasi Buatan Daerah

UJI KU <klitas SPERMA DAN PENGHITUNGAN JUMLAH PENGENCER DALAM UPAYA MENENTUKAN KEBERHASILAN INSEMINASI BUATAN

PENGARUH PENGENCER SEMEN TERHADAP ABNORMALITAS DAN DAYA TAHAN HIDUP SPERMATOZOA KAMBING LOKAL PADA PENYIMPANAN SUHU 5ºC

MATERI DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Februari 2015 di Unit Pelaksana

III. BAHAN DAN METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada tanggal April 2014 di Laboratoium Unit

PENDAHULUAN. masyarakat Pesisir Selatan. Namun, populasi sapi pesisir mengalami penurunan,

BAHAN DAN METODE PENELITIAN

BAB VI TEKNOLOGI REPRODUKSI

PENETAPAN INTERVAL INSEMINASI BUATAN (IB) PADA AYAM BURAS

III BAHAN DAN METODE PENELITIAN. pejantan Peranakan Etawah berumur 1,5-3 tahun dan dipelihara di Breeding

PENDAHULUAN. kambing Peranakan Etawah (PE). Kambing PE merupakan hasil persilangan dari

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada 7 13 April 2014, di BIBD Lampung,

MATERI DAN METODE. Penelitian ini telah di laksanakan pada bulan Desember 2014 sampai

PENGARUH LAMA SIMPAN SEMEN DENGAN PENGENCER TRIS AMINOMETHAN KUNING TELUR PADA SUHU RUANG TERHADAP KUALITAS SPERMATOZOA KAMBING BOER

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan pada tanggal April 2014 di Unit Pelayanan

Kualitas Semen Kambing Peranakan Boer. Quality of Semen Crossbreed Boer Goat. M. Hartono PENDAHULUAN. Universitas Lampung ABSTRACT

OBJEK DAN METODE PENELITIAN. diberi lima perlakuan. Domba yang digunakan ini adalah domba lokal yang

I. PENDAHULUAN. Teknologi Inseminasi Buatan (IB) atau dikenal dengan istilah kawin suntik pada

PERBANDINGAN KUALITAS SEMEN KAMBING KEJOBONG DAN KAMBING KACANG DI JAWA TENGAH ABSTRACT

BAHAN DAN METODE PENELITIAN. Objek yang digunakan adalah semen yang berasal dari lima kambing

TUGAS AKHIR - SB Oleh: ARSETYO RAHARDHIANTO NRP DOSEN PEMBIMBING : Dra. Nurlita Abdulgani, M.Si Ir. Ninis Trisyani, MP.

Tatap mukake 8&9. Universitas Gadjah Mada

II KAJIAN KEPUSTAKAAN. betina dengan kambing Etawah jantan. Berdasarkan tipe kambing PE digolongkan

penampungan [ilustrasi :1], penilaian, pengenceran, penyimpanan atau pengawetan (pendinginan dan pembekuan) dan pengangkutan semen, inseminasi, pencat

PERBANDINGAN KAWIN ALAM DAN INSEMINASI BUATAN TERHADAP PERSENTASE KEBUNTINGAN, LAMA BUNTING, LITTER SIZE DAN BOBOT LAHIR KELINCI NEW ZEALAND WHITE

PENDAHULUAN. sehingga dapat memudahkan dalam pemeliharaannya. Kurangnya minat terhadap

I PENDAHULUAN. dikembangkan di Indonesia. Sistem pemeliharannya masih dilakukan secara

BAB III MATERI DAN METODE. Penelitian dilaksanakan pada tanggal 2 Maret 2015 sampai 25 Mei 2015.

