BAB II TINJAUAN PUSTAKA. ditandai dengan peningkatan kadar gula dalam darah sebagai akibat adanya

dokumen-dokumen yang mirip
Definisi Diabetes Melitus

DIABETES MELITUS. Bila nialai hasil pemeriksaan laboratorium lebih tinggi dari angka normal,maka ia dapat dinyatakan menderita DM.

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Penelitian ini dilakukan Rumah Sakit Umum Daerah Toto Kecamatan Kabila Kabupaten

I. PENDAHULUAN. masalah utama dalam dunia kesehatan di Indonesia. Menurut American. Diabetes Association (ADA) 2010, diabetes melitus merupakan suatu

BAB 1 PENDAHULUAN. kelompok penyakit metabolic dengan karakteristik hiperglikemia yang

glukosa darah melebihi 500 mg/dl, disertai : (b) Banyak kencing waktu 2 4 minggu)

BAB I PENDAHULUAN. yang sangat berpengaruh terhadap kualitas hidup dari pasien DM sendiri.

Olahraga Ringan Bagi Penderita Diabetes

Diabetes tipe 2 Pelajari gejalanya

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Penyakit Diabetes Millitus (DM) yang juga di kenal sebagai penyakit kencing manis/

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

Gejala Diabetes pada Anak yang Harus Diwaspadai

BAB I PENDAHULUAN. commit to user

Diabetes Mellitus DEFINISI PENYEBAB

BAB 1 PENDAHULUAN. yang saat ini makin bertambah jumlahnya di Indonesia (FKUI, 2004).

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

DIABETES MELLITUS I. DEFINISI DIABETES MELLITUS Diabetes mellitus merupakan gangguan metabolisme yang secara genetis dan klinis termasuk heterogen

CLINICAL SCIENCE SESSION DIABETES MELITUS

BAB I PENDAHULUAN. tua, Tipe III disebut Malnutrition Related Diabetes Mellitus (MRDM) dan Tipe IV

Penyakit diabetes mellitus (DM) sudah dikenal orang cukup lama, tapi masih banyak

BAB I PENDAHULUAN UKDW. insulin dan kerja dari insulin tidak optimal (WHO, 2006).

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

SATUAN ACARA PENYULUHAN DIABETES MELLITUS

DIABETES MELITTUS APAKAH DIABETES ITU?

BAB I PENDAHULUAN. dicapai dalam kemajuan di semua bidang riset DM maupun penatalaksanaan

Diabetes tipe 1- Gejala, penyebab, dan pengobatannya

I. PENDAHULUAN. usia harapan hidup. Dengan meningkatnya usia harapan hidup, berarti semakin

PENGANTAR KESEHATAN. DR.dr.BM.Wara K,MS Klinik Terapi Fisik FIK UNY. Ilmu Kesehatan pada dasarnya mempelajari cara memelihara dan

BAB I PENDAHULUAN. Diabetes Melitus (DM) merupakan sekelompok kelainan heterogen yang

BAB I PENDAHULUAN. Association, 2013; Black & Hawks, 2009). dari 1,1% di tahun 2007 menjadi 2,1% di tahun Data dari profil

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

DM à penyakit yang sangat mudah kerja sama menjadi segitiga raja penyakit : DM CVD Stroke

BAB I PENDAHULUAN. Diabetes Mellitus (DM) merupakan gangguan metabolisme dengan. yang disebabkan oleh berbagai sebab dengan karakteristik adanya

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Ermita (2002 dikutip dari Devita, Hartiti, dan Yosafianti, 2007) bahwa fluktuasi

TUGAS KELOMPOK PRAKTEK KLINIK KMB IV

BAB I PENDAHULUAN. Diabetes Melitus adalah penyakit hiperglikemia yang ditandai

EVALUASI PEMILIHAN OBAT ANTIDIABETES PADA PENDERITA DIABETES MELLITUS DI INSTALASI RAWAT INAP RUMAH SAKIT UMUM DAERAH KOTA SALATIGA TAHUN 2008 SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN. untuk bereaksi terhadap insulin dapat menurun, dan pankreas dapat menghentikan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Diabetes Mellitus (DM) merupakan penyakit metabolik yang

Efek Diabetes Pada Sistem Ekskresi (Pembuangan)

BAB I PENDAHULUAN. adalah suatu kondisi terganggunya metabolisme di dalam tubuh karena

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 DATA DAN ANALISA. mendukung Tugas Akhir ini, seperti : Literatur berupa media cetak yang berasal dari buku-buku referensi yang

BAB I PENDAHULUAN. Pola penyakit yang diderita masyarakat telah bergeser ke arah. penyakit tidak menular seperti penyakit jantung dan pembuluh darah,

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. sebanyak 17 orang dari 25 orang populasi penderita Diabetes Melitus. darah pada penderita DM tipe 2.

