BAB I PENDAHULUAN. perbukitan rendah dan dataran tinggi, tersebar pada ketinggian M di

dokumen-dokumen yang mirip
TINJAUAN PUSTAKA. waktu tidak tertentu. Ruang terbuka itu sendiri bisa berbentuk jalan, trotoar, ruang

BAB I PENDAHULUAN. hasil hutan yang diselenggarakan secara terpadu. Hutan adalah suatu kesatuan

TINJAUAN PUSTAKA. secara alami. Pengertian alami disini bukan berarti hutan tumbuh menjadi hutan. besar atau rimba melainkan tidak terlalu diatur.

TINJAUAN PUSTAKA. menjadi suatu kawasan hunian yang berwawasan ligkungan dengan suasana yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB VII PERENCANAAN a Konsep Ruang

BAB I PENDAHULUAN. Hutan Indonesia dikenal memiliki keanekaragaman sumber daya hayati yang

BAB I: PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

GUBERNUR JAWA TIMUR GUBERNUR JAWA TIMUR,

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara agraris yang memiliki sumberdaya alam

SUMBER DAYA HABIS TERPAKAI YANG DAPAT DIPERBAHARUI. Pertemuan ke 2

BAB 5 KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

Kata kunci: Fungsi hutan, opini masyarakat, DAS Kelara

AIR Banjir dan Permasalahannya Di kota medan

Gambar 13. Citra ALOS AVNIR

BAB I PENDAHULUAN. Dalam siklus hidrologi, jatuhnya air hujan ke permukaan bumi merupakan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Ketetapan Majelis Permusyawaratan Rakyat Republik Indonesia tentang. sumber daya alam. Pasal 2 TAP MPR No.IX Tahun 2001 menjelaskan

Lanskap Perkotaan (Urban Landscape) HUTAN KOTA. Dr. Ir. Ahmad Sarwadi, MEng. Ir. Siti Nurul Rofiqo Irwan, MAgr, PhD.

BAB I PENDAHULUAN. yang semula merupakan ruang tumbuh berbagai jenis tanaman berubah menjadi

BAB I PENDAHULUAN. itu merupakan suatu anugrah dari Tuhan Yang Maha Esa. Menurut UU RI No.

PEMANFAATAN RUANG TERBUKA HIJAU PUBLIK DI KELURAHAN WAWOMBALATA KOTA KENDARI TUGAS AKHIR

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 10 TAHUN 2010 TENTANG TATA CARA PERUBAHAN PERUNTUKAN DAN FUNGSI KAWASAN HUTAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. hidrologi di suatu Daerah Aliran sungai. Menurut peraturan pemerintah No. 37

STUDI EVALUASI PENETAPAN KAWASAN KONSERVASI TAMAN NASIONAL BUKIT TIGAPULUH (TNBT) KABUPATEN INDRAGIRI HULU - RIAU TUGAS AKHIR

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Indonesia merupakan suatu negara kepulauan yang curah hujannya cukup

WALIKOTA LANGSA PROVINSI ACEH QANUN KOTA LANGSA NOMOR 7 TAHUN 2016 TENTANG PENYELENGGARAAN HUTAN KOTA BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM

2017, No Pengolahan Air Limbah Usaha Skala Kecil Bidang Sanitasi dan Perlindungan Daerah Hulu Sumber Air Irigasi Bidang Irigasi; Mengingat : 1.

taman, dua petugas penyapu jalan utama, dan dua petugas UPS Mutu Elok.

terbuka hijau yang telah diubah menjadi ruang-ruang terbangun, yang tujuannya juga untuk memenuhi kebutuhan sosial ekonomi penduduk kota itu sendiri.

