Sebaran suhu permukaan laut dan tracking daerah penangkapan Ikan Cakalang di Perairan Barat Laut Banda

dokumen-dokumen yang mirip
Diterima: 14 Februari 2008; Disetujui: Juli 2008 ABSTRACT

PENENTUAN DAERAH PENANGKAPAN IKAN TONGKOL (Euthynnus affinis) BERDASARKAN SEBARAN SUHU PERMUKAAN LAUT DI PERAIRAN IDI RAYEUK KABUPATEN ACEH TIMUR

3. METODE. penelitian dilakukan dengan beberapa tahap : pertama, pada bulan Februari. posisi koordinat LS dan BT.

VARIABILITAS SPASIAL DAN TEMPORAL SUHU PERMUKAAN LAUT DAN KONSENTRASI KLOROFIL-a MENGGUNAKAN CITRA SATELIT AQUA MODIS DI PERAIRAN SUMATERA BARAT

5 PEMBAHASAN 5.1 Sebaran SPL Secara Temporal dan Spasial

PENENTUAN DAERAH POTENSIAL PENANGKAPAN IKAN CAKALANG (Katsuwonus pelamis) MENGGUNAKAN CITRA SATELIT DI PERAIRAN JAYAPURA SELATAN KOTA JAYAPURA

PENENTUAN DAERAH PENANGKAPAN POTENSIAL IKAN TUNA MATA BESAR DENGAN MENGGUNAKAN CITRA SATELIT DI PERAIRAN LHOKSEUMAWE

Domu Simbolon. Staf pengajar pada Departemen Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelauatn Institut Pertanian Bogor

J. Sains & Teknologi, Agustus 2008, Vol. 8 No. 2: ISSN

ABSTRAK. Kata kunci: Suhu Permukaan Laut; Klorofil-a; Ikan Tuna Sirip Kuning (Thunnus albacares); Pancing Ulur ABSTRACT

PENGARUH FENOMENA LA-NINA TERHADAP SUHU PERMUKAAN LAUT DI PERAIRAN KABUPATEN MALANG

3. METODOLOGI. 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian

3. BAHAN DAN METODE. Penelitian dilaksanakan pada bulan Februari hingga Agustus 2011 dengan

VARIABILITAS SUHU PERMUKAAN LAUT DI PERAIRAN PULAU BIAWAK DENGAN PENGUKURAN INSITU DAN CITRA AQUA MODIS

IDENTIFIKASI DAERAH PENANGKAPAN IKAN PELAGIS BESAR PADA MUSIM TIMUR BERDASARKAN SEBARAN SUHU PERMUKAAN LAUT DI PERAIRAN BARAT ACEH ABSTRACT

4. HASIL DAN PEMBAHASAN

Gambar 1. Diagram TS

Safruddin*, Nur Indah Rezkyanti, Angraeni, M. Abduh Ibnu Hajar, St. Aisjah Farhum, Mukti Zainuddin

PENENTUAN DAERAH POTENSIAL PENANGKAPAN IKAN CAKALANG(Katsuwonus pelamis) BERDASARKAN SEBARAN SPL DAN KLOROFIL DI LAUT FLORES SKRIPSI

4 HASIL DAN PEMBAHASAN

4. HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Distribusi Klorofil-a secara Temporal dan Spasial. Secara keseluruhan konsentrasi klorofil-a cenderung menurun dan

3. METODOLOGI PENELITIAN

PENGARUH SUHU PERMUKAAN LAUT TERHADAP HASIL TAGKAPAN IKAN CAKALANG DI PERAIRAN KOTA BENGKULU

KETERKAITAN VARIBILITAS ANGIN TERHADAP PERUBAHAN KESUBURAN DAN POTENSI DAERAH PENANGKAPAN IKAN DI PERAIRAN JEPARA

Nadhilah Nur Shabrina, Sunarto, dan Herman Hamdani Universitas Padjadjaran

KARAKTERISTIK DAERAH PENANGKAPAN IKAN CAKALANG PADA MUSIM BARAT DI PERAIRAN TELUK BONE

PENDAHULUAN. Pantai Timur Sumatera Utara merupakan bagian dari Perairan Selat

3. METODOLOGI Waktu dan Lokasi Penelitian. Lokasi pengamatan konsentrasi klorofil-a dan sebaran suhu permukaan

2. TINJAUAN PUSTAKA. sebaran dan kelimpahan sumberdaya perikanan di Selat Sunda ( Hendiarti et

3 METODE PENELITIAN. Gambar 7. Peta Lokasi Penelitian

1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

FENOMENA UPWELLING DAN KAITANNYA TERHADAP JUMLAH TANGKAPAN IKAN LAYANG DELES (Decapterus Macrosoma) DI PERAIRAN TRENGGALEK