III BAHAN DAN METODE PENELITIAN. Objek Penelitian yang digunakan adalah semen yang didapat dari lima

I. PENDAHULUAN. Propinsi Lampung memiliki potensi sumber daya alam yang sangat besar untuk

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. kelamin sehingga tidak menimbulkan kematian pada anak atau induk saat

Pengaruh Pemberian Susu Skim dengan Pengencer Tris Kuning Telur terhadap Daya Tahan Hidup Spermatozoa Sapi pada Suhu Penyimpanan 5ºC

MATERI DAN METODE. Lokasi dan Waktu

Motilitas dan Daya Hidup Spermatozoa Ayam Dalam Pengencer Glukosa Kuning Telur Fosfat pada Penyimpanan 3-5 C

lebih dari 219 juta ekor (1992) dan merupakan 63,79% dari jumlah semua unggas yang dibudidayakan di Indonesia secara nasional dengan kontribusi daging

MAKALAH BIOTEKNOLOGI PETERNAKAN MEMBRAN PLASMA UTUH. Jurusan Peternakan Fakultas Pertanian. Universitas Sebelas Maret. Surakarta

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Kambing Jawarandu merupakan kambing lokal Indonesia. Kambing jenis

PENGARUH TINGKAT PENGENCERAN TERHADAP KUALITAS SPERMATOZOA KAMBING PE SETELAH PENYIMPANAN PADA SUHU KAMAR

I PENDAHULUAN. berasal dari daerah Gangga, Jumna, dan Cambal di India. Pemeliharaan ternak

II KAJIAN KEPUSTAKAAN. dan sekresi kelenjar pelengkap saluran reproduksi jantan. Bagian cairan dari

I. PENDAHULUAN. jika ditinjau dari program swasembada daging sapi dengan target tahun 2009 dan

PENGARUH LEVEL GLISEROL DALAM PENGENCER TRIS- KUNING TELUR TERHADAP MEMBRAN PLASMA UTUH DAN RECOVERY RATE SPERMA KAMBING PERANAKAN ETAWAH POST THAWING

APLIKASI IB DENGAN SPERMA HASIL PEMISAHAN DI SUMATERA BARAT

PENGARUH UMUR PEJANTAN DAN FREKUENSI PENAMPUNGAN TERHADAP VOLUME DAN MOTILITAS SEMEN SEGAR SAPI SIMMENTAL DI BALAI INSEMINASI BUATAN LEMBANG

3. METODE PENELITIAN

CARA MUDAH MENDETEKSI BIRAHI DAN KETEPATAN WAKTU INSEMINASI BUATAN (IB) PADA SAPI INSEMINASI BUATAN(IB).

DAYA HIDUP SPERMATOZOA EPIDIDIMIS KAMBING DIPRESERVASI PADA SUHU 5 C

PENDAHULUAN. Latar Belakang. setiap tahunnya, namun permintaan konsumsi daging sapi tersebut sulit dipenuhi.

I. PENDAHULUAN. Kebutuhan protein hewani di Indonesia semakin meningkat seiring dengan

IV HASIL DAN PEMBAHASAN. menggunakan metode artificial vagaina (AV). Semen yang didapatkan kemudian

BAHAN DAN METODE PENELITIAN

Pengaruh Penambahan Streptomycin dalam Skim Kuning Telur Sebagai Pengencer terhadap Kualitas Semen Ikan Mas (Cyprinus Carpio L.)

MATERI DAN METODE. Tempat dan Waktu Penelitian. Penelitian ini dilakukan pada bulan November 1999 sampai dengan

KONSERVASI SEMEN AYAM BURAS MENGGUNAKAN BERBAGAI PENGENCER TERHADAP FERTILITAS DAN PERIODE FERTIL SPERMATOZOA PASCA INSEMINASI BUATAN

MATERI DAN METODE. Gambar 1. Kelinci Penelitian

Semen beku Bagian 2: Kerbau

PENDAHULUAN. Latar Belakang. Dalam usaha meningkatkan penyediaan protein hewani dan untuk

BAB I PENDAHULUAN. agar diperoleh efisiensi dan efektifitas dalam penggunaan pejantan terpilih,

I. PENDAHULUAN. Perkembangan peternakan mempunyai tujuan utama untuk meningkatkan

Spermatogenesis dan sperma ternak

PENGGUNAAN TELUR ITIK SEBAGAI PENGENCER SEMEN KAMBING. Moh.Nur Ihsan Produksi Ternak Fakultas Peternakan Universitas Brawijaya, Malang ABSTRAK

TEHNIK PENGENCERAN PADA PEMBUATAN CHILLING SEMEN SAPI

III. MATERI DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Mei sampai dengan Juli 2013 di. Balai Inseminasi Buatan Tenayan Raya, Pekanbaru.

