TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PIKIR DAN HIPOTESIS. 1. Konsep Pemahaman siswa tentang Sejarah Pergerakan nasional

dokumen-dokumen yang mirip
I. PENDAHULUAN. membentuk dan mempersiapkan generasi-generasi yang akan memimpin bangsa

I. PENDAHULUAN. suku bangsa, ras, bahasa, agama, adat-istiadat, maupun lapisan sosial yang ada

LATIHAN PANCASILA SEBAGAI IDEOLOGI TERBUKA

Oleh: As ari SDN 3 Pringapus, Dongko, Trenggalek

MAKALAH PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN GEOSTRATEGI/ KETAHANAN NASIONAL DAN IMPLEMENTASINYA. Dosen Pengampu : Alam Budi Kusuma, S. Pd. I., M. Pd. I.

I. PENDAHULUAN. membuat negera kita aman, bahkan sampai saat ini ancaman dan gangguan

I. PENDAHULUAN. Bangsa Indonesia merupakan suatu bangsa yang majemuk, yang terdiri dari

BAB 1 PENDAHULUAN. disumbangkan oleh adanya interaksi antar manusia, antara guru dan pelajar.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah gerbang yang utama dan pertama dalam usaha

Ketahanan Nasional A. LATAR BELAKANG

I. PENDAHULUAN. Bangsa Indonesia adalah Bangsa yang heterogen, kita menyadari bahwa bangsa

I. PENDAHULUAN. tinggi yang mencapai puncaknya. Seiring berkembangnya zaman, rasa. nasionalisme dikalangan pemuda kini semakin memudar.

PENTINGNYA PEMIMPIN BERKARAKTER PANCASILA DI KALANGAN GENERASI MUDA

BAB I PENDAHULUAN. Terbentuknya negara Indonesia dilatar belakangi oleh perjuangan seluruh bangsa.

2015 PEMBELAJARAN MUATAN LOKAL KE PUI AN PERSATUAN UMAT ISLAM SEBAGAI UPAYA MENANAMKAN KESADARAN SEJARAH

Dinno Mulyono, M.Pd. MM. STKIP Siliwangi 2017

BAB II KAJIAN TEORETIS DAN HIPOTESIS TINDAKAN

dengan pembukaan Undang Undang Dasar 1945 alinea ke-4 serta ingin mencapai

BAB I PENDAHULUAN. suatu upaya melalui pendidikan. Pendidikan adalah kompleks perbuatan yang

BAB I PENDAHULUAN. ini berada dalam genggaman anak bangsa Indonesia sendiri.

BAB I PENDAHULUAN. dimatangkan oleh berbagai pergerakan yang bersifat nasional di daerah-daerah.

Waktu: 8 x 45 Menit (Keseluruhan KD) Standar Kompetensi: Memahami Hakikat Bangsa dan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI)

ALUR PIKIR: KEHIDUPAN NASIONAL

BAB IV MAKNA KEBANGKITAN NASIONAL SEBAGAI TONGGAK PERGERAKAN NASIONAL PADA AWAL ABAD KE XX. 4.1 Kebangkitan Nasional dan Pergerakan Nasional

BAHAN TAYANG MODUL 11 SEMESTER GASAL TAHUN AKADEMIK 2016/2017 RANI PURWANTI KEMALASARI SH.MH.

II. TINJAUAN PUSTAKA. historis. Dalam kamus besar bahasa Indonesia tinjauan berarti menjenguk,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan suatu hal yang amat penting dalam

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Perjalanan panjang sejarah bangsa Indonesia untuk mempertahankan dan

TUGAS AKHIR KULIAH PENDIDIKAN PANCASILA SEMESTER GANJIL T.A. 2011/2012 STMIK AMIKOM YOGYAKARTA

Landasan-landasan ketahanan nasional Pancasila sebagai landasan ideal. Peranan Pancasila sebagai landasan ideal tidak dapat dipisahkan dari kedudukan

BAHAN AJAR KEWARGANEGARAAN

BAB I PENDAHULUAN. bisa menjadi bisa seperti yang terkandung dalam Undang-Undang Sistem. Pendidikan Nasional No. 20 Tahun 2003 pasal 1 yaitu:

PENANAMAN NILAI PATRIOTISME (Analisis Isi Film Merdeka atau Mati Soerabaia 45 Sebagai Media Pembelajaran Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan)

NEGARA KESATUAN REPUBLIK INDONESIA

Maukuf, S,Pd. M.Pd. Pertemuan ke:

MAKALAH KAJIAN KEISLAMAN DAN KEINDONESIAAN MAKNA NASIONALISME DALAM PEMIMPIN. Disusun oleh: Alvi Muhayat Syah

I. PENDAHULUAN. Sejak masuknya bangsa Belanda dan tata-hukumnya di nusantara tahun 1596

BAB I PENDAHULUAN. aktivitasnya berada di luar lingkup universitas atau perguruan tinggi. Organisasi

SAMBUTAN GUBERNUR KALIMANTAN BARAT PADA ACARA PROGRAM PENYEBARAN DAN PENGIBARAN BENDERA MERAH PUTIH Dl PERSADA NUSANTARA

2.1 Beberapa Ancaman Dalam dan Luar Negeri

Kedudukan Pembukaan UUD Anggota Kelompok : -Alfin Anthony -Benadasa -Jeeva Laksamana -Nicolas Crothers -Steven David -Lukas Gilang

SILABUS DAN RPP MATA KULIAH SEJARAH INDONESIA BARU PROGRAM STUDI ILMU SEJARAH S1

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Saat ini globalisasi berkembang begitu pesat, globalisasi mempengaruhi

BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI, DAN REKOMENDASI. Bab ini menyajikan sejumlah kesimpulan yang meliputi kesimpulan

H.M.Umar Djani Martasuta

BAB I PENDAHULUAN. Pasal 3 Undang-Undang Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan

I. PENDAHULUAN. Proklamasi Kemerdekaan yang dikumandangkan oleh Soekarno Hatta pada

ASTAGATRA. Departemen Administrasi Kebijakan Kesehatan Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia. Prof. Drh. Wiku Adisasmito, M.Sc., Ph.D.

BAB 1 PENDAHULUAN. jawab. Sebagaimana yang tertuang dalam pasal 3 Undang-Undang No. 20. tahun 2003 tentang SISDIKNAS yang berbunyi :

BAB I PENDAHULUAN. daya manusia yang bermakna, sangat penting bagi pembangunan nasional.

PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN BELA NEGARA

AMANAT MENTERI SOSIAL RI PADA UPACARA PERINGATAN HARI PAHLAWAN 10 NOVEMBER 2O16

KEWARGANEGARAAN KETAHANAN NASIONAL. Modul ke: Fakultas FEB. Syahlan A. Sume. Program Studi MANAJEMEN.

BAB II IHWAL NILAI NASIONALISME DAN BUKU SEKOLAH ELEKTRONIK SERTA SILABUS. Pada bab II akan dijelaskan tentang hal-hal dibawah ini.

Pendidikan Pancasila. Makna dan Akrualisasi Sila Persatuan Indonesi Dalam Kehidupan Bernegara. Dr. Saepudin S.Ag. M.Si. Modul ke: Fakultas EKONOMI

- 1 - PENJELASAN ATAS UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 12 TAHUN 2010 TENTANG GERAKAN PRAMUKA

II. TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PIKIR, PARADIGMA

UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA JURUSAN PENDIDIKAN SEJARAH FPIPS

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

MENINGKATKAN PEMAHAMAN SISWA DALAM MATERI MENAMPILKAN NILAI-NILAI PANCASILA PADA MATA PELAJARAN

Kajian IPS Mengenai Zaman Pergerakan Nasional

Pengantar Presiden RI pada Hari Pramuka ke-53, di Cibubur, Jakarta, Tgl. 14 Agustus 2014 Kamis, 14 Agustus 2014

BAB I PENDAHULUAN. dan dasar negara membawa konsekuensi logis bahwa nilai-nilai Pancasila harus selalu

Pada pembahasan sebelumnya telah dijelaskan bahwa negara Indonesia adalah negara kepulauan. Sebagai negara kepulauan, Indonesia memiliki wilayah laut

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

ANGGARAN DASAR Tunas Indonesia Raya TIDAR

PIDATO HARI KEBANGKITAN NASIONAL

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

PENGAMALAN PANCASILA DALAM KEHIDUPAN SEHARI-HARI DAN REFORMASI

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Yanti Nurhayati, 2013

Eksistensi Pancasila dalam Konteks Modern dan Global Pasca Reformasi

Mata Kuliah : Ilmu Budaya Dasar Dosen : Muhammad Burhan Amin. Topik Makalah. RUH 4 PILAR KEBANGSAAN DIBENTUK OLEH AKAR BUDAYA BANGSA Kelas : 1-IA21

SAMBUTAN MENTERI NEGARA PEMUDA DAN OLAHRAGA RI PADA ACARA PERINGATAN HARI SUMPAH PEMUDA KE-83 TAHUN 2011

Memahami Budaya dan Karakter Bangsa

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. nilai-nilai patriotisme. Lunturnya nilai-nilai patriotisme pada sebagian masyarakat

