Gambar 2. (a) Kandang Individu (b) Ternak Domba

dokumen-dokumen yang mirip
METODE. Materi. Pakan Pakan yang diberikan selama pemeliharaan yaitu rumput Brachiaria humidicola, kulit ubi jalar dan konsentrat.

TINJAUAN PUSTAKA Klasifikasi Ternak Domba

HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Hewan

MATERI DAN METODE Lokasi dan Waktu Materi Ternak Percobaan Kandang Bahan dan Alat Prosedur Persiapan Bahan Pakan

BAB III BAHAN DAN METODE PENELITIAN. Kandang Hewan Percobaan, Laboratorium fisiologi dan biokimia, Fakultas

METODE. Pakan Pakan yang diberikan selama pemeliharaan yaitu rumput Brachiaria humidicola, kulit ubi jalar, dan konsentrat.

HASIL DAN PEMBAHASAN. Karkas domba Lokal Sumatera (Tabel 9) mempunyai koefisien

HASIL DAN PEMBAHASAN

Gambar 1. Domba Penelitian.

II. TINJAUAN PUSTAKA

HASIL DAN PEMBAHASAN

EDIBLE PORTION DOMBA LOKAL JANTAN DENGAN PAKAN RUMPUT GAJAH DAN POLLARD

HASIL DAN PEMBAHASAN Keadaan Umum Lokasi Konsumsi Pakan

BAB III MATERI DAN METODE. Fakultas Peternakan dan Pertanian Universitas Diponegoro, Semarang.

TINJAUAN PUSTAKA. masyarakat Indonesia. Domba merupakan ternak ruminansia kecil yang

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. 1. Pengaruh perlakuan terhadap Konsumsi Bahan Kering dan Konsumsi Protein Ransum

MATERI DAN METODE. Gambar 2. Contoh Domba Penelitian

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. kambing Kacang yang lebih banyak sehingga ciri-ciri kambing ini lebih menyerupai

HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum Penelitian

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Domba merupakan salah satu jenis ternak ruminansia yang banyak

TINJAUAN PUSTAKA Domba garut Domba Ekor Tipis

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dengan populasi yang cukup tinggi. Kambing Kacang mempunyai ukuran tubuh

MATERI. Lokasi dan Waktu

HASIL DAN PEMBAHASAN

MATERI DAN METODE. Lokasi dan Waktu

PENDAHULUAN. Saat ini kebutuhan manusia pada protein hewani semakin. meningkat, yang dapat dilihat dari semakin banyaknya permintaan akan

HASIL DAN PEMBAHASAN

I. TINJAUAN PUSTAKA. hingga diperoleh ayam yang paling cepat tumbuh disebut ayam ras pedaging,

MATERI DAN METODE. Waktu dan Lokasi. Materi

BAB III MATERI DAN METODE. berbeda dilaksanakan mulai bulan Maret sampai Agustus 2016 di kandang domba

HASIL DAN PEMBAHASAN Keadaan Umum Penelitian

HASIL DAN PEMBAHASAN

METODE. Materi. Gambar 2. Contoh Domba yang Digunakan dalam Penelitian Foto: Nur adhadinia (2011)

BAB III MATERI DAN METODE. Penelitian kecernaan protein dan retensi nitrogen pakan komplit dengan

PEMBAHASAN. Zat Makanan Ransum Kandungan zat makanan ransum yang diberikan selama penelitian ini secara lengkap tercantum pada Tabel 4.

HASIL DAN PEMBAHASAN

MATERI DAN METODE. Materi

HASIL DAN PEMBAHASAN. Keadaan Umum Penelitian

MATERI DAN METODE. Gambar 4. Ternak Kerbau yang Digunakan Dalam Penelitian

Gambar 2. Domba didalam Kandang Individu

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Domba Ekor Gemuk. Domba Lokal memiliki bobot badan antara kg pada

TUMBUH KEMBANG TUBUH TERNAK

D. Akhmadi, E. Purbowati, dan R. Adiwinarti Fakultas Peternakan Unuversitas Diponegoro, Semarang ABSTRAK

MATERI DAN METODE. Gambar 3. Domba yang Digunakan Dalam Penelitian

BAB III MATERI DAN METODE. Penelitian dengan judul Kecernaan dan Deposisi Protein Pakan pada Sapi

HASIL DAN PEMBAHASAN. Konsumsi Pakan

Pertumbuhan dan Komponen Fisik Karkas Domba Ekor Tipis Jantan yang Mendapat Dedak Padi dengan Aras Berbeda

MATERI DAN METODE. Materi

MATERI DAN METODE. Materi

POTONGAN KOMERSIAL DAN IMBANGAN DAGING-TULANG KARKAS PADA DOMBA EKOR GEMUK DENGAN PEMBERIAN PAKAN SIANG DAN / ATAU MALAM SKRIPSI OLEH :

BAB III MATERI DAN METODE. dengan kuantitas berbeda dilaksanakan di kandang Laboratorium Produksi Ternak

MATERI DAN METODE. Gambar 1. Ternak Domba yang Digunakan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. tepatnya dari pulau Madura. Sapi Madura merupakan ternak yang dikembangkan

HASIL DA PEMBAHASA. Konsumsi Bahan Kering Ransum

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN

MATERI DAN METODE. Lokasi dan Waktu. Materi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. persilangan antara sapi Jawa dengan sapi Bali (Rokhana, 2008). Sapi Madura

Endah Subekti Pengaruh Jenis Kelamin.., PENGARUH JENIS KELAMIN DAN BOBOT POTONG TERHADAP KINERJA PRODUKSI DAGING DOMBA LOKAL

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Ayam broiler termasuk ke dalam ordo Galliformes,familyPhasianidae dan

MATERI DAN METODE. Metode

MATERI DAN METODE. Materi

Animal Agricultural Journal, Vol. 1. No. 1, 2012, p Online at :

