BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR

dokumen-dokumen yang mirip
BAB V SIMPULAN DAN SARAN. Kajian ini mengungkapkan pemarkah kohesi gramatikal dan pemarkah kohesi

BAB I PENDAHULUAN. maupun sebagai komunikan (mitra baca, penyimak, pendengar, atau pembaca).

B AB II KONSEP, LANDASAN TEORI DAN TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. kalimat satu dengan kalimat lain, membentuk satu kesatuan. dibentuk dari kalimat atau kalimat-kalimat yang memenuhi persyaratan

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN. yang saling berhubungan untuk menghasilkan rasa kepaduan atau rasa kohesi

BAB I PENDAHULUAN. karena dalam kehidupan sehari-hari manusia selalu berhubungan dengan bahasa.

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Indonesia. Kohesi gramatikal..., Bayu Rusman Prayitno, FIB UI, 2009

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Manusia adalah makhluk sosial, yang tidak bisa hidup sendiri tanpa kehadiran

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Dalam kehidupan sehari-hari manusia dan bahasa tidak dapat

BAB I PENDAHULUAN. sangat berpengaruh terhadap makna yang terdapat dalam sebuah wacana. Salah

PENANDA HUBUNGAN REPETISI PADA WACANA CERITA ANAK TABLOID YUNIOR TAHUN 2007

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa merupakan hal penting yang perlu dipelajari karena bahasa

BAB I PENDAHULUAN. sarana yang berfungsi untuk mengungkapkan ide, gagasan, pikiran dan

BAB I PENDAHULUAN. tertinggi. Kalimat berperan sebagai unsur pembangun bahasa saja. Satuan

PRATIWI AMALLIYAH A

PENANDA KOHESI SUBSITUSI PADA WACANA KOLOM TAJUK RENCANA SUARA MERDEKA BULAN AGUSTUS 2009 SKRIPSI

BAB II LANDASAN TEORI. digunakan untuk mengetahui keaslian penelitian yang dilakukan. Tinjauan

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa jurnalistik merupakan ragam bahasa tersendiri yang dipakai dalam

BAB I PENDAHULUAN. Penguasaan kemampuan berbahasa Indonesia sangat penting sebagai alat

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR

BAB I PENDAHULUAN. terjadi pergeseran makna pada BT, oleh sebab itu seorang penerjemah harus

PENANDA KOHESI PADA TAJUK RENCANA HARIAN SURAT KABAR KOMPAS EDISI JANUARI 2015

BAB I PENDAHULUAN. komunikasi. Di dalam komunikasi manusia memerlukan sarana untuk

KOHESI DAN KOHERENSI RUBRIK BERITA MAJALAH MANDUTA TAHUN SKRIPSI. Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR

PENANDA HUBUNGAN REFERENSI DALAM WACANA BERITA PADA SITUS SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN. mempunyai hubungan pengertian antara yang satu dengan yang lain (Rani dkk,

ANALISIS PENGGUNAAN PIRANTI KOHESI PADA WACANA NASKAH LAKON SANDOSA SOKRASANA: SANG MANUSIA KARYA YANURA NUGRAHA NASKAH PUBLIKASI

ANALISIS PENANDA KOHESI DAN KOHERENSI PADA KARANGAN. NARASI SISWA KELAS VIII MTs AL-HIDAYAH GENEGADAL TOROH GROBOGAN TAHUN AJARAN 2012/2013

Mata Kuliah : Kajian wacana Jurusan/Prodi : PBSI/ (Non. Reg.)

ANALISIS KOHESI GRAMATIKAL PENGACUAN DEMONSTRATIF WAKTU DAN TEMPAT PADA TEKS LAGU IHSAN DALAM ALBUM THE WINNER

BAB V SIMPULAN DAN SARAN. Pada bagian akhir tesis ini, penulis sajikan simpulan sebagai jawaban atas rumusan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Suatu wacana dituntut untuk memiliki keutuhan struktur. Keutuhan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Manusia dalam sepanjang hidupnya hampir tidak pernah terlepas

BAB I PENDAHULUAN. Kemiripan makna dalam suatu bentuk kebahasaan dapat menimbulkan

BAB I PENDAHULUAN. untuk saling memahami maksud atau keinginan seseorang.

