BAB II KAJIAN TEORITIS DAN KAJIAN HIPOTESIS. atau bertanding. Istilah lain yang menggunakan kata atletik adalah athletic (bahasa

dokumen-dokumen yang mirip
BAB II KAJIAN TEORITIS DAN KAJIAN HIPOTESIS

Pengertian Lari Estafet

D i Yunani, estafet obor diselenggarakan dalam hubungannya pemujaan leluhur pemujaan leluhur dan untuk meneruskan api ramat jajahan- jajahan baru. A p

LARI ESTAFET. Materi Lari Estafet Kelas XI 1, design Baramasto

BAB II KAJIAN TEORITIS DAN HIPOTESIS TINDAKAN. Selanjutnya menurut Nurhuda dan Kusumawaty (2010 : 47) bahwa istilah

BAB II. out-put dari pembelajaran yaitu terjadinya perubahan terhadap subjek yang mempelajari sesuatu,

BAB II LANDASAN TEORI DAN HIPOTESIS. olahraga apapun, mengandung unsur-unsur atletik. Adapun unsur-unsur atletik

BAB II KAJIAN TEORITIS DAN DAN HIPOTESIS TINDAKAN. beregu. Permainan kasti dimainkan dilapangan terbuka. Jika ingin menguasai

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB II KAJIAN TEORI DAN HIPOTESIS TINDAKAN. lain yang menggunakan kata atletik adalah athletics (bahasa Inggris), athletiek

BAB II KAJIAN TEORI DAN HIPOTESIS TINDAKAN. yaitu Athlon yang berarti memiliki makna bertanding atau berlomba (Yudha

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

Berbagai Bentuk dan Kombinasi Gerak Dasar Anak Usia dini

BAB II KAJIAN TEORI DAN HIPOTESIS TINDAKAN

BAB I PENDAHULUAN. dasar yang dinamis dan harmonis, yaitu jalan, lari, lompat dan lempar. Bila

BAB I PENDAHULUAN. yang dinamis dan harmonis, yaitu jalan, lari, lompat dan lempar. Atletik juga

BAB I PENDAHULUAN. Atletik merupakan induk dari semua cabang olahraga karena

METHODIK DASAR GERAK ATHLETIK

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sanila, 2013

II. TINJAUAN PUSTAKA. melalui berbagai aktvitas jasmani yang bertujuan untuk mengembangkan indvidu

BAB II KAJIAN TEORITIS DAN HIPOTESIS TINDAKAN. sosial.permainan basket banyak mengandung unsur seni. Hal ini dapat dilihat dari

ABSTRAK. Kata kunci : kemampuan lari pendek melalui pendekatan pembelajaran variatif ditandai dengan peningkatan nilai rata-rata

A. Daya Tahan dan Kekuatan Otot

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB II KAJIAN TEORI DAN HIPOTESIS TINDAKAN. pemberi bola kepada si pemukul. Namun pada permaianan kippers si pemukul

Lompat jangkit ( Triple Jump ) 1

BAB II KAJIAN TEORITIS DAN HIPOTESIS TINDAKAN. pembelajaran, dan hasil belajar yang dicapai siswa sangat dipengaruhi oleh

BAB I PENDAHULUAN. melalui pendidikan jasmani. Kegiatan diarahkan dan dilaksanakan sedemikian rupa, sehingga

PANDUAN PEMBELAJARAN KETERAMPILAN USIA DINI CABANG OLAHRAGA ATLETIK. Bidang permainan atletik adalah pertama-tama untuk memotivasi

BAB II KAJIAN TEORITIS DAN HIPOTESIS TINDAKAN. dunia dan menjadi permainan di era modern. Setiap regu untuk dapat

2015 PENGARUH PENGGUNAAN MEDIA FLYING DISC TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA DALAM PEMBELAJARAN LEMPAR CAKRAM DI SMPN 1 LEMBANG

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. sesuai dengan kondisi dan karakter siswa. Dengan melihat secara langsung, anak

MODEL PERMAINAN UNTUK ANAK USIA 10 TAHUN (16 model permainan)

BAB I PENDAHULUAN. Lompat jauh gaya jongkok merupakan salah satu nomor yang tergabung dalam

