LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA ANORGANIK PERCOBAAN V (STOIKIOMETRI KOMPLEKS AMMIN-TEMBAGA (II))

dokumen-dokumen yang mirip
LAPORAN LENGKAP PRAKTIKUM KIMIA ANORGANIK PERCOBAAN 3 PENENTUAN BILANGAN KOORDINAI KOMPLEKS TEMBAGA (II)

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA ANORGANIK I PERCOBAAN V

I. PENDAHULUAN. Pencemaran udara adalah masuknya, atau tercampurnya unsur-unsur berbahaya ke dalam

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA PEMISAHAN PERCOBAAN 1 EKSTRAKSI PELARUT

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA DASAR II PERCOBAAN II REAKSI ASAM BASA : OSU OHEOPUTRA. H STAMBUK : A1C : PENDIDIKAN MIPA

TITRASI PENETRALAN (asidi-alkalimetri) DAN APLIKASI TITRASI PENETRALAN

PRAKTIKUM II TITRASI ASAM BASA OLEH RONIADI SAGULANI 85AK14020

TITRASI KOMPLEKSOMETRI

Laporan Praktikum TITRASI KOMPLEKSOMETRI Standarisasi EDTA dengan CaCO3

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA ANORGANIK PERCOBAAN III (PEMURNIAN BAHAN MELALUI REKRISTALISASI)

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA FISIKA II PENENTUAN KADAR KOEFISIEN DISTRIBUSI SELASA, 22 MEI 2014

Metodologi Penelitian

BAB I PRAKTIKUM ASIDI AL-KALIMETRI

tetapi untuk efektivitas ekstraksi analit dengan rasio distribusi yang kecil (<1), ekstraksi hanya dapat dicapai dengan mengenakan pelarut baru pada

Metodologi Penelitian

PENUNTUN PRAKTIKUM KIMIA DASAR II KI1201

kimia ASAM-BASA III Tujuan Pembelajaran

Widya Kusumaningrum ( ) Page 1

Penentuan Kesadahan Dalam Air

BAB I PENDAHULUAN A. Judul Percobaan B. Tujuan Percobaan

I. PENDAHULUAN. Kualitas udara yang dipergunakan untuk kehidupan tergantung dari lingkungannya. Udara

PERCOBAAN POTENSIOMETRI (PENGUKURAN ph)

REAKSI KIMIA. 17 Oktober Muhammad Rusdil Fikri UIN JAKARTA. Abstrak

PERCOBAAN I PEMBUATAN DAN PENENTUAN KONSENTRASI LARUTAN


Laporan Praktikum Kimia Analitik II. Koefisien Distribusi Iod

Percobaan 6 DISTRIBUSI ZAT TERLARUT ANTARA DUA JENIS PELARUT YANG BERCAMPUR. Lab. Kimia Fisika Jurusan Kimia Universitas Negeri Semarang

I. PENDAHULUAN. senyawa kompleks bersifat sebgai asam Lewis sedangkan ligan dalam senyawa

TITRASI DENGAN INDIKATOR GABUNGAN DAN DUA INDIKATOR

SOAL UJIAN OLIMPIADE SAINS NASIONAL 2014

BERKAS SOAL BIDANG STUDI: KIMIA PRAKTIKUM MODUL I KOMPETISI SAINS MADRASAH NASIONAL 2012

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA FISIKA II PENENTUAN KOEFISIEN DISTRIBUSI. Indah Desi Permana Sari

PENENTUAN KADAR ASAM ASETAT DALAM ASAM CUKA DENGAN ALKALIMETRI

LAPORAN LENGKAP PRAKTIKUM KIMIA ANORGANIK PERCOBAAN 2 SINTESIS DAN KARAKTERISASI CIS DAN TRANS KALIUM DIOKSALATODIAKUOKROMAT ( III )

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA DASAR. Percobaan 3 INDIKATOR DAN LARUTAN

UJIAN PRAKTIK KIMIA SMA NEGERI 4 MATARAM TAHUN 2013

ASIDI-ALKALIMETRI PENETAPAN KADAR ASAM SALISILAT

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA ANORGANIK

PENENTUAN KOMPOSISI MAGNESIUM HIDROKSIDA DAN ALUMINIUM HIDROKSIDA DALAM OBAT MAAG

Pembuatan Garam Kompleks dan Garam Rangkap.

