GAMBARAN PENYAKIT MENULAR SEKSUAL PADA PSK DI LOKALISASI KM. 10 DESA PURWAJAYA LOA JANAN KABUPATEN KUTAI KARTANEGARA.

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. lagi dan diubah menjadi PMS (penyakit menular seksual) karena seiring dengan

HIV/AIDS. Intan Silviana Mustikawati, SKM, MPH

TINGKAT PENGETAHUAN WANITA PEKERJA SEKS TENTANG INFEKSI MENULAR SEKSUAL

BAB 1 PENDAHULUAN. Pola penyakit yang masih banyak diderita oleh masyarakat adalah penyakit

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kesehatan merupakan modal awal seseorang untuk dapat beraktifitas dan

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. Infeksi Menular Seksual (IMS) sampai saat ini masih merupakan masalah

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan di dunia, baik negara maju maupun negara berkembang. Upaya

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. tinggal dalam darah atau cairan tubuh, bisa merupakan virus, mikoplasma, bakteri,

BAB I PENDAHULUAN. Peningkatan insidens dan penyebaran infeksi menular seksual (IMS) di seluruh dunia,

BAB 1 PENDAHULUAN. Veneral Disease ini adalah Sifilis, Gonore, Ulkus Mole, Limfogranuloma Venerum

BAB 1 PENDAHULUAN. bisa sembuh, menimbulkan kecacatan dan juga bisa mengakibatkan kematian.

ABSTRAK GAMBARAN PENGETAHUAN, SIKAP, DAN PERILAKU MAHASISWA/ MAHASISWI TERHADAP INFEKSI MENULAR SEKSUAL DI UNIVERSITAS KRISTEN MARANATHA

BAB 1 PENDAHULUAN. resiko penularan HIV melalui hubungan seksual (The United Nations High

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Indonesia termasuk negara dengan jumlah penduduk yang besar. Penduduk

Faktor-faktor resiko yang Mempengaruhi Penyakit Menular Seksual

KUESIONER PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. mengungkapkan banyak hal tentang sisi gelap kehidupan manusia, tidak hanya

1. Pendahuluan FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN GONORE DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS IBRAHIM ADJIE KOTA BANDUNG

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

ABSTRAK TINGKAT PENGETAHUAN DAN SIKAP TENTANG HEPATITIS B PADA DOKTER GIGI DI DENPASAR UTARA

Prosiding Pendidikan Dokter ISSN: X

BAB 1 PENDAHULUAN. 1987). Penyakit Menular Seksual (PMS) dewasa ini kasuanya semakin banyak

HUBUNGAN TINGKAT PENDIDIKAN DENGAN PENGETAHUAN PEKERJA SEKS KOMERSIAL TENTANG PENYAKIT HIV / AIDS DI LOKALISASI TELUK BAYUR

BAB 1 PENDAHULUAN. Di Indonesia pelaku transeksual atau disebut waria (Wanita-Pria) belum

BAB 1 PENDAHULUAN. tersebut tidak sesuai lagi dan diubah menjadi sexual transmitted disease. (STD) atau penyakit menular seksual (Fahmi dkk, 2014).

BAB 1 PENDAHULUAN. Sifilis merupakan Infeksi Menular Seksual (IMS) yang disebabkan oleh

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Human Immunodeficiency Virus (HIV) adalah virus yang mengakibatkan

DINAS KESEHATAN KOTA MOJOKERTO PUSKESMAS KEDUNDUNG Jl. BY PASS KEDUNDUNG, TELP.(0321) MOJOKERTO

BAB I PENDAHULUAN. pengetahuan, makin banyak pula ditemukan penyakit-penyakit baru sehingga

DINAMIKA KOGNISI SOSIAL PADA PELACUR TERHADAP PENYAKIT MENULAR SEKSUAL

ABSTRAK PERBEDAAN PENGETAHUAN, SIKAP, PERILAKU SISWA-SISWI SMA NEGERI X DENGAN SMA SWASTA X KOTA BANDUNG TERHADAP INFFEKSI MENULAR SEKSUAL

GLOBAL HEALTH SCIENCE, Volume 2 Issue 1, Maret 2017 ISSN

BAB I PENDAHULUAN. Millennium Development Goals (MDGs), sebuah deklarasi global yang telah

BAB 1 PENDAHULUAN. kesehatan masyarakat di seluruh dunia, baik di negara maju (industri) maupun di

PENGETAHUAN BERHUBUNGAN DENGAN SIKAP WANITA PEKERJA SEKS KOMERSIAL DALAM PENCEGAHAN HIV/AIDS DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS GONDANG LEGI MALANG ABSTRAK

BAB I PENDAHULUAN. Kesehatan merupakan suatu hal yang sangat penting dan mahal harganya.

