KOMPOSISI KIMIA BEBERAPA BAHAN LIMBAH PERTANIAN DAN INDUSTRI PENGOLAHAN HASIL PERTANIAN

dokumen-dokumen yang mirip
NILAI GIZI ECENG GONDOK DAN PEMANFAATAN SEBAGAI PAKAN ternak NON RUMINANSIA NINA MARLINA DAN SURAYAH ASKAR

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Sapi potong merupakan sumber utama sapi bakalan bagi usaha

Bahan-bahan Terdiri dari pakan hijauan segar, diantaranya rumput raja, rumput gajah, jerami, sobsi, arachis dan batang pisang. Metode Persiapan Contoh

BAB I PENDAHULUAN. dapat mencapai 60%-80% dari biaya produksi (Rasyaf, 2003). Tinggi rendahnya

KONSENTRAT TERNAK RUMINANSIA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. nutrisi yang sesuai sehingga dapat dikonsumsi dan dapat dicerna oleh ternak yang

Ditulis oleh Mukarom Salasa Minggu, 19 September :41 - Update Terakhir Minggu, 19 September :39

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Sapi perah merupakan salah satu jenis sapi yang dapat mengubah pakan

Pemanfaatan Kulit Nanas Sebagai Pakan Ternak oleh Nurdin Batjo (Mahasiswa Pascasarjana Unhas)

PENDAHULUAN. kebutuhan zat makanan ternak selama 24 jam. Ransum menjadi sangat penting

Ditulis oleh Mukarom Salasa Minggu, 19 September :41 - Update Terakhir Minggu, 19 September :39

PRAKTIKUM III PENGENALAN BAHAN PAKAN TERNAK (FEEDS STUFF)

TINJAUAN PUSTAKA Sapi Perah Sapi Friesian Holstein (FH) Produktivitas Sapi Perah

TINJAUAN PUSTAKA. keberhasilan usaha pengembangan peternakan disamping faktor bibit dan

1 I PENDAHULUAN. Pemikiran, (6) Hipotesis Penelitian, dan (7) Waktu dan Tempat Penelitian.

I. PENDAHULUAN. Peternakan di Indonesia setiap tahunnya mengalami peningkatan, sehingga

I. PENDAHULUAN. Kelapa sawit adalah salah satu komoditas non migas andalan Indonesia.

I. PENDAHULUAN. Ketersediaan pakan khususnya pakan hijauan baik kualitas, kuantitas

PENDAHULUAN. memadai, ditambah dengan diberlakukannya pasar bebas. Membanjirnya susu

BAB I PENDAHULUAN. laut ini, salah satunya ialah digunakan untuk memenuhi kebutuhan pangan.

I. PENDAHULUAN. sekitar 60% biaya produksi berasal dari pakan. Salah satu upaya untuk menekan

I. PENDAHULUAN. kontinuitasnya terjamin, karena hampir 90% pakan ternak ruminansia berasal dari

Seminar Optimalisasi Hasil Samping Perkebunan Kelapa Sawit dan Industri 0lahannya sebagai Pakan Ternak cukup tinggi, nutrisi yang terkandung dalam lim

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. menjadi pasar kedelai terbesar di Asia. Sebanyak 50% dari konsumsi kedelai

FORMULASI RANSUM PADA USAHA TERNAK SAPI PENGGEMUKAN

I. PENDAHULUAN. Pakan merupakan masalah yang mendasar dalam suatu usaha peternakan. Minat

I. PENDAHULUAN. membuat kita perlu mencari bahan ransum alternatif yang tersedia secara

BAB I. PENDAHULUAN. pertanian atau sisa hasil pertanian yang bernilai gizi rendah sebagai bahan pakan

HASIL DAN PEMBAHASAN

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada Desember 2014 Februari 2015 di Jurusan

