BAB III PERENCANAAN DAN GAMBAR

dokumen-dokumen yang mirip
BAB III PERENCANAAN DAN GAMBAR

BAB III PERENCANAAN DAN GAMBAR

BAB III PERENCANAAN DAN GAMBAR

BAB III PERENCANAAN DAN GAMBAR

BAB III PERANCANGAN DAN PERHITUNGAN

BAB III PERENCANAAN DAN GAMBAR

BAB III PROSES PERANCANGAN DAN GAMBAR

BAB III PERANCANGAN DAN PERHITUNGAN

BAB III PERENCANAAN DAN GAMBAR

RANCANG BANGUN MESIN PENGIRIS BAWANG BAGIAN PERHITUNGAN RANGKA

BAB III PERENCANAAN DAN GAMBAR

BAB II DASAR TEORI. Gambar 2.1 Tumpuan Rol

BAB II DASAR TEORI. 2.1 Prinsip Dasar Mesin Pencacah Rumput

RANCANG BANGUN MESIN PRESS SERBUK KAYU (RANGKA)

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV PROSES PEMBUATAN MESIN

III. METODE PEMBUATAN. Tempat pembuatan mesin pengaduk adonan kerupuk ini di bengkel las dan bubut

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II DASAR TEORI. 2.1 Pengertian rangka

RANCANG BANGUN MESIN ROL STRIP PLAT (RANGKA) PROYEK AKHIR

KONSTRUKSI RANGKA PADA MESIN PENGHANCUR SAMPAH PLASTIK RUMAH TANGGA

BAB III PERENCANAAN DAN GAMBAR

BAB III PERENCANAAN DAN GAMBAR

RANCANG BANGUN MESIN PENIRIS MINYAK PADA ABON SAPI

Laporan Tugas Akhir BAB IV MODIFIKASI

MESIN PENGAYAK PASIR (RANGKA)

RANCANG BANGUN MESIN DOWEL UNTUK PEMBUATAN KAYU SILINDER DENGAN DIAMETER 10 SAMPAI 20 MM UNTUK INDUSTRI GAGANG SAPU DAN SANGKAR BURUNG (RANGKA)

RANCANG BANGUN BAGIAN RANGKA PADA MESIN PERONTOK PADI PROYEK AKHIR

RANCANG BANGUN MESIN COPY CAMSHAFT (SISTEM RANGKA)

Mulai. Pengumpulan Data

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ENGINE STAND. hasilnya optimal dan efisien dari segi waktu, biaya dan tenaga. Dalam metode

Gambar 3.1. Diagram Alir Perancangan Mesin Pengupas Kulit Kentang

PERANCANGAN DAN PEMBUATAN MESIN PEMOTONG KRUPUK RAMBAK KULIT ( Rangka )

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

ANALISA STRUKTUR RANGKA DUDUKAN WINCH PADA SALUTE GUN 75 mm WINCH SYSTEM

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB II DASAR TEORI. 2.1 Konsep Perencanaan Sistem Transmisi Motor

RANCANG BANGUN BAGIAN RANGKA PADA MESIN CHASSIS ENGGINE TEST BED

BAB IV PERHITUNGAN RANCANGAN

BAB IV PROSES, HASIL, DAN PEMBAHASAN. panjang 750x lebar 750x tinggi 800 mm. mempermudah proses perbaikan mesin.