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

PENDAHULUAN. Indonesia memiliki hutan mangrove yang terluas di dunia. Hutan

BAB II METODOLOGI PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. Hutan bagi masyarakat bukanlah hal yang baru, terutama bagi masyarakat

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kota diartikan sebagai suatu sistem jaringan kehidupan manusia yang

Penataan Ruang. Kawasan Budidaya, Kawasan Lindung dan Kawasan Budidaya Pertanian

3.2 Alat. 3.3 Batasan Studi

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Undang-Undang Kehutanan Nomor 41 tahun 1999, hutan adalah

KATA PENGANTAR. Manfaat dalam melakukan kegiatan pembuatan lubang biopori antara lain :

LAPORAN KEGIATAN SOSIALISASI PEMBUATAN BIOPORI DI BANJAR BUKIAN DAN KIADAN, PLAGA PELAGA AGUSTUS Oleh: I GDE SUARJA Koordinator JANMA

IV. ANALISIS SITUASIONAL DAERAH PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

SOLUSI MENGATASI BANJIR DAN MENURUNNYA PERMUKAAN AIR TANAH PADA KAWASAN PERUMAHAN

IV. KONDISI UMUM 4.1 Letak Geografis dan Aksesibilitas

BAB I PENDAHULUAN. yang disebutkan di atas, terdapat unsur-unsur yang meliputi suatu kesatuan

PENDAHULUAN. daya alam hayati yang didominasi pepohonan dalam persekutuan alam

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kawasan perkotaan di Indonesia cenderung mengalami permasalahan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan. Hampir semua sektor pembangunan fisik memerlukan lahan,

BAB I PENDAHULUAN. 41 tahun 1999). Menurut Indriyanto (2006), hutan merupakan masyarakat

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Hutan di Indonesia merupakan sumber daya alam yang cukup besar

KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 32 TAHUN 1990 TENTANG PENGELOLAAN KAWASAN LINDUNG PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Aspek yang dikaji dalam kajian Geografi terdiri atas dua, yakni aspek fisik

: JONIGIUS DONUATA : : PERHUTANAN KOTA PROGRAM STUDI MANAJEMEN SUMBER DAYA HUTAN JURUSAN MANAJEMEN PERTANIAN LAHAN KERING

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

: 1. Pasal 18 ayat (6) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945;

sumber daya lahan dengan usaha konservasi tanah dan air. Namun, masih perlu ditingkatkan intensitasnya, terutama pada daerah aliran sungai hulu

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

PENJELASAN ATAS PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 63 TAHUN 2002 TENTANG HUTAN KOTA

Disajikan oleh: LIA MAULIDA, SH., MSi. (Kabag PUU II, Biro Hukum, Kemen PU)

TINJAUAN PUSTAKA. Hutan memiliki defenisi yang bervariasi, menurut Undang-Undang Nomor

BAB I PENDAHULUAN. Meningkatnya pertumbuhan penduduk dan kebutuhan manusia seiring dengan

TENTANG BUPATI NGANJUK, Undang-undang Nomor 12 Tahun 1950 tentang Pembentukan. Undang-undang Nomor 5 Tahun 1990 tentang Konservasi

RINGKASAN. mendukung keberadaan Taman Laut Banda dengan mempertimbangkan aspek

LEMBARAN DAERAH KOTA SAMARINDA SALINAN PERATURAN DAERAH KOTA SAMARINDA NOMOR 21 TAHUN 2013

BAB I PENDAHULUAN. Kehidupan manusia tidak terlepas dari pengaruh dan fenomena alam yang

BAB I PENDAHULUAN. dalam Suginingsih (2008), hutan adalah asosiasi tumbuhan dimana pohonpohon

BAB I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

PEMERINTAH KABUPATEN MELAWI

TUJUAN PEKERJAAN DRAINASE

PEMERINTAH KABUPATEN MUKOMUKO

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Lahan merupakan sumberdaya yang sangat penting untuk memenuhi

PEMERINTAH KABUPATEN SAMPANG

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan disekolah merupakan salah satu tempat yang dapat. digunakan sebagai komunikasi dan menularkan ilmu-ilmu pengetahuan

19 Oktober Ema Umilia

BAB I PENDAHULUAN tentang Kehutanan, hutan merupakan suatu kesatuan ekosistem berupa

BAB I PENDAHULUAN. Hutan merupakan salah satu bentuk penutup lahan di permukaan bumi yang

2015 ZONASI TINGKAT BAHAYA EROSI DI KECAMATAN PANUMBANGAN, KABUPATEN CIAMIS

TINJAUAN PUSTAKA. Defenisi lahan kritis atau tanah kritis, adalah : fungsi hidrologis, sosial ekonomi, produksi pertanian ataupun bagi