SUSU KEDELAI 1. PENDAHULUAN

MATERI DAN METODE. Materi

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

KEBUTUHAN NUTRISI ITI PEDAGING : SUPRIANTO NIM : I

PEMANFAATAN LIMBAH RESTORAN UNTUK RANSUM AYAM BURAS

PAKAN LENGKAP BERBASIS BIOMASSA SAWIT: PENGGEMUKAN SAPI LOKAL DAN KAMBING KACANG

II. KERANGKA PENDEKATAN TEORI

I. PENDAHULUAN. yang memiliki potensi hijauan hasil limbah pertanian seperti padi, singkong, dan

I. PENDAHULUAN. Upaya memenuhi kebutuhan hijauan ternak ruminansia saat ini, para

SILASE TONGKOL JAGUNG UNTUK PAKAN TERNAK RUMINANSIA

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Jamur merang merupakan salah satu jenis jamur pangan yang memiliki nilai gizi yang tinggi dan permintaan pasar

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

II. TINJAUAN PUSTAKA. Limbah kota pada umumnya didominasi oleh sampah organik ± 70% sebagai

II. TINJAUAN PUSTAKA. Beras analog merupakan beras tiruan yang terbuat dari tepung lokal non-beras.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pakan pelengkap (Hartadi dkk., 1991). Konsentrat terdiri dari campuran jagung,

BAHAN DAN METODE PENELITIAN. Penelitian menggunakan 24 ekor Domba Garut jantan muda umur 8 bulan

KARYA TULIS ILMIAH PENGOLAHAN LIMBAH KAKAO MENJADI BAHAN PAKAN TERNAK

Pemanfaatan Sumber Daya Pakan Lokal Untuk Pengembangan Peternakan YENNI YUSRIANI

BAB I PENDAHULUAN. nutrisi makanan. Sehingga faktor pakan yang diberikan pada ternak perlu

I. PENDAHULUAN. luas. Salah satu faktor yang mempengaruhi produksi ayam broiler adalah pakan

HASIL DAN PEMBAHASAN. Kandungan Zat Makanan Biomineral Dienkapsulasi

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I KLARIFIKASI HASIL PERTANIAN

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian tentang pengaruh penggunaan ampas kecap dalam ransum

MATERI DAN METODE. Waktu dan Lokasi. Materi

I. PENDAHULUAN. menentukan keberhasilan dalam kegiatan budidaya ikan. Kebutuhan pakan ikan

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN

PENGANTAR. Latar Belakang. 14,8 juta ekor adalah sapi potong (Anonim, 2011). Populasi sapi potong tersebut

PENETAPAN KADAR LEMAK KASAR DALAM MAKANAN TERNAK NON RUMINANSIA DENGAN METODE KERING

I. PENDAHULUAN. pertumbuhan tubuh dan kesehatan manusia. Kebutuhan protein hewani semakin

HASIL DAN PEMBAHASAN

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada Desember 2014 Februari 2015 di Jurusan

MATERI DAN METODE. Gambar 3. Domba Jonggol R1 (a) dan Domba Jonggol R2 (b) Gambar 4. Domba Garut R1 (a) dan Domba Garut R2 (b)

I. PENDAHULUAN. Peternakan dan Kesehatan Hewan (2012) menunjukkan bahwa konsumsi telur burung

Ransum Ternak Berkualitas (Sapi, Kambing, dan Domba)

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Ikan merupakan salah satu hewan yang banyak dibudidayakan oleh

Petunjuk Praktis Manajemen Pengelolaan Limbah Pertanian untuk Pakan Ternak sapi

BAB I PENDAHULUAN. Protein (KEP). KEP merupakan suatu keadaan seseorang yang kurang gizi

BAB I PENDAHULUAN. kebutuhan masyarakat. Saat ini, perunggasan merupakan subsektor peternakan

I. PENDAHULUAN. Minat masyarakat yang tinggi terhadap produk hewani terutama, daging kambing,

BAB III MATERI DAN METODE. Penelitian tentang pengaruh penggunaan tepung daun katuk (Sauropus

MATERI DAN METODE. Lokasi dan Waktu

BAB III MATERI DAN METODE. Lokasi yang digunakan dalam penelitian adalah Laboratorium Ilmu Ternak

BAB I PENDAHULUAN. Pusat Statistik pada tahun 2011 produksi tanaman singkong di Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan perekonomian rakyat Indonesia, namun dilain pihak dampak

Pengaruh penggunaan tepung azolla microphylla dalam ransum terhadap. jantan. Disusun Oleh : Sigit Anggara W.P H I.