Obat Diabetes Farmakologi. Hipoglikemik Oral

BAB I PENDAHULUAN. Menurut World Health Organisation WHO (2014) prevalensi penyakit DM

BAB 1 PENDAHULUAN. insulin atau keduanya (American Diabetes Association [ADA] 2004, dalam

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

8 Cara Menurunkan Kadar Gula Secara Alami

ANALISA KASUS. Apabila keton ditemukan pada darah atau urin, pengobatan harus cepat dilakukan karena

DIABETES UNTUK AWAM. Desember 2012

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. manis atau penyakit gula darah adalah golongan penyakit kronis yang ditandai

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

AKTIVITAS FISIK DAN OLAHRAGA UNTUK PENDERITA DIABETES MELLITUS DAN HIPERTENSI PUSKESMAS DTP CIKALONG KULON 9 APRIL 2015

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang

PERBEDAAN ANGKA KEJADIAN HIPERTENSI ANTARA PRIA DAN WANITA PENDERITA DIABETES MELITUS BERUSIA 45 TAHUN SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. gejala yang disebabkan oleh peningkatan kadar gula (glukosa) darah akibat

BAB 1 PENDAHULUAN. penduduk dunia meninggal akibat diabetes mellitus. Selanjutnya pada tahun 2003

BAB 5 HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. hiperglikemi yang berkaitan dengan ketidakseimbangan metabolisme

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

II. TINJAUAN PUSTAKA. Seseorang dengan katarak akan melihat benda seperti tertutupi kabut, lensa mata

BAB I PENDAHULUAN. Diabetes Melitus (DM) merupakan penyakit metabolisme dari karbohidrat,

Penyakit Diabetes Bisa Disembuhkan Seutuhnya..?

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Diabetes melitus (DM) merupakan suatu penyakit dimana terjadi gangguan

BAB I PENDAHULUAN. DM adalah penyakit metabolik dengan karakteristik hiperglikemik (kadar gula

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Gambaran Umum Rumah Sakit RSUD dr. Moewardi. 1. Rumah Sakit Umum Daerah dr. Moewardi

Undur-Undur Darat (Myrmeleon sp.) sebagai Obat Alternatif Diabetes Melitus

BAB I PENDAHULUAN. yang ditandai dengan meningkatnya glukosa darah sebagai akibat dari

Diabetes Mellitus Type II

PENGARUH SENAM KAKI DIABETIK TERHADAP NYERI KAKI PADA PASIEN DIABETES MELLITUS DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS DELANGGU

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Taufik Hidayat, 2013

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. darah yang tinggi yang disebabkan oleh gangguan pada sekresi insulin atau

BAB II TINJAUAN PUSTAKA


Obat Penyakit Diabetes Metformin Biguanide

BAB I PENDAHULUAN. darah / hiperglikemia. Secara normal, glukosa yang dibentuk di hepar akan

PATOFISIOLOGI DAN IDK DM, TIROID,PARATIROID

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Diabetes Melitus (DM) merupakan salah satu penyakit metabolik yang

ASKEP GAWAT DARURAT ENDOKRIN

BAB I PENDAHULUAN UKDW. pada sel beta mengalami gangguan dan jaringan perifer tidak mampu

BAB I PENDAHULUAN. Diabetes Melitus menurut American Diabetes Association (ADA) 2005 adalah

I. PENDAHULUAN. Diabetes Melitus disebut juga the silent killer merupakan penyakit yang akan

I. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Diabetes mellitus (DM) merupakan penyakit kronis yang dapat

BAB I PENDAHULUAN. Diabetes Mellitus (DM) adalah gangguan metabolisme kronik yang

BAB I PENDAHULUAN. diabetes mellitus semakin meningkat. Diabetes mellitus. adanya kadar glukosa darah yang tinggi (hiperglikemia)

BAB 1 PENDAHULUAN. relatif sensitivitas sel terhadap insulin, akan memicu munculnya penyakit tidak

BAB I PENDAHULUAN. 1,5 juta kasus kematian disebabkan langsung oleh diabetes pada tahun 2012.

BAB I PENDAHULUAN. tipe 2. Diabetes tipe 1, dulu disebut insulin dependent atau juvenile/childhoodonset

BAB I PENDAHULUAN. demografi, epidemologi dan meningkatnya penyakit degeneratif serta penyakitpenyakit

BAB 2 DATA DAN ANALISA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Diabetes Mellitus (DM) yang juga dikenal sebagai penyakit kencing manis

BAB 1 PENDAHULUAN. penurunan sekresi insulin yang progresif dilatar belakangi oleh resistensi insulin.

BAB I PENDAHULUAN. modernisasi terutama pada masyarakat kota-kota besar di Indonesia menjadi

Transkripsi:

6 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Diabetes Mellitus 2.1.1. Pengertian Diabetes Mellitus Penyakit diabetes mellitus (DM) yang juga dikenal sebagai penyakit kencing manis atau penyakit gula darah adalah golongan penyakit kronis yang ditandai dengan peningkatan kadar gula dalam darah sebagai akibat adanya gangguan sistem metabolisme dalam tubuh, dimana organ pankreas tidak mampu memproduksi hormon insulin sesuai kebutuhan tubuh (Tjokroprawiro Askandar, 1992). Insulin adalah salah satu hormon yang diproduksi oleh pankreas yang bertanggung jawab untuk mengontrol jumlah atau kadar gula dalam darah dan insulin dibutuhkan untuk merubah (memproses) karbohidrat, lemak, dan protein menjadi energi yang diperlukan tubuh manusia. Hormon insulin berfungsi menurunkan kadar gula dalam darah (Tjokroprawiro Askandar, 1992). 2.1.2. Tipe Tipe Diabetes Mellitus Diabetes mellitus merupakan kondisi dalam tubuh yang tidak dapat mengatur kandungan gula dalam darah sehingga glukosa atau gula yang biasanya diangkut menuju sel-sel tubuh sebagai sumber energi justru terbuang dalam aliran darah, bahkan ikut terbuang dalam air seni. Diabetes mellitus terdiri dari dua jenis antara lain (Mansjoer, 1999).

