BAB I PENDAHULUAN. Indonesia belum memiliki ketahanan pangan yang cukup. Barat unggul di tanaman pangan yang tersebar merata pada seluruh Kabupaten

dokumen-dokumen yang mirip
Sebelah Selatan, berbatasan dengan Kabupaten Ciamis dan Kabupaten Tasikmalaya. Sebelah Barat, berbatasan dengan Kabupaten Sumedang.

PENDUDUK, TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI

JUMLAH PERUSAHAAN INDUSTRI BESAR DAN SEDANG DENGAN JUMLAH TENAGA KERJA DI KABUPATEN MAJALENGKA TAHUN 2010

4 GAMBARAN UMUM KABUPATEN MAJALENGKA

BERITA DAERAH KABUPATEN MAJALENGKA

GAMBARAN UMUM KABUPATEN MAJALENGKA

BAB I PENDAHULUAN. Keadaan alam Indonesia yang beriklim tropis mempunyai banyak habitat

JADWAL PENGAMBILAN FOTO DAN SIDIK JARI PNS TAHAP II DI LINGKUNGAN PEMERINTAH KABUPATEN MAJALENGKA

BAB I PENDAHULUAN. Tabel 1.1 Kandungan Zat Gizi Komoditas Kedelai. Serat (g) Kedelai Protein (g) Sumber: Prosea 1996 ( Purwono: 2009)

Jumlah Sekolah, Guru dan Murid di Kabupaten Majalengka

BAB III PROFIL UMUR DAN JENIS KELAMIN PENDUDUK KABUPATEN MAJALENGKA

Draft Laporan Akhir. Rencana Penataan Lingkungan Permukiman Desa Paningkiran GAMBARAN UMUM WILAYAH 2-0

Berdasarkan Tingkat Pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. Pertumbuhan ekonomi dunia cenderung bergerak lambat, sedangkan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB III KEBIJAKAN PEMBANGUNAN TAHUN Target. Realisasi Persentase URAIAN (Rp)

ANGGARAN DAN REALISASI PENDAPATAN DAERAH MENURUT JENISNYA TAHUN ANGGARAN PENDAPATAN DAERAH Anggaran. Realisasi JENIS PENDAPATAN ( Rp.

Jumlah rumah tangga usaha pertanian di Kabupaten Majalengka Tahun 2013 sebanyak rumah tangga

PAGU ANGGARAN (Rp) PEMBELIAN SECARA ELEKTRONIK LELANG/ SELEKSI/ PILSUNG JUKSUNG/ DALSUNG

BAB IV PROGRAM DAN KEGIATAN DINAS PERTANIAN KABUPATEN MAJALENGKA. dan sasaran pembangunan yang telah ditetapkan. Kebijakan dan program

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Enok Yanti, 2013

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Kabupaten Tulang Bawang Barat terletak pada BT dan

Potensi Kota Cirebon Tahun 2010 Bidang Pertanian SKPD : DINAS KELAUTAN PERIKANAN PETERNAKAN DAN PERTANIAN KOTA CIREBON

KEADAAN UMUM LOKASI. Tabel 7. Banyaknya Desa/Kelurahan, RW, RT, dan KK di Kabupaten Jepara Tahun Desa/ Kelurahan

RELIGIUS, MAJU, SEJAHTERA TERWUJUDNYA KABUPATEN (REMAJA) VISI KABUPATEN MAJALENGKA MAJALENGKA YANG. Analisis Indikator Makro Kabupaten Majalengka 1

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. A. Keadaan Umum Kabupaten Lampung Selatan

BAB III ISU-ISU STRATEGIS BERDASARKAN TUGAS DAN FUNGSI BADAN PELAYANAN PERIZINAN TERPADU DAN PENANAMAN MODAL

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN MAJALENGKA NOMOR : 3 TAHUN 2008 PERATURAN DAERAH KABUPATEN MAJALENGKA NOMOR 3 TAHUN 2008 TENTANG

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Jogonayan merupakan salah satu desa dari 16 desa yang ada di Kecamatan

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. memiliki aksesibilitas yang baik sehingga mudah dijangkau dan terhubung dengan