PANCASILA HAK ASASI MANUSIA. Dr. Achmad Jamil M.Si. Modul ke: 06Fakultas Ekonomi dan Bisnis. Program Studi S1 Manajemen

BAB I PENDAHULUAN. suatu persamaan-persamaan dan berbeda dari bangsa-bangsa lainnya. Menurut Hayes

LANDASAN PERJUANGAN ANGKATAN MUDA PEMBAHARUAN INDONESIA PENDAHULUAN

Modul ke: GEOSTRATEGI. 11Fakultas Teknik. Yayah Salamah, SPd. MSi. Program Studi MKCU

BAB I PENDAHULUAN. mempertahankan kemerdekaan sampai hingga era pengisian kemerdekaan

KEWARGANEGARAAN WAWASAN NUSANTARA. Modul ke: Fakultas FEB. Syahlan A. Sume. Program Studi MANAJEMEN.

BAB 1 PENDAHULUAN. Manfaat Penelitian, (5) Penegasan Istilah. kuatlah yang membawa bangsa ini mewujudkan cita-citanya. Peran serta

13MKCU. PENDIDIKAN PANCASILA Makna dan aktualisasi sila Persatuan Indonesia dalam kehidupan bernegara. Drs. Sugeng Baskoro,M.M. Modul ke: Fakultas

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG TUGAS KULIAH PANCASILA

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Sejarah Indonesia penuh dengan perjuangan menentang penjajahan.

BAB II KAJIAN PUSTAKA

Aji Wicaksono S.H., M.Hum. Modul ke: Fakultas DESAIN SENI KREATIF. Program Studi DESAIN PRODUK

BAB V SIMPULAN DAN SARAN

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan pada dasarnya adalah usaha sadar untuk. menumbuhkembangkan potensi sumber daya manusia peserta didik dengan cara

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Globalisasi membuat dunia transparan seolah olah tidak mengenal batas antar Negara.

BAB I PENDAHULUAN. masyarakatnya harus memiliki pendidikan yang baik. Sebagaimana tujuan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. kemampuan teknis (skill) sampai pada pembentukan kepribadian yang kokoh

BAB I PENGANTAR. 1.1 Latar Belakang Masalah. Kepemimpinan adalah bagian dari kehidupan manusia, dan haruslah

BAB I PENDAHULUAN. potensi dirinya melalui proses pembelajaran atau cara lain yang dikenal dan diakui

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG B. RUMUSAN MASALAH

Assalamu alaikum Wr. Wb. Salam Sejahtera bagi kita semua.

Transkripsi:

8 II. TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PIKIR DAN HIPOTESIS A. Tinjauan Pustaka 1. Konsep Pemahaman siswa tentang Sejarah Pergerakan nasional a. Pemahaman Pemahaman berasal dari kata paham yang mempunyai arti mengerti benar, sedangkan pemahaman merupakan proses perbuatan cara memahami (Em Zul, Fajri & Ratu Aprilia Senja, 2008 : 607-608) Menurut Poesprodjo (1987: 52-53)bahwa: bukan kegiatan berpikir semata, melainkan pemindahan letak dari dalam berdiri disituasi atau dunia orang lain. Mengalami kembali situasi yang dijumpai pribadi laindidalam erlebnis (sumber pengetahuan tentang hidup, kegiatan melakukan pengalaman pikiran), pengalaman yang terhayati. Pemahaman merupakan suatu kegiatan berpikir secara diam-diam, menemukan dirinya dalam orang lain. Pemahaman ( comprehension), kemampuan ini umumnya mendapat penekanan dalam proses belajar mengajar. Menurut Bloom Benyamin(1975: 89)bahwa: behaviors, or responses which represent an understanding of the literal message.artinya : Disini menggunakan pengertian pemahaman mencakup tujuan, tingkah laku, atau tanggapan mencerminkan sesuatu pemahaman pesan tertulis yang termuat dalam satu komunikasi. Oleh sebab itu siswa dituntut memahami atau mengerti apa yang diajarkan, mengetahui

