BAB I PENDAHULUAN. A.Latar Belakang Masalah

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. mencakup penekanan pada produk, biaya, harga, pelayanan, penyerahan tepat

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kesehatan merupakan hak asasi manusia dan salah satu unsur

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 1. Periode zaman penjajahan sampai perang kemerdekaaan tonggak sejarah. apoteker semasa pemerintahan Hindia Belanda.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 1. Periode Zaman Penjajahan sampai Perang Kemerdekaaan Tonggak sejarah. asisten apoteker semasa pemerintahan Hindia Belanda.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pemberian layanan yang berkulitas bagi pelanggan merupakan

PENERAPAN PELAYANAN FARMASI SATU PINTU DI RUMAH SAKIT

BAB I PENDAHULUAN. Di era globalisasi, telah terjadi pertumbuhan yang sangat pesat di berbagai sektor industri,

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. penyakit (preventif), penyembuhan penyakit (kuratif) dan pemulihan

BAB 1 PENDAHULUAN. pelayanan kesehatan kepada masyarakat dan memiliki peran sangat strategis dalam

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. dengan perkembangan teknologi kedokteran. Apapun teknologi kedokterannya

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. derajat kesehatan masyarakat dapat tercapai. Dalam meningkatkan kualitas

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan dapat bersifat promosi (promotif), pencegahan (preventif), pengobatan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

SKRIPSI ANALISIS PENGARUH KUALITAS PELAYANAN TERHADAP KEPUASAN PASIEN RAWAT JALAN DI PUSKESMAS TERAS BOYOLALI TAHUN 2010

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan, perubahan dalam pelayanan kesehatan terjadi sangat cepat, tumbuhnya beberapa rumah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Perancangan ulang tata letak gedung di RSUD dr. Soeroto Ngawi dengan menggunakan pendekatan systematic layout planning (slp) Yenni Ernawati I

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Rumah sakit adalah sebuah institusi kesehatan yang ditugasi khusus untuk

BAB I PENDAHULUAN. Rumah sakit yang merupakan salah satu dari sarana kesehatan, merupakan

BAB 1 PENDAHULUAN. tingginya tingkat pendidikan dan kesejahteraan masyarakat, maka tuntutan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

HASIL PENCAPAIAN INDIKATOR MUTU RSUD AL IHSAN PROVINSI JAWA BARAT TRIWULAN III (BULAN JULI SEPTEMBER) TAHUN 2016

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

PENINGKATAN MUTU PUSKESMAS AN PEDOMAN PENINGKATAN MUTU PUSKESMAS PINKER

BAB I PENDAHULUAN. Rumah sakit merupakan suatu tempat untuk melakukan upaya peningkatan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. diselenggarakan oleh pemerintah dan atau masyarakat yang berfungsi untuk

BAB1 PENDAHULUAN. berpengaruh terhadap perkembangan strategi pemasaran. Dunia ini harus

pengendalian dan pengawasan seluruh obat di rumah sakit berada dibawah tanggung jawab instalasi farmasi rumah sakit (JCI, 2011). Penyediaan obat-obat

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Perkembangan dan peningkatan jasa pelayanan kesehatan dalam sebuah

HUBUNGAN STATUS AKREDITASI PUSAT KESEHATAN MASYARAKAT (PUSKESMAS) DENGAN TINGKAT KEPUASAN PASIEN

BAB I PENDAHULUAN. Kesehatan adalah kebutuhan primer yang harus dipenuhi oleh seluruh

BAB I PENDAHULUAN. dalam meningkatkan taraf kesehatan masyarakat 1. Pemerintah daerah memiliki

MANAGEMEN FARMASI RUMAH SAKIT. Oleh : Dra. Hj. Deswinar Darwin, Apt.,SpFRS

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB III ANALISIS SISTEM YANG SEDANG BERJALAN

PENYUSUNAN INDIKATOR KINERJA KLINIK DALAM STANDAR PELAYANAN MINIMAL DI RS DR KARIADI SEBAGAI BADAN LAYANAN UMUM. Farichah Hanum

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Pembangunan kesehatan adalah bagian integral dari pembangunan nasional

KERANGKA ACUAN KERJA UNIT OBAT

BAB 1 PENDAHULUAN. masyarakat. Unsur terpenting dalam organisasi rumah sakit untuk dapat mencapai

BAB I PENDAHULUAN. dengan tingkat keberadaan perusahaan tersebut di tengah-tengah masyarakat.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Peningkatan kualitas (quality improvement) pelayanan di fasilitas pelayanan kesehatan mutlak diperlukan untuk