III BAHAN DAN METODE PENELITIAN. Objek penelitian menggunakan semen kambing Peranakan Etawah

MAKALAH BIOTEKNOLOGI PETERNAKAN PENINGKATAN POPULASI DAN MUTU GENETIK SAPI DENGAN TEKNOLOGI TRANSFER EMBRIO. DOSEN PENGAMPU Drh.

PENGARUH METODE PERKAWINAN TERHADAP KEBERHASILAN KEBUNTINGAN DOMBA LOKAL PALU. The Effect of Mating Method on Successful Pregnancy of Palu Local Sheep

HASIL DAN PEMBAHASAN. Karakteristik Fisik Reproduksi Lele dumbo. Tabel 4 Karakteristik fisik reproduksi lele dumbo

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Kualitas spermatozoa epididimis sapi Peranakan Ongole (PO) yang disimpan pada suhu 3-5 C

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. lokal seperti Domba Ekor Gemuk (DEG) maupun Domba Ekor Tipis (DET) dan

PENGARUH PENAMBAHAN GLUTATHIONE

HASIL DAN PEMBAHASAN

DAYA HIDUP DAN ABNORMALITAS SPERMA ENTOK (Cairina moschata) YANG DITAMPUNG 3 DAN 6 HARI SEKALI DALAM PENGENCER YANG BERBEDA SKRIPSI.

PROGRAM KREATIVITAS MAHASISWA. DAYA TAHAN SPERMATOZOA SAPI FRISIEN HOLSTEIN DALAM BERBAGAI BAHAN PENGENCER PADA SUHU 5 o C BIDANG KEGIATAN : PKM-AI

KAJIAN KEPUSTAKAAN. 2.1 Deskripsi dan Klasifikasi Kambing Peranakan Etawah (PE) Kambing PE adalah hasil persilangan antara Etawah dan kambing kacang.

BAB III MATERI DAN METODE. Penelitian dilaksanakan pada tanggal 20 Maret hingga 27 April 2017 di

KAWIN SUNTIK/INSEMINASI BUATAN (IB) SAPI

HASIL DAN PEMBAHASAN

III. METODOLOGI 3.1 Waktu dan Tempat 3.2 Induk 3.3 Metode Penelitian

L.N. Varasofiari, E.T. Setiatin, dan Sutopo Fakultas Peternakan dan Pertanian Universitas Diponegoro, Semarang ABSTRACT ABSTRAK

OBSERVASI KUALITAS SPERMATOZOA PEJANTAN SIMMENTAL DAN PO DALAM STRAW DINGIN SETELAH PENYIMPANAN 7 HARI PADA SUHU 5 C

BAB III MATERI DAN METODE

HASIL DAN PEMBAHASAN. domba lokal yang digunakan dalam penelitian inibaik secara makroskopis

Tatap muka ke 4&5 PENILAIAN ATAU EVALUASI SPERMA

JURNAL INFO ISSN :

Transkripsi:

TEKNOLOGI KAWIN SUNTIK(INSEMINASI BUATAN) PADA TERNAK KELINCI R. Denny Purnama Balai Penelitian TernakPO.Box 221 Bogor 16002 RINGKASAN Kawin suntik atau inseminasi buatan (IB) adalah suatu terobosan teknologi reproduksi yang telah dikembangkan di Indonesia dan aplikasinya pada ternak sapi telah memasyarakat. Khususnya ternak kelinci teknologi IB baru dimanfaatkan secara terbatas pada bidang penelitian. Keuntungan teknik IB dalam usaha pembibitan kelinci adalah dapat membatasi jumlah pejantan yang dipelihara. Pada tulisan ini akan membahas mengenai cara kawin suntik (IB) pada kelinci secara lengkap mulai dari cara penampungan semen,proses evaluasi semen, proses pengenceran semen, induksi ovulasi dan cara melakukan IB. Mudah-mudahan apa yang ditulis dapat memberikan manfaat pada kemajuan usaha budidaya kelinci di Indonesia. Kata Kunci : Kawin Suntik.Kelinci. PENDAHULUAN Teknologi kawin suntik atau dikenal dengan Inseminasi Buatan (IB) metupakan terobosan teknologi reproduksi yang telah lama dikembangkan di Indonesia dan aplikasinya pada temak sapi telah memasyarakat. Aplikasi teknologi ini pada ternak kelinci, khususnya di negara-negara maju seperti di Eropa (Jetman, Prancis, Italy, Hungary dan lain-lain) telah dimanfaatkan dengan baik sehingga mampu berperan dalam pengembangan peternakan kelinci dinegara tersebut. Teknik IB apabila dilakukan dalam usaha pembibitan dengan skala besar, sangat efisien karena dapat membatasi penggunaan pejantan secara drastis (Sartika., 1994). Di Indonesia pemanfaatan teknologi IB pada ternak kelinci masih sangat terbatas dan belum memasyarakat, umumnya dilakukan berkaitan dengan penelitian untuk pengujian fertilitas. Untuk memacu perkembangan budidaya ternak kelinci di Indonesia, maka pemanfaatan teknologi IB sudah saatnya dimasyarakatkan dan diharapkan dapat menggairahkan usaha beternak kelinci, terutama untuk kelinci Ras. PENGERTIAN Teknologi IB adalah suatu proses mendepositkan semen kedalam saluran reproduksi betina yang sedang estrus dengan bantuan alat buatan manusia (Hafez dkk., 2000 ). Tujuan penulisan makalah ini adalah untuk memberikan informasi secara lengkap mengenai teknik IB pada ternak kelinci clan upaya-upaya yang menunjang keberhasilan kawin suntik tersebut. Dari 46 Pusat Penelitian dan Pengembangan Peternakan

informasi yang disampaikan diharapkan dapat bermanfaat bagi peternak kelinci terutama yang berusaha pada pembibitan kelinci clan penyuluh lapangan sehingga usaha budidaya kelinci clapat lebih berkembang di Indonesia. Bahan clan Alat BAHAN DAN CARA KERJA 1. Ternak kelinci pejantan unggul yang akan diambil semennya. 2. Ternak kelinci betina yang akan di IB clan ternak betina yang akan digunakan sebagai pemancing pejantan pada waktu pengambilan semen. 3. Peralatan untuk menampung semen terdiri dari : a) Vagina buatan yang dirancang untuk ternak kelinci, b) bahan pelicin (KY Jelly atau vaselin), c) air panas yang disimpan dalam thermos, d) tabung gelas yang berskala untuk menampung semen,gelas piala, thermometer clan kertas tissue. 4. Peralatan untuk evaluasi semen yang terdiri dari : a) mikroskop, b) 1 set Haemocytometer, c) ph meter, d) gelas objek, e) gelas penutup clan f) pipet Pasteur. (Gambar 1). Untuk dilapangan peralatan evaluasi semen akan sulit didapat, oleh sebab itu cukup melakukan pemeriksaan secara organoleptik. Gambar 1. Peralatan untuk evaluasi semen 5. Bahan pengencer (Larutan Na Cl fisiologis 0,90 % ) 6. Bahan clan peralatan untuk melakukan kawin suntik yang terdiri dari : a) hormon untuk induksi ovulasi seperti HCG (Human Chorionic Gonadotropin) dengan merek Chorulon atau dapat juga menggunakan hormon jenis lain seperti LH (Luteinizing Hormone) dengan merek Receptal, b) semen cair kelinci (yang telah diencerkan), c) Kateter IB yang dirancang untuk kelinci clan spuit ukuran 1 ml. Badan Penelitian clan Pengembangan Pertanian 47