9 apa yang sedang dikomunikasikan dan dapat memanfaatkan isinya tanpa keharusan menghubungkan dengan hal-hal yang lain. Pemahaman mencakup kemampuan untuk menangkap makna dan arti dari bahan yang dipelajari (W.S. Winkel, 1996: 245).W.S Winkel mengambil dari taksonomi Bloom, yaitu suatu taksonomi yang dikembangkan untuk mengklasifikasikan tujuan instruksional. Bloom membagi kedalam tiga kategori, yaitu termasuk salah satu bagian dari aspek kognitif karena dalam ranah kognitif tersebut terdapat aspek pengetahuan, pemahaman, penerapan, analisis, sintesis, dan evaluasi. Keenam aspek di bidang kognitif ini merupakan hirarki kesukaran tingkat berpikir dari yang rendah sampai yang tertinggi. Hasil belajar pemahaman merupakan tipe belajar yang lebih tinggi dibandingkan tipe belajar pengetahuan (Nana Sudjana, 1992: 24) menyatakan bahwa pemahaman dapat dibedakan kedalam 3 kategori, yaitu: 1) Tingkat terendah adalah pemahaman terjemahan, mulai dari menerjemahkan dalam arti yang sebenarnya, mengartikan dan menerapkan prinsip-prinsip, 2) Tingkat kedua adalah pemahaman penafsiran yaitu menghubungkan bagian-bagian terendah dengan yang diketahui berikutnya atau menghubungkan beberapa bagian grafik dengan kejadian, membedakan yang pokok dengan yang tidak pokok dan 3) Tingkat ketiga merupakan tingkat pemaknaan ektrapolasi. Memiliki pemahaman tingkat ektrapolasi berarti seseorang mampu melihat dibalik yang tertulis, dapat membuat estimasi, prediksi berdasarkan pada pengertian dan kondisi yang diterangkan dalam ide-ide atau simbol, serta kemampuan membuat kesimpulan yang dihubungkan dengan implikasi dan konsekuensinya.

10 Sejalan dengan pendapat diatas, (Suke Silversius, 1991: 43-44) menyatakan bahwa pemahaman dapat dijabarkan menjadi tiga, yaitu: 1) Menerjemahkan (translation), pengertian menerjemahkan disini bukan saja pengalihan ( translation), arti dari bahasa yang satu kedalam bahasa yang lain, dapat juga dari konsepsi abstrak menjadi suatu model, yaitu model simbolik untuk mempermudah orang mempelajarinya. Pengalihan konsep yang dirumuskan dengan kata kata kedalam gambar grafik dapat dimasukkan dalam kategori menerjemahkan, 2) Menginterprestasi (interpretation), kemampuan ini lebih luas daripada menerjemahkan yaitu kemampuan untuk mengenal dan memahami ide utama suatu komunikasi, 3) Mengektrapolasi (Extrapolation), agak lain dari menerjemahkan dan menafsirkan, tetapi lebih tinggi sifatnya. Ia menuntut kemampuan intelektual yang lebih tinggi. Menurut Suharsimi Arikunto (1995: 115) pemahaman ( comprehension) siswa diminta untuk membuktikan bahwa ia memahami hubungan yang sederhana diantara fakta-fakta atau konsep. Berdasarkan beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa pemahaman merupakan sebuah proses mencakup kemampuan untuk menangkap makna dan arti dari bahan yang dipelajari sehingga terdapat hubungan yang sederhana sehingga seseorang mampu membuat estimasi dan kesimpulan yang dihubungkan dengan implikasi dan konsekuensi. b. Konsep Sejarah Pergerakan Nasional Sejarah pergerakan nasionalis Indonesia merupakan sejarah yang mencakup aliran-aliran historis yang menuju kearah pembentukan nasionalisme

11 Indonesia.Pemahaman sejarah nasionalisme Indonesia berarti pengetahuan atau penguasaan atau peristiwa-peristiwa penting yang berlangsung dari tahun 1908-1945, yaitu dari berdirinya Budi Utomo sampai terbentuknya Bangsa Indonesia.Peristiwa-peristiwa yang dimaksud adalah rangkaian upaya melepaskan diri dari belenggu penjajah untuk menjadi negara yang berdaulat, adil dan makmur. Sejarah pergerakan nasional Indonesia sebagai fenomena historis adalah hasil dari perkembangan faktor ekonomi, sosial, politik, kulutural dan religius yang saling interaksi.oleh karena itu, sejarah pergerakan nasional Indonesia dapat dianggap gerakan ekonomi, sosial, politik, dan kultural yang memperjelas motivasi dan orientasi aktivitas organisasi pergerakan (Suhartono, 1994:3, dalam Trisnowaty, 2007:25). Dadot Eko (2010) dalam studi terbarunya menyatakan bahwa pergerakan nasional Indonesia mempunyai pengertian sebagai berikut: a. Pergerakan kemerdekaan. Dengan organisasi ini menunjuk bahwa aksi tersebut disusun secara teratur, dalam arti ada pemimpinnya, anggota, dasar dan tujuan yang ingin dicapai. Penggunaan organisasi modern ini menunjukkan adanya perbedaan dengan yang terjadi sebelumnya, yakni perjuangan dalam melawan penjajah sebelum tahun 1908. b. Nasional Isti organisasi modern yang mencakup semua aspek kehidupan, seperti ekonomi, sosial, politik, budaya, dan kultural. Adapun tujuannya adalah melawan penjajahan untuk digantikan dengan kekuasaan yang dipegang oleh bangsa Indonesia sendiri. Istilah Nasional dalam hal ini oleh Sartono Kartodirdjo (1990) individu-individu yang dipersatukan oleh ikatan politik, bahasa, kultural dan sebagainya.