SENYAWA KOORDINASI Putri Anjarsari, S.Si., M.Pd

PENYISIHAN KESADAHAN dengan METODE PENUKAR ION

UJIAN PRAKTIK KIMIA SMA NEGERI 4 MATARAM

Modul 3 Ujian Praktikum. KI2121 Dasar Dasar Kimia Analitik PENENTUAN KADAR TEMBAGA DALAM KAWAT TEMBAGA

BAB III METODE PENELITIAN

UJIAN PRAKTIKUM KI2121 DASAR-DASAR KIMIA ANALITIK PENENTUAN KADAR KALSIUM DALAM KAPUR TULIS

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA ORGANIK FARMASI PERCOBAAN I PERBEDAAN SENYAWA ORGANIK DAN ANORGANIK

PENENTUAN KOEFISIEN DISTRIBUSI

ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga BAB III METODE PENELITIAN. penelitian Departemen Kimia Fakultas Sains dan Teknologi Universitas

UJIAN PRAKTIK KIMIA SMA NEGERI 4 MATARAM

KIMIA DASAR PRINSIP TITRASI TITRASI (VOLUMETRI)

LARUTAN ELEKTROLIT DAN NON ELEKTROLIT

LAPORAN MINGGUAN PRAKTIKUM KIMIA DASAR REAKSI KIMIA. Oleh: : Nugraheni Wahyu Permatasari NRP :

3. Metodologi Penelitian

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA ANALITIK DASAR PENENTUAN KADAR NIKEL SECARA GRAVIMETRI. Pembimbing : Dra. Ari Marlina M,Si. Oleh.

PEMBUANTAN NIKEL DMG KIMIA ANORGANIK II KAMIS, 10 APRIL 2014

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Agustus sampai dengan bulan Oktober

Bab III Metodologi. III. 2 Rancangan Eksperimen

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA ANALITIK 1 PERCOBAAN VII TITRASI PENGENDAPAN

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Haris Dianto Darwindra BAB V PEMBAHASAN

LARUTAN. Zat terlarut merupakan komponen yang jumlahnya sedikit, sedangkan pelarut adalah komponen yang terdapat dalam jumlah banyak.

Modul 1 Analisis Kualitatif 1

A. JUDUL PERCOBAAN Pembuatan Larutan Standar KmnO4 dan Penetapan Campuran Fe 2+ dan Fe 3+. B. TUJUAN PERCOBAAN Pada akhir percobaan mahasiswa dapat

Senyawa Koordinasi (senyawa kompleks)

3 Metodologi Penelitian

LAPORAN KIMIA ANALITIK KI-2221

EKSTRAKSI PELARUT. I. TUJUAN 1. Memahami prinsip kerja dari ekstraksi pelarut 2. Menentukan konsentrasi Ni 2+ yang terekstrak secara spektrofotometri

PENENTUAN KADAR NITROGEN TOTAL DENGAN METODE KJELDAHL

KIMIA ELEKTROLISIS

HASIL KALI KELARUTAN (Ksp)

LAPORAN PRAKTIKUM STANDARISASI LARUTAN NaOH

BAB V METODOLOGI. 5.1 Alat yang digunakan: Tabel 3. Alat yang digunakan pada penelitian

NETRALISASI ASAM BASA SEDERHANA

TITRASI ARGENTOMETRI dengan CARA MOHR. Abstak

OLIMPIADE SAINS NASIONAL Ke III. Olimpiade Kimia Indonesia. Kimia UJIAN PRAKTEK

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA ORGANIK PERCOBAAN II SIFAT-SIFAT KELARUTAN SENYAWA OGANIK

II. HARI DAN TANGGAL PERCOBAAN

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA ANALITIK I PERCOBAAN VI TITRASI REDOKS

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA FARMASI ANALISIS II TURUNAN ASAM HIDROKSI BENZOAT

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Ruang lingkup penelitian ini adalah Ilmu Kimia Analisis.

BAB III METODE PENELITIAN

kimia TITRASI ASAM BASA

PENYEHATAN MAKANAN MINUMAN A

pengenceran larutan PENDAHULUAN

PERCOBAAN I PENENTUAN KADAR KARBONAT DAN HIDROGEN KARBONAT MELALUI TITRASI ASAM BASA

Laporan Praktikum KI1212. Dasar Dasar Kimia Analitik PENENTUAN KADAR KALSIUM DALAM KAPUR TULIS DENGAN METODE KOMPLEKSOMETRI

Pengendapan. Sophi Damayanti

I. TOPIK PERCOBAAN Topik Percobaan : Reaksi Uji Asam Amino Dan Protein

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA FISIK BASA

TITRASI PEMBENTUKAN KOMPLEKS. Drs. DJADJAT TISNADJAJA, M.Tech.