BAB II KAJIAN TEORITIS DAN HIPOTESIS

Permainan Bola Voli. 1. Sejarah Permainan Bola Voli. 2. Pengertian Bola Voli. 3. Lapangan Bola Voli

BAB I PENDAHULUAN. membangkitkan rasa kebangsaan Nasional. Dalam kehidupan modern ini

Lompat Jauh. A. Pengertian Lompat Jauh

PENGARUH LATIHAN VARIASI SPEED LADDER DRILL TERHADAP HASIL LARI SPRINT 60 METER PADA SISWA PUTRA KELAS VIII SMP NEGERI 6 KOTA JAMBI

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB II KAJIAN TEORI. Mengatakan keterampilan yaitu kemampuan seseorang untuk. menggunakan akal, fikiran, ide dan kreativitasnya dalam mengerjakan,

BAB I PENDAHULUAN. dasar yang dinamis dan harmonis, yaitu jalan, lompat, lari, dan. lempar (Eddy Purnomo, 2007:1). Bila dilihat dari arti atau istilah

UPAYA MENGATASI KESULITAN SISWA DALAM PEMBELAJARAN GERAK DASAR ATLETIK PADA

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana

I. PENDAHULUAN. unsur yang berpengaruh terhadap semua jenis olahraga. Untuk itu perlu

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

IMPLEMENTASI KOOPERATIF STAD UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR TOLAK PELURU

I. PENDAHULUAN. terutama nomor lari jarak pendek 200 meter, maka dari itu peneliti mencoba

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pelaksanaan pendidikan jasmani olahraga dan kesehatan merupakan

Abstrak ISSN:

BAB II KAJIAN TEORITIS DAN HIPOTESIS TINDAKAN Hakikat Menendang Bola dengan kaki bagian dalam

I. PENDAHULUAN. pendidikan jasmani erat kaitannya dengan usaha-usaha pendidikan yang terencana

TES KESEGARAN JASMANI INDONESIA (TKJI)

HUBUNGAN KEKUATAN MAKSIMAL OTOT TUNGKAI DAN FREKUENSI LANGKAH (CADENCE) TERHADAP KECEPATAN SPRINT

BAB I PENDAHULUAN. mempertahankan dan menjaga kelangsungan hidup. sejauh mungkin dan bola besi berat inilah diberi nama peluru yang

2015 PENGARUH LATIHAN BARBELL LUNGES D AN D UMBELL ONE-ARM SHOULD ERS PRESS TERHAD AP HASIL TOLAK PELURU

JURNAL HUBUNGAN ANTARA DAYA LEDAK TUNGKAI BAWAH DAN KELINCAHAN DENGAN KECEPATAN LARI 100 METER PADA SISWA PUTRA KELAS IX SMP NEGERI 6 KEDIRI 2016/2017

Sejarah Lempar Lembing

BAB I PENDAHULUAN. bergantung kepada faktor, kondisi,dan pengaruh-pengaruh dalam menuju sebuah

BAB II KAJIAN TEORETIS DAN HIPOTESIS TINDAKAN. bola voli yang cukup pesat ternyata banyak sekali anak-anak di berbagai negara

BAB I PENDAHULUAN. kejuaraan atletik. Pelaksanaan lompat dalam perlombaan atletik memerlukan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

merupakan olahraga pertama kali yang ada di dunia menurut Eddy Purnomo dimulai dari negara Yunani, negara negara dibenua Eropa sampai Amerika dan

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Jl.Sekolah pembangunan NO. 7A Medan Sunggal

PENGARUH LATIHAN HOLLOW SPRINT TERHADAP HASIL LARI SPRINT 50 METER PADA SISWA KELAS VIII SMP NEGERI 6 KOTA JAMBI

BAB II KAJIAN TEORETIS DAN HIPOTESIS TINDAKAN. Pembelajaran atletik di sekolah sangat penting dikarenakan cabang atletik

BAB II KAJIAN TEORITIS DAN HIPOTESIS. dengan arah lemparan yang telah ditentukan. Menurut Fadillah Rachmat

