PERANAN IBU RUMAHTANGGA DALAM MENJAMIN KECUKUPAN PANGAN KELU ARGA PETANI (Kasus di Desa Bandan Hurip, Kecamatan Palas, Kabupaten Lampung Selatan l

dokumen-dokumen yang mirip
Karsin, KEWAGAAN STATUS GlZl DAN PRESTASI BELAJAR AMAK SEKOLAH DARl KELUARGA GURU WANITA SD. oleh :

HUBUNGAN JENlS DAN LUAS PENGUSAHAAN LAHAN PERTANlAN DENGAN KETERSEDIAAN DAN KONSUMSI ENERGI SERTA PROTEIN KELUARGA PETANI

HUBUNGAN JENlS DAN LUAS PENGUSAHAAN LAHAN PERTANlAN DENGAN KETERSEDIAAN DAN KONSUMSI ENERGI SERTA PROTEIN KELUARGA PETANI

VI. ALOKASI WAKTU KERJA, KONTRIBUSI PENDAPATAN, DAN POLA PENGELUARAN RUMAHTANGGA PETANI LAHAN SAWAH

I. PENDAHULUAN. Pembangunan pertanian, khususnya tanaman pangan bertujuan untuk meningkatkan

seperti Organisasi Pangan se-dunia (FAO) juga beberapa kali mengingatkan akan dilakukan pemerintah di sektor pangan terutama beras, seperti investasi

DAFTAR TABEL. 1. Produksi tanaman sayuran menurut kabupaten/kota dan jenis sayuran di Provinsi Lampung

BAB I PENDAHULUAN. disegala bidang. Sektor pertanian merupakan salah satu sektor yang

BAB I PENDAHULUAN. orang atau badan (produsen). Orang atau badan yang melakukan kegiatan

PENDAHULUAN. mengandung gizi dan penguat yang cukup bagi tubuh manusia, sebab didalamnya

PROSPEK TANAMAN PANGAN

LAPORAN AKHIR PENELITIAN TA 2008 SINTESIS KONSORSIUM PENELITIAN: KARAKTERISTIK SOSIAL EKONOMI PETANI PADA BERBAGAI AGROEKOSISTEM

RELASI GENDER DALAM PEMILIKAN DAN PENGUASAAN SUMBERDAYA AGRARIA

I. PENDAHULUAN. bahan baku pangan, dan bahan lain. Ketersediaan pangan yang cukup jumlahnya,

METODE PENELITIAN. Tabel 1 Jenis dan sumber data yang digunakan dalam penelitian. Tahun Publikasi BPS Kabupaten Lampung Barat

Kontribusi Pendapatan Buruh (Lisna Listiani)

III. METODE PENELITIAN. A. Konsep Dasar dan Definisi Operasional

ANALISIS PENGELOLAAN SUMBERDWVA DAM PEMDAPATAM

PENDAHULUAN LATAR BELAKANG

Lampiran 1 Perkembangan indeks harga konsumen (IHK) dan pengeluaran per kapita sebulan atas dasar harga berlaku dan konstan

Bab 1. Pendahuluan. 1.1 Latar Belakang

ppbab I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. perekonomian nasional. Hal ini dapat dilihat dari kontribusi yang dominan, baik

I. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pulau Jawa merupakan wilayah pusat pertumbuhan ekonomi dan industri.