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA DASAR I

TITRASI POTENSIOMETRI

Laporan Praktikum Kimia ~Titrasi asam basa~

LAPORAN PRAKTIKUM ANALISIS KUALITATIF ANION

PENGARUH TEMPERATUR PADA PROSES PEMBUATAN ASAM OKSALAT DARI AMPAS TEBU. Oleh : Dra. ZULTINIAR,MSi Nip : DIBIAYAI OLEH

Presentasi Powerpoint Pengajar oleh Penerbit ERLANGGA Divisi Perguruan Tinggi. Bab17. Kesetimbangan Asam-Basa dan Kesetimbangan Kelarutan

Laporan Praktikum Kimia Dasar II. Standarisasi Larutan NaOH 0,1 M dan Penggunaannya Dalam Penentuan Kadar Asam Cuka Perdagangan.

1. Dari pengujian larutan dengan kertas lakmus diperoleh data berikut:

Transkripsi:

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA ANORGANIK PERCOBAAN V (STOIKIOMETRI KOMPLEKS AMMIN-TEMBAGA (II)) OLEH : NAMA : HANIFA NUR HIKMAH STAMBUK : A1C4 09001 KELOMPOK ASISTEN : II (DUA) : ANDI AHMADI LABORATORIUM PENGEMBANGAN UNIT KIMIA FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS HALUOLEO KENDARI 2011

STOIKIOMETRI KOMPLEKS AMMIN-TEMBAGA (II) I. A. TUJUAN Tujuan dari percobaan ini adalah untuk menentukan rumus molekul kompleks ammin-tembaga (II). B. PRINSIP PERCOBAAN Prinsip percobaan kali ini adalah penentuan rumus molekul komplek ammin-tembaga (II) berdasarkan koefisien distribusi amonia dalam pelarut air dan kloroform. II. TEORI Dalam ilmu kimia, kompleks atau senyawa koordinasi merujuk pada molekul atau entitas yang terbentuk dari penggabungan ligan dan ion logam. Dulunya, sebuah kompleks artinya asosiasi reversibel darimolekul, atom, atau ion melalui ikatan kimia yang lemah. Pengertian ini sekarang telah berubah. Beberapa kompleks logam terbentuk secara irreversibel, dan banyak diantara mereka yang memiliki ikatan yang cukup kuat (Anonim, 2011). Senyawa ion logam yang berkoordinasi dengan ligan disebut dengan senyawa kompleks. Sebagian besar ligam zat netral atau anionik tetapi kation, seperti kation tropilium juga dikenal. Ligan netral, seperti amoniak, NH 3, atau karbon monoksida, CO, dalam keadaan bebas pun merupakan molekul yang stabil, sementara ligan anionik, seperti Cl - atau C 5 H 5, distabilkan hanya jika dikoordinasikan ke atom logam pusat. Ligan repsentatif di daftarkan di tabel

menurut unsur yang mengikatnya. Logam umum atau yang dengan rumus kimia rumit diungkapkan dengan singkatannya. Logam dengan satu atom pengikat disebut ligan monodentat, dan yang memiliki lebih dari satu atom pengikat disebut ligan polidentat, yang juga disebut ligan khelat. Jumlah atom yang diikat pada atom pusat disebut dengan bilangan koordinasi (Saito, 1996). Salah satu keistimewaan dari reaksi kompleks adalah reaksi pergantian ligan melalui efek trans. Reaksi pergantian ligan ini terjadi dalam kompleks octahedral dan segi empat. Ligan-ligan yang menyebabkan gugus yang letaknya trans terhadapnya bersifat labil, dikatakan mempunyai efek trans yang kuat. Beberapa ligan dapat dideretkan dalam suatu deret spektrokimia berdasarkan kekuatan medannya, yang tersusun sebagai berikut : I - < Br -2 < S 2- < SCN - < Cl - < NO 3- < H2O < NCS - < NH3 < en < bipi < fen < NO 2- < CN - < F - < OH - < Ox < CO, dengan Ox = oksalat, en = etilendiamin, bipi = 2,2 -bipiridin dan fen = fenantrolin ( Rilyanti et al, 2008). Muatan senyawa ion akan mempengaruhi arah pergerakan senyawa ion itu. Semakin tinggi valensi, pergerakan akan semakin cepat, begitu juga pengaruh konsentrasi larutan elektrolit atau penyangga. Semakin lama waktu elektroforesis, kation dan anion akan semakin mendekati elektroda atau lintasan yang ditempuh semakin jauh. Muatan senyawa ion akan mempengaruhi arah pergerakan senyawa ion itu. Semakin inggi valensi, pergerakan akan semakin cepat, begitu juga pengaruh konsentrasi larutan elektrolit atau penyangga.