7 1. Tipe I : Diabetes Mellitus Tergantung Insulin Diabetes tipe I adalah diabetes yang disebabkan karena pankreas tidak dapat menghasilkan insulin sama sekali. Penderita diabetes tipe I harus mendapatkan suntikan insulin atau dikenal dengan istilah Insulin Dependent Diabetes Mellitus (IDDM). Penyebab diabetes mellitus tipe I adalah infeksi virus atau reaksi autoimun (rusaknya sistem kekebalan tubuh). Auto -imun yang rusak tersebut menyerang sel β pankreas secara menyeluruh. Sel β pankreas berfungsi untuk memproduksi insulin, oleh karenanya bila sel β pankreas rusak, maka tidak tersedia lagi insulin bagi tubuh untuk mengatur kadar gula dalam darah (Hartini, 2009). 1. Tipe II : Diabetes Mellitus Tidak Tergantung Insulin Diabetes tipe II adalah dimana hormon insulin dalam tubuh tidak dapat berfungsi dengan semestinya, dikenal dengan istilah Non-Insulin Dependent Diabetes Mellitus (NIDDM). Seluruh penderita diabetes mellitus, jumlah penderita diabetes mellitus tipe II adalah yang paling banyak yaitu 90 99 %. Diabetes mellitus tipe II biasanya disebabkan karena keturunan, gaya hidup yang tidak sehat, kegemukan, kurang olahraga, terlalu banyak makan dengan gizi yang tidak seimbang. Gejala yang menyertai diabetes mellitus tipe II yang biasa dikeluhkan adalah cepat lelah, berat badan turun walaupun banyak makan, atau rasa kesemutan ditungkai (Hartini, 2009). Pada diabetes mellitus tipe II, insulin masih diproduksi namun insulin tidak dapat bekerja secara adekuat (retensi insulin). Diabetes tipe II tidak mutlak memerlukan suntikan insulin seperti penderita penderita diabetes tipe I. Obat yang

8 diberikan pada penderita diabetes mellitus tipe II adalah obat untuk memperbaiki kerja insulin dan obat untuk memperbaiki fungsi sel β pankreas dalam memproduksi insulin. Usaha penurunan berat badan dapat meningkatkan kepekaan sel terhadap insulin sehingga gula dapat masuk ke dalam sel untuk proses metabolisme (Hartini, 2009). Kurva kejadian diabetes mellitus tipe II mencapai puncaknya pada usia setelah 40 tahun, hal ini karena kelompok usia diatas 40 tahun mempunyai resiko tinggi terkena diabetes mellitus akibat menurunnya toleransi glukosa yang berhubungan dengan berkurangnya sensitifitas sel perifer terhadap efek insulin (Haznam, 1991). Pada usia 40 70 tahun diabetes mellitus lebih banyak terjadi pada wanita, tetapi pada umur yang lebih muda frekuensi diabetes lebih besar pada pria. Hal ini juga dipicu oleh adanya persentase timbunan lemak badan pada wanita lebih besar dibandingkan dengan laki-laki yang dapat menurunkan sensitifitas terhadap kerja insulin pada otot dan hati (Ferannini Elle, 2003). 2.1.3. Gejala dan Tanda Diabetes Mellitus Tanda awal yang dapat diketahui bahwa seseorang menderita diabetes mellitus yaitu dilihat langsung dari efek peningkatan kadar gula darah, dimana peningkatan kadar gula dalam darah mencapai nilai 160 180 mg/dl dan air seni (urine) penderita kencing manis yang mengandung gula ( glukosa), sehingga sering dikerubuti semut. Penderita umumnya menampakkan tanda dan gejala di bawah ini meskipun tidak semua dialami oleh penderita : 1. Jumlah air seni yang dikeluarkan lebih banyak (Polyuria). 2. Sering atau cepat merasa haus (Polydipsia).

9 3. Lapar yang berlebihan atau makan banyak (Polyphagia). 4. Frekuensi air seni meningkat atau kencing terus (Glycosuria). 5. Kesemutan atau mati rasa pada ujung syaraf ditelapak tangan dan kaki. 6. Kehilangan berat badan yang tidak jelas sebabnya. 7. Mengalami rabun penglihatan secara tiba-tiba. 8. Apabila luka atau tergores penyembuhannya akan lama. 9. Mudah terkena infeksi terutama pada kulit. Kondisi kadar gula yang drastis menurun akan cepat menyebabkan seseorang tidak sadarkan diri bahkan memasuki tahapan koma (Tjokroprawiro, 1992). 2.1.4. Diagnosa Diabetes Mellitus Diagnosa penderita diabetes mellitus bila dalam pemeriksaan gula darah menunjukkan ketidaknormalan, menunjukkan gejala klinis maupun dalam pemeriksaan laboratorium urinnya terdapat kandungan gula. Kemampuan orang untuk meregulasi glukosa plasma dapat ditentukan melalui uji : 1. Kadar glukosa serum puasa : apabila nilai kadar glukosa puasa selama 8 10 jam menunjukkan hasil 126 mg/dl maka terdiagnosa diabetes mellitus. 2. Uji toleransi glukosa oral : dilakukan dengan meminum larutan glukosa khusus 75 gram. Bila setelah 2 jam kadar gula darah menunjukkan nilai 200 mg/dl maka penderita menderita diabetes mellitus (Hartini, 2009).