BAB III MATERI DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Maret Juli 2016 di Kandang Domba

BAB III MATERI DAN METODE. hijau terhadap bobot relatif dan panjang organ pencernaan itik Magelang jantan

Iskandar Sembiring, T. Marzuki Jacob, dan Rukia Sitinjak. Departemen Perternakan, Fakultas Pertanian USU

PENDAHULUAN. terhadap lingkungan tinggi, dan bersifat prolifik. Populasi domba di Indonesia pada

PENGARUH KUALITAS PAKAN TERHADAP KEEMPUKAN DAGING PADA KAMBING KACANG JANTAN. (The Effect of Diet Quality on Meat Tenderness in Kacang Goats)

MATERI DAN METODE. Gambar 3. Domba Jonggol R1 (a) dan Domba Jonggol R2 (b) Gambar 4. Domba Garut R1 (a) dan Domba Garut R2 (b)

I. PENDAHULUAN. Daging merupakan makanan yang kaya akan protein, mineral, vitamin, lemak

HASIL DAN PEMBAHASAN. Tabel 4. Kandungan Nutrien Silase dan Hay Daun Rami (%BK)

HASIL DAN PEMBAHASAN. Pakan Penelitian

HASIL DAN PEMBAHASAN

II. TINJAUAN PUSTAKA. Devendra dan Burns (1994) menyatakan bahwa kambing menyukai pakan

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN

BAHAN DAN METODE PENELITIAN. Penelitian menggunakan 24 ekor Domba Garut jantan muda umur 8 bulan

HASIL DAN PEMBAHASAN

TINJAUAN PUSTAKA. Daging domba berdasarkan kualitas dapat dibedakan atas umur domba,

PERSENTASE KARKAS DAN KOMPONEN NON KARKAS KAMBING KACANG JANTAN AKIBAT PEMBERIAN PAKAN DENGAN KADAR PROTEIN DAN ENERGI YANG BERBEDA SKRIPSI.

TINJAUAN PUSTAKA. Tabel 1. Kandungan Nutrien Daging pada Beberapa Ternak (per 100 gram daging) Protein (g) 21 19, ,5

BAB III MATERI DAN METODE. Lokasi yang digunakan dalam penelitian adalah Laboratorium Ilmu Ternak

MATERI DAN METODE. Materi

HASIL DAN PEMBAHASAN 482,91 55, ,01 67,22

III OBJEK DAN METODE PENELITIAN. Objek penelitian yang digunakan adalah Itik Peking Mojosari Putih (PMp)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Kambing Boer berasal dari Afrika Selatan, yang merupakan hasil persilangan

BAB III METODE PENELITIAN. yang menggunakan rancangan acak lengkap (RAL) dengan 4 perlakuan dan

BAB I PENDAHULUAN. konsumsi protein hewani, khususnya daging sapi meningkat juga.

FORMULASI RANSUM PADA USAHA TERNAK SAPI PENGGEMUKAN

MATERI DAN METODE. Materi. Tabel 2. Komposisi Zat Makanan Ransum Penelitian Zat Makanan Jumlah (%)

TINJAUAN PUSTAKA. perkembangan di Inggris dan Amerika Serikat, itik ini menjadi popular. Itik peking

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Kambing Kacang merupakan kambing lokal Indonesia yang memiliki

PENDAHULUAN. yaitu ekor menjadi ekor (BPS, 2016). Peningkatan

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN. Konsumsi Bahan Kering (BK) 300, ,94 Total (g/e/hr) ± 115,13 Konsumsi BK Ransum (% BB) 450,29 ± 100,76 3,20

III BAHAN DAN METODE PENELITIAN. adalah Day Old Duck (DOD) hasil pembibitan generasi ke-3 sebanyak 9 ekor itik

Keterangan: * = berbeda nyata (P<0,05)

BAB III MATERI DAN METODE. Diponegoro, Semarang. Kegiatan penelitian berlangsung dari bulan Mei hingga

II. TINJAUAN PUSTAKA. strain Cornish dengan betina yang besar yaitu Plymouth Rocks yang merupakan

Transkripsi:

HASIL DAN PEMBAHASAN Keadaan Umum Penelitian Tempat yang digunakan untuk penelitian berada di Laboratorium Lapangan IPT Ruminansia Kecil dan Laboratorium IPT Ruminansia Besar, Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor yang berlokasi di kecamatan Darmaga. Penelitian dilakukan di kandang penggemukan yang terdiri atas tiga blok dengan kapasitas tampung 15 ekor per blok untuk ternak besar. Kandang individu yang digunakan untuk penelitian terletak di blok bagian pinggir. Tipe kandang yang digunakan merupakan tipe dinding tertutup dan tipe atap gravitasi (gable type). Satu kandang diisi dengan dua ekor ternak karena ukuran ternak tidak terlalu besar dan untuk memudahkan dalam pemberian pakan. (a) (b) Gambar 2. (a) Kandang Individu (b) Ternak Domba Ternak yang digunakan dalam penelitian ini berasal dari Unit Penelitian, Pendidikan dan Pengembangan Jonggol (UP3J) dengan jenis domba ekor tipis sebanyak sembilan ekor. Pakan yang diberikan selama empat bulan pertama periode pemeliharaan yaitu rumput Brachiaria humidicola dan kulit ubi jalar. Hasil pengukuran pertambahan bobot badan (PBB) yang dihasilkan selama tujuh bulan pemeliharaan hanya sebesar 1,33±1,22 kg dan karena hasil tersebut dirasa kurang maka pada tiga bulan berikutnya kulit ubi jalar diganti dengan konsentrat. Hal ini kemungkinan disebabkan karena pakan yang diberikan hanya dapat mencukupi kebutuhan hidup pokoknya saja sehingga cadangan energi yang seharusnya tersimpan dalam daging dan lemak menjadi tidak optimal. Rumput Brachiaria