Semakin lama waktu elektroforesis, kation dan anion akan semakin mendekati elektroda atau lintasan yang ditempuh semakin jauh (Sulaiman et al, 2007). Ligan dapat dengan baik diklassifikasikan atas dasar banyaknya titik-lekat kepada ion logam. Begitulah, ligan-ligan sederhana, seperti ion-ion halida atau molekul-molekul H 2 O atau NH 3, adalah monodentat, yaitu ligan itu terikat pada ion logam hanya pada satu titik oleh penyumbangan satu pasanagan-elektronmenyendiri kepada logam. Namun, bila molekul atau ion ligan itu mempunyai dua atom, yang masing-masing mempunyai satu pasangan elektron menyendiri, maka molekul itu mempunyai dua atom-penyumbang, dan adalah mungkin untuk membentuk dua ikatan-koordinasi dengan ion logam yang sama; ligan seperti ini disebut bidentat dan sebagai contohnya dapatlah diperhatikan kompleks tris(etilenadiamina) kobalt(iii), [Co(en) 3 ] 3+. Dalam kompleks oktahedral berkoordinat-6 (dari) kobalt(iii), setiap molekul etilenadiamina bidentat terikat pada ion logam itu melalui pasangan elktron menyendiri dari kedua ataom nitrogennya. Ini menghasilkan terbentuknya tiga cincin beranggota-5, yang masing-masing meliputi ion logam itu; proses pembentukan cincin ini disebut penyepitan (pembentukan sepit atau kelat) (Firdaus, 2009). Tembaga adalah logam merah muda yang lunak, dapat ditempa dan liat. Melebur pada 1038 0 C. Karena potensial elektrode standarnya positif, tidak larut dalam asam klorida dan asam sulfat encer, meskipun dengan adanya oksigen bisa larut sedikit. Tembaga yang terdapat di bumi ini tidak melimpah (55 ppm)

namun terdistribusi secara luas sebagai logam dalam sulfida, arsenida, klorida dan karbonat. Mineral yang paling umum adalah chalcopyrite CuFeS 2. Tembaga diekstraksi dengan pemanggangan dan peleburan oksidatif atau dengan pencucian dengan bantuan mikroba, yang diikuti oleh elektrodeposisi dari larutan sulfat kimiawi tembaga ditemukan sebagai Cu + dan Cu 2+ (Syabatini, 2009). III. METODE PRAKTIKUM A. ALAT DAN BAHAN Alat : Buret 50 ml Corong pisah 250 ml Erlenmeyer Pipet gondok 10 ml Botol timbang/gelas kimia 50 ml Pipet Volume 50 ml Statif dan klem Batang pengaduk Botol semprot Labu takar 100 ml Labu takar 250 ml Filler 3 buah 2 buah

Bahan : Larutan H 2 C 2 O 4 0,05 M Kloroform Larutan amonia 1 M HCl Padatan CuSO 4.5 H 2 O Indikator phenolthalein Larutan NaOH Indikator metil orange Aquades B. PROSEDUR KERJA 1. Standarisasi beberapa larutan : a. Larutan NaOH 10 ml larutan standar H 2 C 2 O 4 - Dimasukkan kedalam Erlenmeyer - Ditambahkan 2 tetes indicator PP - Dititrasi dengan NaOH yang telah diisi kedalam buret - Dihentikan titrasi pada saat terjadi perubahan warna menjadi merah muda - Dihitung konsentrasi NaOH M NaOH = 0,06 M

b. Larutan HCl 10 ml larutan standar NaOH - Dimasukkan kedalam Erlenmeyer - Ditambahkan 2 tetes indicator PP - Dititrasi dengan HCl yang telah diisi kedalam buret - Dihentikan titrasi pada saat terjadi perubahan warna menjadi merah muda - Dihitung konsentrasi HCl M HCl = 0,2 M c. Larutan NH 3 10 ml larutan standar HCl - Dimasukkan kedalam Erlenmeyer - Ditambahkan 2 tetes indicator MO - Dititrasi dengan NH 3 yang telah diisi kedalam buret - Dihentikan titrasi pada saat terjadi perubahan warna menjadi orange M NH 3 = 0,17 M - Dihitung konsentrasi NH 3