ABSTRAK. Kata Kunci : tolak peluru, Pembelajaran, modifikasi peluru, bola Kasti. A. Pendahuluan

BAB II KAJIAN TEORITIS DAN HIPOTESIS TINDAKAN. menghasilkan lompatan yang sejauh-jauhnya. Dalam pelaksanaannya,lompat jauh

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

MAKALAH LARI JARAK JAUH, JARAK PENDEK, DAN JARAK MENENGAH

BAB 1 PENDAHULUAN. diperlombakan baik di tingkat regional maupun nasional, karena atletik

BAB I PENDAHULUAN. sebelumnya. Kemajuan olahraga dipengaruhi oleh kemajuan ilmu pengetahuan

BAB II KAJIAN TEORI. baik (Djumidar A. Widya, 2004: 65). kaki untuk mencapai jarak yang sejauh-jauhnya.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

TES KESEGARAN JASMANI INDONESIA (TKJI)

TES KESEGARAN JASMANI INDONESIA (TKJI)

PEMERIKSAAN KESEGARAN JASMANI ANAK USIA SEKOLAH LANJUTAN. Oleh: Cerika Rismayanthi, M.Or NIP

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Atletik merupakan kegiatan jasmani yang terdiri dari gerakan-gerakan yang dinamis dan

bab 1 gerak dasar kata kunci berjalan memutar melempar berlari mengayun menangkap melompat menekuk menendang

PERATURAN DAN KETENTUAN PERLOMBAAN CABOR ATLETIK

PENERAPAN METODE PERMAINAN LARI SAMBUNG MATA PELAJARAN PENJASKES UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR PADA SISWA KELAS 2 A SDN TANGGUL KULON 03 JEMBER

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN ( RPP

BAB I PENDAHULUAN. kualitas hidup, serta upaya dengan senantiasa menerapkan prinsip-prinsip ilmu

BAB I PENDAHULUAN. adalah salah satu wujud yang bisa mengembangkan sumber daya manusia serta

BAB I PENDAHULUAN. bahasa Yunani athon yang berarti kontes. Atletik merupakan cabang olahraga

Yan Indra Siregar. Abstrak

BAB I PENDAHULUAN. terbuka dan demokrasi. Oleh karena itu pendidikan hendaknya dikelola, baik

BAB I PENDAHULUAN. waktunya untuk melakukan satu atau lebih kegiatan fisik, dengan. untuk hiburan (dalam Hadjarati Irwan, 2006 : 9).

BAB I PENDAHULUAN. pengetahuan dari kegiatan pendidikan. Manusia membutuhkan pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. lari terdiri dari enam macam yang salah satunya adalah Lari cepat (Sprint) yang

BAB I PENDAHULUAN. Dalam proses pembelajaran pendidikan jasmani, agar tercipta kondisi dan

TINJAUAN PUSTAKA. ini, belajar adalah merupakan salah satu proses suatu kegiatan dan bukan suatu hasil atau hasil

BAB II KAJIAN TEORI DAN HIPOTESIS TINDAKAN. pembelajaran akan berlangsung baik hingga mencapai hasil yang baik pula.

PEDOMAN KIDS ATHLETICS (Perlombaan Atletik Untuk Anak SD) 1. Sprint / Gawang : Estafet bolak-balik dengan kombinasi sprint dan gawang.

BAB VIII RENANG. 150 Kelas X SMA/MA/SMK/MAK

TOLAK PELURU A. SEJARAH TOLAK PELURUH

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

Transkripsi:

1 BAB II KAJIAN TEORITIS DAN KAJIAN HIPOTESIS 2.1 Kajian teoritis 2.1.1 Hakikat atletik Istilah atletik berasal dari kata Athlon (bahasa yunani) yang berarti lomba atau bertanding. Istilah lain yang menggunakan kata atletik adalah athletic (bahasa Inggris) atheletiek (Bahasa Belanda) atheque (Bahasa Prancis). Atletik adalah salah satu cabang olahraga tertua yang dilakukan manusia sejak jaman purba hingga sekarang, bahkan boleh dikatakan sejak adanya manusia dimuka bumi ini atletik sudah ada, karena gerakan-gerakan yang terdapat dalam cabang olahraga atletik seperti berjalan, berlari, melompat dan melempar, adalah gerakan yang dilakukan oleh manusia dalam kehidupannya sehari-hari. Atletik merupakan cabang olahraga yang meliputi berbagai macam pertandingan dengan keahlian yang berbeda-beda, namun yang pokok ada dua jenis yaitu trock dan field. Track adalah perlombaan yang dilakukan dilintasan dan field perlombaan yang dilakukan di lapangan. Kedua kata tersebut mengandung makna: pertandingan, perlombaan, pergulatan, atau perjuangan. Atletik adalah gabungan dari beberapa jenis olahraga yang secara garis besar dapat dikelompokkan menjadi lari, lempar, dan lompat (http/id. /Wikipedia.org/wiki/20/01/2011). Awal sejarah atletik di Indonesia tercatat pada permulaan tahun 1930-an ketika pemerintah Hindia-Belanda memasukkan atletik sebagai salah satu mata pelajaran di sekolah-sekolah. Dikalangan masyarakat pada

2 waktu itu cabang olahraga ini boleh tersebar luas karena hanya dikenal dilingkungan sekolah saja walaupun demikian, masyarakat lambat laun mengenal sifat dan manfaat atletik dan dari kehari penggemarnya bertambah. Oleh kalangan Belanda telah debentuk sebuah organisasi yang akan menangani penyelenggaraan atletik dengan nama Nedherland (NIAU) http/wikipedia.org/wiki. 2.1.2. Hakikat Lari Estafet Menurut Asep Kurnia Nenggola (2006:97) bahwa lari estafet (lari bersambung) adalah lari beregu yang terdiri atas empat orang pelari yang dilakukan secara bersambung dan bergantian sambil membawa tongkat dari garis start sampai garis finish. Selanjutnya menurut Munasifah (2008:29) bahwa lari bersambung/estafet yang dilaksanakan 1 pelari 3 4 orang dengan memberikan tongkat kecil (tongkat estafet) yang sambung menyambung antar pelari, yang biasanya ada jarak tertentu untuk memberikannya. Menurut Yudistira (2004:70) bahwa lari estafet atau lari beranting disebut juga lari sambung yang merupakan salah satu cabang olahraga atletik, dilaksanakan secara bergantian membawa tongkat estafet dari garis menuju garis finish dengan jarak tempuh yaitu 4 x 100 meter, 4 x 200 meter, 4 x 800, dan 4 x 1.600 meter. Keberhasilan suatu regu estafet sebagian besar ditentukan oleh kelancaran pelaksanaaan pergantian tongkat, oleh sebab itu suatu regu yang mempunyai pelari dengan catatan waktu yang baik belum tentu memenangkan pertandingan, karena hanya regu yang mampu melaksanakan pergantian tongkat dengan mulus dan mempunyai kecepatan stabil dapat memenangkan perlombaan.

3 Pada nomor lari estafet ada kekhususan yang tidak akan dijumpai pada nomor lari yang lain, yaitu memindahkan tongkat sambil berlari cepat dari pelari kesatu kepada pelari berikutnya sebagaimana dikemukakan Widya (2003:28)bahwa lari sambung adalah merupakan kegiatan jasmani berupa lari sambil memindahkan benda atau alat dari satu pelari ke pelari lainnya. Senada dengan pendapat di atas (en.wikipedia.org/wiki/male/28/02/2011) memuat bahwa lari estafet adalah salah satu lomba lari pada perlombaan atletik yang dilaksanakan secara bergantian. Satu regu pelari sambung terdiri dari 4 orang pelari. Dalam perlombaan lari sambung pelari berlari dengan kecepatan penuh dengan memindahkan tongkat harus berada di dalam daerah yang disebut zona panjang 20 meter. Perpindahan tongkat diluar zona tersebut regu dinyatakan gagal atau didiskualifikasi. Dengan kata lain, lari estafet adalah lari yang dilakukan oleh 4 orang dalam satu regu yang biasanya membawa tongkat yang berukuran kecil apabila tongkat jatuhnya di lintasan orang lain, maka pelari harus menunggu orang tersebut lewat atau melintas baru pelari boleh mengambilnya. Hal ini dilakukan agar supaya tidak akan menghambat orang lain sehingga pelari tidak saling tabrakan. Dari beberapa pendapat di atas dapat diambil kesimpulan bahwa lari estafet adalah salah satu jenis olahraga yang berinduk pada atletik dimana pelarinya berjumlah lebih dari 1 orang dan kurang dari 5 orang yang bergabung dalam 1 tim, dan masing-masing pelari sudah diatur dalam jarak tertentu untuk kemudahan bersiap-siap menunggu atau menerima tongkat estafet dari teman dan