"6%?.?,.',*.,-. ' < _. J 4 ; ;; 5 :.i.,.. WBUNGAN ALOKASI WAKTU DAN TINGKAT.. TANGGA YANG BEKERJA DI SEKTOR INFORMAL DENGAN STATUS GIZI ANAK BALITA

I. PENDAHULUAN. yang semakin meningkat menyebabkan konsumsi beras perkapita per tahun

Tabel 15. Hubungan Luas Lahan dengan Tingkat Pendapatan Tahun 2011

VII. DAMPAK PERUBAHAN FAKTOR-FAKTOR EKONOMI TERHADAP KETAHANAN PANGAN RUMAHTANGGA PERTANIAN

I. PENDAHULUAN 1. Latar Belakang

BAB VII ANALISIS PERBANDINGAN USAHATANI

CIRI-CIRI RUMAH TANGGA DEFISIT ENERGI DI PEDESAAN JAWA TENGAH

PERAN SERTA TERNAK SEBAGAI KOMPONEN USAHATANI PADI UNTUK PENINGKATAN PENDAPATAN PETANI

prasyarat utama bagi kepentingan kesehatan, kemakmuran, dan kesejahteraan usaha pembangunan manusia Indonesia yang berkualitas guna meningkatkan

VI KARAKTERISTIK PETANI RESPONDEN

VII ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI PADI SEHAT

BAB I PENDAHULUAN. suasana tentram, serta sejahtera lahir dan batin (Siswono, 2002).

BAB 1 PENDAHULUAN. Indonesia masih memerlukan perhatian yang lebih terhadap persoalan

KECUKUPAX ENERGI DAW PROTEIN SERTA KETERSEDIAAN PANGAH PADA AKHIR PELITA Ill DAN PERKEMBANGAWNYA DAkAM PELlTA IV Dl PROPINSI JAMB1

Kalori Protein Anggota Keluar~a Buruh Tani di Desa Sugihwaras, lceluarga buruh tani di pedesaan menarik untuk diteliti

PERANAN WANlTA DI USAHATANI LAHAN KERINC (Kasus Desa Petimbe, Kec. Sigi Biromaru, Kab. Donggala, Propinsi Sulawesi Tengah)

PENDAHULUAN Latar Belakang

I PENDAHULUAN. Tabel 1. Data Kandungan Nutrisi Serealia per 100 Gram

KETAHANAN PANGAN RUMAH TANGGA PETANI PENGHASIL BERAS ORGANIK (Kasus di Kecamatan Manonjaya, Kabupaten Tasikmalaya)

Produksi Padi Tahun 2005 Mencapai Swasembada

WAHYUNING K. SEJATI ABSTRAK

RINGKASAN. sistem kekerabatan dan segala aspek yang berkenaan dengan relasi gender dalam. pemilikan dan penguasaan sumberdaya agraria.

I. PENDAHULUAN. Indonesia sebagai negara beriklim tropis mempunyai potensi yang besar

BAB I. PENDAHULUAN. adalah mencukupi kebutuhan pangan nasional dengan meningkatkan. kemampuan berproduksi. Hal tersebut tertuang dalam RPJMN

III. KERANGKA PEMIKIRAN Adaptasi petani terhadap Perubahan Iklim. Menurut Chambwera (2008) dalam Handoko et al. (2008)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. kalori yang dibutuhkan untuk kehidupan yang aktif dan sehat (Hanani, 2012).

BAB 1 PENDAHULUAN. Kabupaten Serdang Bedagai memiliki area seluas 1.900,22 km 2 yang terdiri

PENGARUH KEMITRAAN TERHADAP PENDAPATAN PETANI PADI SEHAT

PERBEDAAN PENDAPATAN USAHATANI PADI (Oryza Sativa L) KULTIVAR PADI HITAM LOKAL CIBEUSI DENGAN PADI CIHERANG

BAB I PENDAHULUAN. dalam beragam bentuk, maksud, dan tujuan. Mulai dari keluarga, komunitas,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

KONSUMSI SERAT MAKANAN PADA MASYARAKAT GOLONGAN MENENGAH KE ATAS Dl PERKOTAAN. Oleh : ROSIANA PERMANASARI A

BAB VII HUBUNGAN PERILAKU KONSUMSI DENGAN SIKAP TERHADAP MAKANAN POKOK NON BERAS

ANALISIS WILLINGNESS TO PAY

V GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

Kata kunci : ketahanan pangan rumahtangga, petani gurem Key words : household s food security, subsistence farmer