12 c. Indonesia pergerakan nasional dan dengan makin majunya pergerakan nasional, maka Sejarah Pergerakan Nasional yang dimulai dari berdirinya Budi Utomo (BU) sampai dengan mencapai kemerdekaan 1945, dapat dibagi menjadi beberapa masa, yakni : 1. Masa Awal Perkembangan, yang ditandai dengan berdirinya organisasi seperti : Budi Utomo (BU), Sarekat Islam ( SI), dan Indische Partij ( IP). 2. Masa Radikal, ditandai dengan berdirinya Partai Komunis Indonesia ( PKI), Partai Nasional Indonesia ( PNI) dan Perhimpunan Indonesia ( IP). 3. Masa Bertahan, ditandai dengan berdirinya Fraksi Nasional, Petisi Sutardjo, dan Gabungan Politik Indonesia ( GAPI). Makna sejarah nasional berbeda dengan perjuangan sebelumya. Selain karena tidak lagi bersifat kedaerahan, proses pergerakan nasional tujuannya adalah mencapai Indonesia merdeka, di jiwai oleh semangat persatuan dan kesatuan sehingga melahirkan momentum sejarah yang penting yaitu pertama kebangkitan nasional yang diawali oleh lahirnya Budi Utomo tanggal 20 Mei 1908 telah membuka jalan kearah kesadaran rakyat Indonesia sebagai bangsa yang mempunyai kehendak dan hak-hak sebagai manusia merdeka. Kedua yaitu sumpah pemuda pada tanggal 28 Oktober 1928 merupakan formalitas konkrit dari kenyataan kesadaran nasional terwujud nyata melalui konggres pemuda yang mengeluarkan statemen satu tanah air, satu bangsa dan satu bahasa. Ini sebagai bukti nyata peran pemuda yang sangat besar. Ketiga adalah proklamasi kemerdekaan pada 17 Agustus 1945 sebagai klimaks total nilai pergerakan yang bersifat nasional. Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa sejarah pergerakan nasional Indonesia adalah bagian dari Sejarah Indonesia yang meliputi kurun waktu sekitar 40 tahun, yakni dimulai sejak lahirnya Budi Utomo sebagai organisasi nasional

13 yang pertama sampai dengan terbentuknya bangsa Indonesia 1945 yang ditandai oleh Proklamasi Kemerdekaan Indonesia. Tidak dapat dipungkiri bahwa Sejarah Pergerakan Nasional sebagai fenomena historis adalah hasil dari perkembangan faktor ekonomi, sosial, politik, kultural dan religius dan di antara faktor-faktor itu saling terjadi interelasi (saling terkait). Nilai terpenting yang dapat di ambil dari sejarah pergerakan nasional adalah nilai cinta tanah air, persatuan, kesatuan, maupun rasa kebangsaan dalam upaya menumbuhkan rasa bela negara. (Trisnowaty, 2007:25) Sedangkan momentum penting yang bisa menjadi tanda pergerakan nasional Indonesia yang penting untuk dipahami oleh siswa yaitu: 1. Kebangkitan nasional yang diawali oleh lahirnya Budi Utomo tanggal 20 Mei 1908 telah membuka jalan kearah kesadaran rakyat Indonesia sebagai bangsa yang mempunyai kehendak dan hak-hak sebagai manusia merdeka. Hal ini di ikuti dengan tumbuh kembangnya organisasi-organisasi lain sebagai wadah dan bentuk perjuangan. 2. Sumpah pemuda pada tanggal 28 Oktober 1928 merupakan formalitas konkrit dari kenyataan kesadaran nasional terwujud nyata melalui konggres pemuda yang mengeluarkan statemen satu tanah air, satu bangsa dan satu bahasa. Ini sebagai bukti nyata peran pemuda yang sangat besar. 3. Proklamasi kemerdekaan pada 17 Agustus 1945 sebagai klimaks total nilai pergerakan yang bersifat nasional. Pemahaman siswa tentang sejarah pergerakan Nasional Indonesia berarti bahwa siswa mengerti arti penting dari pergerakan nasional dan bisa membangkitkan