PENANDA KOHESI SUBSTITUSI PADA NOVEL SANG PEMIMPI KARYA ANDREA HIRATA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN PENELITIAN TERKAIT. Halliday dan Hasan (1976: 1) menyatakan bahwa teks adalah kumpulan sejumlah

BAB 1 PENDAHULUAN. maupun tulisan. Bahasa juga memegang peranan penting dalam kehidupan sosial

PENANDA KOHESI GRAMATIKAL KONJUNGSI ANTARKALIMAT DAN INTRAKALIMAT PADA TEKS PIDATO KENEGARAAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

PENANDA KOHESI PADA WACANA RUBRIK SUARA MAHASISWA DALAM HARIAN JOGLO SEMAR

BAB I PENDAHULUAN. menggunakan bahasa lisan dan bahasa tulisan. Bahasa lisan merupakan ragam bahasa

BAB I PENDAHULUAN. dari peristiwa komunikasi. Di dalam komunikasi manusia memerlukan sarana

BAB I PENDAHULUAN. wacana sangat dibutuhkan untuk mengimbangi perkembangan tersebut.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Peranan bahasa sangat penting dalam kegiatan komunikasi di

KOHESI LEKSIKAL REPETISI PADA WACANA INTERAKTIF DALAM KOLOM DETEKSI HARIAN JAWA POS EDISI JUNI 2007 SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN. untuk mempertahankan kelangsungan hidupnya dalam lingkungan. manusia untuk saling menyampaikan pesan dan maksud yang akan

PENANDA HUBUNGAN ELIPSIS PADA WACANA KATALOG ORIFLAME EDISI JANUARI 2009

WACANA NARATIF SHORT-SHORT STORY BOKKOCHAN KARYA HOSHI SHIN ICHI

BAB I PENDAHULUAN. Dalam kehidupan bermasyarakat, bahasa bukanlah satu-satunya alat

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Manusia merupakan makhluk yang selalu melakukan. komunikasi, baik itu komunikasi dengan orang-orang yang ada di

BAB I PENDAHULUAN. novel, buku, surat, dan dokumen tertulis, yang dilihat dari struktur lahirnya (dari

ANALISIS KOHESI GRAMATIKAL PENGACUAN PERSONA PADA TERJEMAHAN AL-QURAN SURAT AL-KAHFI (SURAT 18)

BAB I PENDAHULUAN. Berbeda dengan sintaksis yang mempelajari bagaimana satuan bahasa terbentuk,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Menulis merupakan suatu representasi bagian dari kesantunankesantunan

BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Kajian Terdahulu Universitas Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan manusia. Dalam berkomunikasi memerlukan sarana yang sangat

ANALISIS WACANA CELATHU BUTET PADA SURAT KABAR SUARA MERDEKA: TINJAUAN DARI SEGI KULTURAL, SITUASI, SERTA ASPEK GRAMATIKAL DAN LEKSIKAL SKRIPSI

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Indonesia. Alat-alat kohesi..., Astri Yuniati, FIB UI, 2009

PENANDA KOHESI LEKSIKAL REPETISI PADA WACANA TAJUK RENCANA SURAT KABAR SEPUTAR INDONESIA EDISI MARET 2009

ANALISIS PENANDA HUBUNGAN KONJUNGSI SUBORDINATIF PADA CERITA ANAK DI SKRIPSI

NASKAH PUBLIKASI. Untuk memenuhi sebagian persyaratan Guna mencapai derajat Sarjana S-1. Program Studi Pendidikan Bahasa, Sastra Indonesia, dan Daerah

BAB I PENDAHULUAN. Istilah sintaksis berasal dari bahasa Yunani (Sun + tattein) yang berarti

SARANA KOHESI DALAM CERPEN ROBOHNYA SURAU KAMI KARYA A. A. NAVIS. Jurnal Skripsi. Oleh TENRI MAYORE NIM JURUSAN SASTRA INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. kegiatan berkomunikasi. Dalam kegiatan berkomunikasi, manusia. perasaan, mengungkapakan kejadian yang dialami, bahkan mengungkapkan

BAB I PENDAHULUAN. Menulis adalah salah satu kemampuan bahasa bukanlah kemampuan yang

BAB I PENDAHULUAN. Tarigan (1987 : 27), Wacana adalah satuan bahasa yang terlengkap dan tertinggi atau

CHAPTER 5 SUMMARY BINA NUSANTARA UNIVERSITY. Faculty of Humanities. English Department. Strata 1 Program

I. PENDAHULUAN. Salah satu fungsi bahasa adalah sebagai alat komunikasi (Pateda, 1990: 4). Bahasa

BAB I PENDAHULUAN. Manusia merupakan makhluk sosial yang selalu berinteraksi antara satu

BAB II LANDASAN TEORI

ARTIKEL ILMIAH KEKOHESIFAN WACANA DALAM BUKU TEKS BAHASA INDONESIA KELAS VII TERBITAN KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN TAHUN 2013

REFERENSI DALAM WACANA TULIS PADA SURAT KABAR SOLOPOS EDISI JANUARI 2010 NASKAH PUBLIKASI

WACANA adalah... Wacana dilihat sebagai bangun bahasa yang utuh karena setiap bagian di dalam wacana itu berhubungan secara padu.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. dalam (internal) dan unsur luar (eksternal). Unsur internal berkaitan

Dari sudut wacana (tempat acuan) nya, referensi dibagi atas:

ANALISIS WACANA PADA IKLAN KARTU PERDANA AS, XL, AXIS, DAN IM3 DI TELEVISI SWASTA DEFI SUSANTI. RINI WIRASTY, B., S.S., M.Pd REDO ANDI MARTA, M.Pd.