HUBUNGAN PENGETAHUAN, SIKAP, DAN SUMBER INFORMASI DENGAN UPAYA PENCEGAHAN HIV/AIDS PADA REMAJA KOMUNITAS ANAK JALANAN DI BANJARMASIN TAHUN 2016

APLIKASI SISTEM PAKAR MENDIAGNOSIS PENYAKIT MENULAR SEKSUAL

BAB II Tinjauan Pustaka

BAB I PENDAHULUAN. Sebaliknya dengan yang negatif remaja dengan mudah terbawa ke hal yang

Virus tersebut bernama HIV (Human Immunodeficiency Virus).

BAB 1 PENDAHULUAN. sistem kekebalan tubuh yang terjadi karena seseorang terinfeksi

TINJAUAN PUSTAKA BAB II 2.1. HIV/AIDS Pengertian HIV/AIDS. Menurut Departemen Kesehatan (2014), HIV atau

BAB 1 PENDAHULUAN. Penyakit Menular Seksual (PMS) disebut juga veneral (dari kata venus yang

BAB I PENDAHULUAN. serta proses-prosesnya, termasuk dalam hal ini adalah hak pria dan

BAB I PENDAHULUAN. mengatakan bahwa homoseksual bukan penyakit/gangguan kejiwaan.di Indonesia

HUBUNGAN ANTARA USIA, PEKERJAAN, PENDIDIKAN DAN PENGETAHUAN DENGAN KEJADIAN INFEKSI MENULAR SEKSUAL (IMS)

The Implementation of STI, HIV/AIDS prevention using Role Play Module towards the Direct Knowledge and Attitude of Female Sex Workers

BAB I PENDAHULUAN. diselesaikan. Pada akhir abad ke-20 dunia dihadapkan dengan permasalahan

Statistics. Total skor sikap responden. N Valid Missing Mean Median Std. Deviation

KARYA TULIS ILMIAH HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN DENGAN SIKAP REMAJA TENTANG PENYAKIT MENULAR SEKSUAL (PMS) DI SMA N 1 GEYER KABUPATEN GROBOGAN

Universitas Sumatera Utara

ABSTRACT. Keywords : Knowledge, Attitude, Condoms, Commercial Sex Workers.

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang

SURAT PERSETUJUAN SEBAGAI SUBJEK PENELITIAN (INFORMED CONSENT)

BAB I PENDAHULUAN. melalui hubungan seksual. PMS diantaranya Gonorrhea, Syphilis, Kondiloma

I. PENDAHULUAN Latar Belakang

PEMERINTAH KABUPATEN MIMIKA KOMISI PENANGGULANGAN AIDS Jl. KARTINI TIMIKA, PAPUA TELP. (0901) ,

Situasi HIV & AIDS di Indonesia

BAB 1 PENDAHULUAN. kesehatan masyarakat di negara berkembang, dimana penyakit IMS membuat

BAB I PENDAHULUAN. menjadi sangat umum dan penting, sedangkan infeksi bakteri lebih sering

KUESIONER. 1. Menurut saudari apa yang dimaksud dengan Infeksi Menular Seksual (IMS)? a. Infeksi yang penularannya melalui hubungan seksual

ABSTRAK GAMBARAN PENGETAHUAN, SIKAP, DAN PERILAKU MAHASISWA JURUSAN X ANGKATAN 2013 MENGENAI KESEHATAN REPRODUKSI DAN INFEKSI MENULAR SEKSUAL

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. individu mulai berkembang dan pertama kali menunjukkan tanda-tanda seksual

BAB I PENDAHULUAN. Acquired Immune Deficiency Syndrome atau yang lebih dikenal dengan

PERILAKU PEKERJA SEKS KOMERSIAL TERHADAP PENCEGAHAN PENYAKIT MENULAR SEKSUAL DI LOKALISASI KALINYAMAT BANDUNGAN

BAB 1 PENDAHULUAN. pencegahan IMS yang dilaksanakan di banyak negara, nampaknya belum

3740 kasus AIDS. Dari jumlah kasus ini proporsi terbesar yaitu 40% kasus dialami oleh golongan usia muda yaitu tahun (Depkes RI 2006).

