Ternate Kota Pusaka Maulana Ibrahim

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. Kota Bandung memiliki sejarah yang sangat panjang. Kota Bandung berdiri

AGENDA AKSI DEKADE KETIGA GERAKAN PUSAKA INDONESIA DASA WARSA Tema "Pusaka untuk Kesejahteraan Rakyat"

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Kota selalu menjadi pusat peradaban dan cermin kemajuan suatu negara.

PENJELASAN ATAS UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 11 TAHUN 2010 TENTANG CAGAR BUDAYA

BAB V KESIMPULAN. dituliskan dalam berbagai sumber atau laporan perjalanan bangsa-bangsa asing

Pemerintah gelar aksi pelestarian pusaka Indonesia Ayu Rachmaningtyas Selasa, 24 Desember :53 WIB

PRESERVASI DAN KONSERVASI (Pelestarian Bangunan dan Lingkungan) Oleh: Jonny Wongso, ST, MT

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

TUJUAN INSTRUKSIONAL KHUSUS

Materi ke-13 9/7/2014 DASAR EKOLOGI PADA PENGELOLAAN LANSKAP DAN IMPLEMENTASINYA TUJUAN INSTRUKSIONAL KHUSUS

Upaya Memahami Sejarah Perkembangan Kota dalam Peradaban Masa Lampau untuk Penerapan Masa Kini di Kota Pusaka Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY)

KONSEP PENGEMBANGAN KAWASAN WISATA BUDAYA

BAB V A. KESIMPULAN. Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan untuk penyusunan karya

17. URUSAN WAJIB KEBUDAYAAN

BAB I PENDAHULUAN. Museum merupakan tempat yang sangat bernilai dalam perjalanan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Ashriany Widhiastuty, 2013

BAB I PENDAHULUAN. Budaya berasal dari bahasa Sansekerta yang berarti buddhayah, yang

BAB I. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Di era globalisasi ini, bangunan bersejarah mulai dilupakan oleh

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

BAB V KESIMPULAN. secara bertahap dimulai dari swadaya, boyongan, dan dibawa ketika terjadinya

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENGANTAR. 1.1 Latar Belakang. yang bersifat terpusat (sentralistik) berubah menjadi desentralisasi melalui

BAB I PENDAHULUAN. Gambar 1. 1 Peta Wisata Kabupaten Sleman Sumber : diakses Maret Diakses tanggal 7 Maret 2013, 15.

BAB I PENDAHULUAN. sepatutnyalah potensi Sumberdaya Budaya (Culture Resources) tersebut. perlu kita lestarikan, kembangkan dan manfaatkan.

BAB 1 PENDAHULUAN. tinggi dari tahun sebelumnya. Angka itu diatas pertumbuhan ekonomi nasional

BAB I PENDAHULUAN. Jumlah remaja di Indonesia memiliki potensi yang besar dalam. usia produktif sangat mempengaruhi keberhasilan pembangunan daerah,

1 PENDAHULUAN Latar Belakang

1.1.2 Perpustakaan dan Museum Budaya Sebagai Fasilitas Belajar Budaya

BAB I PENDAHULUAN. Ruang Publik Yaroana Masigi berada di tengah-tengah permukiman

BAB I PENDAHULUAN. dan ekosistemnya ini dapat dikembangkan dan dimanfaatkan sebesar-besarnya

Direktorat Pelestarian Cagar Budaya dan Permuseuman Direktorat Jenderal Kebudayaan 2014

BAB I PENDAHULUAN. UNESCO (United Nation Educational, Scientific, and Culture Organization) telah

BERITA DAERAH KABUPATEN KARAWANG PERATURAN BUPATI KARAWANG

KEBUDAYAAN. Budaya Benda (Tangible) Budaya Takbenda (Intangible)

BAB I PENDAHULUAN. asia, tepatnya di bagian asia tenggara. Karena letaknya di antara dua samudra,

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

2015 PENGARUH PENYAMPAIAN PEOPLE,PHYSICAL EVID ENCE D AN PROCESS TERHAD AP KEPUTUSAN BERKUNJUNG

BAB I PENDAHULUAN. wisatawan menuju daerah tujuan wisata. Terdapat dua fungsi dari atraksi

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 10 TAHUN 2014 TENTANG PEDOMAN PELESTARIAN TRADISI

BAB I PENDAHULUAN. TABEL 1.1 JUMLAH WISATAWAN MANCANEGARA DAN NUSANTARA KE OBJEK WISATA KOTA BANDUNG Jumlah. Jumlah Tahun.