BAB I PENDAHULUAN. diperlukan adanya sarana agar komunikasi tersebut dapat berjalan dengan

ANALISIS RETORIKA TEKSTUAL WACANA PADA NASKAH BERITA SEPUTAR PERISTIWA OLAH RAGA TERKINI RRI SURAKARTA SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN. Pembelajaran bahasa Indonesia mencakup empat keterampilan berbahasa

BAB III METODE PENELITIAN. mengumpulkan data penelitianya (Arikonto, 2013: 203). Metode yang digunakan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

ANALISIS WACANA TEKSTUAL DAN KONTEKSTUAL KHOTBAH IDUL ADHA

KOHESI GRAMATIKAL ANTARKALIMAT WACANA BERITA UTAMA MONITOR DEPOK

KEHESI DAN KOHERENSI DALAM KARANGAN NARASI SISWA KELAS VIII SMPN 6 BOJONEGORO

BAB I PENDAHULUAN. ada di dalam pikiran kepada orang lain yaitu dengan bahasa, baik secara lisan

BAB I PENDAHULUAN. dibandingkan komunikasi dalam bentuk tulisan. bahasa Indonesia ragam lisan atau omong.

BAB I PENDAHULUAN. terlepas dari peristiwa komunikasi untuk mengungkapkan gagasan, ide,

Kohesi Gramatikal Referensi Substitusi Elipsis Konjungsi

ANALISIS KOHESI GRAMATIKAL PENGACUAN PERSONA DALAM WACANA DIALOG ACARA BUKAN EMPAT MATA EPISODE 30 OKTOBER 2013

BAB I PENDAHULUAN. saatnya menyesuaikan diri dengan perkembangan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi

zs. /or.wisman lladi, M.Hum. ANA,LISIS PENAI{DA KOHESI GRAMATIKAL ARTIKEL POLITIK PADA MEDIA OFII.,INE KOMPASIANA.COM ARTIKEL Asrul Khairillrsibuan

BAB I PENDAHULUAN. sarana mengungkapkan ide, gagasan, pikiran realitas, dan sebagainya. dalam berkomunikasi. Penggunaan bahasa tulis dalam komunikasi

BAB I PENDAHULUAN. untuk hidup bersama. Untuk menjalani kehidupan sehari-hari antara orang yang

PENANDA HUBUNGAN ELIPSIS PADA RUBRIK LAYANG SAKA WARGA MAJALAH JAYA BAYA EDISI APRIL-MEI 2009

ASPEK GRAMATIKAL DAN LEKSIKAL PADA LIRIK LAGU GROUP BAND WALI DALAM ALNBUM RELIGI INGAT SHALAWAT NASKAH PUBLIKASI

KOHESI DAN KOHERENSI WACANA PADA CATATAN MOTIVASI MARIO TEGUH DI PROFIL FACEBOOK

BAB I PENDAHULUAN. memahami wacana dengan baik dan tepat diperlukan bekal pengetahuan

Transkripsi:

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR A. Tinjauan Pustaka Penelitian mengenai kohesi pada wacana mungkin sudah sering dilakukan dalam penelitian bahasa. Akan tetapi, penelitian mengenai kohesi gramatikal terhadap wacana prosedural jarang ditemui. Ada beberapa penelitian sebelumnya yang masih relevan dengan penelitian yang dilakukan peneliti mengenai kohesi pada wacana. Beberapa penelitian itu di antaranya. Penelitian Sekarwanti (2010) yang berjudul Kohesi Gramatikal dalam Teks Resep Masakan Berbahasa Rusia dalam Buku Tsarskaya Kuxnya / Dapur Tsar, karya S.Pisanyh. Penelitian tersebut mendeskripsikan mengenai alat-alat kohesi gramatikal yang terdapat dalam teks resep masakan berbahasa Rusia dalam buku Dapur Tsar. Setelah melalui analisis kohesi gramatikal pada buku resep berbahasa Rusia tersebut, menghasilkan kesimpulan berupa alat kohesi gramatikal yang muncul atau yang terdapat dalam teks tersebut. Kohesi-kohesi tersebut adalah referensi nomina anaforik, referensi demonstrativa anaforik, elipsis nomina, elipsis verba, konjungsi aditif, dan konjungsi temporal. Pada buku resep berbahasa Rusia tersebut ditemukan bahwa dari ketiga alat kohesi gramatikal sangat berperan penting dalam keutuhan dan kepaduan makna pada suatau wacana, yaitu dalam buku resep masakan berbahasa Rusia. Penelitian oleh Wahid Abdul Rohman (2013) yang berjudul Analisis Kohesi Gramatikal Konjungsi pada Teks Terjemahan Alquran Surah Al Ahzab, penelitian ini menganalisis bentuk kohesi gramatikal konjungsi yang digunakan pada teks terjemahan Alquran surah Al Ahzab. Disimpulakan oleh peneliti bahwa 9