HASIL DAN PEMBAHASAN. Konsumsi Pakan

I. PENDAHULUAN. yang dimiliki oleh suatu negara. Indonesia merupakan negara berkembang

MATERI DAN METODE. Materi

BAB I PENDAHULUAN. kuning melalui proses fermentasi jamur yaitu Rhizopus oryzae, Rhizopus stolonifer, atau Rhizopus oligosporus. Tempe dikenal sebagai

PENGERTIAN LIMBAH A C. Gambar 1. Ilustrasi hubungan antara limbah (A), bahan pakan konvensional (B) dan bahan pakan non konvensional (C)

PENDAHULUAN. yaitu ekor menjadi ekor (BPS, 2016). Peningkatan

III BAHAN DAN METODE PENELITIAN. Ternak yang digunakan yaitu Domba Garut betina umur 9-10 bulan sebanyak

BAB I PENDAHULUAN. diperlukannya diversifikasi makanan dan minuman. Hal tersebut dilakukan untuk

PEMANFAATAN KULIT KAKAO SEBAGAI PAKAN TERNAK KAMBING PE DI PERKEBUNAN RAKYAT PROPINSI LAMPUNG

MATERI DAN METODE. Lokasi dan Waktu. Materi

BAB III METODE PENELITIAN. Ayam Pedaging dan Konversi Pakan ini merupakan penelitian penelitian. ransum yang digunakan yaitu 0%, 10%, 15% dan 20%.

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian tentang Pengaruh Penggunaan Campuran Onggok dan Molase

I. PENDAHULUAN. Tanaman kedelai ( Glycine max L. Merril) merupakan komoditi pertanian. kacang-kacangan lainnya. Biji kedelai mengandung 30-50% protein

MATERI DAN METODE. Gambar 4. Kelinci Peranakan New Zealand White Jantan Sumber : Dokumentasi penelitian (2011)

Pengertian Bahan Pangan Hewani Dan Nabati Dan Pengolahannya

HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum Penelitian

POLA PANGAN HARAPAN (PPH)

Diharapkan dengan diketahuinya media yang sesuai, pembuatan dan pemanfaatan silase bisa disebarluaskan sehingga dapat menunjang persediaan hijauan yan

II.TINJAUAN PUSTAKA. produksi pisang selalu menempati posisi pertama (Badan Pusat Statistik, 200 3). Jenis pisang di

BAB I PENDAHULUAN. menjadi kendala pada peternak disebabkan mahalnya harga bahan baku, sehingga

BAB I PENDAHULUAN. Kebutuhan akan pangan semakin meningkat dengan bertambahnya. jumlah penduduk. Berbagai jenis pangan diproduksi dengan meningkatkan

Butir-butiran dan limbahnya

Transkripsi:

KOMPOSISI KIMIA BEBERAPA BAHAN LIMBAH PERTANIAN DAN INDUSTRI PENGOLAHAN HASIL PERTANIAN NINA MARLINA DAN SURAYAH ASKAR Balai Penelitian Ternak, P.O. Box 221, Bogor 16002 RINGKASAN Salah satu jenis pakan yang merupakan andalan baik untuk ternak ruminansia maupun non ruminansia adalah limbah pertanian dan limbah pabrik yang mengolah hasil pertanian. Kedua jenis limbah ini mempunyai potensi yang cukup besar dalam upaya menyediakan pakan daerah maupun nasional. Yang termasuk limbah pertanian ini, aneka macam jerami yang diperoleh setelah hasil pertaniannya dipanen, sedangkan limbah pabrik diperoleh setelah proses pengolahan hasil pertanian, seperti bungkil biji-bijian yang mengandung minyak, ampas tahu, ampas kecap, kulit buah, kulit umbi dan lainnya. Jerami limbah pertanian pada umumnya mengandung protein yang rendah, namun mengandung serat kasar tinggi. Berbeda dengan limbah pabrik mengandung protein tinggi yang dapat dijadikan sebagai sumber protein. Kulit dari biji umbi-umbian umumnya mengandung protein maupun serat yang tinggi. Dalam pemenuhan gizi ternak perlu disusun ransum pakan yang seimbang dari mengandung semua unsur yang dibutuhkan baik pada masa pertumbuhan, kehamilan dan menyusui. Zatzat gizi yang terkandung dalam Bahan limhah tersebut terdiri dari protein, serat, lemak, karbohidrat (BETN) dan mineral (kalsium dan phosphor). Kumpulan data ini merupakan hasil analisis laboratorium Balitnak Bogor yang diharapkan dapat memberikan manfaat kepada pengguna peneliti, penyuluh pertanian dan peternak dalam menyusun ransum ternak ruminansia dan non ruminansia. Kata kunci: Limbah Pertanian, Limbah Pabrik PENDAHULUAN Di samping hasil utama yang diharapkan dari sebidang lahan pertanian adalah limbahnya. Limbahpun dapat memberikan manfaat untuk pakan ternak yang menunjang untuk ketersediaan pakan sepanjang musim. Terdapat dua jenis limbah pertanian yaitu (1) limbah yang langsung dapat digunakan setelah hasil pertaniannya dipanen untuk kebutuhan pakan. Yang termasuk jenis limbah ini di antaranya jerami padi, jerami jagung, jerami ubi jalar, jerami ubi kayu dan jerami berbagai macam tanaman legume dan kacang-kacangan. Limbah lainnya (2) dari hasil pertanian yang diperoleh setelah setelah melalui proses pengolahan (limbah pabrik) seperti limbah pengolahan minyak, tahu, tempe, kecap, kopi, gula, coklat dan buah-buahan lainnya. Ternyata limbah-limbah ini mempunyai potensi yang cukup besar dan dapat menunjang ketersediaan pakan ternak sepanjang tahun. Jerami padi merupakan limbah pertanian terbesar diantara limbah pertanian lainnya, tetapi pemanfaatannya belum maksimal karena faktor teknis dan ekonomis. Jawa Barat baru memenfaatkannya sekitar 4%, Jawa Tengah 24% dan Jawa Timur 43% dari total produksi jerami padi (Jan Nari, 1986). Tersebarnya sumber jerami padi menyebabkan ongkos transportasi mahal, padahal akumulasi ternak ruminansia terjadi di pulau Jawa. Menurut Winugroho (1991) pulau Jawa menampung sekitar 60% populasi ternak. Oleh karena itu kekurangan pakan ternak ruminansia akan dapat terpenuhi dari pakan yang berasal dari jerami limbah pertanian maupun limbah industri pengolahan hasil pertanian. 99

Limbah pertanian lain yang pemanfaatannya cukup tinggi adalah jerami jagung dan ubi jalar di Jawa Barat mencapai 80%, pemanfaatan jerami kacang tanah di Jawa Tengah 89% dan Jawa Timur 93% (Jan Nari, 1986). Pemberian pakan yang berkualitas adalah salah satu cara untuk meningkatkan produksi ternak dalam upaya membantu program pemerintah dalam memenuhi kebutuhan konsumsi hewani. Limbah pertanian atau limbah industri pengolahan hasil pertanian dapat dikelompokkan berdasarkan kandungan proteinnya. Acker (1971) pengelompokkannya menjadi 3 (tiga) kualitas yaitu kandungan protein kurang dari 10%, kandungan protein 10 18% dan kandungan protein lebih dari 18% dari Bahan keringnya. Komposisi kimia dalam Bahan- Bahan pakan yang berasal dari limbah pertanian dan industri pengolahan hasil pertanian ini sangat diperlukan sebagai langkah awal dalam menyusun ransum ternak. Untuk memperoleh ransum yang seimbang, limbah yang rendah proteinnya harus diimbangi dengan limbah yang kaya protein. Demikian juga unsur-unsur lainnya sehingga memperoleh ransum yang saling melengkapi. Makalah ini bertujuan untuk menyediakan informasi data zat-zat yang terkandung dalam Bahan limbah pertanian dan limbah industri pengolahan hasil pertanian sebagai Bahan dalam penyusunan formula ransum. Materi MATERI DAN METODA Bahan pakan yang terdiri dari Bahan limbah pertanian dan limbah industri pengolahan hasil pertanian ini dianalisis di laboratorium proksimat Balai Penelitian Ternak Bogor. Diperoleh baik dari peneliti di lingkungan Balitnak maupun dari luar Balitnak, data ini diperlukan untuk menyusun ransum untuk kepentingan penelitian. Metoda Metode analisis proksimat yang digunakan merupakan perpaduan antara metode AOAC, metode modifikasi dan metode lainnya yang sampai dengan saat ini masih digunakan di laboratorium Balitnak Bogor. Analisis proksimat terdiri dari analisis Bahan kering (BK) atau kadar air, analisis protein kasar (PK), analisis lemak kasar (LK), serat kasar (SK), analisis kadar zat anorganik atau kadar abu dan mineral kalsium (Ca) serta fosfor (P). Analisis proksimat biasanya dilengkapi dengan pengukuran energi kasar (GE) dari Bahan pakan tersebut. Contoh analisis yang dikirim biasanya dalam keadaan basah atau kering. Contoh basah/segar ditimbang terlebih dahulu untuk mengetahui berat basahnya, kemudian diimasukkan dalam oven 60 o C untuk memperoleh berat Bahan keringnya selanjutnya digiling dengan saringan berdiameter 0,5-1,0 mm. Contoh yang siap dianalisis disimpan dalam botol plastik bertutup dan diberi nomor analisis. Pengambilan contoh harus mewakili contoh yang dikirim ke laboratorium sesuai dengan petunjuk pengambilan contoh analisis (Askar dkk, 1997). 100