MANAGEMENT OF AQUATIC RESOURCES JOURNAL Volume 2, Nomor 2, Tahun 2013, Halaman 1-8 Online di :

ANALISIS POLA SEBARAN DAN PERKEMBANGAN AREA UPWELLING DI BAGIAN SELATAN SELAT MAKASSAR

3. METODOLOGI. Gambar 7 Peta lokasi penelitian.

Sp.) DI PERAIRAN TIMUR SULAWESI TENGGARA

4. HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Pola Sebaran Suhu Permukaan Laut dan Salinitas pada Indomix Cruise

KAJIAN HUBUNGAN HASIL TANGKAPAN IKAN CAKALANG

Hubungan Upwelling dengan Jumlah Tangkapan Ikan Cakalang Pada Musim Timur Di Perairan Tamperan, Pacitan

BAB I PENDAHULUAN. kepulauan terbesar di dunia, dengan luas laut 5,8 juta km 2 atau 3/4 dari total

APPLICATION HYPERTEXT MARKUP LANGUAGE TO DESIGN ANCHOVY (Stolephorus spp) FISHERIES SYSTEM INFORMATION IN THE GULF OF BONE

THERMAL DAN KLOROFIL-A FRONT HUBUNGANNYA DENGAN HASIL TANGKAPAN CAKALANG PADA MUSIM PERALIHAN BARAT TIMUR DI PERAIRAN SERAM

ANALISIS SPASIAL DAN TEMPORAL HASIL TANGKAPAN IKAN CAKALANG (Katsuwonus pelamis) DAN THERMAL FRONT PADA MUSIM PERALIHAN DI PERAIRAN TELUK BONE

Asia, Jul Manohas, Raman Simanjuntak, Heru Santoso. Politeknik Kelautan dan Perikanan Bitung. Jl. Tandurusa, Po Bok 12 BTG/Bitung Sulawesi Utara

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

PENGARUH PERUBAHAN DAN VARIABILITAS IKLIM TERHADAP DINAMIKA FISHING GROUND DI PESISIR SELATAN PULAU JAWA

Kata kunci: Citra satelit, Ikan Pelagis, Klorofil, Suhu, Samudera Hindia.

STUDI PERUBAHAN SUHU PERMUKAAN LAUT (SPL) MENGGUNAKAN SATELIT AQUA MODIS

4. HASIL DAN PEMBAHASAN

Rochmady Staf Pengajar STP - Wuna, Raha, ABSTRAK

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB III METODE PENELITIAN

Pengaruh Sebaran Konsentrasi Klorofil-a Berdasarkan Citra Satelit terhadap Hasil Tangkapan Ikan Tongkol (Euthynnus sp) Di Perairan Selat Bali

PREDIKSI DAERAH POTENSIAL PENANGKAPAN IKAN PELAGIS BESAR DI PERAIRAN KABUPATEN MAMUJU

Variabilitas Suhu Permukaan Laut Di Pantai Utara Semarang Menggunakan Citra Satelit Aqua Modis

Prakiraan Daerah Penangkapan Ikan Laut di Laut Banda Berdasarkan Data Citra Satelit. Forecasting Fishing Areas in Banda Sea Based on Satellite Data

ANALISA VARIABEL OSEANOGRAFI DATA MODIS TERHADAP SEBARAN TEMPORAL TENGGIRI (Scomberomorus commersoni, Lacépède 1800) DI SEKITAR SELAT KARIMATA

BAB III METODE PENELITIAN

ANALISIS SPASIAL SUHU PERMUKAAN LAUT DI PERAIRAN LAUT JAWA PADA MUSIM TIMUR DENGAN MENGGUNAKAN DATA DIGITAL SATELIT NOAA 16 -AVHRR

Pasang Surut Surabaya Selama Terjadi El-Nino

Seminar Nasional Penginderaan Jauh ke-4 Tahun Stasiun Klimatologi Kairatu Ambon 2. Sekolah Tinggi Meteorologi Klimatologi dan Geofisika

APLIKASI SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS DALAM PENELITIAN PERIKANAN DAN KELAUTAN 1) oleh Dr. Ir. Mukti Zainuddin, MSc. 2)

Arah Dan Kecepatan Angin Musiman Serta Kaitannya Dengan Sebaran Suhu Permukaan Laut Di Selatan Pangandaran Jawa Barat

KETERKAITAN PARAMETER DAERAH PENANGKAPAN TERHADAP UPAYA PENANGKAPAN IKAN PELAGIS BESAR DI SAMUDERA HINDIA OLEH HARRY AGUSTIAN

Prediksi Zona Tangkapan Ikan Menggunakan Citra Klorofil-a dan Citra Suhu Permukaan Laut Satelit Aqua MODIS di Perairan Pulo Aceh