humidicola diberikan dua kali sehari pada pagi dan sore hari sedangkan kulit ubi jalar dan konsentrat diberikan satu kali sehari pada siang hari. Pada Tabel 1 dapat dilihat kandungan nutrisi dari rumput Brachiaria humidicola, kulit ubi jalar dan konsentrat. Tabel 1. Kandungan Nutrisi Rumput Brachiaria Humidicola, Umbi Ubi Jalar dan Konsentrat Pakan BK PK SK LK abu BET N TDN Ca P GE B. humidicola 1) 100 8,94 27,28 2,34 7,65 53,79 43,88 - - - Umbi ubi jalar 2) - 5,11 3,48 1,27 - - - 0,95 0,78 1,085 Konsentrat 3) 100 16 - Keterangan: 17 14-15 6-7 - - 60-65 - - - 1) Alwi, 2009 (Dalam persen BK) 2) Herawati, 2002 (Dalam gram As feed) 3) Dalam persen BK PK = Protein Kasar TDN = Total Digestible Nutrient SK = Serat Kasar Ca = Calcium LK = Lemak Kasar P = Phospor BETN = Bahan Ekstrak Tanpa Nitrogen GE = Gross Energy Gangguan kesehatan yang terjadi selama penelitian adalah penyakit cacingan. Berdasarkan pengamatan selama penelitian, penyakit cacingan ditandai dengan nafsu makan yang normal tetapi tidak diikuti dengan pertambahan bobot badan. Hal ini dimungkinkan penyebabnya adalah pemberian rumput yang masih basah dan diduga terdapat larva cacing yang ikut masuk ke dalam saluran pencernaan. Pengobatan dilakukan dengan pemberian obat cacing merk Apridazol yang berbentuk cair. Pemberian dilakukan melalui mulut domba dengan menggunakan suntikan. Selain itu, ternak juga diberikan vitamin B kompleks yang diberikan dengan cara dicampurkan ke dalam air minum. Karkas dan Non Karkas Karkas sebagai satuan produksi dinyatakan dalam bobot dan persentase karkas. Bobot karkas dipengaruhi oleh bobot potong dan bobot tubuh kosong. Persentase karkas adalah perbandingan antara bobot karkas dengan bobot potong dikalikan 100%. Bobot non karkas diperoleh dari bobot komponen selain karkas. Rataan bobot potong, bobot tubuh kosong, bobot karkas, persentase karkas dan bobot non karkas domba ekor tipis jantan dapat dilihat pada Tabel 2.

Berdasarkan hasil uji Tukey menunjukkan bahwa genotipe gen calpastatin yang berbeda tidak berpengaruh terhadap bobot potong, bobot tubuh kosong, bobot karkas, persentase karkas dan bobot non karkas pada domba ekor tipis. Artinya perbedaan genotipe gen calpastatin menghasilkan nilai yang relatif sama antar perlakuan pada semua peubah yang diamati. Tabel 2. Rataan Bobot Potong, Bobot Tubuh Kosong, Bobot Karkas, Bobot Setengah Karkas Kanan dan Kiri, Persentase Karkas dan Bobot Non Karkas Bobot potong (kg) 20,56±2,27 19,13±2,09 19,85±2,18 Bobot tubuh kosong (kg) 16,66±1,48 15,4±1,32 16,03±1,40 Bobot karkas (kg) 8,17±0,69 7,57±0,53 7,87±0,61 Bobot Setengah Karkas Kanan (kg) 4,07±0,37 3,78±0,32 3,93±0,35 Bobot Setengah Karkas Kiri (kg) 3,87±0,49 3,63±0,27 3,75±0,38 Persentase karkas (%) 39,95±3,99 39,68±1,80 39,82±2,90 Bobot non karkas (kg) 12,4±1,97 11,57±1,58 11,99±1,78 Rataan bobot potong, bobot kosong, bobot karkas, bobot setengah karkas kanan dan kiri serta bobot non karkas berturut-turut yaitu 19,85 kg, 16,03 kg, 7,87 kg, 3,93 kg, 3,75 kg dan 11,99 kg. Rataan persentase karkas yang dihasilkan yaitu ±39,82%. Persentase karkas yang diperoleh pada penelitian ini tidak berbeda jauh jika dibandingkan dengan penelitian Rasmani (2010) yang mendapatkan hasil persentase karkas sebesar 40,69%-44,91%. Penelitian tersebut menggunakan domba lokal jantan dengan perlakuan perbedaan kecepatan pertumbuhan. Jika hasil penelitian ini dibandingkan dengan hasil yang didapatkan Rasmani (2010), maka domba yang digunakan pada penelitian ini termasuk ke dalam kategori domba yang lambat tumbuh. Devendra dan Burns (1994) menyatakan bahwa persentase karkas dipengaruhi oleh bobot karkas, bobot dan kondisi ternak, bangsa, proporsi bagian bagian non karkas, ransum, umur, jenis kelamin dan pengebirian. Perubahan bobot karkas disebabkan oleh perubahan komponen karkas yang terdiri atas otot, lemak, dan tulang.