14 semangat nasionalisme dan terimplementasi dalam kehidupan sehari-hari sebagai bentuk pemahaman dan konsep berfikir. 2. Konsep Ketahanan Nasional siswa di Sekolah 2.1 Ketahanan Nasional Ketahanan nasional adalah suatu kondisi dinamis suatu bangsa yang terdiri atas ketangguhan serta keuletan dan kemampuan untuk mengembangkan kekuatan nasional dalam menghadapi segala macam dan bentuk ancaman, tantangan, hambatan dan gangguan. Baik yang datang dari dalam maupun luar, secara langsung maupun yang tidak langsung yang mengancam dan membahayakan integritas, identitas, kelangsungan hidup bangsa dan negara. Serta perjuangan dalam mewujudkan tujuan dan cita-cita perjuangan nasional. Sekarang ini bentuk-bentuk ancaman dari dalam bukan seperti pemberontakan atau subversi yang berasal atau terbentuk dari masyarakat Indonesia.Begitu pula ancaman yang dari luar bukan seperti infiltrasi atau intervensi kekuatan kolonilaisme dan imperialisme.namun, ancamannasionalisme yang semakin menipis. (Deputi Pemberdayaan Pemuda Kemenegpora-RI, 2010: 13). Kehidupan global sekarang telah memaksa kita untuk menggelar strategi penangkalan berlapis, dengan ciri dan peran yang khas bagi setiap lapisnya. Tiap lapis ditunjang dan menunjang lapis lainnya secara timbal balik sehingga membentuk satu arsitektur penangkalan yang sinergis dalam menghadapi dinamika lingkungan yang semakin cepat dan rumit dampaknya (Ikhlasul Amal, 1996). Lingkaran penangkalan I berupa ketahanan Pribadi (TANPRI) merupakan lingkaran penangkalan terdalam bagi ketahanan nasional (TANNAS), terutama

15 dalam menghadapi erosi moral erosi kebangsaan dan berbagai bentuk penyelewengan. Pada lapis penangkalan I, berupa keuletan pribadi pada dasarnya berakar pada keimanan dan ketakwaan serta penghayatan pada rasa, faham, dan semangat kebangsaan atau nasionalisme. Disini keberhasilan secara nasional dalam membentuk karakter kepribadian merupakan kunci dari unsur penangkalan pertama ini dalam mengembangkan Paham Nasionalisme. Lingkaran penangkalan II berupa ketahan daerah/wilayah (TANRAH/WIL). Disini konfigurasi geografis serta cirri masyarakat kita yang heterogen, tingkat pendidikan, dan kondisi social ekonomi mengisyaratkan pentingnya TANRAH/WIL. Lingkaran penangkalan III berupa TANNAS, yaitu sebagai hasil sinergi dari TANRAH/WIL yang ada di seluruh Indonesia, yang berarti pula ia merupakan sinergi dari setiap ketahanan di dalam setiap aspek kehidupan. Pada lapisan penangkalan III ini, keuletan diwujudkan dalam bentuk persatuan dan kesatuan, atau terwujudnya secara amanat wawasan nusantara. 2.2 Nasionalisme Nasionalisme berasal dari kata nation (bangsa). Nasionalisme adalah suatu paham atau ajaran untuk mencintai bangsa dan negara atas kesadaran keanggotaan/warga negara yang secara potensial bersama-sama mencapai, mempertahankan dan mengabdikan identitas, integritas serta kemakmuran dan kekuatan bangsanya. Nasionalisme juga adalah paham yang menciptakan dan mempertahankan kedaulatan sebuah negara dengan mewujudkan satu konsep identitas bersama untuk kelompok manusia. Nasionalisme merupakan perpaduan dari rasa kebangsaan dan paham kebangsaan. Dengan semangat kebangsaan yang tinggi,