10 2.1.5. Komplikasi Penyakit Diabetes Mellitus 1. Komplikasi Akut Diabetes Mellitus Komplikasi diabetes mellitus dapat muncul secara akut (mendadak). Komplikasi akut yang sering terjadi adalah: 1) Reaksi hipoglikemik. Gejala yang timbul akibat tubuh kekurangan glukosa dengan tanda-tanda: rasa lapar, gemetar, keringat dingin, pusing dan sebagainya. Penderita tidak segera diobati, penderita akan tidak sadarkan diri karena koma disebut koma hipoglikemik. Tanda hipoglikemik mulai timbul bila glukosa darah kurang dari 50 mg/dl. 2) Koma diabetik. Kadar glukosa dalam darah terlalu tinggi lebih dari 600 mg/dl. Gejala koma diabetik yang timbul adalah: nafsu makan menurun, haus, minum banyak, kencing banyak, rasa mual, muntah, nafas penderita menjadi cepat, panas badan karena ada infeksi (Misnadiarly, 2006). 2. Komplikasi Kronik Diabetes Mellitus Komplikasi diabetes mellitus secara kronik (menahun), yaitu timbul beberapa bulan atau beberapa tahun sesudah mengidap penyakit diabetes mellitus. Komplikasi kronik pada dasarnya terjadi pada semua pembuluh darah di seluruh bagian tubuh ( Angiopati diabetik). Angiopati diabetik di bagi menjadi dua yaitu makroangiopati (makrovaskuler) dan mikroangiopati (mikrovaskuler). Komplikasi kronik diabetes mellitus : 1) Mikrovaskuler : Ginjal dan mata. 2)Makrovaskuler : Jantung koroner, pembuluh darah kaki dan pembuluh darah otak.3) Neuropati : Mikrovaskuler dan makrovaskuler : mudah timbul infeksi (Misnadiarly, 2006).

11 2.1.6. Pengendalian Diabetes Mellitus Pilar utama pengelolaan diabetes mellitus dalam kedokteran modern antara lain perencanaan makan (diet), latihan jasmani, asupan obat hipoglikemik, penyuluhan, dan pemantauan mandiri kadar glukosa darah atau urine. Kelima pilar ini memiliki tujuan utama yaitu mengontrol dan menormalkan kadar gula darah. Kelima pilar harus dijalankan seumur hidup untuk mencegah agar komplikasi tidak berlangsung cepat (Tjokroprawiro, 1991). 2.1.6.1. Perencanaan Makan Makanan dengan komposisi seimbang dalam hal karbohidrat, protein dan lemak sesuai dengan kecukupan gizi. Prinsip perencanaan makan untuk diabetes mellitus meliputi 3 (tiga) J, antara lain : 1. Jumlah energi disesuaikan dengan pertumbuhan, status gizi, usia, stress dan kegiatan jasmani untuk mencapai dan mempertahankan berat badan idaman. Menentukan status gizi, digunakan Body Mass Index (BMI) atau Indeks Massa Tubuh (IMT). Pola pengaturan makan penderita diabetes mellitus tidak berbeda dengan orang normal, kecuali jumlah energi dan waktu makan terjadwal. Kandungan kolesterol < 300 mg/hari. Lemak dari sumber asam lemak tidak jenuh dan menghindari asam lemak jenuh. Jumlah kandungan serat ± 25 gram/hari, diutamakan dari serat larut air. 2. Jadwal makan (6 kali) makan pagi selingan pagi makan siang selingan sore makan malam menjelang tidur malam. 3. Jenis makanan yang beragam meliputi : karbohidrat 60 70% kebutuhan energi, protein 10-15%, lemak 20-25% dan serat 25-35% (Marthian, 2008).

12 2.1.6.2. Latihan Jasmani Latihan jasmani teratur, 3 4 kali tiap minggu selama ± 30 menit yang sifatnya sesuai CRIPE ( Continous, Rhytmical, Interval, Progressive, Endurance training ). Latihan dilakukan terus menerus tanpa berhenti, otot-otot berkontraksi dan relaksasi secara teratur, selang seling antara gerak cepat dan lambat, berangsur-angsur dari sedikit kelatihan yang lebih berat secara bertahap dan bertahan dalam waktu tertentu. Latihan yang dapat dijadikan pilihan adalah jalan kaki, jogging, lari, renang, bersepeda, dan mendayung (Soegondo S, 2007). Hal yang perlu diperhatikan dalam latihan jasmani adalah jangan memulai olahraga sebelum makan, memakai sepatu yang pas, harus didampingi oleh orang yang tahu mengatasi serangan hipoglikemia, harus selalu membawa permen, membawa tanda pengenal sebagai penderita diabetes mellitus dalam pengobatan, dan memeriksa kaki secara cermat setelah olahraga (Soegondo S, 2007). a. Prinsip Latihan Jasmani yang dilakukan : 1. Terus - menerus Latihan jasmani harus berkesinambungan dan dilakukan terus menerus tanpa henti, contoh : jogging 30 menit, maka penderita harus melakukannya selama 30 menit tanpa henti. 2. Secara Ritmis Latihan olahraga dipilih yang berirama yaitu otot-otot berkontraksi dan relaksasi secara teratur, contoh : berlari, berenang, jalan kaki.