Komponen Karkas Komponen utama karkas terdiri atas jaringan tulang, daging dan lemak. Tulang sebagai kerangka tubuh, merupakan komponen yang tumbuh dan berkembang paling dini kemudian disusul daging atau otot dan yang paling akhir jaringan lemak. Soeparno (2005) menyatakan bahwa faktor genetik dan lingkungan mempengaruhi laju pertumbuhan dan komposisi tubuh yang meliputi distribusi berat dan komposisi kimia komponen karkas. Rataan bobot dan persentase total komponen karkas domba ekor tipis jantan dapat dilihat pada Tabel 3. Tabel 3. Rataan Bobot dan Persentase Total Komponen Karkas 1) Total Daging (gram) 2472±314 2197±170 2334,5±242 (%) 60,66±3.19 58,42±5,69 59,54±4.44 Total Lemak Subkutan (gram) 169,7±73,4 218,9±20,6 194,3±47 (%) 4,06±1,66 6,04±0,46 5,05±1,06 Total Lemak Intermuskular (gram) 307±109 250,4±50,5 278,7±79,75 (%) 7,66±2.96 6,79±1,57 7,23±2,27 Total Tulang (gram) 872,3±72,9 914±139 893,15±105,95 (%) 21,71±3,63 24,48±5,25 23,10±4,44 Keterangan: 1) Persentase terhadap bobot setengah karkas kanan Berdasarkan hasil uji Tukey, perbedaan genotipe gen calpastatin tidak berpengaruh nyata terhadap bobot karkas dan komponennya. Artinya dengan perbedaan genotipe gen calpastatin menghasilkan bobot dan persentase yang relatif sama antar perlakuan pada semua peubah yang diamati. Hal tersebut disebabkan karena bobot potongnya pun tidak berbeda. Bobot potong berkorelasi positif dengan bobot karkas. Komponen karkas seperti daging, lemak subkutan, lemak intermuskular dan tulang pada tiap-tiap potongan komersial karkas juga secara umum tidak berbeda nyata sehingga menghasilkan total komponen karkas yang tidak berbeda juga. Penelitian ini tidak berbeda jauh dengan penelitian Nurmalasari (2008). Penelitian tersebut menggunakan perlakuan pemberian pakan dengan rasio rumput

Brachiaria humidicola dan ransum komplit yang berbeda menghasilkan persentase daging dari karkas domba sebesar 54,52%, tulang 19,36%, dan lemak 11,69%. Sedikit variasi yang terjadi disebabkan karena pada penelitian Nurmalasari (2008) tidak dipisahkan antara lemak subkutan dan lemak intermuskular serta dilakukan pemisahan antara jaringan ikat dengan daging. Komponen karkas akan berubah dengan bertambahnya bobot karkas. Berdasarkan gambaran komposisi komponen karkas ini dapat dilihat bahwa daging merupakan produksi utama dari karkas, kemudian diikuti oleh tulang, lemak intermuskular dan lemak subkutan. Komponen Non Karkas Komponen non karkas menurut Lawrie (2003) adalah darah, kepala, kaki, kulit, saluran pencernaan, kantong urin, jantung, trakea, paru-paru, ginjal, limpa, hati dan jaringan lemak (yang melekat pada bagian tubuh tersebut). Rataan bobot dan persentase komponen non karkas organ eksternal domba ekor tipis jantan dapat dilihat pada Tabel 4. Hasil uji Tukey menunjukkan bahwa tidak ada pengaruh perbedaan genotipe gen calpastatin terhadap bobot dan persentase komponen non karkas baik organ internal maupun organ eksternal. Artinya dengan perbedaan genotipe gen calpastatin menghasilkan bobot dan persentase yang relatif sama antar perlakuan pada semua peubah yang diamati. Rataan bobot dan persentase komponen non karkas organ eksternal paling tinggi adalah bagian kepala yaitu sebesar 1716 gram atau 8,68% dan organ internal paling tinggi adalah bagian usus yaitu sebesar 870,90 gram atau 4,41% sedangkan rataan bobot dan persentase organ eksternal paling rendah adalah bagian ekor yaitu sebesar 58,70 gram atau 0,3% dan organ internal paling rendah adalah bagian ginjal yaitu sebesar 24,85 gram atau 0,13%. Pada penelitian Alwi (2009) menunjukkan bahwa rataan bobot komponen non karkas organ eksternal paling tinggi adalah bagian kepala yaitu sebesar 1520 gram dan organ internal paling tinggi adalah bagian saluran pencernaan yaitu sebesar 1442 gram sedangkan rataan bobot komponen non karkas organ eksternal paling rendah adalah bagian alat kelamin yaitu sebesar 36 gram dan organ internal paling rendah adalah bagian limpa yaitu sebesar 35 gram. Perbedaan tersebut dapat terjadi karena perbedaan umur ternak dan pakan yang diberikan.

Tabel 4. Rataan Bobot dan Persentase Komponen Non Karkas Organ Eksternal 1) Darah tertampung (gram) 832±129 841,5±79 836,75±104 (%) 4,03±0,26 4,42±0,36 4,23±0,31 Kepala (gram) 1794±181 1638±111 1716±146 (%) 8,75±0,69 8,60±0,53 8,68±0,61 Kulit (gram) 1395±115 1388±217 1391,5±166 (%) 6,84±0,90 7,29±1,17 7,07±2,07 Kaki (gram) 494,8±57,80 509,1±56,80 501,95±57,30 (%) 2,37±0,33 2,68±0,36 2,53±0,35 Ekor (gram) 57±8,35 60,4±18,1 58,7±26,45 (%) 0,28±0,04 0,32±0,09 0,3±0,07 Alat kelamin (gram) 61,9±21,4 62,13±7,71 62,02±29,11 (%) 0,30±0,08 0,32±0,04 0,31±0,06 Testes (gram) 250,2±47,6 259,8±28,40 255±38 (%) 1,23±0,25 1,37±0,20 1,3±0,23 Keterangan: 1) Persentase terhadap bobot potong Soeparno (2005) menyatakan bahwa pakan dapat mempengaruhi pertambahan berat komponen karkas. Domba yang mengkonsumsi pakan dengan kandungan energi tinggi mempunyai jantung, paru-paru dan ginjal yang lebih berat daripada domba yang mengkonsumsi pakan dengan kandungan energi rendah pada kondisi pemeliharaan di dalam kandang individu. Bangsa dan jenis kelamin hanya mempunyai pengaruh yang kecil terhadap pertumbuhan relatif komponen non karkas, kecuali kepala dan usus kecil. Domba jantan mempunyai kepala dan usus kecil yang lebih berat daripada domba betina pada berat tubuh kosong yang sama. Rataan bobot dan persentase komponen non karkas organ internal domba ekor tipis jantan dapat dilihat pada Tabel 5.