BAB 1 PENDAHULUAN. seksual. Kondisi yang paling sering ditemukan adalah infeksi gonorrhea,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. masuk dan berkembang biak di dalam tubuh yang ditularkan melalui free

A. Landasan Teori. 1. Pengetahuan. a. Definisi BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Pengetahuan adalah hasil penginderaan manusia, atau hasil tahu

VOL. X No. 1 APRIL 2013 ISSN

NASKAH PUBLIKASI. Disusun Oleh : NUR ALIEF MAHMUDAH

BAB 1 PENDAHULUAN. Menurut Profil Kesehatan Sumatera Utara Tahun 2013, salah satu penyakit

BAB 1 PENDAHULUAN. Human Immunodeficiency Virus (HIV), merupakan suatu virus yang

Universitas Tribhuwana Tunggadewi Malang 2)

PENGETAHUAN IBU RUMAH TANGGA TENTANG HIVAIDS BERDASARKAN KARAKTERISTIK DI DESA PARAKAN KAUMAN KECAMATAN PARAKAN KABUPATEN TEMANGGUNG ARTIKEL.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. macam pekerjaan rumah tangga. Sedangkan HIV (Human Immuno Virus)

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. HIV/AIDS menjadi epidemik yang mengkhawatirkan

BAB I PENDAHULUAN. HIV adalah singkatan dari Human Immunodeficiency Virus ialah virus yang

BAB 1 PENDAHULUAN. menunjukkan gejala (asimtomatik) terutama pada wanita, sehingga. mempersulit pemberantasan dan pengendalian penyakit ini 1

BAB 1 PENDAHULUAN. kekebalan tubuh manusia, sedangkan Acquired Immunodeficiency Syndrom. penularan terjadi melalui hubungan seksual (Noviana, 2013).

BAB I PENDAHULUAN. Epidemi human immunodeficiency virus/acquired immune deficiency

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. paling sulit dikendalikan, apalagi di tengah dunia yang makin bebas

Pengaruh Promosi Kesehatan Tentang HIV/AIDS Terhadap Tingkat Pengetahuan Remaja

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

PENJABAT BUPATI SEMARANG AMANAT PENJABAT BUPATI SEMARANG SELAKU KETUA KPA KABUPATEN SEMARANG DALAM RANGKA PERINGATAN HARI AIDS SEDUNIA TAHUN 2015

PENJABAT BUPATI SEMARANG AMANAT PENJABAT BUPATI SEMARANG SELAKU KETUA KPA KABUPATEN SEMARANG DALAM RANGKA PERINGATAN HARI AIDS SEDUNIA TAHUN 2015

FAKTOR FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PEMANFAATAN PELAYANAN PENGOBATAN INFEKSI MENULAR SEKSUAL (IMS) DI PUSKESMAS PURWOKERTO SELATAN KABUPATEN BANYUMAS.

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Angka morbiditas dan angka mortalitas yang disebabkan oleh infeksi Human

FAKTOR-FAKTOR RISIKO KEJADIAN GONORE (Studi pada Pekerja Seks Komersial di Objek Wisata Pangandaran Kabupaten Ciamis Tahun 2009)

BAB 1 PENDAHULUAN. Immunodeficiency Virus (HIV) semakin mengkhawatirkan secara kuantitatif dan

Transkripsi:

PENELITIAN GAMBARAN PENYAKIT MENULAR SEKSUAL PADA PSK DI LOKALISASI KM. 10 DESA PURWAJAYA LOA JANAN KABUPATEN KUTAI KARTANEGARA. Hj. Noorhidayah, Indah Nur Imamah, Siti Fatimah Jurusan Keperawatan Poltekkes Kemenkes Kaltim Abstrak. Penyakit Menular Seksual (PMS) memiliki probabilitas signifikan penularan antar manusia melalui perilaku seksual, termasuk hubungan seks vagina, seks oral, dan seks anal. Di Kabupaten Kutai Kartanegara pada 2011 terjadi peningkatan yang cukup signifikan hampir 5 kali lipat dari sebelumnya, yaitu sebanyak 143 orang. Tujuan penelitian ini adalah untuk memperoleh gambaran penyakit menular seksual di lokalisasi Km.10 Desa Purwajaya Kecamatan Loa Janan Kabupaten Kutai Kartanegara. Jenis penelitian ini adalah deskriptif, pengambilan sampel dengan cara total sampling terhadap 179 Pekerja Seks Komersial ( PSK). Analisa data dengan statistik deskriprif berupa distribusi frekuensi dan persentase. Hasil penelitian didapatkan PSK yang memiliki tanda dan gejala penyakit PMS terbanyak pada kelompok umur > 24 dengan pendidikan SD. 51 PSK memiliki kecenderungan mengalami PMS gonore, diikuti kandidiasis genitalia 44 orang, limpogranuloma venereum 17 orang, dan sifilis 14 orang, sisanya diduga mengalami PMS lainnya dengan jumlah dibawah 10 orang untuk tiap penyakit PMS, satu diantaranya AIDS. Kata Kunci : PSK, PMS Abstract. Sexually transmitted diseases (STDS) have a significant probability of transmission between humans through sexual behavior, including vaginal intercourse, oral sex, and anal sex. In 2011, at Kutai Kartanegara significant improvement occurred almost five times from the previous year.the purpose of this research was to gain an overview of sexually transmitted disease in localization of Purwajaya village Km 10 sub-district of Loa Janan. Type this research is descriptive, the sample by means of total sampling against 179 sex-workers. Data analysis with a frequency distribution and percentage. Research result obtained CSW having sign and symptoms of STDS most on age group > 24 years with elementary education. 51 CSWs having a tendency had STDS gonorrhea, followed candidiasis external 44 people, limpogranuloma venereum 17 people, and syphilis 14 people, the rest allegedly experiencing STDS another with the amount under 10 people to every disease STDS, one of them was suffering AIDS. Keywords : STDS, CSW PENDAHULUAN Infeksi menular seksual (IMS), juga disebut sebagai penyakit menular seksual (PMS) atau penyakit kelamin (veneral disease), adalah penyakit yang memiliki probabilitas signifikan penularan antar manusia melalui perilaku seksual manusia, termasuk hubungan seks vagina, seks oral, dan seks anal. Sementara di masa lalu, penyakit ini sebagian besar telah disebut sebagai PMS atau VD, dalam beberapa terakhir istilah infeksi 294

menular seksual (IMS) telah disukai, karena memiliki makna lebih luas, seseorang mungkin terinfeksi dan berpotensi menulari orang lain tanpa penyakit. Beberapa PMS juga dapat ditularkan melalui penggunaan jarum suntik setelah digunakan oleh orang yang terinfeksi, serta melalui proses persalinan dan menyusui. Penyakit menular seksual ini jelas sangat berbahaya dan peningkatan insidens PMS ini tidak terlepas dari kaitannya dengan perilaku resiko tinggi. Perilaku resiko tinggi dalam PMS adalah perilaku yang menyebabkan seseorang mempunyai resiko besar terserang penyakit. Adapun yang tergolong kelompok resiko tinggi adalah: 1) Usia (20-34 pada laki-laki, 16-24 pada wanita, dan 20-24 pada kedua jenis kelamin), 2) pelancong, 3) pekerja seks komersial (PSK) atau wanita tuna susila, 4) pecandu narkotik, 5) homoseksual. Dari Dinas Kesehatan Kota Samarinda diperoleh informasi mulai Januari sampai Maret 2009 terdapat 474 temuan, dan terjadi penurunan pada bulan April hingga Mei 2009 menjadi 313 temuan penyakit infeksi menular seksual seperti GO, sifilis, herpes kelamin, sampai HIV/AID. Data ini dikumpulkan dari 3 lokalisasi di Samarinda yakni lokalisasi Bandang Raya Solong, Loa Hui Harapan Baru, serta Bayur, yang didata tak hanya pekerja seks komersil (PSK) saja, namun juga pelanggan serta masyarakat di sekitar lokalisasi. Tercatat dari Januari 2009 sampai Maret 2009 di Kelurahan Temindung Permai terdapat 88 kasus, yang paling banyak di Harapan Baru 353 kasus, dan Kelurahan Sempaja 33 kasus. Pada April 2009 hingga Mei 2009, terjadi penurunan temuan kasus IMS. Seperti di Temindung Permai menjadi 66 kasus, di Kelurahan Harapan Baru 230 kasus, serta di Sempaja 17 kasus. Rata-rata kasus itu ditemukan pada usia produktif, 20 sampai 49 (Kaltim Post 2009). Sedangkan dari Dinas Kesehatan Kabupaten Kutai Kartanegara (Kukar), pada 2009 tercatat 46 orang pengidap PMS (HIV/AID S), 2010 terjadi penurunan menjadi 30 orang, namun 2011 terjadi peningkatan hampir 5 kali lipat dari jumlah sebelumnya yaitu 143 orang. Data ini berasal dari beberapa lokalisasi PSK di Kukar seperti: lokalisasi KM 10 desa Purwajaya Loa Janan an-tara 179 200 orang, Simpang tiga patung lebuswana : 160 orang, Marangkayu KM 20 : 70 orang, Marangkayu KM 16: 50 orang dan lokalisasi Senipah. Pekerja seks komersial memiliki peranan penting dalam hal peningkatan insidens IMS dan penyebarannya, itu dikarenakan mereka merupakan kelompok perilaku resiko tinggi, sehingga mempromosikan upaya pencegahan IMS diantara pekerja seks merupakan hal yang sangat penting untuk mengontrol penyebaran IMS itu sendiri. 295