A. Cara penampungan semen kelinci CARA KERJA Penjantan kelinci yang akan ditampung semennya dipilih, pejantan yang sehat dan unggul, yang memiliki libido tinggi dan memiliki catatan reproduksi yangbaik. Vagina buatan yang telah disiapkan diisi dengan air hangat dengan suhu 39-41 C (diukur dengan thermometer) sampai inner liner menyempit. Selanjutnya mulut vagina buatan diolesi dengan bahan pelicin dan tabung penampung yang telah ditutup dengan alumunium foil dipasangkan pada bagian belakang dari vagina buatan. Proses penampungan dilakukan dikandang pejantan dengan cara memasukan kelinci betina sebagai pemancing. Pada saat libido pejantan sudah terangsang biasanya pejantan akan menaiki betina dan pada saat pejantan ereksi ; vagina buatan yang dipegang pada tangan kanan disorongkan kearah penis pejantan dan biasanya akan terjadi ejakulasi. Untuk mendapatkan kualitas semen yang baik, penampungan semen sebaiknya dilakukan dua kali ejakulasi. Dari pengalaman, sering terjadi pada ejakulasi pertama tidak ads spermanya (kosong) dan hanya berisi plasma semen. B. Proses Evaluasi semen Evaluasi semen diperlukan untuk mengetahui kualitas semen yang ditampung, sehinggadari hasil pemeriksaan dapat ditentukanjumlah bahan pengencer yang akan ditambahkan. Pemeriksaan semen meliputi 1. Pemeriksaan makroskopis yaitu pemeriksaan organoleptik yang terdiri dari pengukuran volume, mencium bau, warns, pengukuran ph dan memeriksa kekentalan (konsistensi). 2. Pemeriksaan mikroskopis terdiri dari pemeriksaan gerakan massa, konsentrasi dan motilitas. Pada pemeriksaan dengan harus menggunakan mikroskop dan dikerjakan di laboratotium. Untuk pemeriksaan motilitas, digunakan preparat ulas dengan pewarnaan Eosin (Aminah. dan Layla, 2000). Gambaran hasil determinasi semen dapat dilihat pada Tabel 1. C. Pengenceran semen Tujuan pengenceran semen adalah untuk memperbanyak volume semen sampai dengan konsentrasi tertentu, sehingga dapat menginseminasi betina dalamjumlah banyak ( Taurin, 1977). Untuk kawin suntik dengan menggunakan semen segar, bahan pengencer yang biasa dipakai adalah larutan NaCl fisiologis 0,90 % karena larutan ini memiliki tekanan osmotic yang equivalen dengan darah. 48 Pusat Penelitian dan Pengembangan Peternakan

Prosiding Temu Teknis Fungsional Non Penefti 2003 Tabel. 1. Gambaran hasil determinasi semen Kelinci Rex. engamatan No. Pejanta Rata-Rata Makroskopis volume(ml) 0,4 0,6 0,7 0,56 Warns Putih susu Putih susu Putih susu Putih susu Bau Akasia Akasia Akasia Akasia ph 6.9 7 7 6,96 Kekentalan Sedang Sedang Sedang Sedang Mikroskopis a.gerakan massa +++ ++ +++ +++ b.konsentrasi(jutalml) 260 310 330 300 b.motilitas % 60 BO 70 76,6 esim u an : +++, % u a = arum onsentrasi - 0 uta Sumber Balitnak Untuk semen yang disimpan, bahan pengencer yang dipakai adalah tras kuning telur, larutan gula (lifos) dan aquades dengan perbandingan masing-masing 10%, 5% dan 85%. Lifos merupakan larutan bergula yang berguna sebagai sumber energi, sedangkan kuning telur mengandung lipoprotein dan lesitin yang berguna untuk menjaga sel sperms dari Cold Shock akibat dari pendinginan. Untuk mencegah timbulnya bakteri, dapat ditambahkan antibiotika yaitu 1000-IU Streptomisin dan 1000 - IU Penisilin per mililiter pengencer. Setelah semen selesai diperiksa dan diketahui kualitasnya dan kuantitasnya,maka dapat segera ditambahkan bahan pengencer dengan jumlah tertentu untuk mendapat kan konsentrasi yang diinginkan. Sebagai contoh, untuk pengenceran semen pejantan kelinci Rex No A 82 dengan volume semen 0,6 cc dan konsentrasi 310 juts sel,jika akan melakukan inseminasi maka terlebih dahulu hates diencerkan. Untuk 20 ekor induk dengan dosis IB 0,5 cc/ekor maka diperlukan penambahan bahan pengencer adalah 9,4 cc. Perhitungan konsentrasi sperma motil IB adalah sebagai berikut Konsentrasi sperms motil IB/ Ekor = Volume X Konsentrasi X Motilitas Jumlah ternak yang di = 0,6 X 310.106 X 80% = 148.8. 106 = 7.44 Juta 20 20 Dengan dosis IB 0,5 cc/ekor berarti konsentrasi semen IB adalah 7.44 Juta sperms motil. Dosis IB dengan konsentrasi 7.44 Juta telah memenuhi persyaratan sesuai dengan yang dilaporkan Subandi (1983), bahwa konsentrasi sperma motil 1 juta, 4 juts, 7 juts dan 10juts tidak berbeda nyata terhadap persentase kebuntingan, lama bunting, litter size dan bobot lahir. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian 49