BAB 1 PENDAHULUAN. itu wajib bagi generasi muda untuk melestarikan dan menjaganya agar tidak. hilang terkena arus globalisasi dan modernisasi.

-2- lain dari luar Indonesia dalam proses dinamika perubahan dunia. Dalam konteks tersebut, bangsa Indonesia menghadapi berbagai masalah, tantangan, d

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Kasus Proyek

LANDASAN PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN ARSITEKTUR PENGEMBANGAN SOBOKARTTI SEBAGAI JAVA HERITAGE CENTER

BAB I PENDAHULUAN. ragam bentuk seni kerajinan yang sudah sangat terkenal di seluruh dunia. Sejak

BAB I. PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG

BAB V SIMPULAN DAN REKOMENDASI

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara yang mempunyai beragam suku, agama dan budaya, ada

BAB I PENDAHULUAN. Memasuki abad ke-21 perkembangan pesat terjadi dalam bidang 4T

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Kristen Maranatha

GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 66 TAHUN 2015 TENTANG PELESTARIAN CAGAR BUDAYA PROVINSI JAWA TIMUR

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Pengertian Judul MONUMEN BATIK SOLO Monumen Batik : Solo :

Gambar 1 Kerangka pemikiran 2 TINJAUAN PUSTAKA. Lanskap Sejarah

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMEDASI

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu kebanggaan nasional (national pride) bangsa Indonesia adalah

Soto Betawi. Penyusunan Data Master Referensi Nilai Budaya Takbenda Untuk Output Layanan Data Dan Informasi Kota Administrasi Jakarta Barat

BAB I PENDAHULUAN. kebanggaan bangsa Indonesia pada umumnya dan khususnya masyarakat Aceh

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA TENTANG PENGETAHUAN TRADISIONAL DAN EKSPRESI BUDAYA TRADISIONAL

BAB I PENDAHULUAN. sekarang ini sedang dikembangkan oleh pemerintah Indonesia. Selain bertujuan

POTENSI DAN USAHA PENGEMBANGAN EKOWISATA TELUK PENYU CILACAP

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHLUAN. Pulau Bali merupakan daerah tujuan pariwisata dunia yang memiliki

KONSEP UMUM KEBUDAYAAN -Data Pokok Kebudayaan-

BAB I PENDAHULUAN. fasilitas serta layanan yang disediakan oleh masyarakat, pengusaha, pemerintah,

BAB 1 PENDAHULUAN. untuk menikmati suatu obyek dan daya tarik wisata secara sukarela, meskipun hal

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara kepulauan terbesar di dunia, dengan ±

BAB I PENDAHULUAN. memiliki ragam budaya yang berbeda satu sama lain. Keragaman budaya ini

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Budi Utomo, 2014

KAJIAN PELESTARIAN KAWASAN BENTENG KUTO BESAK PALEMBANG SEBAGAI ASET WISATA TUGAS AKHIR. Oleh : SABRINA SABILA L2D

BAB I PENDAHULUAN I.1. Pengertian Judul Penataan dan Pengembangan Wisata Kampung Rebana di Tanubayan, Bintoro, Demak. I.1.1.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Syafrida Eliani, 2013

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Sebuah wilayah atau daerah mempunyai banyak Bangunan serta Benda Cagar

BAB I PENDAHULUAN. adimistratif Nias merupakan kabupaten yang termasuk dalam Propinsi Sumatera Utara.

STUDI PENENTUAN KAWASAN KONSERVASI KOTA TEGAL MELALUI PENDEKATAN MORFOLOGI KOTA TUGAS AKHIR. Oleh : PRIMA AMALIA L2D

Assalamu alaikum Warohmatullahi Wabarokatuh, Salam Sejahtera Untuk Kita Semua,

Sambutan Presiden RI pd Acara Puncak Sail Komodo 2013, tgl.14 Sept 2013, di NTT Sabtu, 14 September 2013

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

TENTANG CAGAR BUDAYA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB II KAJIAN TEORITIS. atau menghasilkan barang atau jasa melalui proses. Industri pariwisata bukanlah suatu

BAB I PENDAHULUAN. salah satu kemajuan ekonomi suatu negara adalah sektor pariwisata. Berdasarkan

BAB I PENDAHULUAN. Museum Budaya Dayak Di Kota Palangka Raya Page 1

BAB I PENDAHULUAN. 1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Peninggalan sejarah merupakan warisan budaya masa lalu yang

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 11 TAHUN 2010 TENTANG CAGAR BUDAYA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN. Naisbitt dalam bukunya Global Paradox yakni bahwa where once. usaha lainnya (http;//pariwisata.jogja.go.id).