5. PEMBAHASAN 5.1 Sebaran Suhu Permukaan laut dan Klorofil-a di Laut Banda Secara Spasial dan Temporal

PEMETAAN DAERAH POTENSIAL PENANGKAPAN IKAN CAKALANG (Katsuwonus pelamis) DAN TONGKOL (Euthynnus affinis) DI PERAIRAN UTARA NANGGROE ACEH DARUSSALAM

KAITAN MONSUN TERHADAP VARIABILITAS SUHU PERMUKAAN LAUT DAN KLOROFIL-A UNTUK PREDIKSI POTENSI FISHING GROUND DI PERAIRAN KARIMUNJAWA

b) Bentuk Muara Sungai Cimandiri Tahun 2009

ANTARA PERAIRAN SELAT MAKASAR DAN LAUT JAWA (110O-120O BT

OLEH : SEPTIAN ANDI PRASETYO

Sebaran Arus Permukaan Laut Pada Periode Terjadinya Fenomena Penjalaran Gelombang Kelvin Di Perairan Bengkulu

DEPARTEMEN ILMU DAN TEKNOLOGI KELAUTAN FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR

DISTRIBUSI SUHU PERMUKAAN LAUT DAN ASPEK BIOLOGI CAKALANG (Katsuwonus pelamis) HASIL TANGKAPAN HUHATE di BITUNG

PERTEMUAN KE-6 M.K. DAERAH PENANGKAPAN IKAN HUBUNGAN SUHU DAN SALINITAS PERAIRAN TERHADAP DPI ASEP HAMZAH

KAJIAN SEBARAN SPASIAL PARAMETER FISIKA KIMIA PERAIRAN PADA MUSIM TIMUR DI PERAIRAN TELUK SEMARANG

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

Universitas Sumatera Utara, ( 2) Staff Pengajar Biologi, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam,

Geo Image (Spatial-Ecological-Regional)

ANALISIS SUHU PERMUKAAN LAUT DAN KLOROFIL-A DARI CITRA AQUA MODIS SERTA HUBUNGANNYA DENGAN HASIL TANGKAPAN IKAN PELAGIS DI SELAT SUNDA

BAB III BAHAN DAN METODE

JURNAL OSEANOGRAFI. Volume 2, Nomor 4, Tahun 2013, Halaman Online di :

WARNA UMPAN TIRUAN PADA HUHATE

HUBUNGAN BOBOT PANJANG IKAN TUNA MADIDIHANG Thunnus albacares DARI PERAIRAN MAJENE SELAT MAKASSAR SULAWESI BARAT Wayan Kantun 1 dan Ali Yahya 2

Daerah penangkapan tuna hand liners yang mendaratkan tangkapannya di Pelabuhan Perikanan Samudera Bitung

HUBUNGAN KONSENTRASI KLOROFIL-A DAN SUHU PERMUKAAN LAUT DENGAN HASIL TANGKAPAN IKAN PELAGIS UTAMA DI PERAIRAN LAUT JAWA DARI CITRA SATELIT MODIS

6 PEMBAHASAN 6.1 Produksi Hasil Tangkapan Yellowfin Tuna

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Analisis Spasial dan Temporal Sebaran Suhu Permukaan Laut di Perairan Sumatera Barat

PENGOPERASIAN ALAT TANGKAP PANCING TONDA DI LAUT BANDA YANG BERBASIS DI KENDARI

PENGGUNAAN PANCING ULUR (HAND LINE) UNTUK MENANGKAP IKAN PELAGIS BESAR DI PERAIRAN BACAN, HALMAHERA SELATAN

Oleh : NIA SALMA PRlYANTl. Sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana pada Fakultas Perikanan dan llmu Kelautan C 31.

KAJIAN DINAMIKA SUHU PERMUKAAN LAUT GLOBAL MENGGUNAKAN DATA PENGINDERAAN JAUH MICROWAVE

I. PENDAHULUAN. dalam upaya pengelolaan sumberdaya perikanan laut di Kabupaten Malang Jawa

PENENTUAN DAERAH PENANGKAPAN IKAN TONGKOL BERDASARKAN PENDEKATAN SUHU PERMUKAAN LAUT DAN HASIL TANGKAPAN DI PERAIRAN BINUANGEUN, BANTEN TOPAN BASUMA

Abstract. SUHU PERMT]KAAI\{ LAUT I}I PERAIRAN RAJAAMPAT PROPINSI PAPUA BARAT (Hasil Citra )

ANALISA PENENTUAN LOKASI BUDIDAYA RUMPUT LAUT DENGAN PARAMETER FISIKA MAUPUN KIMIA MENGGUNAKAN CITRA TERRA MODIS DI DAERAH SELAT MADURA

APLIKASI DATA INDERAAN MULTI SPEKTRAL UNTUK ESTIMASI KONDISI PERAIRAN DAN HUBUNGANNYA DENGAN HASIL TANGKAPAN IKAN PELAGIS DI SELATAN JAWA BARAT