POLA PANGAN HARAPAN PADA MASYARAKAT DI KELURAHAN BANMATI KECAMATAN SUKOHARJO KABUPATEN SUKOHARJO

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Indonesia merupakan Negara agraris yang artinya sebagian besar

X. ANALISA FAKTOR FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENGUSAHAAN LAHAN SAWAH

BAB IX KESIMPULAN. bagaimana laki-laki dan perempuan diperlakukan dalam keluarga. Sistem nilai

LAPORAN AKHIR PENELITIAN TA 2010 INDIKATOR PEMBANGUNAN PERTANIAN DAN PEDESAAN: KARAKTERISTIK SOSIAL EKONOMI PETANI DAN USAHATANI PADI

PEMBUATAM BAHAN MAKANAN GAMPURAN BERAS - UBI JALAR - KECAMBAH KAGANG HlJAU. Oleh ELIZABETH ARTANTRI KENCANANINGRUM

I. PENDAHULUAN. cukup. Salah satu komoditas pangan yang dijadikan pangan pokok

II. TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS. secara efektif dan efisien untuk tujuan memperoleh keuntungan yang

IV. GAMBARAN UMUM WILAYAH DAN PRODUKSI PADI SAWAH DI DAERAH PENELITIAN

VIII. RINGKASAN DAN SINTESIS

BAB V GAMBARAN UMUM RESPONDEN

III. METODE PENELITIAN

V. DESKRIPSI RUMAHTANGGA PETANI TANAMAN PANGAN. Pada bagian ini akan disajikan secara singkat deskripsi statistik kondisi

GAMBARAN UMUM. pada posisi 8-12 Lintang Selatan dan Bujur Timur.

I. PENDAHULUAN. umumnya, khususnya sebagai sumber penyediaan energi dan protein. Neraca

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

POLA DAW MUTU BlOLOGl MAKANAN SUKU YETUR, SUKU KEMAK DA19 SUKU MARAE Dl KABUPATEM BELU PROPIWSI NUSA TEBGGARA TlMUE

POLA DAW MUTU BlOLOGl MAKANAN SUKU YETUR, SUKU KEMAK DA19 SUKU MARAE Dl KABUPATEM BELU PROPIWSI NUSA TEBGGARA TlMUE

III. METODOLOGI PENELITIAN. berhubungan dengan penelitian. Dalam penelitian ini terdapat enam variabel

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI NILAI TUKAR PETANI SEBAGAI INDIKATOR KESEJAHTERAAN PETANI PADI DI KABUPATEN SRAGEN

II. TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS PENELITIAN

POTENSI LAHAN PERTANIAN BAGI PENGEMBANGAN PALAWIJA DI LAMPUNG

VI. FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PELUANG KERJA SUAMI DAN ISTRI DI LUAR SEKTOR PERIKANAN

di Desa Karangjaya, Kecamatan Cikampek

LAHAN PERTANIAN, TENAGA KERJA DAN SUMBER PENDAPATAN DI BEBERAPA PEDESAAN JAWA BARAT

TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN. terdapat di Indonesia, baik sebagai tanaman liar maupun sebagai tanaman di

I. PENDAHULUAN. tani, juga merupakan salah satu faktor penting yang mengkondisikan. oleh pendapatan rumah tangga yang dimiliki, terutama bagi yang

VI. PERILAKU PRODUKSI RUMAHTANGGA PETANI PADI DI SULAWESI TENGGARA

I. PENDAHULUAN. Ketahanan pangan menyangkut ketersediaan dan keterjangkauan terhadap

IX. KESIMPULAN DAN IMPLIKASI KEBIJAKAN. A. Kesimpulan. 1. Pada daerah sentra produksi utama di Indonesia, perkembangan luas panen,