RANCANG BANGUN BAGIAN RANGKA MESIN PENEPUNG SINGKONG

BAB III PERENCANAAN DAN GAMBAR

BAB II DASAR TEORI. c) Untuk mencari torsi dapat dirumuskan sebagai berikut:

MESIN PENIRIS MINYAK PADA KACANG (BAGIAN PROSES PRODUKSI)

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Februari 2013 sampai dengan Maret 2013

Perancangandanpembuatan Crane KapalIkanUntukDaerah BrondongKab. lamongan

RANCANG BANGUN MESIN PENANAM PADI ( RANGKA)

RANCANG BANGUN MESIN PENIRIS MINYAK (SISTEM TRANSMISI )

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

PERANCANGAN DAN PEMBUATAN MESIN PENGADUK ADONAN ROTI TAWAR (BAGIAN STATIS) LAPORAN PROYEK AKHIR. Oleh :

BAB III PERANCANGAN DAN PERHITUNGAN

c = b - 2x = ,75 = 7,5 mm A = luas penampang v-belt A = b c t = 82 mm 2 = 0, m 2

BAB IV PEMBUATAN DAN PENGUJIAN

PERENCANAAN MEKANISME PADA MESIN POWER HAMMER

BAB II DASAR TEORI Sistem Transmisi

BAB III PERANCANGAN DAN PERHITUNGAN. Mulai

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

RANCANG BANGUN MESIN PEMBUAT TEPUNG SINGKONG

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

DESAIN DAN ANALISIS RANGKA LENGAN CNC SUMBU Y PADA HYBRID POWDER SPRAY CNC 2 AXIS

ANALISIS KEKUATAN MATERIAL PADA REKAYASA DAN RANCANG BANGUN KONSTRUKSI MESIN PEMOTONG KERUPUK

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB III. Metode Rancang Bangun

BAB IV PEMBUATAN DAN PENGUJIAN

BAB IV PROSES PRODUKSI

BAB III METODE PROYEK AKHIR. Motor dengan alamat jalan raya Candimas Natar. Waktu terselesainya pembuatan mesin

BAB IV PROSES PEMBUATAN, HASIL PEMBUATAN

PERAKITAN ALAT PENGAYAK PASIR SEMI OTOMATIK

BAB II DASAR TEORI 2.1 Konsep Perencanaan 2.2 Motor 2.3 Reducer

BAB III PERENCAAN DAN GAMBAR

PERANCANGAN DAN PEMBUATAN MESIN DAUR ULANG GYPSUM (BAGIAN STATIS)

BAB IV PERHITUNGAN DAN PEMBAHASAN

RANGKA SEPEDA MOTOR LISTRIK GENERASI II

BAB III PROSES MANUFAKTUR. yang dilakukan dalam proses manufaktur mesin pembuat tepung ini adalah : Mulai. Pengumpulan data.

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB II DASAR TEORI P =...(2.1)

PERANCANGAN DAN ANALISIS PEMBEBANAN GERGAJI RADIAL 4 ARAH

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II DASAR TEORI 2.1 Spin Coating Metode Spin Coating

ANALISIS SISTEM TRANSMISI PADA REKAYASA DAN RANCANG BANGUN MESIN PEMOTONG KERUPUK

BAB IV PROSES PRODUKSI DAN PENGUJIAN

RANCANG BANGUN ALAT BANTU 3D SCANNER

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB IV PEMBUATAN DAN PENGUJIAN

BAB IV PROSESPEMBUATAN MESIN

BAB IV PEMBUATAN DAN PENGUJIAN

LAPORAN TUGAS AKHIR ANALISIS KEKUATAN MATERIAL PADA RANCANG BANGUN KURSI RODA DENGAN SISTEM HIDROLIK DAN SISTEM MOTOR PENGGERAK DENGAN BEBAN 150 KG

RANCANG BANGUN MESIN PENGIRIS BAWANG ( TRANSMISI )

A. Dasar-dasar Pemilihan Bahan

PROYEK AKHIR PERANCANGAN DAN PEMBUATAN SISTEM BODY (BAGIAN RANGKA BODY DEPAN) TMUNEJ-1 HYBRID VEHICLE. Oleh: Muhammad Khairil Umam

BAB IV PEMBUATAN DAN PENGUJIAN

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Februari 2012 sampai Mei 2012 di