2. Penentuan koefisien distribusi amonia antara air dan kloroform 10 ml larutan NH 3 1 M - Dimasukkan kedalam corong pemisah - Dikocok - Ditambahkan 10 ml air - Ditambahkan 25 ml kloroform - Dikocok selama 5 menit - Didiamkan sampai tampak 2 lapisan - Dipisahkan kedua lapisan Lapisan amonia dalam kloroform Lapisan ammonia dalam air - Dipindahkan 10 ml kedalam Erlenmeyer yang berisi 10 ml air - Ditambahkan indicator MO - Dititrasi dengan HCl - Dihentikan titrasi ketika terjadi perubahan warna - Dihitung nilai Kd Kd amonia = 0,25

3. Penentuan rumus kompleks Cu-ammin 10 ml larutan NH 3 1 M - Dimasukkan kedalam corong pemisah - Ditambahkan 10 ml Cu 2+ 0,1 M - Dikocok - Ditambahkan 25 ml kloroform - Dikocok selama 5 menit - Didiamkan sampai tampak 2 lapisan Dipisahkan kedua lapisan Lapisan amonia dalam kloroform Lapisan ammonia dalam air - Dipindahkan 10 ml kedalam Erlenmeyer yang berisi 10 ml air - Ditambahkan indicator MO - Dititrasi dengan HCl - Dihentikan titrasi ketika terjadi perubahan warna - Ditentukan rumus kompleks Cu-amin [Cu(NH 3 ) 3 ] 2+

IV. HASIL PENGAMATAN DAN PEMBAHASAN A. Data Tabel Pengamatan 1. Standarisasi beberapa larutan No. Perlakuan Tujuan Pengamatan 1. Bening H 2 C 2 O 4 10 ml + 2 Standarisasi tetes indicator PP. Larutan NaOH Dititrasi dengan merah NaOH jambu/ungu 2. Larutan HCl 10 ml + 2 tetes indicator PP Standarisasi HCl warna merah jambu/ungu 3. Orange NH 3 10 ml + 2 tetes Standarisasi NH 3 indikator MO. Merah/orange Dititrasi dengan HCl tua 2. Penentuan koef. Distribusi ammonia antara air dan kloroform No. Perlakuan Hasil Pengamatan 1. 10 ml air + 10 ml NH 3 1 M Ditambahkan kloroform 25 ml, dikocok 5-10 menit Bening Terbentuk 2 fase, fase atas air dan fase bawah kloroform 2. Diambil 10 ml kloroform Orange

disimpan dalam erlenmeyer yang berisi 10 ml air + indicator MO 2 tetes 3. Dititrasi dengan HCl standar 0,055 M Terjadi perubahan menjadi warna merah + gelembunggelembung putig (air) 3. Penentuan rumus kompleks Cu 2+ -ammin No. Perlakuan Hasil Pengamatan 1. 8 ml larutan NH 3 1 M dan 8 Warna biru keputihan ml larutan Cu 2+ 0,1 M kedalam corong pisang 250 ml dikocok hingga homogeny 2. Ditambahkan 25 ml kloroform dalam corong pisah, selanjutnya kocok 5-10 menit, Terbentuk 2 lapisan, lapisan atas Cu 2+ dan lapisan bawah kloroform di diamkan 3. Diambil 10 ml larutan kloroform dan dimasukan Orange Kloroform dan air terpisah dalam erlenmeyar yang berisi 10 ml air + indikator MO 2