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Yunita, 2014

ARAHAN KONSEP PERANCANGAN KAWASAN KONSERVASI BENTENG MARLBOROUGH KOTA BENGKULU TUGAS AKHIR

BAB I PENDAHULUAN. Sumatera. Lampung memiliki banyak keindahan, baik seni budaya maupun

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Tata Ruang dan Konflik Pemanfaatan Ruang di Wilayah Pesisir dan Laut

TARI KREASI NANGGOK DI KABUPATEN OGAN KOMERING ULU SUMATERA SELATAN

KONFERENSI PERPUSTAKAAN DIGITAL INDONESIA 2008 BERBAGI PENGALAMAN DALAM PEMBANGUNAN MUATAN LOKAL TENTANG PUSAKA BALI

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. menarik wisatawan untuk berkunjung ke suatu daerah tujuan wisata. Salah satu

2016 PENGARUH CULTURAL VALUE PADA DAYA TARIK WISATA PURA TANAH LOT BALI TERHADAP KEPUTUSAN BERKUNJUNG

GUBERNUR KEPULAUAN BANGKA BELITUNG PERATURAN DAERAH PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG NOMOR 14 TAHUN 2016 TENTANG

agrowisata ini juga terdapat pada penelitian Ernaldi (2010), Zunia (2012), Machrodji (2004), dan Masang (2006). Masang (2006) yang dikutip dari

Pelestarian Kawasan Cagar Budaya Berbasis Partisipasi Masyarakat (Studi Kasus: Kawasan Cagar Budaya Bubutan, Surabaya)

SURAT PERNYATAAN KATA PENGANTAR... DAFTAR GAMBAR v DAFTAR TABEL vii ABSTRAK viii ABSTRACT. ix

Nilai Ruang Kawasan Wisata Borobudur

Transkripsi:

Ternate Kota Pusaka Maulana Ibrahim Pusaka merupakan terjemahan resmi untuk kata heritage Inggris, berarti warisan, yang ditetapkan pada Piagam Pelestarian Pusaka Indonesia 2003. Dipakai kata pusaka bukan warisan karena dalam pengertian umum warisan boleh dirombak atau dirobohkan sekehendak pewarisnya, sementara pusaka adalah peninggalan penting bernilai tinggi yang harus dipelihara, dilestarikan, dan diteruskan pada generasi berikutnya. Pusaka Indonesia terdiri atas pusaka alam (natural heritage), pusaka budaya (cultural heritage) dan pusaka saujana (cultural landscape heritage), bersifat bendawi (tangible) dan nonbendawi (intangible) Badan Pelestarian Pusaka Indonesia. Bagaimana dengan Pusaka Ternate? Apa yang terlintas dalam benak kita ketika mendengar nama Ternate? Pulau yang terkenal dengan sejarah rempah cengkeh dan pala yang menjadi incaran bangsa-bangsa Eropa sejak abad ke- 16? Terbayang sebuah pulau kecil bergunung api aktif di timur nusantara? Kesultanan tempat berkuasanya sultan- 3

sultan berpengaruh bagi nusantara yang masih bertahta hingga saat ini? Atau hanya sebatas kota biasa yang carutmarut dengan berbagai permasalahan lingkungan, sosial, dan budaya layaknya kota-kota lain di Indonesia? Ternate lebih dari semua itu. Ternate menyimpan berbagai pusaka, baik pusaka bendawi (tangible heritage) maupun pusaka nonbendawi (intangible heritage). Pusaka Ternate tersebar dari puncak Gamalama sampai pada keunikan dan keindahan dasar lautnya. Berdiri kokoh di pusat kota (bangunan tua bersejarah dan bentengbenteng peninggalan Portugis dan Belanda) sampai pada rumah-rumah penduduk (fala kanci, fala gaku, dan rumah tradisional nusantara). Menyatu dengan kuatnya aroma rempah pada setiap masakan khasnya. Berbaur dalam seni dan napas budaya rakyat jelata sampai pada pentas-pentas agung di Kadaton dan panggung-panggung spektakuler. Pusaka Ternate ini terancam hilang atau ternodai ketika menunggu untuk dilestarikan. Pusaka Kota Ternate Pusaka Kota Ternate sesungguhnya adalah pusaka rakyat atau masyarakat yang bermukim di Ternate secara nonbendawi (intangible heritage), yang diwariskan turuntemurun dari leluhur. Konsep hidup berlandaskan Adat Ma Toto Agama, Agama Ma Toto Toma Jou Rasulullah, Jou Rasulullah Manyeku Iye Diki Amoi Nga Kuasa se Kodrati, adalah konsep hidup yang mendarah daging dalam kehidupan masyarakat Ternate pada periode awal. Masyarakat Ternate yang berasaskan nilai-nilai Islam, yang terbuka, dan saling 4