BAB I PENDAHULUAN. menggunakan jasa yang sama secara berulang dan membuat komitmen untuk. merekomendasikannya secara positif kepada orang terdekatnya.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. kesehatan, keuangan, transportasi dan sebagainya, maka dari itu pemerintah

BAB 1 : PENDAHULUAN. berfungsi menyelenggarakan pengobatan dan pemulihan, peningkatan, serta pemeliharaan

BAB I PENDAHULUAN. Bergulirnya reformasi membawa perubahan dalam segala bidang. kehidupan berbangsa dan bernegara, termasuk di dalamnya pengelolaan

PEDOMAN ORGANISASI UNIT REKAM MEDIS DISUSUN OLEH : UNIT REKAM MEDIS RSUD KOTA DEPOK

BAB II STUDI PUSTAKA 2.1. Instalasi Farmasi Rumah Sakit

BAB I PENDAHULUAN. keuntungan tetapi juga pada pemenuhan pelayanan jasa masyarakat.

BAB I PENDAHULUAN. Pelayanan Gizi Rumah Sakit menurut SK Menkes. No.134/Menkes/SK/IV/1978 terdiri dari 4 kegiatan yaitu : (1) kegiatan

BAB I. PENDAHULUAN. Masalah kesehatan telah menjadi kebutuhan pokok bagi masyarakat saat ini.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

Bab I Pendahuluan. I.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. merupakan salah satu komponen penting dalam pelayanan Rumah Sakit.

MISI MENJADI RUMAH SAKIT BERSTANDAR KELAS DUNIA PILIHAN MASYARAKAT KEPUASAN DAN KESELAMATAN PASIEN ADALAH TUJUAN KAMI

BAB I PENDAHULUAN Kondisi Umum Identifikasi Masalah

BAB 3 GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

PEMERINTAH KABUPATEN ACEH TIMUR DINAS KESEHATAN UPT PUSKESMAS PEUREULAK BARAT

A. Latar Belakang Masalah

PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUBANG NOMOR : 4 TAHUN 2008 TENTANG POLA ORGANISASI PERANGKAT DAERAH KABUPATEN SUBANG

KABUPATEN BADUNG DOKUMEN RENCANA KINERJA TAHUNAN RUMAH SAKIT UMUM DAERAH KABUPATEN BADUNG TAHUN 2016

Rencana Kerja Tahun 2015 (Revisi) 1 BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

PROFIL RUMAH SAKIT UMUM DAERAH TARAKAN JAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. PERSI 1995 mengutip pendapat Ohmae (1992) menyebutkan bahwa perubahan akan

BAB I PENDAHULUAN. termasuk Indonesia. Doktrin New Public Management (NPM) atau Reinveting

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN. kesejahteraan, pemerintah telah menetapkan pola dasar pembangunan yaitu. pembangunan mutu sumberdayamanusia(sdm) di berbagai

BAB I PENDAHULUAN. kode etik dan standar, yang dapat menyebabkan pasien puas (Muninjaya, 2011).

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. yang dipakai, produk yang dipakai sifatnya tidak berwujud (Intangible)

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 51 TAHUN 2009 TENTANG PEKERJAAN KEFARMASIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 51 TAHUN 2009 TENTANG PEKERJAAN KEFARMASIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB II TINJAUAN UMUM LOKASI PENELITIAN. A. Sejarah Berdirinya Rumah Sakit Jiwa Tampan Pekanbaru

BAB I PENDAHULUAN. rumah sakit adalah institusi pelayanan kesehatan bagi masyarakat dengan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Rumah sakit sebagai organisasi pelayanan kesehatan sedang memasuki

BAB I PENDAHULUAN. diantaranya yang dinilai mempunyai peranan cukup penting adalah penyelenggara

BAB VIII KESIMPULAN DAN SARAN

BAB II RENCANA STRATEGIS

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 51 TAHUN 2009 TENTANG PEKERJAAN KEFARMASIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

KABUPATEN BADUNG DOKUMEN RENCANA KINERJA TAHUNAN RUMAH SAKIT UMUM DAERAH KABUPATEN BADUNG TAHUN 2015

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. sedang mengalami perkembangan ke arah lembaga usaha sehingga pengelolaan

BAB I PENDAHULUAN. terkecuali pelayanan penunjang medis di bidang farmasi. Pelayanan yang baik

BAB I PENDAHULUAN. melaksanakan tugasnya pada pedoman organisasi rumah sakit umum menjelaskan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. kesejahteraan yang harus diwujudkan sesuai dengan cita-cita bangsa Indonesia

Rencana Kerja Tahunan Tahun 2016

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. penduduk serta penyelenggaraannya sesuai dengan kode etik dan standar

BAB 1 PENDAHULUAN. Pelayanan kesehatan merupakan hak setiap orang yang dijamin dalam Undang-

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Instalasi farmasi mempunyai pengaruh yang sangat besar pada

kesehatan yang bermutu dan terjangkau oleh masyarakat.