APLIKASI DATA INDERAJA MULTI SPEKTRAL UNTUK ESTIMASI KONDISI PERAIRAN DAN HASIL TANGKAPAN IKAN PELAGIS DI SELATAN JAWA BARAT

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Transkripsi:

Jurnal Manajemen Sumber Daya Perairan, 2(1): 41-49 Sebaran suhu permukaan laut dan tracking daerah penangkapan Ikan Cakalang di Perairan Barat Laut Banda [Distribution of sea surface temperature and tracking fishing ground Skipjack Tuna in western waters of Banda Sea] Sri Eka Agusliana M 1, Muslim Tadjuddah 2, dan Ahmad Mustafa 3 1 Mahasiswa Jurusan Manajemen Sumberdaya Perairan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Halu Oleo Jl. HAE Mokodompit Kampus Bumi Tridharma Anduonohu Kendari 93232, Telp/Fax: (0401) 3193782 2 Surel: muslim22jan@yahoo.co.id 3 Surel: astafa_611@yahoo.com Diterima: 1 November 2016; Disetujui : 2 Desember 2016 Abstrak Informasi mengenai daerah penangkapan ikan merupakan salah satu kunci keberhasilan dalam pengembangan perikanan tangkap. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui sebaran suhu permukaan laut dan pola daerah penangkapam ikan cakalang (Katsuwonus pelamis) di bagian Barat Laut Banda. Penelitian ini dilaksanakan dari bulan April - Juni 2016. Hasil pengamatan sebaran suhu permukaan laut di perairan Barat Laut Banda pada bulan April 2016 sampai Juni 2016 berkisar antara 26ºC 31,98ºC. Pergerakan suhu hangat berasal dari arah selatan Laut Banda (Kepulauan Wakatobi) dan suhu dingin berasal dari Laut Banda. Adapun pola spasial dan temporal daerah penangkapan ikan cakalang oleh nelayan pancing pancing tonda pada bulan April Juni 2016 dominan berada di bagian Timur Pulau Wawonii. Kata kunci: Aqua MODIS, daerah penangkapan ikan, Katsuwonus pelamis, Laut Banda, suhu permukaan laut Abstract Information on fishing ground is one of the keys to success in the development of fisheries. The aim of the study was to determine the distribution of sea surface temperatures and the patterns of fishing ground skipjack tuna (Katsuwonus pelamis) in the western of Banda Sea. This study was conducted of the month from April to June 2016. The results of observations of the distribution of sea surface temperatures in the western waters of Banda Sea in April 2016 to June 2016 ranged between 26ºC - 31,98ºC. The movement of warmer temperatures coming from the south of Banda Sea (Wakatobi) and cold temperatures coming from Banda Sea. The spatial and temporal patterns of skipjack tuna fishing ground by fishermen fishing trolling in April - June 2016 were dominant in the eastern of the island Wawonii. Keywords: Aqua MODIS, fishing ground, Katsuwonus pelamis, Banda Sea, sea surface temperatures Pendahuluan Laut Banda merupakan salah satu bagian dari wilayah pengelolaan perikanan (WPP) 714 (PERMEN KKP No.1 Tahun 2009), letaknya yang cukup strategis berada di antara Pulau Sulawesi, Maluku dan beberapa pulau lainnya menjadikan wilayah ini banyak dimanfaatkan oleh nelayan sebagai lokasi penangkapan ikan (KKP, 2009). Salah satu jenis sumber daya ikan ekonomis penting di perairan Barat Laut Banda adalah ikan cakalang (K. pelamis). Sebagian besar hasil tagkapan cakalang di perairan ini didaratkan di Pelabuhan Perikanan Samudra Kendari, nilai produksi cakalang tahun 2013 mencapai 274.919.674,00 (PPS Kendari, 2014). Pada umumnya, aktivitas penangkapan ikan cakalang (K. pelamis) di perairan Laut Banda menggunakan pancing tonda (trolling line), tetapi terkadang juga nelayan menggunakan Huhate (pole and line). Nelayan Sulawei Tenggara sering sekali berburu ikan cakalang pada bagian Barat Laut Banda yakni pada bagian perairan Sulawesi. Salah satu kendala dalam berburu ikan cakalang adalah lemahnya informasi fishing ground baik secara spasial maupun temporal.