I. PENDAHULUAN Latar Belakang

MODEL PENANGGULANGAN BANJIR. Oleh: Dede Sugandi*)

DRAINASE PERKOTAAN BAB I PENDAHULUAN. Sub Kompetensi

KATA PENGANTAR. Bogor, 08 Desember 2015 Walikota Bogor, Dr. Bima Arya Sugiarto

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Penggunaan Lahan

BAB I PENDAHULUAN. plasma nutfah serta fungsi sosial budaya bagi masyarakat di sekitarnya dengan

I. PENDAHULUAN. Pola pemukiman penduduk di suatu daerah sangat dipengaruhi oleh kondisi fisik

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Perkotaan Yogyakarta mulai menunjukkan perkembangan yang sangat

BAB III ISU-ISU STRATEGIS BERDASARKAN TUGAS POKOK DAN FUNGSI

BAB I. PENDAHULUAN. sebagai sebuah pulau yang mungil, cantik dan penuh pesona. Namun demikian, perlu

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Hutan Sekipan merupakan hutan pinus yang memiliki ciri tertentu yang membedakannya dengan hutan yang lainnya.

BAB I PENDAHULUAN. Danau merupakan sumber daya air tawar yang berada di daratan yang

I. PENDAHULUAN. manusia dalam memenuhi kebutuhan hidupnya. Pemanfaatan tersebut apabila

Keputusan Presiden No. 32 Tahun 1990 Tentang : Pengelolaan Kawasan Lindung

BAB I PENDAHULUAN. peningkatan kebutuhan manusia akibat dari pertambahan jumlah penduduk maka

BAB I PENDAHULUAN. cahaya matahari secara tetap setiap tahunnya hanya memiliki dua tipe musim

II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Wisata

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kabupaten Gorontalo sebagian besar wilayahnya berbentuk dataran, perbukitan rendah dan dataran tinggi, tersebar pada ketinggian 0 2000 M di atas permukaan laut. Luas wilayah berdasarkan hasil interpretasi GIS sebesar 2.124,60 Km² atau 17,39% dari luas Provinsi Gorontalo (12.215,44 Km²), Bila dibandingkan dengan wilayah Indonesia, maka wilayah Kabupaten Gorontalo hanya 0,032%. Adapun ibu kota Kabupaten Gorontalo adalah Limboto. Pada tahun 2013 Kabupaten ini terbagi menjadi 18 Kecamatan, terdiri dari 191 desa dan 14 Kelurahan, dengan Kecamatan terbesar adalah Asparaga yaitu 534,99 km 2 atau 24,23 % luas Kabupaten Gorontalo dan yang terkecil adalah Kecamatan Telaga Jaya, yaitu 4,98 km 2 atau 0,23 %. Secara topologi Kabupaten Gorontalo mempunyai kondisi tofologi yang variatif yang terdiri dari wilayah datar, kaki bukit, dan pengunungan dengan kemiringan 0 2 M seluas 20,12 %, 2 15 M seluas 8,08 %, 15 40 M seluas 34,31%, dan 40 M keatas seluas 37,49 % (batas tanah yang kemiringannya lebih dari 40 M diklasifikasikan menjadi hutan lindung). Menurut Djamal (2010), hutan kota adalah komunitas vegetasi berupa pohon dan asosiasinya yang tumbuh di lahan kota atau sekitar kota, berbentuk jalur, menyebar, atau bergerombol (menumpuk) dengan struktur menyerupai hutan alam, membentuk habitat yang memungkinkan kehidupan bagi satwa dan 1