Tabel 5. Rataan Bobot dan Persentase Komponen Non Karkas Organ Internal 1) Hati + empedu (gram) 314,4±19,40 322,3±31,10 318,35±50,50 (%) 1,54±0,17 1,69±0,05 1,62±0,11 Limpa (gram) 42,40±7,07 38,63±7,66 40,52±7,37 (%) 0,21±0,03 0,21±0,04 0,21±0,04 Paru-paru + trakea (gram) 218,20±23,90 196,80±21,10 207,50±22,5 (%) 1,06±0,08 1,04±0,17 1,05±0,25 Jantung (gram) 123,8±28 113,1±13,8 118,45±20,9 (%) 0,60±0,08 0,59±0,02 0,60±0,05 Rumen (gram) 52,3±13 72±19,10 62,15±16,05 (%) 0,26±0,06 0,38±0,10 0,32±0,08 Retikulum (gram) 83,25±5,55 64±20,90 73,63±13,23 (%) 0,43±0,05 0,34±0,13 0,39±0,09 Omasum (gram) 92±20,6 74.25±8.7 83.13±14.65 (%) 0,48±0,15 0,39±0,08 0,44±0,23 Abomasum (gram) 129,6±47 138,3±29,2 133,95±38,10 (%) 0,65±0,20 0,72±0,09 0,69±0,15 Oesophagus (gram) 43,88±4,31 41,13±7,12 42,51±5,72 (%) 0,22±0,02 0,22±0,04 0,22±0,03 Usus (gram) 907±116 834,8±49,5 870,9±165,5 (%) 4,42±0,33 4,39±0,30 4,41±0,32 Lemak Omental (gram) 178,1±41,6 142,90±46,10 160,5±43,85 (%) 0,88±0,27 0,76±0,30 0,82±0,29 Keterangan: 1) Persentase terhadap bobot potong Potongan Komersial Karkas Pemasaran karkas biasanya dijual dalam bentuk potongan-potongan karkas yang disebut potongan karkas komersial. Potongan komersial karkas domba pada umumnya ada delapan potongan yaitu neck dan shoulder, rack, loin, leg, shank dan breast, flate serta flank. Pembagian potongan-potongan tersebut mengikuti aturan

yang sudah ada yaitu menurut FAO (1991). Rataan bobot dan persentase potongan komersial karkas dapat dilihat pada Tabel 6. Berdasarkan hasil uji Tukey, bobot dan persentase delapan potongan komersial karkas tidak berbeda nyata. Artinya perbedaan genotipe gen calpastatin menghasilkan hasil yang relatif sama. Hal tersebut disebabkan karena bobot dan persentase karkas yang diperoleh juga tidak berbeda nyata. Tabel 6. Rataan Bobot dan Persentase Potongan Komersial Karkas 1) Forequarter Neck dan Shoulder (gram) 1209,8±95,90 1119±114 1164,4±104,95 (%) 29,80±1,17 29,82±4,09 29,81±2,63 Rack (gram) 330,80±27,80 296,40±28,40 313,60±28,10 (%) 8,17±0,81 7,90±1,10 8,04±0,96 Shank dan Breast (gram) 416±57,50 385,43±6,59 400,72±32,05 (%) 10,37±2,07 10,26±0,79 10,32±1,43 Flate (gram) 212,20±87 173,80±23,60 193±55,30 (%) 5,13±1,62 4,62±0,65 4,88±1,14 Hindquarter Loin (gram) 389,10±65,60 349,40±48,50 369,25±57,05 (%) 9,60±1,58 9,36±1,98 9,48±1,78 Leg (gram) 1254±154 1197±116 1225,50±135 (%) 30.80±1,53 31,84±3,66 31,32±2,60 Flank (gram) 99,10±33,10 88,30±16,60 93,70±24,85 (%) 2,41±0,59 2,36±0,54 2,39±0,57 Keterangan: 1) Persentase terhadap bobot setengah karkas kanan Bobot dan persentase potongan komersial karkas paling tinggi adalah bagian leg yaitu sebesar 1225,50 gram atau 31,32%, sedangkan paling rendah adalah bagian flank yaitu sebesar 93,70 gram atau 2,39%. Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian Nurmalasari (2008) yang mendapatkan hasil persentase potongan komersial karkas terbesar adalah dari potongan leg yaitu sebesar 32,57%, sedangkan

persentase terkecil didapatkan dari potongan flank yaitu sebesar 1,43%. Potongan komersial karkas berbeda tergantung bangsa, tipe, umur dan derajat perlemakan (Devendra and McLeroy, 1982). Distribusi Daging pada Potongan Komersial Otot akan berubah menjadi daging setelah ternak dipotong. Daging merupakan komponen karkas yang mempunyai nilai ekonomis sekaligus merupakan faktor utama penentu kualitasnya. Berat daging pada masing-masing potongan komesial karkas berbeda-beda karena letak dan bobot potongan komersial tersebut. Rataan bobot dan persentase daging pada potongan komersial karkas dapat dilihat pada Tabel 7. Tabel 7. Rataan Bobot dan Persentase Daging pada Potongan Komersial Karkas 1) Forequarter Neck dan Shoulder (gram) 768,40±88,50 672±66,10 720,20±77,30 (%) 63,38±3,37 60,06±1,11 61,72±2,24 Rack (gram) 183,60±23,10 156,80±16 170,20±19,55 (%) 55,46±4,72 52,91±2,55 54,19±3,64 Shank dan Breast (gram) 215,90±11,70 a 188,53±5,28 b 202,22±8,49 (%) 52,75±8,24 48,92±1,64 50,84±4,94 Flate (gram) 127,70±51,80 115,30±17,70 121,50±34,75 Hindquarter (%) 60.30±11,20 66,38±5,26 63,34±8.23 Loin (gram) 250,10±48,30 216,40±22,20 233,25±35,25 (%) 64,14±2,18 62,35±5,67 63,25±3,93 Leg (gram) 864±125 795,50±70 829,75±97,50 (%) 68,80±2,71 66,16±0,82 67,48±3,53 Flank (gram) 61,60±39,70 52,03±9,64 56,82±24,67 Keterangan: (%) 58,70±18,10 60,10±12,40 59,40±15,25 Superskrip berbeda pada garis yang sama menunjukkan berbeda nyata (P<0,05) 1) Persentase terhadap bobot potongan komersial karkas