Tabel 5.1 Keterkaitan Visi, Misi, Tujuan, dan Sasaran Pembangunan Daerah Tahun

I. PENDAHULUAN. lebih dari dua pertiga penduduk Propinsi Lampung diserap oleh sektor

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

V GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Tanggamus merupakan salah satu kabupaten di Propinsi Lampung yang

DAFTAR ISI. BAB I Pendahuluan Latar Belakang Tujuan Sasaran Metodologi Ruang Lingkup Wilayah 2

IV. KEADAAN UMUM KABUPATEN SLEMAN. Berdasarkan kondisi geografisnya wilayah Kabupaten Sleman terbentang

BAB I PENDAHULUAN. pengembangan subsektor peternakan sehingga menjadi sumber pertumbuhan baru

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN MAJALENGKA NOMOR : 10 TAHUN 2009 PERATURAN DAERAH KABUPATEN MAJALENGKA NOMOR 10 TAHUN 2009 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

Kajian. Hasil Inventarisasi LP2B. Kab. Majalengka, Purbalingga, Gunung Kidul, Madiun, Gowa, Aceh Tamiang, Ngawi dan Donggala

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Pemerintah Daerah Kabupaten Pesawaran dibentuk berdasarkan Undang-undang

BAB I PENDAHULUAN. Kebutuhan akan lahan semakin meningkat seiring dengan pertambahan

BAB I PENDAHULUAN. dan berusaha, memberi sumbangan pada pengembangan wilayah. Misi. memberi sumbangan yang besar kepada pembangunan nasional (Abdoel

V. GAMBARAN UMUM 5.1. Wilayah dan Topografi 5.2. Jumlah Kepala Keluarga (KK) Tani dan Status Penguasaan Lahan di Kelurahan Situmekar

Diajukan untuk memenuhi salah satu persyaratan Mencapai derajat Sarjana S-1 Fakultas Geografi

GAMBARAN UMUM WILAYAH. tenggara dari pusat pemerintahan kabupaten. Kecamatan Berbah berjarak 22 km

PERJANJIAN KINERJA TAHUN 2016

BAB IV KONTEKS LOKASI PENELITIAN

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Pulau Jawa, dan sebaliknya. Provinsi Lampung memiliki 12 kabupaten dan 2

BAB I PENDAHULUAN. langsung persoalan-persoalan fungsional yang berkenaan dengan tingkat regional.

BAB IV VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN, STRATEGI DAN KEBIJAKAN Visi dan Misi Dinas Pertanian, Perikanan dan Kehutanan Kota Tasikmalaya

Ditulis oleh Administrator Senin, 11 November :47 - Terakhir Diperbaharui Jumat, 29 November :16

IV. KEADAAN UMUM DESA KALIURANG. memiliki luas lahan pertanian sebesar 3.958,10 hektar dan luas lahan non

Gambar 2. Tingkat Produktivitas Tanaman Unggulan Kab. Garut Tahun

BAB IV. KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN

PENGUMUMAN RENCANA UMUM PENGADAAN BARANG/JASA PEMERINTAH

BAB III METODE PENELITIAN

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Manusia sebagai makhluk hidup dalam melangsungkan kehidupannya

BAB I PENDAHULUAN. Tabel 1. 1 Kelompok Industri Pangan Kabupaten Majalengka. No Jenis Industri/ Produksi Sentra Produksi.

I. PENDAHULUAN. Perekonomian di sebagian besar negara-negara yang sedang berkembang. hal

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Kecamatan Sragi merupakan salah satu kecamatan dari 17 Kecamatan yang

V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN DAN KARAKTERISTIK RESPONDEN. wilayah kilometerpersegi. Wilayah ini berbatasan langsung dengan

I. PENDAHULUAN. kemampuan daerah tersebut dalam swasembada pangan atau paling tidak

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Banjararum terletak sekitar 26 km dari Puasat Pemerintahan Kabupaten Kulon

BAB IV KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN

FUNGSI : a. Perumusan kebijakan teknis di bidang pertanian yang meliputi tanaman pangan, peternakan dan perikanan darat b.

BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Pemerintah Nomor 3 tahun 1964 yang kemudian menjadi Undang-undang Nomor

IV. GAMBARAN LOKASI PENELITIAN. A. Keadaan Umum Kabupaten Lampung Tengah BT dan LS, dan memiliki areal daratan seluas

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Kabupaten Kulon Progo merupakan salah satu dari lima daerah otonom di

ANALISIS DEVELOPMENT DIAMOND DAN POTENSI WILAYAH PENGEMBANGAN PETERNAKAN YANG BERWAWASAN LINGKUNGAN DI KABUPATEN MAJALENGKA

BAB I PENDAHULUAN. Negara Indonesia merupakan salah satu negara berkembang yang sedang

V GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

3. KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN. Letak Geografis

GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. A. Keadaan Umum Kabupaten Lampung Barat. mempunyai luas wilayah 4.951,28 km 2 atau 13,99 persen dari luas

BAB IV KEADAAN UMUM WILAYAH PENELITIAN

II. PENGUKURAN KINERJA

BAB III SETTING PENELITIAN. Banjar dapat dilihat dari aspek fisik yang meliputi letak, luas, topografi, dan. Desa Banjar adalah sebagai berikut :

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN MAJALENGKA NOMOR : 11 TAHUN 2011

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN Keadaan Umum Kabupaten Lampung Selatan. Wilayah Kabupaten Lampung Selatan terletak antara 105.

GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Kabupaten Pringsewu dibentuk berdasarkan Undang-undang Nomor 48

I. PENDAHULUAN. perekonomian nasional. Peran terpenting sektor agribisnis saat ini adalah

ANALISIS POTENSI LAHAN PADI SAWAH DI KABUPATEN MAJALENGKA PROVINSI JAWA BARAT

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang B. Kedudukan, Tugas, Fungsi dan Kewenangan

RENCANA KERJA DAN ANGGARAN SATUAN KERJA PERANGKAT DAERAH

BAB IV GAMBARAN UMUM

GAMBARAN UMUM PROVINSI LAMPUNG dan SUBSIDI PUPUK ORGANIK

5 GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Kabupaten Tulang Bawang adalah kabupaten yang terdapat di Provinsi

Bidang Tanaman Pangan

V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

A. Realisasi Keuangan

STATISTIK DAERAH KECAMATAN AIR DIKIT.

BAB I PENDAHULUAN. Pada umumnya mata pencaharian penduduk Indonesia bergerak pada sektor

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

9.b PENGUKURAN PENCAPAIAN PERJANJIAN KINERJA KABUPATEN SIAK TAHUN 2016 (CAPAIAN KINERJA SKPD BERDASARKAN TARGET RPJMD)

Transkripsi:

1 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Indonesia merupakan negara agraris, Lebih dari 60% penduduk Indonesia menggantungkan kehidupan pada sektor pertanian. Berbagai tanaman dikembangkan di Indonesia, baik tanaman pangan seperti: padi, jagung, kedelai dan kacang-kacangan, ubi-ubian, maupun berbagai jenis tanaman holtikultura. Hasil pertanian tersebut digunakan untuk memenuhi kebutuhan pangan dalam negeri serta sebagai salah satu komoditas ekspor. Selain itu, pertanian merupakan mata pencaharian yang utama bagi sebagian besar penduduknya, dan merupakan sasaran tujuan pembangunan di pedesaan. Hal ini sependapat dengan ungkapan Soehartono (1984:28) yang mengatakan bahwa : Prioritas pembangunan masyarakat di pedesaan dijatuhkan pada sektor ekonomi pertanian. Akan tetapi Indonesia belum memiliki ketahanan pangan yang cukup. Jawa Barat merupakan salah satu provinsi di Indonesia yang berkontribusi besar di bidang pertanian. Kontribusi sektor pertanian di Jawa Barat tidak dapat dipandang sebelah mata. Besaran kontribusi pertanian mencapai 14 persen. Jawa Barat unggul di tanaman pangan yang tersebar merata pada seluruh Kabupaten dan kota. Salah satu Kabupaten di Jawa Barat yang berperan aktif dalam sektor pertanian adalah Kabupaten Majalengka, yang mempunyai produksi terbanyak untuk tanaman jagung. Secara geografis letak Kabupaten Majalengka berbatasan dengan Kabupaten Indramayu di sebelah utara, sebelah timur berbatasan dengan