2 menimbulkan lingkungan sehat, nyaman, dan estetis. Agar semua fungsi hutan kota tersebut dapat dimaksimalkan maka perlu dicari dan dikembangkan bentuk dan struktur hutan kota yang mendukungnya. Undang-Undang No. P.63/Menhut-II/2011 tentang Kehutanan mengatakan bahwa hutan adalah suatu kesatuan ekosistem berupa hamparan lahan berisi sumberdaya alam hayati yang didominasi jenis pepohonan dalam persekutuan dengan lingkungannya, yang satu dengan yang lain tidak dapat dipisahkan. Hutan lindung adalah kawasan hutan yang mempunyai fungsi pokok sebagai perlindungan sistem penyangga kehidupan untuk mengatur tata air, mencegah banjir, mengendalikan erosi, mencegah intrusi air laut, dan memelihara kesuburan tanah. Ruang terbuka adalah ruang yang bisa diakses oleh masyarakat baik secara langsung dalam kurun waktu terbatas maupun secara tidak langsung dalam kurun waktu tidak tertentu. Ruang terbuka itu sendiri bisa berbentuk jalan, trotoar, ruang terbuka hijau seperti taman kota, hutan dan sebagainya (Hakim dan Utomo, 2010). Ruang Terbuka Hijau kota adalah bagian dari ruang-ruang terbuka (open spaces) suatu wilayah perkotaan yang diisi oleh tumbuhan, tanaman, dan vegetasi guna mendukung manfaat langsung atau tidak langsung yang dihasilkan oleh RTH dalam kota tersebut yaitu keamanan, kenyamanan, kesejahteraan, dan keindahan wilayah perkotaan tersebut (Dep. Pekerjaan Umum, 2011). Taman dalam pengertian terbatas merupakan sebidang lahan yang ditata sedemikian rupa sehingga mempunyai keindahan, kenyamanan dan keamanan bagi pemiliknya atau penggunanya. Pada masyarakat perkotaan, taman-taman

3 selain bernilai estetika juga berfungsi sebagai ruang terbuka (Arifin dan Nurhayati, 2010). Kota adalah suatu pusat pemukiman penduduk yang besar dan luas. Dalam kota terdapat berbagai ragam kegiatan ekonomi dan budaya. Adakalanya kota didirikan sebagai tempat kedudukan resmi pusat pemerintahan setempat. Pada kenyataannya kota merupakan tempat kegiatan sosial dari banyak dimensi. Kota merupakan sebuah sistem yaitu sistem terbuka, baik secara fisik maupun sosial ekonomi, bersifat tidak statis dan dinamis atau bersifat sementara (Irwan, 2010). Taman umum merupakan taman yang diperuntukkan sebagai ruang terbuka hijau umum yang dimanfaatkan oleh masyarakat untuk aneka keperluan. Lokasi taman biasanya pada tempat yang strategis dilalui banyak orang (Nazaruddin, 2011). Perkembangan kehidupan terus menuntut terjadinya penggunaan lahan daratan yang terus meluas. Perluasan lahan untuk pemukiman penduduk menyebabkan berkurangnya lahan terbuka hijau yang semula berfungsi untuk meresap air hujan. Perumahan yang didirikan beserta bangunan lain berupa prasarana jalan (aspal, semen, paving blok, dan konblok) serta saluran air bidang kedap tidak dapat meresapkan air. Pada dasarnya upaya peresapan air hujan kedalam tanah bertujuan untuk memelihara kelembaban tanah di bawah bangunan. Tujuan lainnya menambah cadangan air tanah yang diperlukan untuk memenuhi kebutuhan air bagi

4 kehidupan dan berbagai keperluan air domestik seperti untuk sanitasi dan kebutuhan rumah tangga yang lain. Pemanfaatan sumber daya alam yang berupa tanah dan air sebagai salah satu modal dasar pembangunan nasional, harus dilaksanakan sebaik-baiknya berdasarkan azas kelestarian, keserasian dan azas pemanfaatan yang optimal, yang dapat memberikan manfaat ekonomi, ekologi dan sosial secara seimbang. Penggunaan pemanfaatan tanah dan lahan yang tidak sesuai dengan kaidah-kaidah konservasi dan melampaui kemampuan daya dukungnya, akan menyebabkan terjadinya lahan kritis. Disamping itu pembakaran sampah oleh masyarakat yang tidak memperhatikan pelestarian lingkungan menyebabkan terjadinya bencana alam banjir pada musim penghujan. Permasalahan yang sering kita hadapi dewasa ini yang berkaitan dengan air adalah krisis air bersih dan banjir. Umumnya di daerah padat penduduk seperti perumahan, terjadi penurunan permukaan air tanah yang disebabkan menurunnya kemampuan tanah untuk meresapkan air. Pembangunan perumahan sebagai bentuk pengembangan kota yang memicu pertumbuhan wilayah perkotaan, mengakibatkan makin berkurangnya area resapan air hujan, karena meningkatnya luas daerah yang tertutupi oleh perumahan. Selain itu, perubahan tata guna lahan dari persawahan menjadi perumahan dapat mengancam produktivitas lahan dan menurunkan fungsinya dalam hal menahan dan mendistribusikan air hujan. Dalam rangka pemanfaatan sumber daya alam baik berupa tanah dan air perlu direncanakan dan dikelola secara tepat melalui suatu sistem pengelolaan