10 teks terjemahan Alquran adalah objek kajian wacana yang mengandung kohesi gramatikal, kususnya kohesi gramatikal konjungsi. Penelitian lain yang dilakukan oleh Wening Handri Purnami (2008) yang berjudul Aspek Gramatikal dalam Wacana Tajuk Rencana Pada Harian Kedaulatan Rakyat. Pada penelitian ini mendeskripsikan bagaimana penggunaan aspek gramatikal dalam wacana tajuk rencana harian Kedaulatan Rakyat. Penelitian ini menunjukan bahwa pertalian antara kalimat-kalimat pembentuk wacana tajuk rencana dapat dinyatakan dengan pertalian antarunsur gramatikal yang terdapat dalam kalimat-kalimat itu. Pertalian antar unsur-unsur gramatikal itu dapat dibedakan menjadi empat jenis, yaitu berupa alat kohesi gramatikal referensi, subtitusi, elipsis dan konjungsi. Penelitian yang dilakukan oleh Makyun Subuki (2008) yang berupa tesis berjudul Kohesi dan Koherensi dalam Surat Al-Baqarah. Penelitian ini mendeskripsikan bentuk kohesi yang terdapat dalam surat Al-Baqarah, perwujudan kohesi dan koherensi yang dicapai antarbagian dalam teks surat Al- Baqarah dan kohesi yang dinyatakan secara eksplisit melalui alat kohesi. Dalam penelitian ini ditemukan beberapa alat kohesi gramatikal maupun leksikal yang terdapat dalam surat Al-Baqarah. Perwujudan kohesi dan koherensi antabagian teks kadangkala tidak menunjukan fungsi kohesi dan koherensi. Penelitian Tiara Perdana Putri (2010) yang berjudul Penanda Kohesi pada Wacana Rubrik Suara Mahasiswa dalam Harian Joglo Semar. Penelitian ini mendeskripsikan tentang penanda kohesi gramatikal dan leksikal dalam wacana Rubrik Suara Mahasiwa dalam harian Joglosemar. Ditemukan penanda-penanda

11 kohesi gramatikal dan penafsiran personal, prinsip penafsiran lokasional, prinsip temporal, prinsip analogidan interferensi. Penelitian ini hampir memiliki kesamaan dengan penelitian sebelumnya, yaitu penelitian yang dilakukan oleh Sekarwanti yang meneliti kohesi gramatikal wacana prosedural berupa resep masakan. Tetapi yang menjadi tujuan dari penelitian masing-masing sangat berbeda, Sekarwanti hanya meneliti mengenai alat kohesi gramatikal yang terdapat dalam resep masakan dan alat kohesi gramatikal yang sering muncul lalu diwujudkan dalam perbandingan angka. Penelitian yang peneliti lakukan adalah mengenai wacana prosedural petunjuk penggunaan obat. Peneliti mendeskripsikan bagaimana struktur wacana dalam petunjuk penggunaan obat, bentuk dan jenis kohesi gramatikal dan jenis kohesi gramatikal yang dominan. Kedua penelitian ini terlihat hampir sama, namun sangat berbeda ketika dilihat dari data, sumber data, dan tujuan yang akan dicapai dari masing-masing penelitian. Beberapa penelitian mengenai analisi wacana tersebut di atas menunjukan bahwa penelitian mengenai analisis wacana telah banyak dilakukan sebelumnya, namun penelitian mengenai wacana prosedural kususnya petunjuk penggunaan obat belum pernah dilakukan. Oleh karena itu, peneliti tertarik untuk melakukan penelitian mengenai wacana prosedural yang terdapat pada petunjuk penggunaan obat. Dengan adanya penelitian wacana prosedural pada petunjuk penggunaan obat ini, diharapkan bisa membawa mafaat.

12 1. Wacana B. Landasan Teori Pengertian wacana dalam kamus linguistik adalah satuan bahasa terlengkap dalam hierarki gramatikal merupakan satuan gramatikal tertinggi atau terbesar. Wacana ini direalisasikan dalam bentuk utuh, paragraf, kalimat, atau kata yang membawa amanat yang lengkap. Menurut Halliday dan Hasan (1992: 65) pengertian wacana adalah sebagai berikut. Teks atau wacana sebagai sesuatu yang dapat berdiri sendiri pada dasarnya adalah kesatuan makna, hal ini sejalan dengan pernyataan bahwa sumbangan yang paling penting terhadap koherensi adalah kohesi. Kohesi dan koherensi merupakan unsur hakikat wacana atau dua aspek teks yang turut menentukan keutuhan wacana. Dalam kohesi tersirat pengertian kepaduan, keutuhan wacana dan pada koherensi mengandung pengertian pertalian atau hubungan makna. Oleh karena itu, maka wacana berkedudukan lebih besar dari kalimat. Harimurti Kridalaksana (2001:231) mengemukakan wacana (discourse) adalah satuan bahasa terlengkap; dalam hierarki gramatikal merupakan satuan gramatikal tertinggi atau terbesar. Wacana ini direalisasikan dalam bentuk karangan yang utuh (novel, buku, seri ensiklopedia, dsb.), paragraf, kalimat atau kata yang membawa kalimat lengkap. Wacana merupakan satuan bahasa yang lengkap dalam satuan gramatikal tertinggi. Wacana dikatakan lengkap karena di dalamnya terdapat konsep, gagasan, pikiran, ide yang utuh, yang bisa dipahami oleh pembaca (dalam wacana tulis) atau oleh pendengar (dalam wacana lisan). Wacana dikatakan tertinggi karena wacana dibentuk dari kalimat-kalimat yang memenuhi persyaratan gramatikal dan persyaratan kewacaan lainya seperti kohesi dan koherensi (Sumarlam, 2003:11).