2 Kabupaten Cirebon dan Kabupaten Kuningan, sebelah barat berbatasan dengan Kabupaten Sumedang sedangkan sebelah selatan berbatasan dengan Kabupaten Tasikmalaya. Luas wilayah Kabupaten Majalengka 1204,24 km2 yang terbagi menjadi dua puluh tiga Kecamatan. Pertanian masih menjadi tonggak utama perekonomian Kabupaten Majalengka. Dalam rencana pembangunan jangka menengah daerah (RPJMD) 2009-2013, pemerintah Kabupaten Majalengka telah menetapkan visi : Terwujudnya Kabupaten Majalengka yang Religius,Maju,dan Sejahtera. Visi ini mengandung 7 misi, yang diantaranya misi ke-3 yaitu Mengembangkan Ekonomi Kerakyatan yang Berbasis Agribisnis. Misi inilah yang ditindak lanjuti oleh BP4K (Badan Pelaksana Penyuluhan Pertanian,Perikanan dan Kehutanan) melalui visinya yaitu : Penyuluhan Prima, Ketahanan Pangan Tangguh, Masyarakat Sejahtera. Visi ini dijabarkan ke 4 misi yaitu : 1. Meningkatkan profesionalisme dan integritas penyuluh 2. Meningkatkan sarana dan prasarana penyuluh 3. Mengembangkan dan meningkatkan kelembagaan dan metodologi penyuluhan 4. Memberdayakan masyarakat dalam mewujudkan ketahanan pangan dan kelestarian sumber daya alam. Pada tahun 2011 pemerintah Kabupaten Majalengka telah menetapkan lima komoditas unggulan yaitu jagung, sapi potong, mangga, domba, dan ikan. Kelima komoditas ini diperhitungkan akan dapat mendorong laju pertumbuhan ekonomi daerah, yang pada akhirnya akan berpengaruh terhadap capaian penurunan angka kemiskinan penduduk Kabupaten Majalengka yang

3 diproyeksikan berkurang sebanyak 31.248 jiwa (Programa BP4K Kecamatan Banjaran, 2011). Jagung sampai saat ini masih merupakan komoditi strategis kedua setelah padi karena di beberapa daerah, jagung masih merupakan bahan makanan pokok kedua setelah beras. Jagung juga mempunyai arti penting dalam pengembangan industri di Indonesia karena merupakan bahan baku untuk industri pangan maupun industri pakan ternak khusus pakan ayam, dengan semakin berkembangnya industri pengolahan pangan di Indonesia maka kebutuhan akan jagung akan semakin meningkat pula. Sentra tanaman jagung tersebar di Kecamatan Majalengka, Bantarujeg, Maja, Argapura, Banjaran, Talaga, Cikijing. Pada tahun 2010 Kecamatan Banjaran merupakan salah satu kecamatan yang mempunyai produksi jagung terbanyak sekabupaten Majalengka, yaitu sebesar 8.559 ku. Kecamatan Banjaran merupakan salah satu Kecamatan yang menghasilkan produksi jagung hibrida terbanyak di Kabupaten Majalengka. Data tersebut dapat dilihat dalam Tabel 1.1. Kecamatan Banjaran merupakan salah satu Kecamatan di Kabupaten Majalengka, dengan batas administrasi sebelah utara berbatasan dengan Kecamatan Maja, sebelah selatan berbatasan dengan Kecamatan Talaga, sebelah timur berbatasan dengan cagar alam Gunung Ciremai, dan di sebelah barat berbatasan dengan Kecamatan Bantarujeg. Keadaan topografi wilayah Kecamatan Banjaran adalah bergelombang dan berbukit dengan kemiringan lereng rata-rata 20-30%. Wilayah Kecamatan Banjaran berada pada ketinggian rata-rata 600-700