BAB III KONTRUKSI DAN PERHITUNGAN ALAT

BAB III METODOLOGI PENELITIAN DAN DESAIN MESIN PERAJANG TEMBAKAU

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB IV ANALISA DAN PEMBAHASAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB 4 HASIL YANG DICAPAI DAN POTENSI KHUSUS

BAB III PEMBAHASAN, PERHITUNGAN DAN ANALISA

BAB II DASAR TEORI. Gambar 2.1 Prinsip Statika Keseimbangan (Meriam& Kraige, 1986)

Transkripsi:

BAB III PERENCANAAN DAN GAMBAR 3.1 Perencanaan Rangka Mesin Peniris Minyak Proses pembuatan mesin peniris minyak dilakukan mulai dari proses perancangan hingga finishing. Mesin peniris minyak dirancang untuk industri menengah ke bawah atau industri kecil yang dapat membantu dalam proses penirisan minyak pada kacang tanah yang telah digoreng. Desain rangka dari mesin peniris minyak dibuat sedemikian rupa untuk meredam getaran yang terjadi pada saat mesin bekerja. Gambar mesin peniris minyak seperti pada Gambar 3.1. Keterangan: 1. Tabung cover 2. Tabung putar 3. Rangka 4. Bearing 5. Poros 6. Pulley 7. V-belt 8. Motor listrik Gambar 3.1 Mesin peniris minyak 16

17 3.2 Skema dan Prinsip Kerja Alat Gambar 3.1 merupakan bentuk dari mesin peniris minyak pada kacang. Prinsip kerja dari mesin peniris minyak ini adalah menggunakan gerak putar yang didapatkan dari daya dari motor listrik yang bertenaga sebesar ¼ hp dengan kecepatan putar sebesar 1400 rpm yang ditransmisikan dengan pulley berukuran 2 inci pada motor listrik dan pulley 6 inci pada poros tabung putar dan sabuk v berukuran 36 dan menggunakan tipe A. Putaran motor listrik direduksi dengan perbandingan pulley 1 : 3 dan dihubungkan oleh sabuk v dengan panjang 36 inci. Kacang tanah yang telah digoreng dimasukkan ke dalam tabung putar atau tabung peniris kemudian motor listrik dihidupkan. Motor listrik akan memutarkan poros yang berada pada tabung putar dengan perantara sabuk V. Tabung peniris akan berputar dan minyak yang terdapat pada kacang goreng akan keluar melalui lubang-lubang kecil yang berada pada tabung peniris menuju tabung cover, setelah itu minyak yang telah tertiris akan keluar melalui saluran buang pada tabung cover. Kapasitas dari mesin peniris minyak ini dapat menampung kacang yang telah goreng maksimal seberat 3kg, dengan adanya mesin peniris minyak diharapkan dapat membantu dalam proses penirisan minyak dan juga untuk mempersingkat waktu yang diperlukan untuk melakukan penirisan minyak atau pengurangan kadar minyak pada kacang tanah yang telah digoreng dan dapat memaksimalkan produksi dari kacang goreng.

18 3.3 Diagram Alir Proses Perancangan Diagram alir proses perancangan mesin peniris minyak pada kacang dimulai dari tahap awal, tahap pembuatan dan tahap pengujian hingga tahap akhir dapat dilihat pada gambar 3.2 berikut ini: Mulai Studi Literatur Desain Gambar Perhitungan Permesinan Proses Pembuatan Perakitan Analisa dan Perbaikan Uji Coba Berhasil Gagal Minyak Tidak Tertiris Minyak tertiris Finishing Selesai Gambar 3.2 Flow chart perancangan konstruksi