HASIL DAN PEMBAHASAN Dilihat dari kandungan gizinya (Tabel 1) jerami padi dan jagung kualitasnya lebih rendah dari jerami lainnya, terutama kandungan proteinnya. Untuk meningkatkan kualitas jerami padi tersebut dapat diberi perlakuan baik secara fisika, kimia dan biologis (Winugroho, 1991) atau dengan pemberian pakan tambahan yang tepat ke dalam ransum jerami. Jerami daun ubi jalar dan daun kacang tanah mengandung protein yang cukup tinggi (Tabel 1) sehingga limbah ini dapat dijadikan pakan hijauan sumber protein. Produksi kedua limbah tersebut lebih sedikit (Jan Nari, 1986), maka pemanfaatannya akan lebih efisien bila hanya dijadikan sebagai pakan tambahan sumber protein untuk mengurangi pemakaian bungkil kedelai dalam ransum ternak ruminansia. Jerami kacang tanah campuran yang terdiri dari tangkai, batang dan daun mengandung protein yang lebih rendah daripada daunnya, namun secara keseluruhan limbah hijauan tersebut mempunyai potensi sebagai pakan ternak ruminansia. Mineral (kadar abu) yang terkandung cukup tinggi, terutama kalsium (2,10%) dan fosfor yang sangat diperlukan untuk masa pertumbuhan, kebuntingan dan masa menyusui ternak ruminansia. Kandungan Ca tertinggi dalam jerami daun kacang tanah dan kacang merah, sedangkan kandungan P tertinggi terdapat pada daun ubi jalar (lihat Tabel 1). Ternak ruminansia adalah ternak yang dapat memanfaatkan serat sebagai sumber energi karena adanya mikroorganisme di dalam cairan rumen, limbah pertanian pada umumnya kaya dengan serat kasar lebih dari 20%, kecuali pada bagian daunnya seperti daun ubi jalar dan daun kacang tanah (Tabel 1). Sumber energi lainnya adalah BETN (Bahan ekstrak tanpa nitrogen) yaitu karbohidrat bukan serat kasar, seperti gula dan pati yang terdapat dalam Bahan. Untuk memenuhi kebutuhan gizi ternak, penggunaan jerami padi sebagai pakan perlu diimbangi dengan pemberian pakan tambahan yaitu pakan penguat (Rangkuti dkk,1981) yang berasal dari limbah pertanian lainnya yaitu limbah industri pengolahan hasil pertanian seperti yang terlihat pada Tabel 2. Aneka bungkil dari pengolahan minyak nabati dan ampas dari pengolahan kecap dan tahu merupakan Bahan yang mengandung protein tinggi yang berasal dari tumbuhan bisa mencapai lebih dari 50%, tergantung pada jenis dan kualitas Bahan yang digunakan dalam industri pengolahan serta cara pengolahannya. Tabel 1. Komposisi kimia beberapa jerami limbah pertanian No. Pakan Komposisi kimia (% Bahan kering) 1 Jerami jagung 4,60 39,68 0,80 11,46 43,46 0,37 0,08 2 J.Dn.Ubi jalar 23,91 12,17 4,34 12,92 46,66 1,20 0,87 3 J.tangkai daun ubi 11,25 27,37 2,57 13,26 45,55 1,52 0,51 jalar 4 J. batang daun ubi 9,29 30,45 2,88 12,13 45,25 - - jalar 5 J. daun kacang tanah 21,55 17,37 2,63 15,30 43,16 2,01 0,09 3566 6 J. Batang kc. 8,53 33,02 0,91 9,32 48,22 1,60 0,05 tanah 7 J. Kc. tanah 11,68 29,75 0,85 10,19 47,52 1,74 0,47 8 J. Kc.buncis 14,45 28,19 1,75 9,62 45,99 1,89 0,25 9 J. Kc. merah 14,22 34,55 1,27 11,13 38,82 2,10 0,31 10 Jerami padi 6,25 32,41 1,19 20,35 39,09 0,27 0,09 Sumber : Hasil-hasil analisis proksimat laboratorium Balitnak Bogor (tidak dipublikasi) 101