menghargai meski berbeda latar belakang keluarga, suku, ras, dan agama. Konsep pusaka nonbendawi (intangible heritage) inilah yang mendasari lahirnya pusaka bendawi (tangible heritage), sebagai contoh, desain rumah Ternate yang mengalami perpaduan dari beberapa elemen rumah khas nusantara dan asing lainnya, tetap menjaga keaslian konsep Ternate fisik dan nonfisik. Rumah bukan hanya untuk orang hidup tetapi juga untuk orang mati. Rumah bukan hanya dihiasi oleh perabot duniawi tetapi juga diterangi oleh lantunan ayat-ayat suci. Dan, rumah adalah negara kecil yang harus dijaga kelangsungan hidupnya, yang suci, rahasia, dan berkelanjutan. Kota Ternate yang sudah berusia lebih dari 763 tahun, secara resmi sudah bergabung dalam Jaringan Kota Pusaka Indonesia (JKPI) sejak awal berdiri organisasi ini, tahun 2008. JKPI adalah asosiasi yang beranggotakan kota dan kabupaten seluruh Indonesia yang kaya akan pusaka dan berupaya untuk melestarikannya. Keterlibatan Ternate tidak hanya sekadar administratif belaka, terbukti dengan aktifnya Ternate dalam berbagai kegiatan JKPI termasuk sebagai penyelenggara Rakernas pertama JKPI, 2010 lalu. Bahkan, pada Desember 2013, Wali Kota Ternate mewakili JKPI menandatangani nota kesepahaman antara beberapa kementerian dengan JKPI, yang salah satu isinya adalah berkomitmen untuk menjaga kelestarian pusaka kota masing-masing. Ironisnya, Kota Ternate saat ini sedang gencargencarnya melakukan pembangunan fisik dan berupaya mengejar ketertinggalannya, atas hal tersebut, berbagai 5

pusaka kota mulai terusik dan hilang tak berjejak. Sebagai contoh, rusaknya pusaka alam berupa gundulnya hutan Gamalama, musnahnya hutan bakau di pesisir pulau, rusaknya terumbu karang dan hilangnya pantaipantai berpasir yang menjelma menjadi beton dan aspal, tidak adanya perlindungan terhadap rumah-rumah tua bersejarah sehingga pewarisnya dapat dengan mudah membongkar atau mengganti bentuknya, pemugaran bangunan-bangunan bersejarah dan benteng-benteng yang menodai serta menghilangkan bentuk aslinya, pembangunan museum budaya Ternate yang tidak kontekstual secara arsitektur, dan yang terkini, perubahan tata lanskap kawasan Ibu Kota Kesultanan. Hal yang diuraikan di atas adalah beberapa contoh kasat mata yang terjadi di Kota Ternate dalam kurun waktu satu dasawarsa terakhir ini. Bagaimana dengan perubahan yang tak kasat mata pada pusaka nonbendawi (intangible heritage)? Apa yang Telah Dilakukan Kota-kota Lain? Marilah kita perhatikan sejenak apa yang sudah dilakukan kota-kota lainnya di negara tetangga kita. Malaka dan George Town begitu gencar melakukan berbagai upaya untuk mempertahankan pusaka kota baik yang bersifat bendawi dan maupun nonbendawi, berupa pelestarian gedung-gedung tua peninggalan Portugis, Inggris, dan Belanda maupun upaya membangun berbagai museum dan mengemasnya dalam paket wisata pusaka (heritage tourism) yang menarik. Mereka melakukannya dengan 6