4 mdpl (meter dari permukaan laut), dengan curah hujan pada lima tahun terakhir (2000-3000mm). Tabel 1.1 Jumlah Produksi Jagung 2010 di Kabupaten Majalengka No. Kecamatan Jumlah(Kw) 1. Majalengka 13.343 2. Cigasong 1.232 3. Maja 26.550 4. Kadipaten 39 5. Panyingkiran 313 6. Jatiwangi - 7. Dawuan 544 8. Kasokandel 75 9. Ligung 1.001 10. Jatitujuh 109 11. Rajagaluh 1.112 12. Sindangwangi 440 13. Leuwimunding - 14. Sukahaji 231 15. Sindang 203 16. Talaga 3.774 17. Banjaran 8.559 18 Cikijing 14.389 19. Cingambul 1.817 20. Bantarujeg 17.631 21. Malausma 9.090 22. Argapura 5.630 23. Kertajati 969 24. Sumberjaya 17 25. Palasah 18 26. Lemahsugih 5.943 Jumlah 113.028 Sumber : Dinas Pertanian Kabupaten Majalengka, 2010 Kecamatan Banjaran mempunyai luas wilayah 41.98 Ha yang terdiri dari lahan sawah 1.142 Ha, lahan darat dan kolam 2.936 Ha. Penduduk di Kecamatan Banjaran sampai akhir bulan desember 2010 berjumlah 25.427 orang, terdiri dari

5 laki-laki 12.640 orang, perempuan 12.787 orang, jumlah kepala keluarga 5.085 KK. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Tabel 1.2. Tabel 1.2 Jumlah Penduduk di Kecamatan Banjaran No. Desa Jumlah penduduk Jumlah L P Jumlah KK 1. Banjaran 1.172 1.165 2.337 584 2. Kagok 867 862 1.729 431 3. Cimeong 1.132 1.101 2.233 558 4. Panyindangan 363 397 760 190 5. Sindangpala 491 521 1.012 253 6. Kareo 535 589 1.124 281 7. Hegarmanah 680 684 1.364 341 8. Genteng 1.176 1.185 2.361 590 9. Darmalarang 719 763 1.482 370 10. Sunia 1.472 1.488 2.960 740 11. Sunia baru 1.526 1.527 3.053 764 12. Sangiang 1.301 1.270 2.571 642 13. Girimulya 1.206 1.235 2.441 360 Jumlah 12.640 12.787 25.427 6.104 % 49.7% 50.3% 100% Sumber : Potensi Kecamatan Banjaran, 2011 Keterangan : L : Laki laki P : Perempuan 49,70% 50,30% laki-laki perempuan Gambar 1.1 Perbandingan Jumlah Penduduk Perempuan dengan Laki-Laki Sebagian besar penduduknya bermata pencaharian sebagai petani, untuk lebih jelas rinciannya dapat dilihat dari Tabel 1.3

6 Tabel 1.3 Jumlah Penduduk Berdasarkan Mata Pencaharian No. Desa Pertanian Industri Jasa Peg. Jumlah Pedagang Buruh negeri (KK) 1. Banjaran 409 18 70 29 29 29 584 2. Kagok 302 13 52 22 22 22 432 3. Cimeong 391 17 67 28 28 28 558 4. Panyindangan 133 6 23 10 10 10 190 5. Sindangpala 177 8 30 13 13 13 253 6. Kareo 197 8 34 14 14 14 281 7. Hegarmanah 239 10 41 17 17 17 341 8. Genteng 413 18 71 30 30 30 590 9. Darmalarang 260 11 45 19 19 19 371 10. Sunia 518 22 89 37 37 37 740 11. Sunia baru 534 23 92 38 38 38 763 12. Sangiang 450 19 77 32 32 32 643 13. Girimulya 427 18 73 31 31 31 610 Jumlah 4450 191 764 320 320 320 6357 % 70% 3% 12% 5% 5% 5% 100% Sumber : Statistika Kecamatan Banjaran, 2011 Gambar 1.2 Jumlah Penduduk Berdasarkan Mata Pencaharian Berbagai langkah dilakukan pemerintah daerah Kecamatan Banjaran untuk memajukan komoditas unggulan jagung hibrida, diantaranya dengan melakukan penyuluhan dan pelatihan oleh B4PK (Badan Pelaksanaan, Penyuluhan Pertanian, Perikanan, dan Kehutanan). Pembangunan pertanian tidak terlepas dari suatu proses penyuluhan pertanian yang pada dasarnya adalah pengembangan sumber daya manusia(sdm) pelaku pembangunan pertanian (petani, pengusaha dan pedagang pertanian). Pertanian n Industri Namun terdapat beberapa permasalahan dalam meningkatkan komoditas unggulan ini diantaranya yaitu perubahan hasil produksi setelah adanya Jasa Peg.negri Pedagang Buruh