16 kekhawatiran akan terjadinya ancaman terhadap keutuhan bangsa akan dapat dihindarkan. ngsaan yang mengandung makna kesadaran dan semangat cinta tanah air; memiliki rasa dan semangat berkorban untuk melawan bangsa kemudian menurut L. Stoddard dimiliki oleh sebagian terbesar individu dimana mereka menyatakan rasa kebangsaan sebagai perasaan memiliki secara bersama di dalam s adalah suatu paham yang berpendapat bahwa kesetiaan tertinggi individu harus Nasionalisme memiliki beberapa bentuk-bentuk menurut Retno Listyarti (2007:28) antara lain : 1. Nasionalisme kewarganegaraan (nasionalisme sipil) adalah nasionalisme dimana negara memperoleh kebenaran politik dari partisipasi aktif rakyatnya. Keanggotaan suatu bangsa bersifat sukarela. Bentuk nasionalisme ini mula-mula di bangun oleh Jean-Jacques Rousseau dan menjadi bahan tulisannya. 2. Nasionalisme etnis atau etnonasionalisme, adalah dimana negara memperoleh kebenaran politik dari budaya asal atau etnis sebuah masyarakat. Keanggotaan suatu bangsa bersifat turun-temurun. 3. Nasionalisme romantik (disebut pula nasionalisme organik, nasionalisme identitas), adalah bentuk nasionalisme etnis dimana negara memperoleh kebenaran politik sebagai suatu yang alamiah (organik) dan merupakan ekspresi dari bangsa atau ras. Nasionalisme romantik menitikberatkan pada budaya etnis yang sesuai dengan idealisme romantik. 4. Nasionalisme budaya, adalah nasionalisme dimana negara memperoleh kebenaran. politik dari budaya bersama dan tidak bersifat turun-temurun seperti warna kulit (ras) atau bahasa.

17 5. Nasionalisme kenegaraan, adalah merupakan variasi nasionalisme kewarganegaraan yang sering dikombinasikan dengan nasionalisme etnis. Dalam nasionalisme kenegaraan, bangsa adalah suatu komunitas yang memberikan kontribusi terhadap pemeliharaan dan kekuatan negara. 6. Nasionalisme agama, adalah nasionalisme dimana negara memperoleh legitimasi politik dari persamaan agama. Penanaman sikap nasionalisme adalah usaha sadar untuk menyiapkan peserta didik (anak didik) dengan melalui kegiatan bimbingan pengajaran dan latihan tentang rasa kebangsaan dan cinta tanah air atau sering dikenal dengan istilah sikap nasionalisme (Madyo Eko Susilo, 1993:7). Nasionalisme adalah rasa cinta setiap elemen bangsa kepada tanah air yang diwujudkan dalam bentuk tindakan untuk memelihara dan melestarikan identitas serta terus berjuang untuk memajukan bangsa dan Negara. Semakin nasionalis seseorang akan semakin mengutamakan kepentingan bangsa dibandingkan kepentingan kelompok atau pribadi. Hal ini selaras dengan karakteristik dari sikap nasionalisme sendiri seperti yang dikemukakan oleh Suparto (1987:54) yaitu: 1. Bangga menjadi bangsa dan bagian masyarakat Indonesia, 2. Mengakui dan mempertahankan dan memajukan negara serta nama baik bangsa, 3. Senantiasa membangun rasa persaudaraan, solidaritas dan kedamaian antar kelompok masyarakat dengan semangat persaudaraan Indonesia, 4. Menyadari sepenuhnya sebagian dari bangsa lain untuk menciptakan hubungan kerja sama yang saling menguntungkan, 5. Memiliki rasa cinta kepada tanah air Indonesia, 6. Menempatkan kepentingan bersama diatas kepentingan sendiri dan golongan atau kelompoknya. 2.3 Siswa Siswa atau peserta didik merupakan masyarakat sekolah yang menjadi bagian integral dalam satuan organisasi yang formal. Peserta didik yaitu anggota

18 masyarakat yang berusaha mengembangkan potensi diri melalui proses pembelajaran yang tersedia pada jalur, jenjang dan jenis pendidikan tertentu (UUSPN, 2003 : 3). 2.4 Nasionalisme siswa di sekolah Dari beberapa uraian diatas dapat disimpulkan bahwa nasionalisme siswa di sekolah merupakan sebuah aplikasi dari pemahaman siswa mengenai dasar-dasar pemahaman akan nasionalisme yang tercermin dan teraplikasi dalam kehidupan sehari-hari. Oleh karena itu nasionalisme siswa di sekolah dapat dilihat dengan indikator: 1. Cinta terhadap tanah air 2. Rasa persatuan dan Kesatuan 3. Rela berkorban(trisnowaty, 2007:25) B. Kerangka Pikir Ketahanan nasional adalah suatu kondisi dinamis suatu bangsa yang terdiri atas ketangguhan serta keuletan dan kemampuan untuk mengembangkan kekuatan nasional dalam menghadapi segala macam dan bentuk ancaman, tantangan, hambatan dan gangguan. Baik yang datang dari dalam maupun luar, secara langsung maupun yang tidak langsung yang mengancam dan membahayakan integritas, identitas, kelangsungan hidup bangsa dan negara serta perjuangan dalam mewujudkan tujuan dan cita-cita perjuangan nasional. Sekarang ini bentuk-bentuk ancaman dari dalam bukan seperti pemberontakan atau subversi yang berasal atau terbentuk dari masyarakat Indonesia.Begitu pula