tetap memegang teguh prinsip pelestarian pusaka, salah satunya yaitu menjaga keaslian bentuk dengan memberi fungsi baru untuk menyesuaikan kebutuhan (adaptif reuse). Atas upaya sungguh-sungguh tersebut, kedua kota ini masing-masing dianugerahi sebagai Kota Pusaka Dunia (World Heritage City) dan Kawasan Pusaka Budaya Dunia (World Cultural Heritage Site) oleh UNESCO pada tahun 2008. Kota-kota di Jepang berlomba-lomba melestarikan pusaka kotanya, tidak hanya yang bendawi semata seperti gedung, kuil, ruang terbuka/lapangan, jalan, mereka bahkan dengan bangga menyatakan kotanya sebagai kota tempat kelahiran penulis komik terkenal, kota tempat lahirnya sastrawan ternama, kota tempat berlangsungnya upacara adat yang khas. Hiroshima yang dikenal sebagai tempat dijatuhkannya bom atom pada Perang Dunia II pun mengembangkan museum perdamaian dunia, melalui belajar dari sejarah kelam ledakan bom atomnya menebar virus perdamaian ke seluruh dunia. Berbagai upaya dilakukan hanya untuk menonjolkan identitas, membuat kotanya dikenal dengan ciri khas, yaitu dengan menggali potensi budaya dan sejarah, diwujudkan melalui pelestarian pusaka kota baik melalui pelestarian prinsip hidup masyarakatnya yang luhur maupun pelestarian pusaka bendawinya. Keinginan dan semangat perubahan untuk memperkuat identitas kota-kota ini tidak lepas dari peran pemerintah kota, kunci utamanya ada pada wali kota. 7

Apa yang Dapat Dilakukan Ternate? Keterlibatan Kota Ternate dalam JKPI, perlu didorong dan diberi dukungan penuh sehingga jangan sampai terkesan formalitas belaka. Beberapa hal penting, yang dapat dilakukan Pemerintah Kota Ternate antara lain: (1) Menyatukan berbagai program pembangunan kota dengan upaya pelestarian pusaka kota, baik berupa pelestarian nilai-nilai adat yang luhur dan kontekstual sebagai wujud pelestarian pusaka nonbendawi maupun pelestarian kawasan pusaka yang ditetapkan melalui peraturan daerah, (2) Penetapan dan Pengelolaan Cagar Budaya sesuai UU No. 11 Tahun 2010 tentang Cagar Budaya, pasal 96 oleh Pemerintah Kota perlu segera dilakukan dengan tepat dan cermat sebagai dasar dalam upaya pelestariannya, (3) Upaya-upaya pelestarian bangunanbangunan tua dan cagar budaya yang telah dan akan dilakukan harus berlandaskan prinsip-prinsip pelestarian untuk kepentingan bersama. Pemugaran harus memiliki dasar yang jelas dan tepat, bukan sekadar memperindah semata, tetapi lebih kepada upaya pelestarian dengan pemanfaatannya yang sesuai konteks termasuk bermanfaat bagi masyarakat sekitarnya, pembangunan gedung baru yang bersinggungan, berdekatan atau berada dalam kawasan pusaka dan/atau cagar budaya harus dilakukan dengan cerdas dan tepat tanpa mengurangi nilai-nilai keaslian, sejarah, budaya, dan karakterisik kawasan, sebagaimana pembangunan wahana bermain air tepat di samping Benteng Kalamata yang tidak terintegrasi bahkan cenderung merusak kawasan benteng, sudah cukup jadi pelajaran untuk tidak diulangi lagi. 8

Selanjutnya, masyarakat diharapkan tetap aktif menjaga dan melestarikan pusaka kota, dengan mengenal, mempelajari, atau mengunjungi dan melakukan berbagai kegiatan untuk mempromosikannya, sebagaimana yang telah dilakukan oleh komunitas-komunitas pemerhati pusaka dan budaya di Kota Ternate dan juga pernah dilakukan oleh sekolah-sekolah, yaitu dengan kegiatan mengunjungi Museum Memorial Kesultanan Ternate (Kadaton), Sigi Lamo, benteng-benteng peninggalan Portugis dan Belanda, menggiatkan forum diskusi, forum belajar bahasa dan budaya Ternate, pentas seni di sanggarsanggar dan benteng-benteng, perlu terus ditingkatkan dan mendapat dukungan penuh. Karena dengan berkunjung dan menikmati langsung atau menjadi pelaku langsung diharapkan dapat memunculkan rasa cinta dan akhirnya peduli akan kelestarian pusaka Ternate. Upaya pelestarian pusaka Kota Ternate diharapkan tidak hanya mengembalikan kejayaan Ternate di masa lalu, bukan juga untuk menyandang gelar Kota Pusaka (Heritage City) yang diakui skala nasional maupun internasional, tetapi sebagai bagian dari upaya memperkuat identitas Kota Ternate yang memiliki latar belakang beragam (multiculture layers), berlandaskan ajaran agama, hingga masyarakatnya tetap hidup saling mengisi dalam kemaslahatan, demi masa depan yang lebih baik. Mari kita jaga bersama kota kita! * 9