13 Hasan Alwi (2003:419) mengartikan wacana sebagai rentetan kalimat yann berkaitan yang menghubungkan proposisi satau dengan proposisi yang lain itu membentuk kesatuan. Pendapat Hasan Alwi dalam Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia, yaitu bahwa wacana merupakan tataran bahasa yang lebih luas dari kalimat (rentetan kalimat-paragraf). Wacana memuat rentetan kalimat yang berhubungan, menghubungkan proposisi yang satu dengan yang lainya, dan membentuk satu kesatuan informasi. Selanjutnya pengertian wacana menurut Samsuri (1988:1), wacana adalah remkaman kebahasaan yang utuh tentang peristiwa komunikasi. Komunikasi itu dapat menggunakan bahasa lisan, dan dapat pula memakai bahasa tulisan. Wacana mungkin bersifat transaksional, jika yang dipentingkan adalah isi komunikasi itu, tetapi mungkin bersifat interaksional jika merupakan komunikasi timbal-balik. Dari beberapa pengertian wacana menurut tokoh-tokoh di atas, peneliti dapat mengambil kesimpulan bahwa wacana adalah satuan gramatikal tertinggi berisi rentetan kalimat yang lengkap dan utuh, yang berisi tentang informasi yang ingin disampaikan, dan memiliki kohesi dan koherensi. 2. Jenis Wacana Menurut Djajasudarma (1994:6-14), jenis wacana dapat didistribusikan dari segi eksistensinya (realitas), media komunikasinya, cara pemaparannya dan jenis pemakaiannya.

14 a. Wacana berdasarkan realitasnya terbagi menjadi dua, yaitu: (1) Wacana verbal, yaitu rangkaian kebahasaan verbal atau language exist (kehadiran kebahasaan) dengan kelengkapan struktural bahasa, mengacu pada struktur apa adanya. (2) Wacana nonverbal atau language likes mengacu pada wacana sebagai rangkaian nonbahasa, yakni rangkaian isyarat atau tanda-tanda yang bermakna (bahasa isyarat). b. Wacana berdasarkan media komunikasinya terbagi menjadi dua, yaitu: (1) Wacana lisan, yaitu wujudnya berupa sebuah percakapan bahasa mengacu pada struktur apa adanya. (2) Wacana tulisan, yaitu berwujud sebuah teks atau bahan tertulis yang dibentuk oleh lebih dari satu alinea yang merupakan wacana. c. Wacana berdasarkan pemaparannya, wacana meliputi: (1) Wacana naratif yaitu rangkaian tuturan yang menceritakan hal atau kejadian (peristiwa) melalui penonjolan pelaku (persona I dan III). (2) Wacana deskriptif yaitu rangkaian tuturan yang memaparkan sesuatu atau melukiskan sesuatu baik berdasarkan pengalaman maupun pengetahuan penuturnya. (3) Wacana prosedural yaitu rangkaian tuturan yang melukiskan sesuatu berurutan dan secara kronologis. (4) Wacana ekspositori yaitu tuturan yang bersifat menjelaskan sesuatu berisi pendapat atau simpulan dari sebuah pandangan. (5) Wacana hortatori yaitu tuturan yang berisi ajakan atau nasehat.

15 (6) Wacana dramatik yaitu wacana yang menyangkut beberapa orang penutur dan sedikit bagian naratif. (7) Wacana epistorari yaitu wacana dalam bentuk surat-surat, dengan sistem dan bentuk tertentu.wacana seremonial yaitu wacana yang berhubungan upacara adat yang berlaku di masyarakat bahasa, berupa nasehat atau pidato pada upacara pernikahan atau perkawinan, kematian dan syukuran. d. Wacana berdasarkan jenis pemakaianya, meliputi: (1) Monolog (satu orang penutur) yaitu wacana yang tidak melibatkan bentuk tutur percakapan antara dua pihak yang berkepentingan. (2) Dialog (dua orang penutur) yaitu wacana yang berupa percakapan anatar dua pihak. (3) Polilog (lebih dari dua penutur) yaitu wacana yang melibatkan partisipan pembicaraan di dalam konversasi. 3. Wacana Prosedural Wacana atau teks yang bersifat prosedur adalah teks yang digunakan untuk membuat lawan (pendengar atau pembaca) mengerti cara menyelesaikan sebuah pekerjaan atau membuat sebuah hal. (Djatmika, 2015:44). Teks prosedur mempunyai format dan ciri kebahasaan yang khas. sebuah teks prosedur harus disusun untuk dapat mengakomodasi kegiatan sosial yang bertujuan untuk menunjukkan bagaimana sesuatu itu dibuat atau dilaksanakan melalui serangkaian tindakan atau aksi. Menurut Djatmika dalam bukunya yang berjudul Memahami Seluk Beluk Teks (2015:44-48), dijelaskan bahwa teks dengan jenis prosedur