D. Induksi Ovulasi Pada kegiatan IB induksi ovulasi diperlukan untuk sinkronisasi estrus sehingga dapat dilakukan IB secara serentak. Waktu yang tepat untuk induksi adalah 5-6jam sebelum IB dilakukan. Preparat hormon yang digunakan untuk IB kelinci adalah HCG atau dapat jugs memakai hormon LH (Luteinizing Hormone) secara intravena dengan dosis 30 IU/ekor. E. Cars melakukan Inseminasi Buatan (LB) Inseminasi buatan dilakukan 5 jam setelah penyuntikan hormon HCG. Semen cair hasil pengenceran diisap dengan keteter khusus yang dirancang untuk ternak kelinci sebanyak 0,5 cc, kemudian kateter dimasukkan ke dalam vagina dengan ujung yang membengkok diarahkan kepunggung induk kelinci ; setelah bagian yang membengkok masuk kateter diputar 180 dan terus didorong secara hati-hati sampai menyentuh serviks uteri. Selanjutnya semen cair disemprotkan perlahan-lahan dan kateter ditarik keluar. Kateter IB yang telah dipakai dibersihkan dengan NaCl fisiologis dan disterilkan. Untuk kesehatan reproduksi, sebuah kateter IB sebaiknya dipakai untuk satu induk. HASIL DAN PEMBAHASAN Untuk memperoleh keberhasilan IB pada ternak kelinci perlu memperhatikan faktor-faktor lain yang menunjang diantaranya koleksi dan determinasi semen. Pada waktu koleksi semen, suhu air vagina buatan yang harus sesuai yaitu berkisar 39-41 C. Pada waktu penampungan semen harus dilakukan secara hati-hati jangan sampai karet vagina buatan sobek yang dapat menyebabkan kebocoran. Oleh sebab itu setiap penampungan sebaiknya disediakan beberapa buah vagina buatan sebagai cadangan. Suhu air yang terlalu panas dalam vagina buatan akan menyebabkan kematian sperms, sedangkan jika kurang panas dapat menghambat terjadinya ejakulasi. Demikian jugs dengan air yang bocor dapat mencemari semen dan membunuh sperms. Pada waktu membawa semen, gelas penampung harus ditutup dengan alumunium foil untuk menghindari cahaya matahari yang dapat membunuh sperms. Saat yang paling tepat untuk melakukan kawin suntik adalah 5-6 jam setelah dilakukan induksi ovulasi (penyuntikan hormon), karena pada saat itu diperkirakan telah terjadi ovulasi. Penggunaan semen segar untuk IB sangat dianjurkan karena lebih menjamin keberhasilan IB dibandingkan menggunakan semen yang disimpan. Semen yang disimpan mengalami Cold Shock selama penyimpanan yang dapat menurunkan kualitas semen. Untuk perawatan organ reproduksi induk kelinci, kegiatan IB harus dilakukan dengan bersih dan steril terutama pada peralatan yang dipakai. Hal ini penting agar induk dapat melakukan kegiatan reproduksi dalam waktu yang lama. Kateter IB disediakan mencukupijumlah induk yang akan di IB sehingga kateter tidak dipakai untuk induk lain. Kateter IB yang telah dipakai segera dibersihkan dengan Na Cl fisiologis dan disterilkan kemudian dibungkus dengan alumunium foil. 50 Pusat Penelitian dan Pengembangan Peternakan