tetes 4. Ditetesi dengan larutan HCl standar 0,055 M Larutan berubah menjadi warna merah B. Data Hasil Pengamatan dan Perhitungan 1. Standarisasi beberapa larutan a. Larutan NaOH Volume H 2 C 2 O 4 yang dipakai = 15 ml [H 2 C 2 O 4 ] = 0,1M Volume NaOH yang dipakai = 15,5 ml [NaOH] baku = 0,06 M b. Larutan HCl Volume NaOH yang dipakai = 4,8 ml [NaOH] baku = 0,06 M Volume HCl yang dipakai = 10 ml [HCl] baku awal = 0,2 M c. Larutan NH 3 Volume HCl yang dipakai = 8,8 ml [HCl] = 0,2 M Volume NH 3 yang dipakai = 10 ml [NH 3 ] baku = 0,17 M 2. Penentuan koefisien distribusi ammonia dalam air Volume HCl yang dipakai = 1,7 ml [HCl] baku = 0,2 M Volume NH 3 dalam CHCl 3 terpakai = 10 ml [NH 3 ] kloroform = 0,034 M

[NH 3 ] air = [NH 3 ] awal - [NH 3 ] kloroform = [NH3] [NH3] = 0,034 0,136 = (0,17 0,034) M = 0,136 M Kd = 0,25 3. Penentuan rumus kompleks Cu 2+ ammin Volume HCl yang dipakai = 1,7 ml [HCl] baku = 0,2 M Volume NH 3 dalam CHCl 3 terpakai = 10 ml [NH 3 ] kloroform = 0,034 M [NH 3 ] air bebas = 0,136 M [Cu-NH 3 ] = [NH 3 ] air - [NH 3 ] kloroform = (0,136 M 0,034 M) = 0,102 M Mol Cu : mol Cu-NH 3 = mol [NH 3 ]awal mol [NH 3 ] kloroform + mol Mol Cu [NH 3 ] air bebas = 1,7 mmol 0,34 mmol + 1,36 mmol = 2,72 mmol Mol Cu-NH 3 Mol Cu = 2,72 mmol x mol Cu-NH 3 = 2,72 mmol x 1,02 mmol = 2,7744 mmol x = 3

Jadi rumus senyawa kompleksnya = [Cu(NH 3 ) 3 ] 2+ C. Reaksi yang Terjadi Cu(H 2 O) 4 2+ + 3 NH 3 [Cu(NH 3 ) 3 ] 2+ + 4H 2 O D. PEMBAHASAN Prinsip dasar dari percobaan ini layaknya dalam proses ekstraksi pelarut dimana berlaku hokum distribusi yang menyatakan apabila suatu system terdiri dari dua lapisan campuran (solvent) yang tidak saling bercampur satu sama lain, dan ketika ditambahkan senyawa ketiga (zat terlarut), maka senyawa itu akan terdistribusi (terpartisi) kedalam kedua lapisan tersebut seperti yang telah dijelaskan oleh Nerst. Pada percobaan percobaan kali ini bertujuan untuk menentukan rumus molekul kompleks ammin tembaga (II), d imana dilakukan 3 tahapan. Yang pertama yaitu standarisasi beberapa larutan, dalam hal ini larutan NaOH, HCl dan NH 3. Standarisasi ini dilakukan untuk menentukan konsentrasi larutan yang sebenarnya. Yang kedua adalah penentuan koefisien distribusi amoniak antara air dan Kloroform, dan yang ketiga yaitu penentuan rumus kompleks tembaga ammin. Pada standarisasi larutan NaOH digunakan larutan standar primer asam oksalat (H 2 C 2 O 4 ). NaOH distandarisasi dengan asam oksalat karena NaOH merupakan larutan basa. Indikator yang digunakan haruslah dapat mengubah warna menjadi merah muda pada larutan yang bersifat basa.