4 kemudian berlari untuk menyerahkan tongkat tersebut kepada teman 1 tim serta seterusnya saling mengoforkan tongkat hingga memasuki garis finish. 2.1.3 Hakikat Teknik Lari Estafet Pada lari estafet ada beberapa macam cara dalam pemberian tongkat estafet dari pelari kepada pelari berikutnya. Para pelari harus menerima dan memberikan dengan berselang-seling. Misalnya pelari pertama memegang tongkat dengan tangan kanan, pelari kedua harus menerima dengan tangan kiri, pelari ketiga menerima dengan tangan kanan, pelari terakhir menerima dengan tangan kiri. Perpindahan tongkat terbaik bila pemindahan tongkat berlangsung dalam keadaan pelari sudah mencapai kecepatan tertinggi. Ini terjadi kira-kira 15 18 meter setelah garis permulaan dalam daerah pergantian. Secara garis besar, menurut Suyudi (2009:69) bahwa pergantian tongkat estafet itu ada dua macam, yaitu dengan melihat (Visual) dan tanpa melihat (non visual). 1. Teknik Penerimaan Tongkat Melihat ( Visual) Keterampilan teknik penerimaan tongkat dengan cara melihat yaitu pelari yang menerima tongkat melakukannya dengan berlari sambil menolehkan kepala untuk melihat tongkat yang diberikan oleh pelari sebelumnya atau si penerima tongkat estafet menoleh ke belakang, melihat kepada pemberi tongkat. Penerimaan tongkat dengan cara melihat biasanya di lakukan pada nomor 4 x 400 meter. 1 Teknik Penerimaan Tongkat Tanpa Melihat (Non Visual) Keterampilan penerimaan tongkat estafet dengan cara tidak melihat yaitu

5 pelari yang mnerima tongkat melakukannya dengan berlari tanpa melihat tongkat yang akan diterimanya atau penerima tongkat estafet tanpa menoleh kepada si pemberi tongkat. Cara penerimaan tongkat tanpa melihat biasanya digunakan dalam lari estafet 4 x 100 meter. Pemberi melakukan gerakan ayunan dari arah bawah belakang badan dengan sikap ibu jari dan jari lainnya membentuk huruf V terbalik dengan ibu jari yang berada pada bagian luar dari badan, sedangkan keempat jari lainnya di bagian dalam. Dilihat dari cara menerima tongkat, keterampilan gerak penerima tongkat tanpa melihat lebih sulit dari pada dengan cara melihat. Dalam pelaksanaannya, antara penerima dan pemberi perlu melakukan latihan yang lebih lama melalui pendekatan yang tepat. Dalam Muhajir (2002) dikemukakan bahwa pada prinsipnya lari estafet adalah berusaha membawa tongkat secepat-cepatnya yang dilakukan dengan memberi dn menerima tongkat dari satu pelari kepada pelari lainnya, agar dapat melakukan teknik tersebut, pelari harus menguasai keterampilan memberi serta menerima tongkat yang dibawanya. Dalam beberapaperlombaan lari estafet, seringkali suatu regu dikalahkan oleh regu lainnya hanya karena kurang menguasai keterampilan gerak menerima dan memberikan tongkat dari satu pelari kepada pelari yang lainnya. Bahkan, seringkali suatu regu didiskualifikasi karena kurang tepatnya penerimaan dan pemberian tongkat. Lari estafet mengenal dua keterampilan teknik pemberian dan penerimaan tongkat, yaitu :