BAB I PENDAHULUAN. teknis pada dinas kesehatan, Balai Laboratorium Kesehatan merupakan. maupun masyarakat secara keseluruhan yang memperhatikan mutu

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A.Latar Belakang Masalah Perubahan tatanan global berdampak pada hampir semua sendi kehidupan berorganisasi, dimulai dari perubahan tatanan pengelolaan negara sampai dengan tatanan pengelolaan warga. Perubahan tatanan negara secara terinci telah dideskripsikan dengan perubahan tatanan kepemerintahan dan perubahan pengelolaan daerah yang secara umum sebelumnya bersifat sentralisasi, pengelolaan berubah menjadi desentralisasi (otonomi), tak terkecuali sektor kesehatan. Lebih khusus telah diterbitkan peraturan perundangan yang mengatur restrukturisasi kantor kesehatan pada tingkat propinsi maupun daerah yaitu UU No 22 dan No 25 tahun 1999 yang diatur pelaksanaannya melalui PP No 25 tahun 2000 dan direvisi pelaksanaannya dengan PP No 38 tahun 2007. Dengan diberlakukannya PP No 38 tahun 2007, memacu proses desentralisasi dan reformasi kesehatan, dimana dinas kesehatan semakin berkembang menjadi lembaga pemerintah di sektor kesehatan yang memiliki beberapa fungsi antara lain: (1) sebagai pelaksana kegiatan, (2) menjadi lembaga yang menyusun kebijakan dan peraturan daerah berstandar nasional serta memastikan aturan, dan (3) membiayai pelayanan kesehatan. Rumah sakit semakin jelas menuju lembaga pelayanan non birokratis. Dalam rangka mengimplementasikan peraturan perundangan yang berlaku, menurut Trisnantoro (1999), pusat-pusat pelayanan kesehatan berubah pengelolaan dengan beberapa alternatif yaitu: (1) berada dalam kendali Dinas Kesehatan sebagai UPT Dinas, (2) menjadi lembaga otonom di daerah dalam bentuk lembaga teknis daerah, (3) menjadi BUMD, (4) menjadi Perjan. Sedangkan puskesmas cenderung otonom namun pelayanan kesehatan yang berupa public goods tetap menjadi subsidi pemerintah. Perubahan pengelolaan sebuah organisasi khususnya rumah sakit senantiasa bersifat dinamis sesuai dengan dinamika kebutuhan pelanggan (stakeholder). Hal ini disebabkan pelanggan merupakan aspek paling penting dalam menjaga 1

keberlangsungan usaha. Tujuan pengelolaan secara spesifik dimaksudkan untuk memberikan pelayanan yang bermutu dan sesuai dengan harapan pelanggan atau khususnya pasien. Untuk menjaga reliabilitas pelayanan yang bermutu dibutuhkan sistem pengelolaan yang baku dan diakui secara nasional maupun internasional. Sistem manajemen mutu yang lazim diadopsi dan bersifat internasional adalah Sistem Manajemen Mutu ISO seri 9001:2008. RSUD dr. Soehadi Prijonegro merupakan rumah sakit tipe B Non Pendidikan yang terletak di Jalan Raya Sukowati No.534 Sragen dengan kapasitas 290 TT. Rumah sakit ini menempati bangunan dengan luas 9.548,85 m² dan tanah seluas 37.879 m². Rumah sakit ini berdiri tahun 1957 dan beroperasi mulai tahun 1958 dengan status Tipe D. Pada tahun 1995,RSUD dr. Soehadi Prijonegoro Sragen berubah status menjadi tipe C dengan fasilitas TT sejumlah 265 dengan15 jenis pelayanan yang tertuang dalam SK Bupati Sragen No. 445/461/011/1995 dan pada tahun 2011 hingga sekarang RSU Kab. Sragen berstatus Rumah Sakit Negeri tipe B Non Pendidikan. RSUD dr. Soehadi Prijonegoro, sebagai pusat pelayanan kesehatan dan sesuai dengan renstra 2012-2017, sedang berbenah untuk menuju perubahan tatanan yang dinamis dengan meningkatkan kompetensi internal, yaitu dengan upaya penerapan sistem manajemen mutu di setiap unit kerja. Hal ini dimulai dengan mengidentifikasi kebutuhan pasien terhadap mutu pelayanan, penetapan proses pemberian pelayanan yang bermutu dan evaluasi pencapaian kinerja mutu pelayanan. Secara khusus, masing-masing unit kerja dan instalasi atau jenis layanan dilakukan evaluasi sesuai sesuai standar sistem manajemen mutu pelayanan dan upaya pemenuhan pelayanan yang memberikan kepuasan kepada pelanggan dengan adanya perubahan tipologi menjadi Tipe B Non Pendidikan. Pelayanan instalasi farmasi di rumah sakit merupakan salah satu kegiatan penunjang pelayanan kesehatan yang penting. Hal tersebut diperjelas dalam keputusan Menteri Kesehatan N0. 1333/Menkes/SK/XII/1999 dan disempurnakan kembali dengan Keputusan Menteri Kesehatan N0. 1197/Menkes/SK/X/2004 tentang standar pelayanan farmasi di rumah sakit, bahwa pelayanan farmasi adalah bagian tak terpisahkan dari sistem pelayanan kesehatan rumah sakit yang 2