19 3.4 Perencanaan konstruksi Pada mesin peniris minyak, menggunakan rangka dengan ukuran panjang 60 cm, lebar 45 cm dan tinggi 60 cm. Rangka pada mesin peniris minyak menggunakan besi ST37, profil besi yang digunakan yaitu besi hollow dan besi siku. Berikut ini merupakan beberapa alasan yang mendasar dalam pemilihan profil rangka dari mesin peniris minyak: 1. Besi hollow mudah didapat kuat dan tidak terlalu berat. 2. Mudah dalam hal pemotongan dan penyambungan. 3. Besi hollow sangat sederhana dan kuat karena memiliki empat sisi sebagai tumpuan pada kaki rangka. Gambar 3.3 Rangka mesin peniris minyak Terdapat beberapa pembebanan yang terjadi pada rangka mesin peniris minyak, salah satunya adalah pembebanan pada motor listrik. Motor listrik dipasang pada rangka menggunakan sambungan baut. Berikut merupakan uraian pembebanan yang terjadi pada rangka yang menahan beban dari motor listrik:

20 - Bagian pada rangka yang menahan beban dari motor listrik Gambar 3.4 Bagian rangka yang menahan beban motor listrik Gambar 3.4 merupakan gambar potongan dari mesin peniris minyak yang menunjukan posisi motor listrik yang terpasang pada rangka. Gambar 3.5 Pembebanan motor listrik yang terjadi pada rangka Gambar 3.5 merupakan gambar yang menunjukan pembebanan yang terjadi pada rangka, diketahui bahwa beban pada motor listrik sebesar 110 N. Pembebanan ini dibagi menjadi dua gaya yang masing-masing gaya mempunyai beban sebesar 55 N. Berdasarkan gambar 3.5 dapat diuraikan gaya-gaya yang terjadi pada rangka

21 yang menahan beban dari motor listrik. Uraian gaya yang terjadi pada rangka dapat dilihat pada gambar 3.6. Gambar 3.6 Gaya yang terjadi pada batang yang menopang motor listrik Pada gambar 3.6 dapat dilihat bahwa ada beberapa gaya yang bekerja pada batang yang menopang beban motor listrik, gaya-gaya yang terjadi pada batang: 1. Gaya pada titik C atau F 1 sebesar 55 N 2. Gaya pada titik D atau F 2 sebesar 55 N Berdasarkan gaya diatas dapat diketahui kesetimbangan gaya luar dan kesetimbangan gaya dalam yang terjadi pada batang yang menopang beban motor listrik. A. Kesetimbangan Gaya luar Kesetimbangan gaya luar merupakan gaya yang diakibatkan beban yang berasal dari luar sistem. Kesetimbangan gaya luar dapat diuraikan sebagai berikut: FX = 0 FY = 0 RAy + F1 + F2 + RBy = 0 RAy F1 F2 + RBy = 0 RAy 55 N 55 N + RBy = 0 RAy + RBy = 110 N Diketahui bahwa jumlah dari R Ay dan R By adalah 110 N.

22 Mencari besarnya gaya reaksi pada tumpuan B (R By ) dan gaya reaksi yang terjadi pada tumpuan A (R Ay) dengan cara memasukan seluruh gaya yang terjadi pada batang beserta jarak yang ada. MA = 0 F1. LAC + F2. LAD RBy. LAB = 0 55 N. 122 mm + 55 N. 248 mm RBy. 370 mm = 0 6710 N mm + 13640 N mm = RBy. 370 mm 20350 N mm = RBy. 370 mm RBy = RBy = 55 N RAy = 110 N RBy R Ay = 110 N 55 N R Ay = 55 N Diketahui bahwa gaya reaksi yang terjadi pada titik A (R Ay ) sebesar 55 N dan pada titik B (R By ) sebesar 55 N. Dari perhitungan diatas dapat digambarkan shear forced diagram (SFD) pada gambar 3.7 sebagai berikut: 55 N + A C D B - 55 N Gambar 3.7 Shear forced diagram