Berdasarkan hasil uji Tukey dapat dilihat bahwa perlakuan genotipe gen calpastatin yang berbeda tidak mempengaruhi bobot dan persentase daging potongan komersial karkas kecuali pada bobot shank dan breast (P<0,05). Artinya domba ekor tipis dengan genotipe gen calpastatin yang berbeda menunjukkan hasil yang relatif sama kecuali pada bobot daging pada potongan shank dan breast. Rataan bobot daging paling tinggi adalah potongan komersial karkas bagian leg yaitu sebesar 829,75 gram dan rataan daging paling rendah adalah potongan komersial karkas bagian flank yaitu sebesar 56,82 gram. Hal itu disebabkan karena terdapat banyak otot pada leg dengan ukuran yang besar, begitu juga sebaliknya dengan flank. Rataan persentase daging paling tinggi adalah potongan komersial karkas bagian leg yaitu sebesar 67,48% dan persentase daging paling rendah adalah potongan komersial bagian shank dan breast yaitu sebesar 50,84%. Hasil penelitian ini kurang sejalan dengan penelitian Sunarlim dan Setiyanto (2005) yang menggunakan kambing kacang dan domba lokal jantan dengan pakan campuran tepung gaplek (20%) dan konsentrat (80%) yang diberikan sebanyak 3% dari bobot badan serta rumput gajah. Sunarlim dan Setiyanto (2005) mendapatkan hasil bahwa persentase daging kambing dan domba tidak berbeda nyata dimana persentase daging paling tinggi adalah bagian leg yaitu sebesar 20,5-21,7% sedangkan persentase daging paling rendah adalah flank yaitu sebesar 1,7-2,3%. Kualitas daging dipengaruhi oleh faktor sebelum dan setelah pemotongan. Faktor sebelum pemotongan yang dapat mempengaruhi kualitas daging antara lain adalah genetik, spesies, bangsa, tipe ternak, jenis kelamin, umur, pakan termasuk bahan aditif (hormon, antibiotik dan mineral), dan stres. Faktor setelah pemotongan yang mempengaruhi kualitas daging antara lain meliputi metode pelayuan, stimulasi listrik, metode pemasakan, ph, bahan tambahan termasuk enzim pengempuk daging, hormon dan antibiotik, lemak intramuskular atau marbling, metode penyimpanan dan preservasi, jenis otot daging dan lokasi pada suatu otot (Soeparno, 2005). Devendra dan Burns (1994) menambahkan bahwa kualitas daging domba dipengaruhi oleh berbagai faktor meliputi umur, faktor keturunan, bangsa, ukuran tubuh, pakan dan komposisi kimia.

Distribusi Lemak Subkutan pada Potongan Komersial Lemak subkutan adalah jaringan tubuh yang ditempatkan dengan baik untuk meningkatkan bentuk luar. Lemak subkutan berfungsi sebagai pelindung karkas dari proses pendinginan dan akan mempengaruhi kualitas daging. Pada Tabel 8 dapat dilihat rataan bobot dan persentase lemak subkutan pada potongan komersial karkas. Tabel 8. Rataan Bobot dan Persentase Lemak Subkutan pada Potongan Komersial Karkas 1) Forequarter Neck dan Shoulder (gram) 28,40±20,70 36,80±31,90 32,60±26,30 (%) 2,29±1,70 3,49±3,43 2,89±2,57 Rack (gram) 21,50±17,30 22,83±6,35 22,17±11,83 (%) 6,49±5,45 7,65±1,80 7,07±3,63 Shank dan Breast (gram) 18,20±11,80 36,80±14,60 27,50±13,20 (%) 4,31±2,89 9,53±3,73 6,92±3,31 Flate (gram) 16,80±11,70 7,40±10,60 12,10±11,15 Hindquarter (%) 9,21±7,19 4,18±6,20 6,70±6,70 Loin (gram) 23,60±10,2 13,80±4,45 18,70±7,33 (%) 6,13±2,97 4,13±1,98 5,13±2,48 Leg (gram) 35,50±25,10 69,50±25,40 52,50±25,30 (%) 2,91±2,06 5,73±1,68 4,32±1,87 Flank (gram) 25,70±17,10 31,90±14,40 28,80±15,75 Keterangan: (%) 28,30±21,60 35,1±10,9 31,7±16,25 1) Persentase terhadap bobot potongan komersial karkas Berdasarkan hasil uji Tukey, perlakuan perbedaan genotipe gen calpastatin tidak berpengaruh terhadap bobot dan persentase lemak subkutan pada semua potongan komersial karkas. Artinya perlakuan perbedaan genotipe gen calpastatin menghasilkan bobot dan persentase lemak subkutan yang relatif sama. Lemak subkutan dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor, salah satunya adalah pakan. Schoonmaker et al. (2004) menyatakan bahwa pemberian pakan konsentrat ad