13 3. Interval Latihan dilakukan selang seling antara gerak cepat dan lambat, contoh : jalan cepat diselingi jalan lambat, jogging diselangi jalan. 4. Progresif 1) Latihan dilakukan secara bertahap sesuai kemampuan, dari intensitas ringan sampai sedang selama mencapai 30 60 menit. 2) Sasaran HR = 75 85 % dari maksimal HR (Heart Rate / denyut nadi). 3) Maksimal HR = 220 (umur) 5. Daya tahan Latihan daya tahan untuk meningkatkan kemampuan kardiorespirasi seperti jalan, jogging, dan sebagainya. Latihan dengan prinsip seperti di atas minimal dilakukan 3 hari dalam seminggu, sedang 2 hari yang lain dapat digunakan untuk melakukan olahraga kesenangannya (Santoso Mardi, 2010). b. Manfaat Latihan Jasmani 1. Olahraga membantu membakar kalori karena dapat mengurangi berat badan. 2. Olahraga teratur dapat meningkatkan jumlah reseptor pada dinding sel tempat insulin bisa melekatkan diri. 3. Olahraga memperbaiki sirkulasi darah dan menguatkan otot jantung. 4. Olahraga meningkatkan kadar kolesterol baik dan mengurangi kadar kolesterol jahat.

14 5. Olahraga teratur bisa membantu melepaskan kecemasan stres, dan ketegangan, sehingga memberikan rasa sehat dan bugar (Santoso Mardi, 2010). c. Petunjuk Olahraga untuk Diabetes Bergantung pada Insulin : 1. Monitor kadar glukosa darah sebelum dan sesudah berolahraga. 2. Menghindari gula darah rendah dengan memakan karbohidrat ekstra sebelum olahraga. 3. Menghindari olahraga berat selama reaksi puncak insulin. 4. Melakukan suntikan insulin di tempat-tempat yang tidak akan digunakan untuk olahraga aktif. 5. Mengikuti saran dokter untuk mengurangi dosis insulin sebelum melakukan olahraga yang melelahkan atau lama. 6. Glukosa darah bisa turun bahkan beberapa jam setelah berolahraga karena sangat penting untuk memeriksa gula darah secara periodik (Santoso Mardi, 2010). d. Petunjuk Berolahraga untuk Diabetes Tidak Bergantung pada Insulin 1. Gula darah rendah jarang terjadi selama berolahraga dan karena itu tidak perlu memakan karbohidrat ekstra. 2. Olahraga untuk menurunkan berat badan perlu didukung dengan pengurangan asupan kalori. 3. Olahraga sedang perlu dilakukan setiap hari. Olahraga berat mungkin bisa dilakukan tiga kali seminggu.

15 4. Melakukan latihan ringan guna pemanasan dan pendinginan sebelum dan sesudah berolahraga. 5. Memilih olahraga yang paling sesuai dengan kesehatan dan gaya hidup secara umum. 6. Manfaat olahraga akan hilang jika tidak berolahraga selama tiga hari berturutturut. 7. Olahraga bisa meningkatkan nafsu makan dan berarti juga asupan kalori bertambah, untuk menghindari makan makanan ekstra setelah berolahraga. 8. Dosis obat telan untuk diabetes mungkin perlu dikurangi selama olahraga teratur (Santoso Mardi, 2010). 2.1.6.3. Asupan Obat Hipoglikemik Pada dasarnya pengelolaan diabetes mellitus tanpa dekompensasi dimulai dengan pengaturan makan disertai olahraga yang cukup selama 4-8 minggu. Bila dalam periode tersebut, kadar glukosa darah masih tinggi dari normal, baru diberikan obat hipoglikemik oral (OHO). Tercatat hanya 5% penderita yang mencapai normoglikemia dengan pengaturan makan dan olahraga sedang sisanya 95% tidak memberi hasil yang memuaskan sehingga dapat dimulai dengan pemberian OHO. Pada penderita hiperglikemia berat, pemberian obat hipoglikemik oral (OHO) harus dimulai lebih awal (Lebovitz, HE. 1994). Peranan obat hipoglikemik oral pada pengobatan diabetes mellitus dalam hal mekanisme kerja OHO, klasifikasi, indikasi dan kontra indikasi, serta jenisjenis OHO

16 a. Mekanisme Kerja Obat Hipoglikemik Oral Pada dasarnya diabetes mellitus tipe II disebabkan oleh defek pada sekresi insulin dan kerja insulin. Ada tidaknya hiperglikemia ditentukan oleh 3 faktor yaitu sel beta pankreas yang mensekresi insulin, Hepatic glucose out put (produksi glukose hati) oleh hati dan sensitivitas jaringan perifer (otot, usus dan hati) terhadap insulin. Obat hipoglikemik oral mempunyai titik kerja pada salah satu atau lebih dari ketiga faktor tersebut diatas. Sulfonilurea misalnya mempunyai kerja terutama meningkatkan sekresi insulin, metformin bekerja diperifer pada otot-otot dimana memperbaiki sensitivitas sel terhadap insulin, inhibitor alfa glukosidase bekerja menekan penyerapan glukosa di usus, troglitazon bekerja menekan produksi glukosa oleh hati dan repaglinide bekerja meningkatkan sekresi insulin pada sel beta pankreas (Lebovitz, HE. 1994). b. Klasifikasi OHO Dikenal berbagai jenis obat hipoglikemik oral : a) Obat Hipoglikemik Oral (OHO) 1) Sulfonilurea Obat golongan sulfonilurea bekerja dengan cara : (a) Menstimulasi pelepasan insulin yang tersimpan (stored insulin). (b) Menurunkan ambang sekresi insulin. (c) Meningkatkan sekresi insulin sebagai akibat rangsangan glukosa. Sulfonilurea terikat dengan permukaan reseptor pada membran sel beta dan menghambat ATP-Sensitive Potassium Channel sehingga mencegah keluarnya kalium dan terjadilah depolarisasi membran sel.