16 mempunyai tiga unit wacana yaitu berupa tujuan (goal), bahan (materials), dan langkah-langkah (steps). Unit wacana bahan bersifat pilihan atau tak wajib hadir. Tidak semua teks prosedur memerlukan kehadiran unit wacana yang menjabarkan bahan yang dibutuhkan untuk melakukan atau membuat sebuah hal. Tujuan atau goal menunjukkan kepada pembaca atau pendengar target yang akan dicapai setelah mengikuti alur informasi yang dikemas oleh sebuah teks prosedur. Unit ini biasa ditunjukkan dengan bentuk kalimat pengantar atau hanya judul. Bagian bahan atau material menjelaskan tentang barang-barang atau benda-benda yang dibutuhkan untuk mencapai target. Terdapat juga teks prosedur yang tidak memiliki unit ini, seperti pada teks prosedur yang memberitahu cara melakukan sesuatu atau menggunakan sesuatu. Selanjutnya adalah unit steps atau langkah-langkah, unit ini adalah bagian inti dari teks prosedur. Berisi langkah-langkah atau tindakan-tindakan yang harus diikuti oleh pengguna teks untuk mencapai tujuan. 4. Kohesi Kohesi menurut Djajasudarma (1994:46) yaitu merujuk pada pertautan bentuk sedangkan koherensi pada pertauatan makna. Pada umumnya, wacana yang baik memiliki keduanya. Kalimat atau kata yang dipakai bertautan dan pengertian yang satu berkaitan dengan pengertian yang lainya secara berturutturut. Kohesi dan koherensi menjadi aspek yang sangat penting dan menjadi aspek yang sangat penting dan menjadi titik berat dalam suatu wacana. Menurut Halliday dan Hasan (1976: 4), kohesi diklasifikasikan menjadi dua yaitu kohesi leksikal dan kohesi gramatikal. Kohesi leksikal terdiri dari

17 reiterasi dan kolokasi. Reiterasi terbagi menjadi repetisi, sinonim, superordinat, dan kata umum. Kohesi gramatikal terbagi menjadi empat, yaitu referensi, subtitusi, elipsis dan konjungsi. Kohesi merupakan konsep semantik yang juga merujuk kepada keterkaitan kebahasaan yang didapati pada suatu ujaran yang membentuk wacana. Menurut Halliday dan Hasan (1976:5) bahwa kohesi merupakan satu set kemungkinan yang terdapat dalam bahasa untuk menjadikan suatu teks itu memiliki kesatuan. Hal ini berarti bahwa hubungan makna baik makna gramatikal maupun makna leksikal, perlu diwujudkan secara terpadu dalam kesatuan yang memebentuk teks yang dimarkahi dengan alat kohesi gramatikal dan alat kohesi leksikal. Halliday dan Hasan (1976:7) telah mencoba melihat kohesi makna itu dari dua sudut, yaitu kohesi gramatikal dan kohesi leksikal. Kedua kohesi ini terdapat dalam satu kesatuan teks. Kohesi ini juga memperlihatkan jalinan ujaran dalam bantuk kalimat untuk membentuk suatu teks atau konteks dengan cara menghubungkan makna yang terkandung di dalam unsur. Kaidah kohesi ini lebih dikenali dalam istilah perujukan, penggantian, pengguguran, konjungsi dan kohesi leksikal. 5. Kohesi Gramatikal Pada penelitian ini peneliti akan membahas lebih lanjut mengenai pemarkah kohesi gramatikal. Pemarkah kohesi gramatikal terdiri dari referensi, subtitusi, elipsis dan konjungsi.