libitum menghasilkan diameter dan jumlah sel lemak subkutan yang lebih tinggi daripada pemberian pakan konsentrat yang dibatasi. Rataan bobot lemak paling tinggi adalah potongan komersial karkas bagian leg yaitu sebesar 52,50 gram dan paling rendah adalah potongan komersial karkas bagian loin yaitu sebesar 18,70 gram. Tingginya bobot lemak dibagian leg dapat disebabkan karena bobot potongan paha juga tinggi dengan area yang luas yang mengakibatkan bobot lemak subkutan pun relatif tinggi. Rataan persentase lemak subkutan paling tinggi adalah potongan komersial bagian flank yaitu sebesar 31,70% dan persentase lemak subkutan paling rendah adalah potongan komersial bagian neck dan shoulder yaitu sebesar 2,89%. Sunarlim dan Setiyanto (2005) melaporkan bahwa persentase lemak paling tinggi adalah bagian leg dan shoulder. Perbedaan ini disebabkan karena terdapat perbedaan dalam menentukan potongan komersial karkas domba serta pada penelitian tersebut tidak dipisahkan antara lemak subkutan dengan lemak intermuskular. Distribusi Lemak Intermuskular pada Potongan Komersial Lemak intermuskular adalah lemak yang berada di antara otot atau daging. Lemak ini berfungsi untuk merekatkan otot, sehingga dapat menghasilkan konformasi tubuh yang baik dan otot dapat melakukan kerja dengan optimal. Rataan bobot dan persentase lemak intermuskular pada potongan komersial karkas dapat dilihat pada Tabel 9. Berdasarkan hasil uji Tukey dapat dilihat bahwa perlakuan perbedaan genotipe gen calpastatin tidak mempengaruhi bobot dan persentase lemak intermuskular pada potongan komersial karkas. Artinya domba ekor tipis dengan genotipe gen calpastatin yang berbeda menghasilkan bobot dan persentase lemak intermuskular yang relatif sama antar perlakuan pada semua potongan komersial. Hasil yang didapat disebabkan karena total lemak maupun lemak subkutan juga tidak berbeda nyata. Dikeman et al. (1998) menyatakan bahwa lemak intermuskular berkontribusi lebih tinggi terhadap total lemak dibandingkan dengan lemak subkutan. Christensen et al. (1991) menambahkan bahwa lemak intermuskular berkorelasi positif dengan lemak subkutan.

Tabel 9. Rataan Bobot dan Persentase Lemak Intermuskular pada Potongan Komersial Karkas 1) Forequarter Neck dan Shoulder (gram) 122,40±32,30 104,90±37,60 113,65±34,95 (%) 10,17±2,72 9,21±2,67 9,69±2,70 Rack (gram) 20,94±4,79 21,40±3,72 21,17±4,26 (%) 6,42±1,91 7,18±0,67 6,80±1,29 Shank dan Breast (gram) 51,60±35,20 33,15±7,63 42,38±21,42 (%) 11,65±6,99 8,61±2,04 10,13±4,52 Flate (gram) 19,90±23,80 11,95±3,96 15,93±13,88 Hindquarter (%) 7,91±6,53 6,84±1,91 7,38±4,22 Loin (gram) 20,56±4,43 29,20±14,2 24,88±9,32 (%) 5,42±1,38 8,14±3,68 6,78±2,53 Leg (gram) 62,90±42,50 48,80±11,10 55,85±26,8 (%) 5,11±3,39 4,09±0,94 4,60±2,17 Flank (gram) 8,84±9,07 1±2 4,92±5,54 Keterangan: (%) 9,9±11,3 1,01±2,01 5,46±6,66 1) Persentase terhadap bobot potongan komersial karkas Rataan bobot lemak intermuskular paling tinggi adalah potongan komersial karkas bagian neck dan shoulder yaitu sebesar 113,65 gram dan rataan daging paling rendah adalah potongan komersial karkas bagian flank yaitu sebesar 4,92 gram. Rataan persentase lemak intermuskular paling tinggi adalah potongan komersial karkas bagian shank dan breast yaitu sebesar 10,13% dan persentase lemak intermuskular paling rendah adalah potongan komersial bagian leg yaitu sebesar 4,60%. Sunarlim dan Setiyanto (2005) melaporkan bahwa persentase lemak paling tinggi adalah bagian leg dan shoulder. Dengan bertambahnya umur serta konsumsi energi, deposisi lemak terjadi di antara otot (lemak intermuskular), lapisan bawah kulit (lemak subkutan), dan terakhir di antara ikatan serabut otot yaitu lemak intramuskular atau marbling. Urut-urutan

yang lebih lengkap tentang perkembangan kedewasaan lemak depot adalah intermuskular, perirenal atau canel, lemak ginjal, lemak subkutan dan omental atau caul (Soeparno, 2005). Distribusi Tulang pada Potongan Komersial Tulang merupakan jaringan pembentuk kerangka tubuh yang mempunyai peranan penting bagi pertumbuhan ternak. Untuk menciptakan fungsi tersebut maka tulang berkembang lebih awal atau masak dini jika dibandingkan dengan jaringan otot dan jaringan lemak. Tulang merupakan salah satu bagian dari komponen karkas. Proporsi tulang yang berbeda-beda pada setiap potongan mencerminkan perbedaan dari potongan komersial. Rataan bobot dan persentase tulang pada potongan komersial dapat dilihat pada Tabel 10. Berdasarkan hasil uji Tukey dapat dilihat bahwa perlakuan perbedaan genotipe gen calpastatin tidak mempengaruhi bobot dan persentase tulang pada potongan komersial karkas. Artinya domba ekor tipis dengan genotipe gen calpastatin yang berbeda menunjukkan hasil yang relatif sama. Rataan bobot tulang paling tinggi adalah potongan komersial karkas bagian neck dan shoulder yaitu sebesar 275,50 gram dan rataan tulang paling rendah adalah potongan komersial karkas bagian flank yaitu sebesar 0 gram. Hal itu disebabkan karena pada bagian neck dan shoulder mempunyai ukuran tulang yang besar, sedangkan dibagian flank tidak terdapat tulang sama sekali karena terdapat dibagian perut yang berfungsi melindungi organ-organ perut. Rataan persentase tulang paling tinggi adalah potongan komersial karkas bagian shank dan breast yaitu sebesar 30,87% dan persentase tulang paling rendah adalah potongan komersial bagian flank yaitu sebesar 0%. Sunarlim dan Setiyanto (2005) menyatakan bahwa persentase tulang paling tinggi adalah bagian leg dan shoulder sedangkan persentase tulang paling rendah adalah bagian flank. Proses pembentukan tulang dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor diantaranya umur dan pakan yang diberikan. Black et al. (1999) menyatakan bahwa proses pembentukan dan penyerapan merupakan proses dalam memenuhi kebutuhan massa tulang dan kedua proses tersebut lebih tinggi terjadi di awal pertumbuhan daripada di akhir pertumbuhan. Loveridge (1999) menambahkan bahwa tulang membutuhkan Ca 2+ dalam proses reproduksi tulang.