17 Depolarisasi membuka voltage-dependent calcium channel akibatnya kalsium ekstra seluler masuk dalam sel dan akhirnya meningkatkan Calcium Cytosolic yang merangsang insulin. Golongan sulfonilurea dalam pemberiannya dapat menyebabkan kegagalan primer yaitu sejak awal pasien tidak memberi respons yang memuaskan walaupun sudah ditingkatkan dosisnya ke dosis maksimal. Keberhasilan menurunkan kadar glukosa puasa terbatas hanya 20-30% penderita. Demikian pula dapat terjadi kegagalan sekunder bila dalam periode yang lama obat ini sudah tidak memberi hasil yang memuaskan walaupun diberikan dalam dosis maksimal. Kegagalan sekunder dapat terjadi pada sekitar 10% penderita pertahun. Untuk itu diperlukan obat OHO tambahan atau insulin untuk memperbaiki kontrol glikemik (Henrichs, HR. 1988). Obat golongan ini diberikan pada penderita dengan berat badan normal dan dipakai pada penderita yang berat badannya lebih dari normal. Klorpropamid tidak dianjurkan pada keadaan insufisiensi renal dan orang tua karena resiko hipoglikemia yang berkepanjangan, demikian juga glibenklamid. Untuk orang tua dianjurkan preparat dengan waktu kerja pendek (tolbutamid, glikuidon). Glikuidon juga diberikan pada penderit a diabetes mellitus dengan gangguan ginjal atau hati ringan (Henrichs, HR. 1988). 2) Biguanid Biguanid menurunkan kadar glukosa darah tapi tidak sampai di bawah normal. Preparat yang ada dan aman adalah metformin. Metformin adalah

18 golongan dimetil biguanide merupakan OHO yang dipakai untuk menurunkan kadar glukosa darah pada pasien diabetes mellitus tipe II, penggunaannya bertujuan untuk menurunkan resistensi insulin dengan memperbaiki sensitivitas insulin terhadap jaringan. Dengan demikian metformin di indikasikan sebagai obat pilihan pertama pada pasien diabetes mellitus tipe II gemuk yang mana dasar kelainannya adalah resistensi insulin. Walaupun cara kerja metformin berbeda dengan sulfonilurea akan tetapi efek kontrol glikemik sama dengan golongan sulfonilurea. Metformin dikenal bekerja sebagai anti hiperglikemia sedang sulfonilurea sebagai obat yang bekerja sebagai hipoglikemik (Balley, CJ. 1996). Mekanisme kerja metformin menambah up-take (utilisasi) glukosa diperifer dengan meningkatkan sensitifitas jaringan terhadap insulin, menekan produksi glukosa oleh hati, menurunkan oksidasi Fatty Acid dan meningkatkan pemakaian glukosa dalam usus melalui proses non oksidatif. Ekstra laktat yang terbentuk akan diekstraksi oleh hati dan digunakan sebagai bahan baku glukoneogenesis. Keadaan ini mencegah terjadinya efek penurunan kadar glukosa yang berlebihan. Pada pemakaian tunggal metformin dapat menurunkan kadar glukosa darah sampai 20% (Balley, CJ, 1996). 3) Inhibitor α glukosidase Obat golongan inhibitor alfa glukosidase (Acarbose) mempunyai mekanisme kerja menghambat kerja enzim alfa glukosidase yang terdapat pada brush border dipermukaan membran usus halus. Enzim alfa

19 glukosidase berfungsi sebagai enzim pemecah karbohidrat menjadi glukosa diusus halus. Dengan pemberian acarbose maka pemecahan karbohidrat menjadi glukosa di usus akan menjadi berkurang, dengan sendirinya kadar glukosa darah akan berkurang (Adam, JMF. 1997). 4) Insulin sensitizing agent Thoazolidinediones (Troglitazon) adalah golongan obat baru yang mempunyai efek farmakologi meningkatkan sensitifitas jaringan perifer terhadap insulin. Obat ini tidak menyebabkan reaksi hipoglikemia, menghilangkan adanya resistensi insulin, menurunkan hepatic glucose out put, menormalkan gangguan toleransi glukosa, dan mencegah serta memperlambat progresifitas gangguan toleransi glukosa menjadi diabetes. Terbukti pula obat ini dapat memperbaiki kendali glukosa darah dan hiperinsulinemia. Obat ini belum beredar di Indonesia ( Iwamoto, Y. et al. 1996). b) Insulin Indikasi penggunaan insulin pada NIDDM adalah : 1) Diabetes mellitus dengan berat badan menurun cepat/kurus. 2) Ketoasidosis, asidosis laktat, dan koma hiperosmolar. 3) Diabetes mellitus yang mengalami stress berat (infeksi sistemik, operasi berat, dan lain-lain). 4) Diabetes mellitus dengan kehamilan / Diabetes mellitus gestasional yang tidak terkendali dengan perencanaan makan.