berorientasi kepada pelayanan pasien, penyediaan obat bermutu, termasuk pelayanan farmasi klinik yang terjangkau bagi semua lapisan masyarakat. Pelanggan atau stakeholder untuk instalasi farmasi RSUD dr. Soehadi Prijonegoro antara lain IGD, Laboratorium, Poliklinik, IBS, Bangsal dengan jenis pelayanan berupa obat-obatan dan bahan habis pakai. Data pasien rawat inap (bangsal) tingkat hunian BOR pada 3 tahun terakhir (tahun 2009 = 74%, tahun 2010 = 78% dan tahun 2011 = 80%), pasien rawat jalan antara 250-280 orang setiap hari; tentu memerlukan pengelolaan terfokus sehingga pemenuhan kebutuhan stakeholderdapat terpenuhi dengan baik. Berdasarkan observasi umum dan wawancara singkat, kendala bersifat umum yang terjadi di Instalasi Farmasi adalah kemampuan tenaga farmasi (kompetensi staf), jumlah tenaga kerja, minimumnya sistem manajemen, kebijakan rumah sakit, terbatasnya pengetahuan, lamanya waktu tunggu pasien, kurangnya komunikasi dengan pihak terkait dan menumpuknya resep pada waktu tertentu. Upaya perbaikan pelayanan dengan mengatur jadwal secara merata dan bergantian bagi sumber daya sebagai contoh di apotik RSUD dr. Soehadi Prijonegoro terdiri dari 10 apoteker, 6 sarjana muda farmasi, 16 asisten apoteker dan 4 tenaga administrasi masih belum maksimal dalam pemberian pelayanan kepada pelanggan.upaya lebih besar yaitu dengan melakukan pembenahan internal dengan menetapkan sistem manajemen mutu yang mengacu kepada penerapan sistem manajemen mutu yang berstandar internasional yaitu ISO 9001:2008. Menurut Gasperz (2005), secara umum sistem manajemen mutu ISO dideskripsikan dalam 8 prinsip yaitu : (1) fokus pelanggan, (2) kepemimpinan, (3) keterlibatan orang, (4) pendekatan proses, (5) pendekatan sistem, (6) peningkatan terus menerus, (7) pendekatan faktual, dan (8) hubungan saling menguntungkan dengan pemasok. Dilatarbelakangi kepentingan strategis rumah sakit untuk berubah tipologi menjadi tipe B,upaya memenuhi penilaian akreditasi serta keinginan kuat untuk memperbaiki mutu pelayanan yaitu dengan menerapkan sistem manajemen mutu menjadi dasar penulis melakukan penelitian ini. 3

B. Perumusan Masalah Instalasi FarmasiRSUD dr. Soehadi Prijonegoro sampai saat ini belum memiliki sistem manajemen mutu sebagai acuan aktifitas layanan, sehingga belum dapat diketahui seberapa jauh tingkat mutu pelayanannya.hal ini berdampak pada kualitas pelayanan yang belum prima, seperti lamanya waktu tunggu pasien dan menumpuknya resep pada waktu-waktu tertentu. Selain itu, RSUD dr. Soehadi Prijonegoro Sragen juga dihadapkan dengan tantangan untuk dapat melakukan pengelolaan mandiri dengan telah ditetapkannya PP No 38 tahun 2007 dan mengalami perubahan tipologi menjadi tipe B. Oleh karena itu, perlu dianalisis lebih lanjut mengenai penerapan sistem manajemen mutu untuk Instalasi Farmasi di RSUD dr. Soehadi Prijonegoro Sragen sehingga dapat diperoleh kerangka sistem manajemen mutu ISO 9001:2008 sebagai landasan pengembangan dan peningkatan mutu pelayanan rumah sakit. Berdasarkan permasalahan yang dihadapi Instalasi Farmasi RSUD dr. Soehadi Prijonegoro Sragen saat ini maka dapat dirumuskan masalah penelitian ini adalah : 1. Adanya kesenjangan sistem manajemen yang telah diterapkan dibandingkan dengan sistem manajemen mutu ISO 9001:2008. 2. Saran perbaikan sistem manajemen di Instalasi Farmasi diperlukan untuk bisa memenuhi sistem manajemen mutu ditetapkan sebagai acuan pengembangan sistem manajemen mutu ISO 9001:2008. 3. Tahapan penerapan sistem manajemen mutu di Instalasi Farmasi yang sebaiknya dilakukan sesuai dengan persyaratan sistem manajemen mutu ISO 9001:2008. C. Tujuan Penelitian 1. Tujuan Umum Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi kesenjangan antara sistem manajemen yang telah diterapkan dibandingkan dengan sistem manajemen mutu 4