I. PENDAHULUAN. negara agraris di dunia, peranan tanaman pangan juga telah terbukti secara

I. PENDAHULUAN. kemampuan daerah tersebut dalam swasembada pangan atau paling tidak

PENDAHULUAN A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Pangan merupakan kebutuhan yang mendasar (basic need) bagi setiap

SAMBUTAN MENTERI PERTANIAN PADA DISKUSI REGULER EVALUASI POLITIK PANGAN PEMERINTAHAN SBY-KALLA. Yogyakarta, 6 Februari 2007

VIII. FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PELUANG KEMISKINAN RUMAHTANGGA NELAYAN TRADISIONAL

PROPOSAL POTENSI, Tim Peneliti:

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

KESEfAHTERAAN RUMAHTANGGA PETANI PAD! SAWAH

Transkripsi:

7 771.s --" -%',s. "[c" %. 3 34: - * ) PERANAN IBU RUMAHTANGGA DALAM MENJAMIN KECUKUPAN PANGAN KELU ARGA PETANI (Kasus di Desa Bandan Hurip, Kecamatan Palas, Kabupaten Lampung Selatan l 5 Oleh KORDIYANA K RANGGA FAKULTAS PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR B 0 G 0 R 1991

KORDIYANA. Peranan Ibu Runahtangga dalan Henjamin Kecukupan Pangan Keluarga Petani di Desa Bandan Hurip, Kecanatan Palas, Kabupaten Lanpung Selatan (di bavah binbingan HIDAYAT SYARIEF sebagai ketua, SUPRIHATIN GUHARDJA dan AIDA VITAYALA S. HUBEIS sebagai anggota). Tujuan penelitian ini adalah untuk nenpelajari 1) curahan waktu ibu runahtangga yang kaitannya dengan ketersediaan pangan pokok dan pendapatan total keluarga, 2) nenpelajari pendapatan total keluarga hubungannya dengan keterjaninan pangan (beras) keluarga, 3) nempela- jari konsumsi pangan (energi dan protein) rata-rata anggota keluarga, 4) nenpelajari pola penganbilan keputusan dalan produksi dan konsunsi keluarga, antara suani dan istri. Penelitian ini dilaksanakan di Desa Bandan Hurip, Kecanatan Palas, Kabupaten Lanpung Selatan dan berlangsung dari bulan Juli sanpai dengan Nopenber 1989. Satuan analisis untuk penelitian ini adalah keluarga dengan ibu runahtangga bekerja sebagai petani. Responden adalah ibu runahtangga, kepala keluarga dan anggota keluarga lain yang dianggap perlu. Penganbilan contoh dilakukan secara acak proporsional sebanyak 60 keluarga petani penilik penggarap yang nenggarap sawah pada nusin hujan dan pusim kenarau 1989.

Hasil ~enelitian menunjukkan bahwa keluarga yang cukup terjanin pangan pokok (CTPP) berjunlah 41 keluarga (68.0%). Artinya persediaan pangan keluarga petani ini nanpu nencukupi kebutuhan pangan anggota keluarganya selama 6 bulan atau lebih. Sedangkan keluarga yang terja- nin pangan pokok (KTPP) sebanyak 19 keluarga (32.0%). Persentase yang KTPP cenderung lebih banyak ditemukan pada keluarga petani yang junlah anggota keluarganya besar (5 orang) dengan Unit Konsunen Energi (UKE) lebih besar (4,252), rata-rata luas penilikan dan garapan lahan sawah relatif lebih kecil, pendapat&n total keluarga rendah. Rata-rata ketersediaan energi dari beras per kapita per hari untuk keluarga yang (CTPP) adalah sebesar 1 636 Kalori dan 1 319 Kalori untuk keluarga yang KTPP. Sedangkan kecukupan energi keluarga hanya dari beras sebesar 1466 Kalori per kapita per hari untuk keluarga yang CTPP dan 1 494 Kalori untuk keluarga yang KTPP. Secara agregat rata-rata persediaan energi keluarga per kapita per hari sebesar 1 536 Kalori setara 426,7 gram beras. Junlah persediaan ini sekitar 34,63 persen nerupakan sunbangan dari ibu (istri), bapak 57,65 persen, anak 6,56 persen dan penberian 2.16 persen. Dalan upaya keluarga menyediakan pangan pokok (beras) di luar panen sendiri, maka kontribusi dari luar panen tersebut (seperti nenbeli, diberi, upah bawon) rata-rata 5.59 persen per pakeluarga per bulan untuk keluarga yang CTPP dan 9,28