20 5) Diabetes mellitus yang tidak berhasil dikelola dengan obat hipoglikemik oral dosis maksimal atau ada kontraindikasi dengan obat tersebut. Dosis insulin oral atau suntikan dimulai dengan dosis rendah, lalu dinaikkan perlahan-lahan sesuai dengan hasil glukosa darah penderita. Penderita sudah diberikan sulfonilurea atau metformin sampai dosis maksimal namun kadar glukosa darah belum mencapai sasaran, untuk menggunakan kombinasi sulfonilurea dengan metformin. Dengan cara ini tidak berhasil, dipakai kombinasi sulfonilurea dan insulin (Soegondo S, 2007). Nama Generik Sulfonilurea Klorpropamid Tolbutamid Glibenklamid Glikuidon Tabel 1. Obat Hipoglikemik Oral (Sarwono W, 1996) Dosis Merk Harian Awal Diabenese Rastinon Daonil Glurenorm 100-500 500-2000 2.5-20 30-120 50-2.5 15 Lama Kerja (jam) 24-36 6-12 12-24 10-20 Frek (Kali) 1 2-3 1-2 1-3 Biguanid Metformin Glukophage 250-3000 6-8 1-3 Penghambat α Glukosidase Acarbose Glucobay 150-300 50-1-3 2.1.6.4. Penyuluhan (Edukasi) Edukasi diabetes adalah pendidikan dan pelatihan mengenai pengetahuan dan ketrampilan bagi penderita diabetes yang bertujuan menunjang perubahan perilaku untuk meningkatkan pemahaman penderita akan penyakit yang diperlukan untuk mencapai keadaan sehat optimal dan penyesuaian keadaan psikologik serta kualitas hidup yang lebih baik (Hartini, 2009).

21 2.2 Senam Diabetes Tahap-tahap (urutan kegiatan) melakukan olahraga atau senam diabetes adalah : 1. Pemanasan (warm-up) Pemanasan dilakukan sebelum memasuki latihan inti dengan tujuan untuk mempersiapkan berbagai sistem tubuh sebelum memasuki latihan yang sebenarnya, seperti menaikkan suhu tubuh, meningkatkan denyut nadi secara bertahap tidak meningkat secara mendadak. Pemanasan perlu untuk mengurangi terjadinya cedera akibat olahraga. Lama pemanasan cukup 5-10 menit. 2. Latihan inti (conditioning) Denyut nadi diusahakan mencapai Target Heart Rate (THR) agar latihan benar-benar bermanfaat. Bila THR tidak tercapai maka tidak akan bermanfaat, bila melebihi THR akan menimbulkan risiko yang tidak diinginkan. 3. Pendinginan (cooling-down) Selesai melakukan olahraga dilakukan pendinginan, untuk mencegah terjadinya penimbunan asam laktat yang dapat menimbulkan rasa nyeri pada otot sesudah olahraga atau pusing-pusing karena darah masih terkumpul pada otot yang aktif. 4. Peregangan (stretching) Peregangan dilakukan untuk melemaskan dan melenturkan otot-otot yang masih teregang dan lebih elastis. Komponen ini lebih penting bagi diabetesi usia lanjut (Costill, DL. 1995).

22 2.2.1 Adaptasi Fisiologi Olahraga pada Diabetesi Pada orang normal perubahan metabolik yang terjadi akibat berolahraga sesuai dengan lama, beratnya latihan dan tingkat kebugaran. Hal yang sama juga terjadi pada diabetesi namun selain itu dipengaruhi pula oleh kadar insulin plasma, kadar glukosa darah, kadar benda keton dan imbangan cairan tubuh (Storlien, H. 1993). Pada diabetesi tidak terkendali, olahraga akan menyebabkan terjadinya peningkatan glukosa darah dan benda keton yang dapat berakibat fatal. Pada suatu penelitian didapatkan bahwa diabetes tidak terkontrol dengan glukosa darah sekitar 332 mg/dl, olahraga tidak menguntungkan malah berbahaya. Keadaan ini diakibatkan oleh adanya peningkatan glukagon plasma dan kortisol, yang pada akhirnya menyebabkan terbentuknya benda keton. Sebaiknya bila diabetesi ingin berolahraga, kadar gula darah tidak lebih dari 250 mg/dl (Stacy,P & Borushek,A. 1986). Ambilan glukosa oleh jaringan otot pada keadaan istirahat membutuhkan insulin, disebut sebagai jaringan insulin-dependent. Sedangkan pada otot yang aktif, kebutuhan otot terhadap glukosa meningkat, tidak disertai peningkatan kadar insulin. Hal ini disebabkan oleh meningkatnya kepekaan reseptor insulin di otot dan bertambahnya jumlah reseptor insulin di otot dan bertambahnya jumlah reseptor insulin yang aktif pada waktu berolahraga. Otot yang aktif disebut sebagai jaringan non-insulin dependent. Peningkatan kepekaan ini berakhir hingga cukup lama setelah masa latihan berakhir. Pada waktu berolahraga blood flow