18 a. Referensi Dalam buku analisis wacana (Sumarlam, 2003:23) dijelaskan referensi atau pengacuan adalah salah satu jenis kohesi gramatikal yang berupa satuan lingual tertentu yang mengacu pada satuan lingual lain (atau satuan acuan) yang mendahului atau mengikutinya. Berdasarkan tempatnya, apakah acuan itu berada dalam teks atau diluar teks, maka pengacauan dibedakan menjadi dua jenis: (1) pengacuan endofora apabila acaunnya (satuan lingual yang diacu) berada atau terdapat di dalam teks wacana itu, dan (2) pengacuan eksofora apabila acuannya berada atau terdapat di luar teks wacana. Menurut Halliday dan Hasan (1976:31) referensi adalah informasi yang bercirikan khusus ditandai dengan pencarian kembali. Pada referensi, informasi yang dicari adalah makna referensial yaitu kelas suatu benda atau referen yang diacunya. Referensi adalah hubungan kata dengan objeknya atau hubungan antara satu elemen dalam teks dengan sesuatu yang diacunya. Halliday dan Hasan membagi referensi menjadi dua yaitu (1) referensi eksofora yang merupakan perujukan diluar teks yaitu dimana orang dapat memahami tanpa adanya keterangan di dalam teks melainkan situasi yang sedang terjadi, dan referensi endofora yang merupaka perujukan dimana keterangan atau informasi yang dimaksud berada di dalam teks. Halliday dan Hasan (1976:37) membedakan referensi menjadi tiga jenis referensi. Jenis referensi tersebut adalah (1) referensi personal, (2) referensi demonstratif, dan (3) referensi komparatif.

19 (1) Referensi Personal Referensi personal yaitu referensi yang menunjukan kembali referenya melalui pronominal personal. Referensi personal adalah keterkaitan semantis antara satu unsur dari suatu alat kohesi dengan unsur lain yang dirujuknya, yaitu merujuk pada peserta dalam situasi komunikasi dan sesuatu yang dibicarakan dalam situasi komunikasi. (2) Referensi Demonstratif Referensi demonstratif yaitu referensi yang menunjukkan kembali referennya melalui pronomina demonstratif. Referensi demonstratif adalah keterkaitan semantis suatu unsur dengan unsur lain. Refensi demonstratif digunakan untuk menunjuk atau menandai orang, benda, tempat, atau waktu yang dirujuknya secara khusus. Referensi ini dapat dibagi menjadi tiga, yaitu (a) referensi demonstratif netral (neutral), (b) referensi demonstratif selektif (selective) dan (c) referensi demontratif adverbial. Referensi demonstratif netral dicontohkan dalam bahasa inggris yaitu the, the dalam bahasa Inggris merujuk pada nomina yang tidak didasarkan pada jarak ataupun jumlah anatara nomina yang ditunjukan dari penutur, dalam bahasa Indonesia sendiri tidak memiliki referensi jenis ini. Referensi demonstratif selektif adalah referensi yang digunakan untuk merujuk sesuatu berdasarkan jarak, dalam bahasa Inggris dicontohkan this menunjukan jarak sesuatu yang dirujuk itu dekat, sedangkan dan that digunakan untuk menunjukkan jarak sesatu yang dirujuk oleh penutur itu jauh. Referensi demonstratif adverbial adalah referensi yang

20 digunakan untuk merujuk sesuatu berdasarkan jarak jauh dan dekatnya tempat dan waktu, dalam bahasa Inggris referensi ini ada empat yaitu, here dan there menunjukan jauh dekatnya tempat, now dan then menunjukan jauh dekatnya waktu. (3) Referensi komparatif Referensi komparatif atau referensi perbandingan adalah keterkaitan antara satu unsur dengan unsur lain yang dirujuknya yang digunakan untuk membandingkan dua hal. Referensi perbandingan terdiri atas (a) referensi perbandingan umum dan (b) referensi perbandingan khusus. Referensi perbandingan umum adalah referensi yang bersifat umum yang ditinjau dari mengungkapkan kesamaan, kemiripan, dan perbedaan antara satu hal dengan hal yang lain yang dirujuknya. Referensi perbandingan khusus adalah referensi yang mengungkapkan perbandingan berdasarkan kualitas dan kuantitas. Referensi jenis ini diungkapkan dengan angka atau kuantitas dan mutu atau kualitas, selain itu juga bisa diungkapkan dengan adverbial. b. Subtitusi Subtitusi adalah penggantian atau penyulihan suatu kata. Subtitusi biasanya digunakan untuk menggantikan suatu kata dengan kata yang lain agar tidak terjadi pengunlangan kata. Menurut Halliday dan Hasan (1976: 90) ada tiga tipe subtitusi yaitu sebagai berikut. (1) Subtitusi Nomina Subtitusi nominal adalah penyulihan untuk menggantikan nomina atau kelompok nomina dengan kata atau frasa lain.

21 (2) Subtitusi Verba Subtitusi verba adalah penyulihan untuk menggantikan verba atau kelompok verba dengan kata atau frasa lain. (3) Subtitusi Klausa Subtitusi klausal adalah penyulihan untuk menggantikan klausa atau kelompok klausa dengan kata atau frasa lain. Tidak hanya mengantikan unsur-unsur tertentu dalam klausa, tetapi juga klausa secara keseluruhan. c. Elipsis Elipsis atau pelesapan adalah penghilangan kata-kata atau elemen secara struktural. Elipsis merupakan sesuatu yang dilesapkan, dan tidak menyebabkan teks menjadi sulit dimengerti. Elipsis tidak mengurangi maksud dari ucapan atau tuturan dan tetap bisa dipahami. Menurut Halliday dan Hasan (1976: 146) mengklasifikasikan elipsis menjadi tiga, yaitu elipsis nomina, elipsisi verba, dan elipsis klausa. (1) Elipsis Nomina Elipsis nomina adalah penghilangan unsur nomina di dalam suatu kalimat. Pengulangan suatu kata terkadang membuat suatu kalimat tidak efektif, maka elipsis atau pelesapan pada nomina dapat dilakukan. (2) Elipsis Verba Elipsis verba adalah penghilangan unsur verba pada suatu kalimat. (3) Elipsis Klausa Elipsis klausa adalah penghilangan klausa pada suatu kalimat.