ISO 9001:2008 sesuai persyaratan atau prinsip sistem manajemen mutu ISO 9001:2008. 2. Tujuan Khusus Tujuan khusus dari penelitian ini antara lain : a. Memetakan data-data untuk kerangka penetapan perencanaan obat dan BHP (bahan habis pakai). b. Mengevaluasi pengadaan sumber daya manusia dan pengembangannya. c. Kerangka untuk monitoring kinerja, sarana pendukung maupun standar waktu pelayanan. d. Kerangka persyaratan pelayanan yang dibutuhkan pelanggan. e. Pengendalian gudang obat serta komunikasi dengan pelanggan. D. Manfaat Penelitian Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi : 1. RSUD dr. Soehadi Prijonegoro Dengan adanya data analisis kesenjangan sistem manajemen mutu ISO 9001: 2008 maka Instalasi Farmasi RSUD dr. Soehadi Prijonegoro memiliki data untuk menetapkan kerangka sistem manajemen mutu ISO 9001:2008, sebagai landasan pengembangan sistem manajemen mutu ISO 9001:2008 dan akhirnya diharapkan dapat terjadi peningkatan mutu layanan. 2. Dunia pengetahuan Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi terhadap pengetahuan berupa kerangka teknis penerapan sistem manajemen mutu di salah satu Instalasi Farmasi rumah sakit di Indonesia. 5

E. Keaslian Penelitian Penelitian secara khusus perihal penetapan kerangka sistem manajemen mutu ISO 9001:2008khususnya untuk Instalasi Farmasi belum dipublikasikan, namun beberapa penelitian yang berkaitan antara lain: 1. Evaluasi Continuous Quality Improvement (CQI) di Rumah Sakit yang mengimplementasikan sistem manajemen mutu ISO 9001:2000 di Indonesia, Chatila Maharani, 2005.Inti pada penelitian iniadalah sebagai berikut : a. Beberapa rumah sakit yang telah mengimplementasikan Sistem Manajemen Mutu ISO 9001 belum melakukan langkah-langkah CQI secara konsisten. b. Dampak implementasi Sistem Manajemen Mutu ISO 9001 di beberapa rumah sakit terjadi peningkatan kinerja tetapi juga terjadi penurunan kinerja; peningkatan kinerja terjadi di Rumah Sakit yang melakukan CQI Metode penelitian ini menggunakan rancangan ex post facto dengan pengukuran secara longitudinal dan retrospektif berdasarkan data historis di Rumah Sakit. 2. Peningkatan Kecepatan Pelayanan Obat di Apotik Tarakan Jakarta melalui pembenahan alur pelayanan, Purnamawati, 1997.Inti pada penelitian ini, adalah pembenahan alur pelayanan obat di apotik berdampak terhadap penurunan rata-rata waktu tunggu, meningkatkan persentase penerimaan resep dan pendapatan di apotik. Metode penelitian ini adalah experimental kuasi yang dikategorikan dalam rancangan pre test post test design tanpa kontrol. Obyek penelitian di atas adalah sebagian dari persyaratan Sistem Manajamen Mutu ISO 9001:2008 yang wajib diimplementasikan oleh rumah sakit yang menerapkan Sistem Manajemen Mutu ISO 9001:2008. Bukti penelitian menunjukkan bahwa komitmen melaksanakan persyaratan secara efektif akan memberikan dampak perbaikan kinerja atau sebaliknya. Untuk itu diperlukan acuan perbaikan kinerja dengan menerapkan Sistem Manajemen Mutu ISO 9001:2008 secara efektif yang didasarkan pada hasil analisa kesenjangannya. 6