23 (BF) meningkat, menyebabkan lebih banyak jala-jala kapiler terbuka sehingga lebih banyak reseptor insulin yang tersedia dan aktif (Skinner,JS. 1994). Pada waktu olahraga dalam waktu singkat, ambilan glukosa oleh otot yang sedang aktif bergerak meningkat 7-20 kali lipat, tergantung pada intensitas gerak yang dilakukan. Glikogen hati digunakan untuk memenuhi kebutuhan glukosa, oleh karena itu kadar glukosa darah tetap dalam keseimbangan, atau menurun hanya sedikit sekali. Ambilan asam lemak otot meningkat dengan nyata, dan dalam waktu yang bersamaan, pembakaran glukosa menurun menjadi 20-40% dari sebelumnya. Perubahan ini mencegah penurunan kadar glukosa darah yang terlalu cepat. Setelah beberapa jam berolahraga sumber glukosa darah sekarang berasal dari glukoneogenesis (AH. Asdie, 1996). 2.2.2 Manfaat Olahraga Pada saat berolahraga terjadi peningkatan kebutuhan bahan bakar tubuh oleh otot yang aktif. Terjadi pula reaksi tubuh yang kompleks meliputi fungsi sirkulasi, metabolisme, penglepasan dan pengaturan hormonal dan susunan saraf otonom. Pada keadaan istirahat metabolisme otot hanya sedikit sekali memakai glukosa sebagai sumber bahan bakar sedangkan pada saat berolahraga glukosa dan lemak akan merupakan sumber energi utama. Setelah berolahraga selama 10 menit glukosa akan meningkat sampai 15 kali jumlah kebutuhan pada keadaan biasa. Setelah 60 menit dapat meningkat sampai 35 kali (Soegondo, 2007). Manfaat olahraga bagi diabetesi antara lain meningkatkan penurunan kadar glukosa darah, mencegah kegemukan, ikut berperan dalam mengatasi terjadinya komplikasi aterogenik, gangguan lipid darah, peningkatan tekanan

24 darah, hiperkoagulasi darah. Mengurangi resiko Penyakit Jantung Koroner (PJK) dan meningkatkan kualitas hidup diabetesi dengan meningkatnya kemampuan kerja dan juga memberikan keuntungan secara psikologis (Soegondo, 2007). Olahraga pada diabetesi dapat menyebabkan terjadinya peningkatan pemakaian glukosa oleh otot yang aktif, sehingga secara langsung olahraga dapat menyebabkan penurunan glukosa darah. Demikian pula yang didapatkan dari hasil penelitian Allen dkk. Olahraga yang teratur akan mengurangi kebutuhan insulin sebesar 30-50% diabetesi tipe I yang terkontrol dengan baik, pada diabetesi tipe II yang dikombinasikan dengan penurunan berat badan akan mengurangi kebutuhan insulin sehingga 100% (Marieb. 1992). 1. Manfaat Olahraga pada Diabetes Mellitus Tipe I Peran olahraga teratur pada pengaturan kadar glukosa darah ( glycemic control) pada diabetes mellitus tipe I masih kontroversial. Diabetes mellitus tipe I mempunyai kadar insulin darah yang rendah akibat kurang atau tidak adanya produksi insulin oleh pankreas. Diabetes mellitus tipe I mudah mengalami hipoglikemia selama dan segera sesudah berolahraga sebab hepar gagal untuk melepaskan glukosa sesuai dengan laju kebutuhan. Pada diabetes mellitus tipe I derajat pengaturan kadar glukosa darah akibat olahraga sangat bervariasi artinya pada diabetesi tertentu olahraga akan menyebabkan terjadinya pengaturan kadar glukosa darah dengan baik sedangkan pada diabetesi lain pengaturan kadar glukosa tidak demikian, jadi efek olahraga pada diabetes mellitus tipe I sangat individual (Wolfe. RR, 1998).

25 2. Manfaat Olahraga pada Diabetes Mellitus Tipe II Pada diabetes mellitus tipe II, olahraga berperan utama dalam pengaturan kadar glukosa darah. Produksi insulin umumnya tidak terganggu terutama pada awal menderita penyakit diabetes. Masalah utama pada diabetes mellitus tipe II adalah kurangnya respons reseptor terhadap insulin (resistensi insulin). Karena adanya gangguan tersebut insulin tidak dapat membantu transfer glukosa ke dalam sel. Kontraksi otot memiliki sifat seperti insulin (insulin-like effect). Permeabilitas membran terhadap glukosa meningkat pada otot yang berkontraksi. Pada saat berolahraga resistensi insulin berkurang, sebaliknya sensitivitas insulin meningkat, menyebabkan kebutuhan insulin pada diabetes tipe II akan berkurang. Respons ini hanya terjadi setiap kali berolahraga, tidak merupakan efek yang menetap atau berlangsung lama, oleh karena itu olahraga harus dilakukan terus menerus dan teratur (Wolfe. RR, 1998). 2.2.2. Protokol Latihan Klub Olahraga Senam Diabetes Persadia a. Sebelum Latihan 1. Menimbang berat badan dan mengukur tinggi badan. 2. Mengukur tekanan darah dan menghitung denyut nadi. 3. Pemeriksaan kadar gula darah. b. Latihan 1. Mengatur barisan peserta senam. 2. Senam pemanasan / strechting / senam ringan. 3. Melakukan senam Diabetes Indonesia selama 25 30 menit.

26 4. Melakukan pendinginan / cooling-down 5. Melakukan penghitungan denyut nadi. 6. Pijit Diabetes c. Penutup 1. Pemeriksaan gula darah 2. Mengukur tekanan darah 3. Mengkomsumsi makanan dan minum secukupnya (Santoso Mardi, 2010).

27 2.3. Kerangka Teori Aktivitas Pola Makan Psikologi Usia Diabetes Mellitus Keturunan PERSADIA SEBELUM SENAM SESUDAH KADAR GULA DARAH

28 2.4. Kerangka Konsep SEBELUM SENAM DIABETES KADAR GULA DARAH SESUDAH SENAM DIABETES 2.5. Hipotesis Penelitian 1. Ho : Ada perbedaan kadar gula darah sebelum dan sesudah Senam Diabetes 2. Ha : Tidak ada perbedaan kadar gula darah sebelum dan sesudah Senam Diabetes.