7 penyuluhan tidak signifikan, masyarakat sudah merasa cukup dengan hasil yang didapat sekarang. Masyarakat terlihat kurang antusias tentang program pemerintah Kabupaten Majalengka untuk meningkatkan pertanian. Menurut Conyers dalam Rahayu (2011 : 4) terdapat 3 alasan utama mengapa partisipasi masyarakat menjadi sangat penting, diantaranya yaitu Pertama, partisipasi masyarakat merupakan suatu alat guna memperoleh informasi mengenai kondisi, kebutuhan dan sikap masyarakat setempat, yang tanpa kehadiran program pembangunan dan proyek-proyek akan gagal. Kedua, bahwa masyarakat akan lebih mempercayai program pembangunan jika merasa dilibatkan dalam proses persiapan dan perencanaannya. Ketiga, suatu hal yang demokratis bila masyarakat ikut terlibat dalam setiap program pembangunan. Adapun bentuk dukungan atau partisipasi masyarakat dalam peningkatan produktivitas jagung hibrida ini lebih mudah dikenali dengan bentuk dan intensitas partisipasi yang diberikan dalam pelaksanaan program yang telah ada. Dengan demikian, penelitian ini akan meneliti mengenai partisipasi petani jagung dalam peningkatan produktivitas jagung hibrida di Kabupaten majalengka. Sehingga penulis mengambil judul Partisipasi Petani Jagung dalam Program Peningkatan Produktivitas Jagung Hibrida di Kecamatan Banjaran Kabupaten Majalengka B. RUMUSAN MASALAH Penulis memfokuskan permasalahan berdasarkan latar belakang diatas yaitu partisipasi petani jagung dalam program peningkatan produktivitas jagung

8 hibrida di Kecamatan Banjaran Kabupaten Majalengka. Berdasarkan fokus masalah tersebut maka penulis mengembangkan rumusan permasalahan melalui pertanyaan penelitian sebagai berikut : 1. Bagaimana kondisi sosial ekonomi petani jagung hibrida di Kecamatan Banjaran Kabupaten Majalengka? 2. Mengapa Kecamatan Banjaran dijadikan sebagai salah satu pusat pengembangan pertanian jagung hibrida di Kabupaten Majalengka? 3. Bagaimana partisipasi petani dalam program peningkatan produktivitas jagung hibrida di Kecamatan Banjaran Kabupaten Majalengka? 4. Bagaimana hubungan partisipasi petani dengan peningkatan produktivitas jagung hibrida di Kecamatan Banjaran Kabupaten Majalengka? C. TUJUAN PENELITIAN Tujuan yang ingin dicapai dari penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Mengetahui bagaimana kondisi sosial ekonomi petani jagung hibrida di Kecamatan Banjaran Kabupaten Majalengka. 2. Mengetahui mengapa Kecamatan Banjaran dijadikan sebagai salah satu pusat pengembangan pertanian jagung di Kabupaten Majalengka. 3. Mengidentifikasi bagaimana partisipasi petani jagung Hibrida di Kecamatan Banjaran Kabupaten Majalengka. 4. Mengetahui hubungan partisipasi petani dengan peningkatan produktivitas jagung hibrida di Kecamatan Banjaran kabupaten Majalengka.

9 D. MANFAAT PENELITIAN Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat, diantaranya : 1. Memberikan informasi dan masukan bagi pihak-pihak yang berkepentingan dalam rangka program memajukan sektor pertanian di Kabupaten Majalengka. 2. Memberikan informasi kepada masyarakat luas, khususnya para pembaca terhadap keberadaan potensi pertanian di Kecamatan Banjaran Kabupaten Majalengka. 3. Sebagai bahan evaluasi untuk pengembangan sektor pertanian di Kecamatan Banjaran. 4. Bagi dunia pendidikan, hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi konsep, teori pertanian untuk pengembangan ilmu geografi. 5. Sebagai bahan pengayaan dalam proses pembelajaran pada mata pelajaran geografi di SMP Kelas VII, Semester 1 pada standar kompetensi Memahami kehidupan sosial manusia, Kelas VII, Semester 2 pada standar kompetensi Memahami usaha manusia untuk mengenali perkembangan lingkungannya, SMA Kelas XI, Semester 1 pada standar kompetensi menganalisis fenomena antroposfer E. DEFINISI OPERASIONAL Judul penelitian ini Partisipasi Petani Jagung dalam Program Peningkatan Produktivitas Jagung Hibrida di Kecamatan Banjaran Kabupaten Majalengka. Kesalahan penafsiran judul penelitian dapat menimbulkan kesimpulan lain dari