19 ancaman yang dari luar bukan seperti infiltrasi atau intervensi kekuatan kolonialisme dan imperialisme. Namun, ancaman- Justru yang menjadi ancaman kita saat ini adalah sikap, dan rasa nasionalisme yang semakin. Untuk menghadapi segala bentuk ancaman Tantangan, Ancaman, Hambatan dan Gangguan (TAHG) perlu adanya strategi penangkalan. Lingkaran penangkalan I berupa ketahanan Pribadi (TANPRI) merupakan lingkaran penangkalan terdalam bagi ketahanan nasional (TANNAS), ter utama dalam menghadapi erosi moral erosi kebangsaan dan berbagai bentuk penyelewengan. Pada lapis penangkalan I, berupa keuletan pribadi pada dasarnya berakar pada keimanan dan ketakwaan serta penghayatan pada rasa, faham, dan semangat kebangsaan atau nasionalisme. Disini keberhasilan secara nasional dalam membentuk karakter kepribadian merupakan kunci dari unsur penangkalan pertama ini dalam mengembangkan Paham Nasionalisme. Siswa sekolah merupakan aset bangsa masa depan yang akan mewarisi segala kehidupan bangsa ini. Oleh karena sejak dini mereka harus memiliki rasa nasionalisme yang tinggi itu untuk bisa menghadapai ancaman dan gangguan yang menggangu stabilitas bangsa nantinya. Salah satunya yang teraplikasi disekolah adalah bagaimana nasionalisme mereka dalam kehidupan sosial siswa di sekolah. Siswa SMK yang masih termasuk golongan pemuda pada masa kini perlu sebuah inspirasi untuk membangkitkan rasa nasionalisme mereka. Salah satunya dari materi sejarah pergerakan nasional.hal ini karena Sejarah Pergerakan Nasional memaparkan tentang bagaimana pemuda pada awal abad XX mampu berjuang

20 dengan jalur dan strategi yang berbeda dari masa sebelumnya. Heroisme pergerakan nasional tumbuh dari pemuda-pemuda yang berlatar belakang dari pendidikan.pendidikan telah membuka mata dan fikiran mereka pada masa itu bahwa perjuangan yang selama ini ada ternyata tidak pernah berhasil dikarenakan masih bersifat kedaerahan.sehingga muncul Budi Oetomo sebagai organisasi perjuangan pertama pada masa pergerakan nasional.selain itu adanya Sumpah Pemuda menjadi gambaran tersendiri bagaimana semangat nasionalisme pemuda pada masa itu. Berdasarkan rujukan di atas dapat dirumuskan bahwa pemahaman siswa tentang sejarah pergerakan nasional mempunyai hubungan terhadap nasionalisme siswa di sekolah sebagai bentuk dari usaha untuk menghadapi Tantangan, Ancaman, Hambatan dan Gangguan (TAHG) dalam ketahanan nasional siswa disekolah. Dari keterangan tersebut, maka peneliti terdorong untuk meneliti hubungan pemahaman siswa tentang sejarah pergerakan nasional Indonesia (X) terhadap ketahanan nasional siswa di sekolah (Y). C. Paradigma Pemahaman siswa tentang Sejarah Pergerakan Nasional Indonesia Ketahanan nasional siswa disekolah Dilihat nasionalisme siswa yaitu: 1. Cinta terhadap tanah air 2. Rasa persatuan dan kesatuan 3. Rela berkorban (Trisnowaty, 2007:25) Keterangan : garis hubungan D. Hipotesis

21 Hipotesis adalah jawaban sementara terhadap masalah yang diteliti dan kebenaranya harus diuji melalui penelitian,dimana dugaan tersebut belum tentu benar. Yang menjadi hipotesis dalam penelitian ini adalah: Ada hubungan yang positif dan signifikan antara pemahaman siswa tentang sejarah pergerakan nasional Indonesia dengan nasionalisme siswa kelas X SMK N 4 Bandar Lampung Tahun Pelajaran 2011/2012. Berarti ada kecenderungan semakin tinggi pemahaman siswa tentang sejarah pergerakan nasional Indonesia, semakin tinggi rasa dan sikap nasionalisme siswa.