Tabel 10. Rataan Bobot dan Persentase Tulang pada Potongan Komersial Karkas 1) Forequarter Neck dan Shoulder (gram) 278,80±20,80 272,20±32,70 275,50±26,75 (%) 23,30±3,08 24,26±0,95 23,78±2,02 Rack (gram) 94,9±14,8 89,8±10,9 92,35±12,85 (%) 28,75±4,35 30,30±2,11 29,53±3,23 Shank dan Breast (gram) 127±24 120,7±11,7 123,85±17,85 (%) 30,43±2,79 31,30±2,88 30,87±2,84 Flate (gram) 41,7±20,3 35,43±5,93 38,57±13,12 Hindquarter (%) 19,59±3,87 20,41±2,32 20±3,10 Loin (gram) 89,5±18,3 129±72,7 109,25±45,5 (%) 23,01±3,08 35,40±16,40 29,21±9,74 Leg (gram) 240,4±64,1 267,2±27,5 253,8±45,8 Keterangan: (%) 19,64±6,18 22,33±0,95 20,98±3,57 1) Persentase terhadap bobot potongan komersial karkas *Tidak terdapat tulang pada bagian flank Secara umum hasil yang diperoleh pada penelitian ini sesuai dengan penelitian Supriyanto (2010) yang menyatakan bahwa perbedaan genotipe gen calpastatin yaitu MM dan MN tidak berpengaruh terhadap laju pertumbuhan dan ukuran-ukuran tubuh domba ekor tipis. Genotipe MM dan MN kemungkinan memiliki karakteristik yang tidak terlalu berbeda karena memiliki alel dominan yang sama yaitu alel M. Palmer et al. (1998) menyatakan bahwa genotipe MN terdiri atas 77% alel M dan 23% alel N. Alel M diduga memiliki sifat yang lebih baik dibandingkan dengan alel N. Diyono (2007) menyatakan bahwa domba lokal jantan dengan genotipe MN mempunyai rataan bobot badan lebih tinggi dibandingkan dengan genotipe NN. Ou (1991) menyatakan bahwa aktivitas calpastatin dipengaruhi oleh umur ternak. Semakin tua umur ternak maka aktivitas calpastatin akan semakin menurun. Pada penelitian tersebut menggunakan ternak domba dengan tiga jenis umur ternak

yaitu anak domba, masa sapih dan ternak dewasa. Hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa aktivitas calpastatin pada anak domba paling tinggi dibandingkan yang lain dan aktivitas calpastatin pada ternak dewasa paling rendah. Pada penelitian ini ternak yang digunakan adalah ternak umur satu setengah tahun yang dapat dikategorikan sebagai ternak dewasa sehingga aktivitas calpastatin telah menurun dan tidak mengakibatkan perbedaan yang nyata pada hasil yang didapatkan pada penelitian ini. Selain itu, kemungkinan kekurangan kandungan Ca 2+ dalam pakan yang digunakan dapat mempengaruhi hasil yang diperoleh dalam penelitian ini karena menurut Carlin et al. (2006), calpastatin membutuhkan Ca 2+ dalam menghambat aktivitas calpain. Pakan diketahui dapat mempengaruhi bobot komponen karkas maupun non karkas, tetapi dalam penelitian Ibrahim et al. (2008) menunjukkan hasil bahwa pakan tidak berpengaruh terhadap aktivitas calpastatin. Pada penelitian tersebut menggunakan pakan yang berenergi tinggi dan pakan yang berenergi rendah sebagai perlakuannya. Perhitungan bobot komponen karkas dilakukan pada 24 jam postmortem yang sesuai dengan penelitian Woodward et al. (2000) yang menyatakan bahwa aktivitas calpastatin tertinggi setelah pemotongan adalah 24 jam postmortem, tetapi masih tidak menghasilkan perbedaan yang nyata. Faktor lain yang diduga mempengaruhi hasil ini adalah ph. Pada penelitian Carlin et al. (2006) menunjukkan bahwa meskipun ph tidak berpengaruh terhadap aktivitas calpastatin tetapi ada kecenderungan semakin besar ph maka aktivitas calpastatin juga semakin meningkat. PH yang digunakan dalam penelitian tersebut yaitu 6,5 dan 7,5. Aktivitas calpastatin pada ph 7,5 lebih tinggi dibandingkan pada ph 6,5, tetapi perbedaan dari kedua ph tersebut tidak nyata. Pada penelitian ini ph yang diperoleh yaitu ph 5-6 sehingga kemungkinan aktivitas calpastatin yang diperoleh lebih kecil daripada penelitian Carlin et al. (2006). Devendra dan Burns (1994) menyatakan bahwa meskipun genotipe ditentukan pada saat pembuahan dan seumur hidup tidak berubah, ekspresinya dapat berubah karena umur, pengaruh lingkungan dan interaksi antara genotipe dan lingkungan.