10 penelitian. Maka, penulis perlu memberikan batasan dalam definisi operasional sebagai berikut : 1. Partisipasi Partisipasi masyarakat menurut Mubyarto (1987: 35) adalah kesediaan untuk membantu berhasilnya setiap program pembangunan sesuai dengan kemampuan setiap orang atau anggota masyarakat tanpa disertai pengorbanan kepentingannya sendiri maupun masyarakatnya. Oleh karena itu, partisipasi akan lebih tepat diartikan sebagi keikutsertaan seseorang didalam suatu kelompok sosial untuk mengambil bagian dalam kegiatan masyarakatnya, di luar pekerjaan atau profesinya sendiri. Partisipasi dalam penelitian ini adalah partisipasi petani dalam mengikuti penyuluhan, pelatihan dan sosialisasi kepada masyarakat lainnya. 2. Produktivitas Produktivitas menurut Mubyarto (1998 : 12) adalah perbandingan hasil produksi yang diperoleh dari satu kesatuan input dengan kemampuan lahan, sedangkan definisi Produktivitas menurut Islami dkk dalam Wirandi (2011:6) mengemukakan bahwa yang dimaksud dengan produktivitas lahan pertanian adalah kemampuan lahan untuk berproduksi satu spesies tanaman atau suatu sistem penanaman pada sistem pengelolaan tertentu. Aspek pengelolaan yang dimaksud seperti pengaturan jarak tanaman, pemupukan, dan pengairan. Produktivitas dalam penelitian ini adalah produktivitas lahan jagung hibrida.

11 3. Program Kerja Dinas Pertanian Kabupaten Majalengka Program kerja Dinas Pertanian Tahun 2009-2013 terdapat 28 program kerja, diantarnya yaitu : 1) Peningkatan kemampuan lembaga petani. 2) Perluasan areal HMT. 3) Peningkatan kesehatan dan pengendalian penyakit menular pada ternak. 4) Penanganan pengolahan hasil hortikultura. 5) Pengumpulan data produksi pertanian. 6) Pengandaan sarana dan prasarana pengolahan hasil tanaman pangan. 7) Peningkatan pemasaran hasil hortikultura. 8) Pengelolaan perencanaan dan evaluasi pembangunan pertanian. 9) Pengembangan padi organik. 10) Bantuan alat pengadaan sarana produksi dalam lahan pengembangan pertanian padi organik melalui SRI 10 Ha. 11) Operasional UPTD RPH. 12) Operasional UPTD PTR. 13) Kaji terap teknologi aneka sayuran dataran tinggi. 14) Penerapan teknologi tepat guna peternakan. 15) Pengembangan bibit unggul tanaman pangan dan hortikultura. 16) Peningkatan penangkaran bibit holtikultura. 17) Pengadaan sarana prasarana holtikultura. 18) Peningkatan produktivitas jagung hibrida. 19) Kapasitas blok pondasi buah-buahan unggulan daerah.

12 20) Peningkatan produksi holtikultura mangga gedong gincu. 21) Inseminasi buatan. 22) Peningkatan operasionalisasi UPTD BPPPT. 23) Perluasan areal durian lokal majalengka. 24) Bantuan alat pengolah pupuk organik(appo) dalam rangka peningkatan produksi pertanian, ketersediaan dan kualitas sarana dan prasarana pertanian serta diversifikasi produk usaha pertanian. 25) Peningkatan mutu produksi balai benih dan pengembangan produksi ikan. 26) Peningkatan kapasitas usaha, promosi dan pengelolaan hasil perikanan. 27) Pengembangan kawasan unit pelayanan dan pembinaan (UPP). 28) Peningkatan produksi dan konservasi perikanan.