22 d. Konjungsi Konjungsi adalah alat kohesi gramatikal yang berfungsi menghubungkan satu gagasan dengan gagasan yang lain. konjungsi berperan untuk menandai hubungan antarbagian dari sebuah teks sehingga teks tersebut dapat dipahami sepenuhnya. Berbeda dengan alat kohesi gramatikal lainya, konjungsi tidak mengacu pada teks-teks sebelumnya atau sesudahnya dengan hubungan anaforis dan kataforis. Menurut Halliday dan Hasan (1976:238) bahwa konjungsi diklasifikasikan menjadi empat tipe yaitu konjungsi aditif, konjungsi adversatif, konjungsi klausa, dan konjungsi temporal. (1) Konjungsi Aditif Konjungsi aditif adalah konjungsi yang berfungsi memberikan keterangan tambahan tanpa mengubah keterangan dalam kalimat sebelumnya. Konjungsi ini dapat berupa kata dan, bahkan, selain itu dan serta.\ (2) Konjugsi Adversatif Konjungsi adversatif adalah konjungsi yang menghubungkan dua gagasan yang menyatakan kontras. Konjungsi ini dapat berupa namun, tetapi, meskipun, dan melainkan. (3) Konjungsi Klausa Konjungsi klausa adalah konjungsi yang menghubungkan dua gagasan yang mempunyai hubungan sebab-akibat. Konjungsi ini dapat berupa karena, sebab, sehingga, dan jadi.

23 (4) Konjungsi Temporal Konjungsi temporal adalah konjungsi yang berfungsi untuk menyatakan suatu hubungan kronologis yang ada atau terjadi di dalam teks serta terdapat suatu hasil. Termasuk juga rangkaian peristiwa-peritiwa yang ditandai dengan penggunaan kata sebelum, setelah, ketika, saat, lalu dan sekarang. C. Kerangka Pikir Kerangka pikir adalah alur atau cara kerja yang dilakukan oleh peneliti untuk menyelesaikan permasalahan yang akan diteliti. Kerangka pikir dibuat untuk mempermudah peneliti dalam menentukan alur atau langkah kerja yang akan dikerjakan oleh peneliti. Berikut akan disampaikan kerangka pikir yang dilakukan oleh peneliti dalam penelitian ini. Penelitian mengenai wacana prosedural petunjuk penggunaan obat yang dilakukan peneliti menggunakan teori dari Halliday dan Hasan mengenai kohesi gramatikal. Kerangka pikir yang digunakan untuk menganalisis wacana prosedural petunjuk penggunaan obat adalah sebagai berikut. 1. Pada tahap awal dalam penelitian ini, peneliti menentukan objek penelitian yaitu wacana prosedural petunjuk penggunaan obat. Peneliti melakukan pemahaman terhadap wacana prosedural pentunjuk-petunjuk penggunaan obat, sehingga menemukan permasalahan mengenai kohesi gramatikal dalam wacana prosedural petunjuk penggunaan obat. 2. Setelah melakukan pemahaman yang mendalam, tahap selanjutnya adalah mengaitkan wacana prosedural petunjuk penggunaan obat dengan kohesi

24 gramatikal, sehingga ditemukan permasalahan dalam wacana petunjuk penggunaan obat yang dikaitkan dengan kohesi gramatikal. 3. Tahap selanjutnya adalah menentukan teori yang akan digunakan untuk menganalisis permasalahan mengenai kohesi gramatikal di dalam wacana prosedural petunjuk penggunaan obat. Dalam penelitian ini digunakan teori kohesi gramatikal yang dikemukakan oleh Halliday dan Hasan. 4. Tahap akhir dalam penelitian ini adalah simpulan, yaitu memaparkan hasil analisis mengenai kohesi gramatikal dalam wacana prosedural petunjuk penggunaan obat.

25 Petunjuk Penggunaan Obat Wacana Prosedural Petunjuk Penggunaan Obat Kohesi Gramatikal Referensi Subtitusi Elipsis Konjungsi Referensi persona Subtitusi nomina Elipsis nomina Konjungsi aditif Referensi demosntrativa Referensi perbandingan Subtitusi verba Subtitusi frasal Subtitusi klausa Elipsis verba Elipsis klausal Konjungsi adversatif Konjungsi kausal Konjungsi temporal