Tabel 2. Komposisi kimia beberapa limbah industri pengolahan hasail pertanian No. Nama Bahan Komposisi Kimia (% Bahan Kering) 1 Bungkil kelapa 20,62 13,79 10,48 7,00 48,11 0,40 0,27 4765 2 Bungkil kelapa 16,68 30,41 4,19 6,35 42,37 0,91 0,55 4329 sawit 1 3 Bungkil kelapa 24,34-2,37 7,42-0,22 0,69 - sawit 2 4 Bungkil kelapa 20,86 17,16 5,76 5,90 50,32 0,45 0,71 - sawit 3 5 Bungkil biji kapas 47,59-2,30 7,78-0,25 1,40 5183 6 Bungkil biji karet 27,50 17,75 16,30 5,39 33,07 0,32 0,42-7 Bungkil biji kapuk 34,99-3,75 - - 0,75 0,96 5055 8 Bungkil kedelai 55,41 5,15 1,11 8,07 30,26 0,42 0,22 4641 9 Bungkil kacang 10,28 31,85 4,22 19,30 34,36 3,80 0,33 - tanah 1 10 Bungkil kacang 24,79 21,43 0,08 13,95 39,97 0,10 0,60 - tanah 2 11 Bungkil kacang 34,96 6,97 32,02 5,90 20,16 0,52 0,33 - tanah 3 12 Ampas tahu 20,93 21,43 10,31 10,64 36,69 0,72 0,55 4392 13 Ampas kecap 30,33 7,63 24,85 27,72 9,47 0,33 0,28 4711 14 Ampas bir 24,76 15,41 8,82 3,87 37,14 0,41 0,56 3702 Sumber :Hasil-hasil analisis proksimat laboratorium Balitnak Bogor (tidak dipublikasi) Bungkil kedelai merupakan limbah industri hasil pertanian yang paling berkualitas dengan kadar lemak dan serat yang rendah serta kandungan energi yang tinggi. Kemudian diikuti dengan limbah-limbah industri lannya seperti bungkil kelapa, bungkil biji kapas, bungkil biji kapuk, bungkil kacang tanah dan ampas bir. Namun Bahan-Bahan ini masih mengandung serat dan lemak yang tinggi, kadang-kadang mengandung zat anti nutrisi sehingga pemanfaatannya menjadi terbatas. Misalnya bungkil kelapa mengandung protein cukup tinggi, adanya aflatoksin yang terkandung dalam Bahan ini cukup tinggi pula terutama di daerah iklim tropis seperti Indonesia. Penelitian di Indonesia menunjukkan bahwa penggunaan bungkil kelapa dalam ransum ayam broiler tidak melebihi 15% (Creswell dkk, 1979 dalam Mathius dkk, 2001). Pemanfaatan bungkil kedelai dalam ransum sudah biasa dilakukan oleh peternak, namun harganya masih mahal, tidak dapat menekan biaya produksi sehingga harga daging menjadi mahal. Menurut Tilman (1975) dalam Utomo, R dkk (1983) biaya pakan yang dibutuhkan peternak ayam pedaging mencapai 65 75% dari total biaya produksi. Penelitian penggunaan limbah industri pengolahan hasil selain bungkil kedelai baik ternak ruminansia maupun non ruminansia telah banyak dilakukan, tetapi pemanfatannya di lapangan belum maksimal. Akibatnya harga daging atau produk ternak lainnya masih mahal. Belum semua lapisan masyarakat Indonesia dapat menikmati sumber protein hewani seperti susu, telur dan daging. Limbah pertanian lainnya yang tergolong ke dalam limbah yang mengandung serat tinggi adalah limbah kulit buah atau kulit biji seperti terlihat pada Tabel 3. Meskipun demikian limbah-limbah ini mengandung protein, lemak, mineral dan energi cukup tinggi, sehingga dapat dimanfaatkan sebagai pakan ternak ruminansia. 102