5 Lubang Resapan Biopori (LRB). Salah satu upaya pokok dalam pengelolaan LRB adalah berupa pengaturan keseimbangan pada lingkungan yang kurang daerah peresapan. Dari aspek perencanaan ditempuh melalui penyempurnaan pembuatan biopori di lingkungan sekitar masyarakat. Di aspek inilah diharapkan akan dapat menjadi acuan pelaksanaan pembuatan biopori oleh semua kalangan masyarakat. Biopori secara umum, dapat mengurangi resiko bahaya banjir di daerah yang kurang lahan peresapan air. Tidak hanya sebagai pencegah banjir, penerapan biopori yang secara rutin akan menghasilkan pupuk kompos yang sangat bermanfaat untuk lingkungan. Dengan Kondisi hutan di Kabupaten Gorontalo yang telah diklasifikasikan sebagai hutan lindung maka perlu dilakukan upaya pelestarian lahan kritis, dan pengembangan fungsi biopori terus ditingkatkan dan disempurnakan. Berdasarkan latar belakang tersebut penulis mengambil judul proposal penelitian yakni Analisis Pengadaan Lubang Resapan Biopori (LRB) Untuk Wilayah Hutan Kota dan Taman Kota di Kabupaten Gorontalo 2014 1.2 Identifikasi Masalah Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan sebelumnya maka masalah dalam penelitian ini dapat diidentifikasi sebagai berikut: 1. Kurangnya lahan resapan air dan lubang resapan biopori untuk wilayah hutan kota dan taman kota terhadap curah hujan sehingga menimbulkan genangan air

6 2. Kurangnya pemanfaatan lahan pekarangan rumah sebagai resapan air hujan dengan menggunakan tehnik lubang resapan biopori 3. Genangan air akibat curah hujan dapat menimbulkan banjir yang berdampak pada masalah kesehatan masyarakat seperti penyakit yang media penularannya melalui air. 1.3 Rumusan Masalah Berdasarkan identifikasi masalah, maka permasalahan dalam penelitian ini adalah Berapa kebutuhan Lubang Resapan Biopori yang harus dibuat untuk Wilayah Hutan Kota dan Taman Kota Kabupaten Gorontalo 2014 1.4 Tujuan Penelitian 1.4.1 Tujuan umum Untuk mengetahui pengadaan lubang resapan biopori (LRB) untuk wilayah hutan kota dan taman kota di Kabupaten Gorontalo 2014 1.4.2 Tujuan khusus 1. Untuk mengetahui jumlah lubang resapan biopori yang telah dibuat hingga tahun 2014 di Kabupaten Gorontalo 2. Untuk mengetahui luasan hutan kota dan taman kota di Kabupaten Gorontalo. 1.5 Manfaat Penelitian Adapun manfaat penelitian ini yaitu : 1.5.1 Manfaat teoritis 1. Diharapkan penelitian ini dapat menambah referensi yang ada dan dapat digunakan oleh semua pihak yang membutuhkan.

7 2. Penelitian ini juga di harapkan dapat memberikan sumbangan pemikiran terutama dalam ilmu kesehatan lingkungan 3. Diharapkan penelitian ini menjadi kepustakaan sebagai informasi bagi pihak-pihak yang ingin menggandakan penelitian lebih lanjut. 1.5.2 Manfaat praktis 1. Hasil penelitian ini menjadi bahan pertimbangan untuk pemerintah daerah Kabupaten Gorontalo dalam memperhatikan kelestarian hutan kota dan taman kota. 2. Hasil penelitian ini dapat di jadikan sebagai sarana untuk menyusun kebijaksanaan dalam menyususn suatu kebijakan dalam mengatasi masalah kesehatan lingkungan di Kabupaten Gorontalo.