Pola Ovulasi dan Fertilisasi Waktu yang dibutuhkan rata-rata untuk kapasitasi sperma agar dapat membuahi sel telur adalah sekitar 6jam (Adams, 1981). Kemampuan hidup sperma didalam saluran kelamin betina dapat bertahan selama 30-36 jam, sedang kan sel telur dapat bertahan sekitar 6-8jam ( Cole dan Cupps, 1977 ). Berdasarkan pendapat diatas maka pola ovulasi dan fertilisasi dapat digambarkan pada Gambar 2. Seat Kawin Suntik(16 Saatterjadi Fertilisasi (pembuahan) Gambar2. Gambaran pola ovulasi dan fertilisasi. Deteksi Kebuntingan d _ 1 V 10 Id 1 14 15 16 15 2a----,. Untuk mengetahui keberhasilan kawin suntik (IB) pada ternak kelinci perlu dilakukan deteksi kebuntingan. Deteksi kebuntingan dapat dilakukan 14 hari setelah kawin suntik, yaitu menggunakan teknik palpasi per cutan ventro caudal dengan cara melakukan perabaan foetus pada perut induk bagian bawah ( Sumadia dan Purnama, 2000 ). Untuk memastikan kebuntingan, palpasi ulang perlu dilakukan pada hari ke 21dan pada saat itu foetus kelinci sudah membesar sehingga kesalahan palpasi tidak mungkin terjadi. Jika pada seat palpasi hari ke 21 positip bunting, maka pada hari ke 28 dapat dipersiapkan kotak beranak yang diisi dengan serutan kayu sebagai alas. KESIMPULAN Dari paparan diatas dapat disimpulkan, bahwa teknik IB pada ternak kelinci tidak terlalu sulit amokdilakukan dengan adanya pelatihan. Teknologi ini dapat diadopsi dan dipalikasikan oleh peternak kelinci khususnya yang berusaha dibidang pembibitan sehingga dapat memajukan usaha pengembangan kelinci di Indonesia. UCAPAN TERIMA KASIH Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada Bapak Ir. Buyung Taurin dan Ibu Dra Iis Arifiantini Msi, StafPengajar Bagian Reproduksi Fakultas Kedokteran Hewan IPB yang telah memfasilitasi penulis amok melakukan magang dalam pelatihan Teknik III pada ternak kelinci dan membantu penyediaan bahan pustaka. Ucapan terima kasih jugs disampaikan untuk Tim pembahas yang telah mengkoreksi tulisan ini sehingga dapat dimuat dalam prosiding. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian 5 1

DAFTAR BACAAN Adams, C.E. 1981. Artificial insemination in rabbit the technique and application to practice. J.Appl. Rabbit Res. 4 : 10-13 Aminah, S.dan Zulqoyah Layla. 2000. Teknik menghitung jumlah sel spermatozoa yang hidup dari semen kambing dengan pewarnaan eosin. Prosiding Temu Teknis Fungsional Non Peneliti Tanggal 5 September 2000. Puslitbangnak Bogor. Cole, H.M. and P.T. Cupps.1977. Reproduction in domesticanimals. 3"' Ed. Academic Press, London. Hafez, E.S.E., B.Hafez. 2000. Reproduction in Farm Animal. 71 Ed. Lippincott Williams & Wilkins, Philadelphia. Purnama.D,1998. Pemanfaatan teknologi kawin suntik (I.B) dalam usaha meningkatkan produktivitas induk kelinci di Indonesia. Prosiding Loka Karya Fungsional Non Peneliti tangga116 Desember 1998. Puslitbangnak Bogor. Sartika.T 1994. Inseminasi Buatan padakelinci difnjau daribeberapatingkat kelahiran (parity). Prosiding Seminar Hasil Penelitian dan Pengembangan Bioteknologi II tanggal 6-7 September 1994. LIPI Cibinong. Subandi D.S. 1983. Beberapa tingkat konsentrasi sperma motil pada inseminasi buatan kelinci Ras persilangan. Karya Ilmiah Fakultas Peternakan IPB Bogor. Sumadia, IM P dan R.Denny Purnama. 2000. Deteksi kebuntingan kelinci dengan cara palpasi Percutan Ventro Caudal. Prosiding Temu Teknis Fungsional Non Peneliti Tanggal 5 September 2000. Puslitbang Peternakan Bogor Taurin, M.B. 1977. Penyimpanan semen beku dalam bentuk pellet dari sapi Holstein Frishian dan Peranakan Ongole. Thesis Fakultas Peternakan IPB Bogor. 52 Pusat Penelitian dan Pengembangan Peternakan