Sebaran suhu permukaan laut dan tracking DPI Cakalang Daerah penangkapan ikan cakalang di perairan Laut Banda seyogianya dapat diketahui dengan memperhatikan parameter oseanografi, seperti suhu permukaan laut. Pengamatan suhu permukaan laut untuk mendeteksi keberadaan ikan cakalang sangat tepat karena ikan cakalang merupakan spesies yang lapisan renangnya terdapat pada lapisan atas dekat permukaan. Gunarso (1985), mengatakan bahwa kebiasaan ikan cakalang bergerombol sewaktu dalam keadaan aktif mencari makan. Untuk mendeteksi perubahan nilai suhu permukaan laut (SPL) dengan menggunakan metode konvensional tentu akan sulit dilakukan karena membutuhkan waktu dan biaya yang sangat besar. Hal ini mendorong untuk memanfaatkan teknologi satelit dalam pengamatan fenomena oseanografi khususnya suhu permukaan laut. Dengan mengetahui penyebaran SPL optimum ikan cakalang, maka nelayan dapat memprediksi daerah penangkapan sehingga menghemat waktu, biaya dan tenaga untuk melakukan operasi penangkapan. Oleh karena itu, penelitian tentang hubungan SPL terhadap jumlah dan ukuran hasil tangkapan ikan cakalang di bagian barat Laut Banda ini perlu dilakukan. Bahan dan Metode Penelitian ini dilaksanakan di Perairan Barat Laut Banda pada beberapa lokasi daerah penangkapan Pancing Tonda dengan posisi 3º01'08"- 6º02'01" LS dan 122º15'39" - 126º01'03" BT. Penelitian ini dilaksanakan selama tiga bulan yaitu pada bulan April sampai bulan Juni 2016 (Gambar 1). Penelitian ini dilakukan dengan metode survai pada perikanan pancing tonda. Data yang digunakan dalam penelitian ini meliputi data Insitu dan data Ex-situ. Data In-situ pada penelitian ini adalah koordinat lokasi penangkapan. Data Ex-situ terdiri dari data satelit yaitu data suhu permukaan laut diperoleh dengan cara mendownload citra SPL yang bebas awan dari alamat (http://oceancolor.gsfc.nasa.gov). Jenis citra SPL yang digunakan adalah citra Aqua MODIS level 2 karena memiliki resolusi spasial 1 x 1 km yang cocok untuk pengamatan daerah penangkapan ikan. Gambar 1. Peta lokasi penelitian di bagian barat Laut Banda Data suhu permukaan laut diketahui dengan melakukan analisis digital terhadap citra satelit Aqua MODIS level 2 yang diperoleh dengan men-download citra suhu permukaan laut dari internet (http://oceancolor.gsfc.nasa.gov) yang mempunyai format file.nc kemudian ditampilkan dalam bentuk JPG. Konsentrasi suhu permukaan laut pada daerah penangkapan ikan pada saat trip operasi penangkapan dapat dihitung dengan menggunakan software SeaDASS 7.2 yang dioperasikan dengan program windows. Langkah-langkah pemprosesan citra dan SPL adalah sebagai berikut : 1. Ekstraksi data SPL dilakukan dengan menggunakan kanal 31 dan 32 dari data MODIS dengan menerapkan beberapa algoritma. Pada penelitian ini digunakan algoritma yang sudah ada pada menu seadisp yaitu sst. Algoritma SPL adalah sebagai berikut: 42