Tabel 3. Komposisi kimia beberapa kulit limbah pertanian No. Pakan Komposisi kimia (% Bahan kering) 1 Kulit singkong 5,15 14,77 0,88 20,22 58,98 0,28 0,34-2 Kulit markisa 8,04 35,75 1,65 7,15 47,41 0,20 0,13 3957 3 Kulit biji kopi 10,38 37,76 1,58 6,59 43,69 0,33 0,02 4463 4 Kulit biji coklat 17,08 27,52 12,96 5,77 36,67 0,55 0,46 3937 5 Kulit buah coklat 1 9,41 48,02 0,45 9,17 32,95 0,32 0,22 4374 6 Kulit buah coklat 2 21,16 28,58 19,55 8,10 22,61 0,32 0,57-7 Kulit kc. merah 1 14,16 - - 9,18-0,85 0,28 4403 8 Kulit kc. merah 2 22,07 - - 14,22-1,36 0,49 3546 Sumber : Hasil-hasil analisis proksimat laboratorium Balitnak Bogor (tidak dipublikasi) KESIMPULAN 1. Limbah pertanian maupun limbah industri secara nasional masih belum dimanfaatkan secara optimal. 2. Jerami limbah pertanian yang tergolong kaya serat dapat dijadikan sebagai pakan ruminansia, untuk meningkatkan kualitasnya perlu ditambahkan Bahan penguat sebagai sumber protein dan mineral kedalam ransum. Khusus jerami padi untuk meningkatkan kualitasnya, dapat diberi perlakuan secara fisika, kimia dan biologis. 3. Limbah industri pengolahan hasil pertanian dapat dijadikan sebagai pakan sumber protein, namun penggunaannya relative lebih sedikit dan produksinya masih terbatas. 4. Limbah pertanian lainnya (kulit dan biji) yang kaya dengan serat dan mengandungprotein yang cukup tinggi dapat dijadikan pakan tambahan untuk ternak ruminansia akan tetapi penggunaannya masih terbatas. DAFTAR BACAAN Askar, S dan Nina Marlina. 1997. Komposisi Kimia Beberapa Hijauan Pakan. Buletin Tehnik Pertanian, Pusat Perpustakaan dan Penyebaran Teknologi Pertanian Bogor, 2(1) : 7 11. Mathius, I. W. dan A. P. Sinurat (2001). Pemanfaatan Bahan Pakan Inkonvensional untuk terrnak. Wartazoa, 11(2) : 20-31. Jan Nari (1986). Fibrous feed residue and their potential in livestock feeding system in Indonesia Ruminant feeding systems utilizing fibrous agricultural residues. 1985. R. M. Dixon (ed). International Development Program of Australian Universities and Colleges, pp. 3 10. Utomo, R., Hari Hartadi dan Widiyantoro, 1983. Kemungkinan Penggunaan Daging Buah Kopi dalam Ransum Ayam Pedaging. Prosiding Pemanfaatan Limbah Pangan dan Limbah Pertanian untuk Makanan Ternak. LIPI, Bandung, pp. 45. Winugroho, 1991. Pedoman cara Pemanfaatan Jerami Padi pada Pakan Ruminansia. Balai Penelitian Ternak, Ciawi Bogor, pp. 2 3. 103