23 B. Kesetimbangan Gaya Dalam Kesetimbangan gaya dalam merupakan gaya yang terjadi didalam konstruksi batang yang terkena beban dari motor listrik. Kesetimbangan gaya dalam dapat diketahui dengan cara mencari momen pada setiap titik yang ada pada batang yang menahan beban dari motor listrik. Kesetimbangan gaya dalam dapat diuraikan sebagai berikut: R Ay = 55 N Gambar 3.8 Gaya yang terjadi pada batang yang menopang motor listrik R By = 55 N Untuk mencari momen yang terjadi pada batang pada gambar 3.8, telah ditentukan bahwa titik A yang menjadi acuan untuk perhitungan dan dibutuhkan jarak dan gaya yang terjadi untuk mencari momen. Momen = beban yang terjadi pada batang x jarak.titik tumpu ke titik beban Mencari momen yang terjadi pada titik A. MA = 0 Tidak ada momen yang terjadi pada titik A. Mencari momen yang terjadi pada titik C. Pada titik C terdapat gaya yang bekerja yaitu F 1 sebesar 55 N dan terdapat jarak pada titik A menuju titik C sepanjang 122 mm. MC = RAy. LAC = 55 N. 122 mm = 6710 Nmm Jadi momen yang terjadi pada titik C adalah sebesar 6710 Nmm.

24 Mencari momen yang terjadi pada titik D. Memasukan semua gaya yang terjadi mulai dari titik A sampai pada titik D dan memasukan jarak yang terjadi pada gaya. MD = RAy. LAC F1. LCD = 55 N. 122 mm 55 N. 126 mm = - 220 Nmm Jadi momen yang terjadi pada titik D adalah sebesar 220 Nmm. Mencari momen yang terjadi pada titik B. Memasukan semua gaya yang terjadi mulai dari titik A sampai pada titik B dan memasukan jarak yang terjadi pada gaya. MB = RAy. LAB F1. LCB F2. LDB = 55 N. 370 mm 55 N. 248 mm 55 N. 122 mm = 0 Tidak ada momen yang terjadi pada titik B. Dari perhitungan momen diatas dapat digambarkan bending moment diagram (BMD) sebagai berikut pada gambar 3.9 berikut: Gambar 3.9 Bending moment diagram

25 C. Perhitungan Tegangan Rangka Rangka yang ingin dipakai berupa besi profil L st 37 dengan dimensi 37x37x3 mm y 1 2 3 mm 37 mm.cg y b x Gambar 3.10 Titik CG pada besi profil L a. Momen inersia (I) - Luas, A 1 = 37 x 3 = 111 mm 2 A 2 = 34 x 3 = 102 mm 2 - Titik berat bidang 1 dan 2 X 1 = 1,5 mm y 1 = 18,5 mm X 2 = 20 mm y 2 = 35,5 mm - Titik CG (x, y) - Ketinggian CG 1-0 ke titik bidang diagonal

26 - I 1xx = 12 1 b h 3 + A 1. hx 1 2 = 12 1 34. (37) 3 + 111. (9,3) 2 = 142942,7 + 9600,4 = 152543,1 mm 4 - I 2xx = 12 1 b h 3 + A 2. hx 2 2 = 12 1 34. (37) 3 + 102. (9,2) 2 = 142942,7 + 8633,3 mm 4 = 151576 mm 4 - I xx = I 1xx + I 2xx = 152543,1 + 151576 = 304119,1 mm 4 b. Jarak titik berat c. Tegangan tarik maksimum bahan ( σ ) max 370 N/mm d. Faktor keamanan (sf) = 4 (karena jenis beban statis diambil dari tabel Khurmi & Gupta) e. Tegangan ijin bahan ( σ ijin ) 2 f. Tegangan yang terjadi pada rangka Mmax. y σ I