Konsentrasi NaOH setelah standarisasi diperoleh yaitu 0,1 N, hasil standarisasi ini tidak sesuai dengan konsentrasi awal NaOH sebelum distandarisasi yaitu 0,06 N. Pada standarisasi larutan HCl, larutan standar yang digunakan adalah larutan standar NaOH yang telah distandarisasi sebelumnya oleh asam oksalat. HCl distandarisasi dengan NaOH karena HCl merupakan larutan asam maka harus distandarisasi dengan menggunakan larutan standar yang bersifat basa. Konsentrasi HCl setelah distandarisasi diperoleh 0,2 N, hasil yang diperoleh cukup menyimpang jauh dari konsentrasi HCl awal yaitu 0,055 N. Konsentrasi NH3 yang diperoleh setelah standarisasi diperoleh yaitu 0,17 N cukup berbeda dengan konsentrasi NH3 yang dibuat yaitu 1 N. Dalam penentuan koefisien distribusi ammonia antara air dan kloroform dilakukan dengan pencampuran NH 3 dan aquades didalam corong pisah yang kemudian dikocok selama 5-10 menit. Fungsi dari pengocokkan ini yaitu agar larutan dapat homogen. Setelah didiamkan maka akan nampak adanya dua lapisan dimana pada bagian atas agak keruh dan bawahnya lebih bening. Lapisan atas air dan NH3, lapisan bawah kloroform hal ini dikarenakan adanya perbedaan kepolaran antara senyawa kloroform dengan larutan amoniak dimana berat jenis kloroform (1,47 kg/l) lebih besar dibanding berat jenis air (1 kg/l). Penitrasian larutan kloroform dilakukan dengan menggunakan HCl sebagai titran hingga warna berubah menjadi merah muda, pada keadaan ini volume HCl yang digunakan yaitu 1,7 ml.

Perubahan warna ini menandakan bahwa larutan menjadi asam dan ph larutan semakin menurun. Dimana kita ketahui bahwa HCl dapat berperan dalam penurunan nilai ph larutan sehingga larutan yang pada awalnya bersifat basa menjadi asam. Dari hasil perhitungan didapatkan besarnya konsentrasi NH 3 dalam kloroform yaitu 0,034 N, sehingga konsentrasi NH 3 dalam air sebesar 0,136 N. Dari kedua konsentrasi NH 3 dalam masing-masing larutan dapat dihitung koefisien distribusi amonia yaitu sebesar 0,25. Dalam penentuan rumus kompleks ammin-tembaga(ii) dilakukan pencampuran 9 ml larutan NH 3 dengan 9 ml larutan ion Cu 2+. larutan bewarna biru keputihan yang menandakan warna Cu. Larutan ini ditambahkan dengan 25 ml larutan kloroform dan dikocok selama 5-10 menit. Larutan didiamkan sampai terbentuk dua lapisan. Lapisan atas adalah larutan Cu 2+ dalam ammonia sedangkan lapisan bawah adalah larutan Cu 2+ dalam kloroform. Diperoleh volume Hcl yang terpakai 1,7 ml dan volume NH 3 10 ml. Dari perhitungan diperoleh Normalitas NH 3 dalam CU 2+ yang dikomplekskan adalah 0,102 N. Untuk menentukan rumus kompleks ammintembaga dari perhitungan diketahui mol Cu 0,1 N diperoleh 2,7744 mmol dan mol NH3 dalam Cu2+ adalah 1,02, sehingga perbandingan antara mmol Cu2+ dan mmol NH3 adalah 3 : 1. Jadi rumus kompleksnya adalah [Cu(NH 3 ) 3 ] 2+. Dalam percobaan ini menunjukkan bahwa atom Cu sebagai atom pusat dan NH3 sebagai ligannya. Cu(H 2 O) 4 2+ + 3 NH 3 [Cu(NH 3 ) 3 ] 2+ + 4H 2 O

V. Simpulan Pada percobaaan ini dapat disimpulakan bahwa dalam penentuan rumus ion kompleks dengan membandingkan mol Cu dan mol Cu-NH 3 sehingga diperoleh rumus [Cu(NH 3 ) 3 ] 2+ dengan koefisien distribusi 0,25.

DAFTAR PUSTAKA Anonim. 2011. Kompleks (Kimia). (http://www.wikipedia.com).[14 Mei 2011]. Firdaus Ikhsan. 2009. Pengertian senyawa kompleks. (htt p://www.chem.is.try.com) [12 Mei 2011]. Rilyanti Mila et al. 2008. Sintesis Senyawa Kompleks Cis-[Co(Bipi) 2 (CN) 2 ] dan Uji Interaksinya dengan Gas NO 2 Menggunakan Metoda Spektrofotometri UV- Vis Dan IR. Seminar Nasional Sains dan Teknologi II. Universitas Lampung. Lampung. Saito, Tairo. 1996. Kimia Anorganik. Permission of Iwanami Shoten. Tokyo. Sulaiman, Hardi Adang, Anis Kundari Noor. 2007. Pemisahan dan Karakterisasi Spesi Senyawa Kompleks Yttrium-90 dan Stronsium-90 dengan Elektroforesis Kertas. JFN 1(2).