Agusliana dkk., modis_sst = c1+c2*t31-32+c4*(sec(ø)-1)*t31-32 Keterangan : T31, T32 = Brightness temperatur dari kanal 31 dan 32 Ø = sudut Zenith satelit 2. Import data. Langkah pertama adalah mengimpor data satelit yang sudah diekstrak. MODIS ditampilkan dalam bentuk produk sst karena yang diolah adalah SPL. 3. Pemotongan citra (cropping). Perekaman oleh sensor satelit mencakup daerah rekaman yang sesuai dengan sapuan sensor, oleh karena itu perlu dilakukan pembatasan wilayah pada citra agar citra hanya memuat daerah penelitian bagian Barat Laut Banda. 4. Klasifikasi. Klasifikasi dilakukan untuk membedakan antara darat, awan dan laut. Laut yang dimaksudkan disini yaitu nilai suhu permukaan laut. 5. Menghitung Suhu Permukaan Laut. Perhitungan SPL dapat dilakukan dengan mengubah format.nc menjadi format csf pada SeaDAS 7.2. Selanjutnya di impor pada program Microsoft Excel agar bisa disajikan nilai SPL. Hasil dan Pembasan Berdasarkan citra SPL bulan April 2016 (Gambar 2), menunjukkan bahwa pergerakan suhu hangat dan suhu dingin pada setiap harinya selalu berubah-ubah. Pada bulan April 2016, pergerakan suhu dingin yang berkisar antara 26ºC 26,01 ºC berada di sekitar Pulau Wawonii dan arah Tenggara Laut Banda. Selanjutnya, pergerakan suhu hangat pada bulan April 2016 ini berada di sekitar Pulau Wawonii dan arah Selatan Kabupaten Wakatobi dengan kisaran suhu 30ºC - 32 ºC. Selain itu, pada bulan April 2016 ini ditemukan pada sebagian citra SPL terdapat kantung-kantung percampuran massa air hangat dan massa air dingin yang terbentuk. Kantungkantung massa air tersebut terlihat jelas berada di sekitar Pulau Wawonii. Adapun SPL tanggal 07 April 2016 dan 23 April 2016 terlihat lebih hangat dibandingkan dengan SPL tanggal 02 April 2016, 04 April 2016, 06 April 2016, 08 April 2016, 21 April 2016, dan 24 April 2016. SPL tanggal 07 April 2016 dan 23 April 2016 merupakan SPL yang lebih hangat dibandingkan dengan SPL pada tanggal lainnya, nampak cenderung berada di arah Selatan Kabupaten Wakatobi. Suhu dingin terlihat cenderung berada di sekitar Pulau Wawonii.Berdasarkan citra SPL bulan Mei 2016, menunjukkan dominannya citra SPL berawan karena curah hujan yang cukup tinggi. Berdasarkan (Gambar 3), terlihat bahwa pergerakan suhu permukaan memperlihatkan pola yang terkonsentrasi, pergerakan suhu hangat dominan hanya berada pada bagian arah Timur Pulau Wawonii dan pergerakan suhu dingin cenderung mengelilingi Pulau Wawonii. Pada bulan Mei 2016 ditemukan kantungkantung percampuran massa air hangat dan massa air dingin yang terbentuk cenderung lebih sedikit dibandingkan dengan kantung-kantung massa air yang terbentuk pada bulan April 2016. Hal ini dikarenakan pada bulan Mei 2016 mengalami curah hujan yang cukup tinggi sehingga terlihat didominasi oleh citra SPL berawan. Adapun SPL tanggal 07 April 2016 dan 23 April 2016 terlihat lebih hangat dibandingkan dengan SPL tanggal 06 Mei 2016, 09 Mei 2016, 11 Mei 2016, 16 Mei 2016, 20 Mei 2016, dan 22 Mei 2016. SPL hangat ini lebih cenderung berada di arah Timu Pulau Wawonii dan sekitar Pulau Menui. Hal demikian terjadi juga pada suhu dingin, yang dominan berada di sekitar Pulau Wawonii. 43

Sebaran suhu permukaan laut dan tracking DPI Cakalang Tanggal 02 April 2016 Tanggal 04 April 2016 Tanggal 05 April 2016 Tanggal 06 April 2016 Tanggal 07 April 2016 Tanggal 08 April 2016 Tanggal 18 April 2016 Tanggal 21 April 2016 Tanggal 22 April 2016 Tanggal 23 April 2016 Tanggal 24 April 2016 Scala Bar Gambar 2. Citra SPL Bulan April 2016 44

Agusliana dkk., Tanggal 05 Mei 2016 Tanggal 06 Mei 2016 Tanggal 08 Mei 2016 Tanggal 09 Mei 2016 Tanggal 10 Mei 2016 Tanggal 11 Mei 2016 Tanggal 16 Mei 2016 Tanggal 17 Mei 2016 Tanggal 20 Mei 2016 Tanggal 21 Mei 2016 Tanggal 22 Mei 2016 Scala Bar Gambar 3. Citra SPL Bulan Mei 2016 45

Sebaran suhu permukaan laut dan tracking DPI Cakalang Berdasarkan Gambar 4, dominan suhu permukaan laut yang tersebar adalah suhu dingin. Pergerakan suhu dingin memperlihatkan pola pergerakan yang terkonsentrasi pada satu wilayah. Terlihat bahwa suhu dingin pada bulan Juni 2016 ini cenderung ditemukan di arah Timur Pulau Wawonii. Pada bulan Juni 2016, mulai sedikit ditemukan kantung-kantung percampuran massa air hangat dan massa air dingin yang terbentuk. Hal ini dikarenakan pada bulan Juli 2016, terlihat sebaran suhu dingin mendominasi dibandingkan suhu hangat. Hal ini menandakan bahwa sudah bergantinya suhu hangat menjadi suhu dingin karena telah memasuki musim timur. Pada bulan Juni 2016 memperlihatkan suhu dingin yang lebih dominan tersebar, terkecuali SPL tanggal 20 Juni 2016 memperlihatkan SPL yang lebih hangat dibandingkan dengan SPL pada tanggal lainnya. SPL hangat tersebut berada pada arah Tenggara Laut Banda, sedangkan SPL hangat nampak cenderung berada di arah Timur Pulau Wawonii. Secara umum, SPL terendah yang diperoleh adalah 26 ºC sedangkan untuk SPL tertinggi sebesar 32,99 ºC yang ditemukan pada bulan April dan Mei 2016. Pergerakan sebaran SPL selama penelitian, baik suhu dingin maupun suhu hangat terkonsentrasi pada arah Timur Pulau Wawonii (Laut Banda bagian Barat). Suhu hangat yang terkonsentrasi pada arah Timur Pulau Wawonii bergerak dari arah Selatan Laut Banda yaitu bagian Pulau Buton, sedangkan suhu dingin lebih dominan berasal dari Laut Banda Penentuan daerah penangkapan ikan cakalang potensial dapat dilihat dari pola sebaran lokasi operasi nelayan, baik secara spasial maupun temporal. Dalam penelitian ini, pola sebaran daerah penangkapan ikan terdapat tiga pola tetapi setiap bulan mempunyai pola yang berbeda. Tanggal 15 Juni 2016 Tanggal 16 Juni 2016 Tanggal 18 Juni 2016 Tanggal 20 Juni 2016 Tanggal 21 Juni 2016 Scala Bar Gambar 4. Citra SPL Bulan Juni 2016 46