27 = 0,18 N/mm 2 Karena pada rangka < ijin bahan, maka pemilihan rangka besi profil L ST 37 dengan dimensi 37x37x3 mm aman untuk menahan beban. D. Simulasi Analisa Pada Rangka Berikut ini analisa pada rangka mesin dowel dengan menerima gaya 110 N, material yang digunakan pada rangka yaitu ST 37. a. Tegangan Tegangan menunjukan kekuatan gaya yang menyebabkan perubahan bentuk benda. Tegangan didefinisikan sebagai perbandingan antara gaya yang bekerja pada benda dengan luas penampang benda. Tegangan pada rangka ditunjukan pada gambar 3.11. Gambar 3.11 Simulasi analisa tegangan b. Perubahan Bentuk Displacement adalah perubahan bentuk pada benda yang dikenai gaya.jika beban yang ada semakin besar maka displacement yang dihasilkan akan semakin besar, sedangkan jika beban semakin kecil maka displacement yang dihasilkan akan semakin kecil. Displacement pada rangka ditunjukan pada gambar 3.12.

28 Gambar 3.12 Simulasi analisa displacement. c. Faktor Keamanan Factor of safety adalah acuan yang digunakan untuk menentukan kualitas suatu produk/ komponen. Grafik pada FOS terbalik nilainya seperti pada displacement dan stress. Jika nilainya kurang dari 2 maka benda tesebut dinyatakan kurang aman. Dikarenakan fos mempunyai nilai keamanan jika lebih dari 2 maka benda tersebut aman unuk digunakan dan berkualitas baik. Warna merah pada hasil FOS menunjukan bahwa area tersebut dinyatakan aman. Nilai FOS yang ditunjukannseperti pada gambar 3.13. Gambar 3.13 Simulasi analisa factor of safety

29 E. Pengelasan Pada Rangka Perhitungan kekuatan las ditinjau dari bagian pada rangka yang paling kritis menerima beban yaitu pada sambungan las dudukan motor listrik dari mesin peniris minyak. Posisi motor listrik dapat di lihat pada gambar 3.14. Gambar 3.14 Posisi motor listrik Sambungan las yang dipakai untuk mengelas batang yang menjadi dudukan motor listrik menggunakan sambungan las tipe Butt joint dengan menggunakan elektroda las jenis E 6013. Besarnya kampuh yang dibuat dalam pengelasan sebesar 3 mm. Nilai kuat tarik elektroda las (σu) sebesar 420. Pada mesin peniris minyak beban terberat terjadi pada bagian dudukan motor listrik yang menahan beban dari motor listrik sebesar 11 kg. Gambar 3.15 Pengelasan pada dudukan motor.

30 Berdasarkan hasil perhitungan diatas beban terberat yang di ambil yaitu sebesar 110 N. 110 N berasal dari berat motor listrik sebesar 11 kg di kali dengan gaya gravitasi. Tabel 3.1 Sifat mekanis baja struktural Data pengelasan: b = 34 mm l = 37 mm e = 122 mm P = 110 N 2 σ u = 370 N/ mm (berdasarkan Tabel 3.1) 2 σ y = 240 N/ mm (berdasarkan Tabel 3.1) Factor Of Safety (FOS) = 4 (karena jenis beban statis diambil dari tabel Khurmi & Gupta) σ Ijin didapat dari pembagian antara σ y dan Factor Of Safety (Fos) Tegangan geser ijin dapat diperoleh dari pembagian σ ijin dibagi dua. Menghitung tebal pengelasan -Mencari x dan y pada titik G

31 Jadi x pada titik G sebesar 9,6 mm Jadi y pada titik G sebesar 8,14 mm -Menghitung momen inersia -Mencari throat area A = t. (l + b) = 0,707 s. (37 + 34) = 0,707 s. (71) = 50,2 s mm -Tegangan geser

32 -Untuk mencari r 1 dan r 2 r 1 = b - y = 35 mm 8,14 mm = 26,86 mm -Resultan dari gaya maksimum Jadi nilai s (tebal las) yang di dapat dari perhitungan pengelasan adalah sebesar 1,02 mm