6 (a) Keterampilan teknik pemberian dan penerimaan tongkat estafet dari bawah; (Keterampilan teknik ini dilakukan dengan cara pelari membawa tongkat dengan tangan kiri). Sambil berlari pelari akan memberikan tongkat, ayunkan tongkat dari belakang ke depan melalui bawah. Sementara itu jari-jari tangan lainnya dirapatkan. (b) Keterampilan teknik pemberian dan penerimaan tongkat estafet dari atas. Keterampilan teknik ini dilakukan dengan cara mengayunkan tangan dari belakang ke depan, kemudian dengan segerameletakkan tongkat dari atas pada telapak tangan penerima. Pelari yang akan menerima tongkat mengayunkan tangan dari depan ke belakang dengan telapak tangan menghadap ke atas. Ibu jari di buka lebar dan jari-jari tangan lainnya rapat. Pada keterampilan teknik pemberian tongkat dari atas, pemberian dan penerimaan tongkat dilakukan pada bagian tangan yang sama. Apabila pemberi melakukannya dengan tangan kanan, penerima akan melakukannya dengan tangan kiri pula (http:/sahabatabi.blogspotcom/2011/02/larisambungestafet.htm). Suatu regu lari estafet yang terdiri dari pelari-pelari yang baik hanya akan dapat memenangkan perlombaan jika mampu melakukan pergantian tongkat estafet dengan cepat dan sempurna. Menurut Yudistra (2004:73-76) bahwa cara menempatkan pelari-pelari tersebut adalah sebagai berikut : (a) Pelari ke- 1 ditempatkan di daerah start pertama dengan dilintasan tikungan ; (b) Pelari ke- 2 ditempatkan di daerah start kedua dengan lintasan di tikungan. (c) Pelari ke- 3 ditempatkan di daerah star ketiga dengan lintasan di tikungan.

7 (d) Pelari ke- 4 ditempatkan di daerah start keempat dengan lintasan lurus dan berakhir di garis finish. Disamping hal-hal tersebut di atas, penting pula untuk mengetahui peraturan perlombaan lari estafet sehingga seorang pelari tidak terkualifikasi. Secara umum, peraturan perlombaan dalam lari estafet antara lain sebagai berikut: (1) Panjang daerah pergantian tongkat estafet adalah 20 meter, 1,20 meter dan bagi pelari estafet 4 x 400 meter ditambah 10 meter prazona. Prazona adalah suatu daerah dimana pelari yang akan berangkat dapat mempercepat larinya, tetapi disini tidak terjadi pergantian tongkat; (2) Setiap pelari harus tetap tinggal di jalur lintasan masing-masing meskipun sudah memberikan tongkatnya kepada pelari berikutnya. Apabila tongkatterjatuh, pelari yang menjatuhkannya harus mengambilnya. (3) Tongkat estafet harus berukuran panjang tongkat 28-30 cm, diameter tongkat 38 mm, berat tongkat 50 gr. (4) Dalam lari estafet, pelari pertama berlari pada lintasannya masing-masing sampai tikungan pertama, kemudian boleh masuk ke lintasan dalam, pelari ketiga dan pelari keempat menunggu di daerah pergantian secara berurutan sesuai kedatangan pelari seregunya. 2.1.4 Hakikat strategi pembelajaran kelompok Menurut Isjoni dalam Muhammad (2008:17) bahwa kerja kelompok berasal dari kata cooperative yang artinya mengerjakan sesuatu secara bersamasama dengan saling membantu satu sama lainnya sebagai satu kelompok atau satu tim.