Agusliana dkk., A B C Gambar 5. Pola Sebaran Spasial dan Temporal DPI (a) Bulan April 2016, (b) Bulan Mei 2016, (c) Bulan Juni 2016 Gambar 6. Pola Sebaran Spasial dan Temporal DPI Bulan April Juni 2016 47

Sebaran suhu permukaan laut dan tracking DPI Cakalang Berdasarkan Gambar 3, secara umum hasil penelitian menunjukkan pada bulan April Juni 2016 memperlihatkan bahwa pola orientasi daerah penangkapan ikan oleh para nelayan pancing tonda pada arah Timur Pulau Wowinii. Pergerakan SPL pada bulan April Juni menunjukkan terkonsentrasinya suhu dingin maupun suhu hangat di perairan sebelah Timur Pulau Wawonii (Laut Banda Bagian Barat). Hal ini disebabkan karena pada bulan April Mei merupakan musim peralihan barat-timur, yang suhu hangatnya masih terpengaruh oleh massa air bersuhu hangat pada musim barat. Hal ini sesuai dengan pernyataan Simbolon dan Tadjuddah (2008) bahwa pada musim peralihan barat-timur lebih dominan menunjukkan suhu hangat yang didorong oleh massa air dingin ke arah timur seiring datangnya angin muson barat (west monsoon). Pergerakan angin tersebut menyusuri Laut Flores ke Laut Banda, sehingga menyebabkan massa air yang bersuhu panas pada musim sebelumnya terdorong ke arah timur. Pernyataan ini diperkuat dengan hasil penelitian Tadjuddah (2015) bahwa pada musim peralihan barat-timur cenderung terjadinya pencampuran antara suhu yang lebih hangat dengan suhu dingin. Suhu yang lebih dingin cenderung didapatkan pada bulan Juni disebabkan bulan Juni merupakan bulan pertama memasuki musim angin timur yang cenderung membawa suhu dingin dan sekaligus bercampur dengan perairan Laut Banda yang cenderung dingin. Sesuai dengan hasil penelitian Tadjuddah (2015) bahwa bulan Juni merupakan bulan pertama memasuki musim timur, sehingga menunjukkan bahwa di Laut Banda suhu permukaan lautnya menjadi lebih dingin. Selanjutnya pernyataan Boely et al. (1990) dalam Tadjuddah (2015) bahwa temperatur yang paling rendah dapat ditemukan di Laut Banda yakni pada musim timur yaitu bulan Juni Agustus, sehingga dapat ditemukan fenomena upwelling. Berdasarkan hal tersebut, pada bulan April Mei yang merupakan musim peralihan barat-timur, dapat dijelaskan bahwa pergerakan suhu hangat berasal dari arah selatan Laut Banda menuju arah Timur Pulau Wawonii (bagian Barat Laut Banda) sedangkan pada bulan Juni yang merupakan musim timur, pergerakan suhu dingin lebih dominan berasal dari Laut Banda, namun pergerakan sebaran SPL ini tidak tetap, sebab bergantung pada arah dan intensitas angin musim yang mendorong massa air. Sesuai dengan pernyataan Limbong (2008), bahwa penyebaran suhu permukaan sangat dipengaruhi oleh musim yang dominan. Pada bulan April Mei 2016 juga memperlihatkan adanya kantung-kantung percampuran massa air hangat dan massa air dingin disebagian besar citra SPL., sedangkan bulan Juni 2016 merupakan musim timur sehingga tidak terlihat lagi kantung-kantung percampuran massa air. Sesuai dengan hasil pengkajian Tadjuddah (2005), bahwa hal tersebut disebabkan karena bergantinya massa air hangat dengan massa air dingin yang mulai mendominasi pada hampir seluruh perairan di musim timur. Pola orientasi daerah penangkapan ikan pada tracking bulan April Juni 2016 memperlihatkan bahwa lokasi penangkapan ikan cakalang yang paling dominan berada pada arah Timur Pulau Wawonii. Hal ini ditandai dengan jumlah titik lokasi penangkapan ikan, arah Tenggara Pulau Wawonii memiliki enam titik lokasi penangkapan ikan dan arah Timur Laut Pulau Wawonii hanya memiliki satu titik lokasi penangkapan ikan. Sesuai dengan hasil wawancara dengan nahkoda kapal sampel yang menyatakan bahwa alasan perairan Pulau Wawonii menjadi daerah penangkapan ikan karena di perairan Pulau Wawonii merupakan area yang lazim dilakukan operasi penangkapan ikan cakalang dengan mendapatkan hasil yang baik. Faktor kebiasaan nelayan yang telah terbiasa melakukan 48