persen per keluarga per bulan untuk keluarga yang KTPP. Yeranan ibu runahtangga dapat ditun ju kkan dari persentase sunbangan ibu rumahtangga terhadap ketersediaan pangan pokok (beras) sebesar 34,63 persen dan sumbangan terhadap pendapatan total keluarga sebesar 35,2 persen- Waktu yang dicurahkan sebesar 2,7 jam per hari yang dialo- kasikan untuk kegiatan usahatani sendiri (sawah) 1,4 jam per hari, buruhtani dan usahatani lainnya 0,8 jam per hari serta usaha lain (non usahatani) 0,46 jam per hari. Angka ini cukup berarti bagi penanbahan pendapatan total keluarga - Hasil uji statistik menunjukkan bahua jam kerja total ibu dalan mencari nafkah di sawah sendiri berkorelasi positif dan sangat nyata (rs = 0.38, P< 0,05) dengan pendapatan total keluarga. Artinya senakin t i n jam kerja ibu dalam mencari nafkah di sauah naka senakin tinggi pendapatan total keluarga. Tetapi jika dilihat jam kerja ibu dalan nencari nafkah di luar sawah berkorelasi negatif dan tidak nyata (-0,031, P > 0,05) dengan penda- patan total keluarga. Hal ini dikarenakan pada kondisi sekarang produktivitas kegiatan ibu di luar sawah sendiri nasih rendah, bahkan akan nenerlukan biaya yang lebih besar dihanding pendapatan yang diperoleh. Pendapatan total keluarga petani berkorelasi positif dan sangat nyata (rs = 0,61, P < 0,05) dengan keterjaminan pangan keluarga.

Berarti senakin tinggi pendapatan keluarga naka pangan pokok senakin terjanin. Rata-rata konsunsi energi dan protein keluarga petani per kapita per hari nencapai 1 851 Kalori dan 54, 32 gran. Lebih dari setengah (63.4 X) intik energi dan 40.8 persen intik protein diperoleh dari nakanan pokok beras. Jadi beras nerupakan penyediaan energi don protein terbesar dalan nenu keluarga petani sehari-hari. Jika dibandingkan dengan kecukupan energi dan protein nasingmasing rata-rata keluarga petani, naka tingkat konsunsi energi dan protein telah nencapai 79,5 persen dan 116,3 persen. Berarti secara keseluruhan rata-rata untuk energi nasih kurang 20, 5 persen (477 Kalori) dari kecukupan pangan, sedangkan protein telah nelebihi 18,34 persen (7,63 gram) dari kecukupan. Dari 60 keluarga petani contoh ditenukan sebanyak 32,0 persen nengalani defisit energi dan 18.3 persen diantaranya nengalani defisit protein. Persentase defisit energi ditenukan pada keluarga petani yang KTPP dan pada keluarga dengan pendapatan total yang rendah. Peranan ibu runahtangga dalan nenganbil keputusan di bidang produksi pangan berkorelasi negatif dan tidak nyata (rs = - 0,042, P > 0,05) dengan keterjaninan pangan pokok (beras) keluarga- Artinya baru nanpak kecenderungan bahwa senakin berperan ibu dalan penentuan di bidang produkai pangan (penentuan penbelian sarana produksi, alat-alat