8 Sedangkan Roestiyah (2001:16) mengemukakan bahwa strategi kelompok adalah suatu cara mengejar siswa didalam kelas dipandang sebagai suatu kelompok atau dibagi menjadi beberapa kelompok, setiap kelompok terdiri dari 5 atau 7 siswa. Mereka bekerja sama dalam memecahkan masalah, atau melaksanakan tugas tertentu, dan berusaha mencapai tujuan pengajaran yang telah ditentukan pula oleh guru. Strategi kelompok merupakan satu kesatuan individu-individu pelajar yang disamping memiliki ciri khas masing-masing juga memiliki potensi untuk bekerja sama. Atas dasar ini, guru dapat memanfaatkan cirri khas dan potensi tersebut untuk kepentingan mengajar dengan strategi kerja kelompok baik menjadikan kelas sebagai satu kesatuan (kelompok tersendiri) maupun dengan membaginya menjadikelompok-kelompok kecil (sub-sub kelompok) Rahim (2001: 116). Kelompok bisa dibuat berdasarkan pertimbangan-pertimbangan sebagai berikut : a. Perbedaan individu dalam kemampuan belajar terutama bila kelas itu bersifat heterogen dalam pembelajaran. b. Perbedaan minat belajar. Dengan pertimbangan ini, kelas dibagi menjadi kelompok-kelompok yang terdiri atas para pelajar yang mempunyai minat yang sama. c. Pengelompokann berdasarkan jenis pekerjaan yang akan diberikan.

9 d. Pengelompokkan berdasarkan wilayah tempat tinggal, artinya pelajar-pellajar yang tinggal dalam satu wilayah dikelompokkan dalam satu kelompok sehingga memudahkan koordinasi kerja. e. Pengelompokkan atas dasar jenis kelamin pelajar putra dan kelompok putri. Roestiyah menjelaskan (2001 : 18) bahwa penggunaan tekhnik kerja kelompok untuk mengajar mempunyai tujuan agar siswa mampu bekerja sama dengan teman yang lain dan mencapai tujuan bersama. Pengelompokkan dalam tekhnik kelompok biasanya didasarkan pada : 1) Adanya alat pelajaran tidak memiliki jumlah agar penggunaan dapat lebih efisien dan efektif, maka siswa perlu dijadikan kelompok-kelompok kecil, karena bila seluruh siswa sekaligus menggunakan alat-alat itu tidak mungkin. Dengan pembagian kelompok mereka dapat memanfaatkan alat-alat yang terbatas itu sebaik muungkin, tanpa saling menunggu gilirannya. 2) Kemampuan belajar siswa. Didalam kelas kemampuan belajar siswa tidak sama. Siswa yang pandai dalam bahasa inggris, belum tentu sama pandainya dalam pelajaran sejarah. Dengan adanya perbedaan kemampuan belajar itu, maka perlu dibentuk kelompok menurut kemampuan belajar masing-masing, agar setiap siswa dapat belajar siswa dengan kemampuannya. 3) Kerja sama yang efektif. Dalam kelompok siswa harus bekerja sama mampu menyesuaikan diri, menyumbangkan pikiran/pendapat atau tenaga untuk kepentingan bersama sehingga mencapai suatu tujuan. Sehubungan hal di atas, Rahim (2001 : 118) mengatakan bahwa untuk mencapai hasil pengajaran yang baik dengan strategi kelompok ini terdapat

10 faktor yang hendaknya diperhatikan olehh guru, yaitu : a) Perlu adanya motivasi yang kuat untuk bekerja pada setiap anggota. Situasi yang menyenangkan antar anggota menentukan berhasil tidaknya kerja-kerja kelompok. Demikian pula persaingan yang sehat antar kelompok biasanya mendorong untuk belajar. b) Masalah merupakan satu unit yang dipecahkan bersama, atau masalah dibagibagi untuk dikerjakan secara individual. Hal ini tergantung pada kompleks tidaknya masalah yang akan dipecahkan. Dari pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa strategi kelompok sangat membantu siswa untuk bekerja sama antara teman yang lain, secara efektif dan mampu menyesuaikan diri sehingga mencapai suatu tujuan. 2.2 Hipotesis Tindakan Berdasarkan kajian teoritis yang telah di ajukan sebelumnya maka dapat di ajukan hipotesis tindakan sebagai berikut : Jika guru menggunakan strategi pembelajaran kelompok, maka kemampuan pengoporan tongkat estafet siswa kelas V SDN 1 Bulango Selatan Kabupaten Bone Bolanggo dapat ditingkatkan. 2.3 Indikator Kinerja Yang menjadi indikator keberhasilan dalam penelitian ini adalah jika 80% siswa yang menunjukkan keberhasilan dalam melakukan gerak dasar pengoporan tongkat estapet non visual,maka penelitian dinyatakan selesai.