Agusliana dkk., operasi penangkapan ikan pelagis baik pelagis besar maupun kecil di perairan Pulau Wawonii juga merupakan salah satu alasan karena perairan Pulau Wawonii masih berada pada perairan Laut Banda yang memiliki sumberdaya ikan pelagis yang besar. Sesuai dengan pernyataan dari Departemen Kelautan dan Perikanan (2006), bahwa Laut Banda merupakan kawasan penting pada WPP 714 yang mengandung sumber daya ikan pelagis yang cukup potensial. Selanjutnya diperkuat pernyataan Ilyas et al. (1990) menyatakan bahwa daerah penangkapan ikan cakalang yang melimpah di Laut Banda berada pada perairan seperti Pulau Buru, Pulau Seram, Pulau Kei, Pulau Water, Yamdena, Pulau Minui, Pulau Wawonii, dan Pulau Buton. Simpulan Kisaran sebaran SPL di perairan Laut Banda bagian Barat pada bulan April 2016 sampai Juni 2016 berkisar antara 26ºC 31,98ºC, pergerakan suhu hangat berasal dari arah selatan Laut Banda (Kepulauan Wakatobi) dan suhu dingin berasal dari Laut Banda Pola orientasi daerah penangkapan ikan pada tracking bulan April Juni 2016 memperlihatkan bahwa lokasi penangkapan ikan cakalang yang paling dominan berada pada arah Timur Pulau Wawonii. Daftar Pustaka [KKP] Kementerian Kelautan dan Perikanan. 2009. Peta Keragaan Perikanan Tangkap di Wilayah Pengelolaan Perikanan ; Perairan Teluk Tolo dan Laut Banda. Dirjen Perikanan Tangkap. Departemen Kelautan dan Perikanan. 2006. Statistik Kelautan dan Perikanan Tahun 2005. Departemen Kelautan dan Perikanan. 314 pp. Gunarso, W. 1985. Tingkah Laku Ikan dalam Hubungannya dengan Alat, Metode dan Taktik Penangkapan. Bogor: Fakultas Perikanan. Institut Pertanian Bogor. 149 hal. Ilyas, M., A. Sulaiman dan M.C Gregg. 1999. The Water Mass Dynamics of The Banda Sea (Result from Arlindo Microstructure Survey). Prosiding Konferensi ESDAL 99. Jakarta. Limbong, M. 2008. Pengaruh Suhu Permukaan Laut Terhadap Jumlah dan Ukuran Hasil Tangkapan Ikan Cakalang di Perairan Teluk Pelabuhan Ratu Jawa Barat [Skripsi]. Departemen Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan. Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan. Institut Pertanian Bogor. Pelabuhan Perikanan Samudera Kendari. 2014. Statistik Perikanan Pelabuhan Perikanan Samudera Kendari Tahun 2013. Kendari. Simbolon, D., dan M. Tadjuddah. 2008. Pendugaan Front dan Upwelling Melalui Interpretasi Citra Suhu Permukaan Laut Dan Clorofil-A Di Perairan Wakatobi Sulawesi Tenggara. Buletin PSP. Vol. 17(3). Tadjuddah, M. 2005. Analisis Daerah Penangkapan Ikan Cakalang (Katsuwonus pelamis) dan Madidihang (Thunus albacores) dengan Menggunakan Data Satelit di Perairan Kabupaten Wakatobi Sulawesi Tenggara [Tesis]. Bogor: Departemen Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan. Fakultas Perikanan. Institut Pertanian Bogor. Tadjuddah, M. 2005. Pengkajian Daerah Potensi Ikan Madidihang (Thunus albacores) (Study on Potential Fishing ground Yellow Fin Tuna (Thunnus albacares) during East Season using Satellite Data in Wakatobi Waters, Southeast Sulawesi). Diunduh dari Tadjuddahmuslim s Blog. Tadjuddah, M. 2015. Observations of Sea Surface Temperature On Spatial and Temporal Using Aqua MODIS Satellite in West Banda Sea. Journal Procedia Environmental Science. Elseveir number 33, pp. 568 573. 49