Pencegahan adalah kunci dalam menangani IMS. Cara paling efektif untuk mencegah penularan IMS adalah menghindari kontak bagian tubuh atau cairan dengan pasangan yang terinfeksi. Upaya lainnya bisa juga menggunakan kondom bagi wanita dan pasangannya, walaupun cara ini hanya mengurangi saja tidak bisa mencegah 100% (Harahap M, 1990). METODE Berdasarkan tingkat eksplanasinya, jenis penelitian ini adalah deskriptif. Adapun populasi penelitian ini adalah semua wanita yang bekerja sebagai PSK di lokalisasi Km.10 desa Purwajaya Kecamatan Loa Janan sebanyak 179 orang. Pengambilan sampel dengan cara total sampling. Pengumpulan data menggunakan 3 (tiga) macam instrumen yaitu: 1) kuesioner tertutup. 2) pedoman wawancara tidak terstruktur. 3) tabel jenis penyakit atau diagnosa penyakit. Data yang sudah diolah, dianalisa dengan statistik deskriprif berupa frekuensi dan persentase, ke-mudian disajikan dalam bentuk grafik. HASIL Penelitian ini dilakukan sejak bulan April sampai dengan bulan Juni 2013, dan hasilnya disajikan sebagai berikut: a. Karakteristik Responden Grafik 1 Pekerja Seks Komersial di Lokalisasi KM.10 Desa Purwajaya Loa Janan berdasarkan kelompok umur 140 130 120 110 100 90 80 70 60 50 40 30 20 10 0 11 Pada Grafik 1, menunjukkan PSK yang berumur > 24 lebih banyak dibandingkan dengan kelompok umur lainnya. 90 80 70 60 50 40 30 20 10 0 Pada Grafik 2, PSK dengan pendidikan SD lebih banyak dibanding SLTP dan SLTA. 31 137 16 20 21-24 > 24 Grafik 2 Pekerja Seks Komersial di Lokalisasi KM.10 Desa Purwajaya Loa Janan berdasarkan klasifikasi pendidikan 90 62 SD SLTP SLTA 27 296

90 80 70 60 50 40 30 20 10 0 Grafik 3 Pekerja Seks Komersial di Lokalisasi KM.10 Desa Purwajaya Loa Janan berdasarkan lamanya menjalani profesi sebagai PSK 1 8 < 7 hari 7 hari 1 bulan 33 Pada grafik 3, terdapat 5 orang yang paling lama menjalani profesi sebagai PSK, dan 1 orang yang < dari 7 hari. b. Hal-hal yang berkaitan dengan penyakit infeksi menular seksual Tabel 1. Jawaban PSK berkaitan dengan penyakit infeksi menular seksual No Uraian Jumlah F % 1 Pernah memperoleh informasi 112 62,57 tentang penyakit menu- lar seksual (penyakit kelamin) 2 Pernah menderita penyakit 8 4,47 penyakit infeksi menular seksual (penyakit kelamin) 3 Saat ini sedang menderita penyakit menular seksual (penyakit kelamin) 2 1,12 Pada tabel 1, dapat dilihat bahwa sebagian besar PSK pernah memperoleh informasi tentang penyakit infeksi menular seksual. 88 2 6 bulan 7 bulan 1 44 2 5 5 > 5 Tabel 2.Tempat berobat dan pengobatan yang dipilih dan informasi penyakit dari tempat berobat No Uraian Jumlah F % 1 PKM/RS 117 65.36 2 Praktek dokter 16 8.94 3 Mengobati sendiri dengan 3 1.68 cara minum jamu 4 Tidak berobat 43 24.02 5 Mendapatkan Informasi nama 139 77,65 penyakit/ jenis penyakit yang diterima dari tempat berobat 6 Tidak mendapatkan Informasi nama penyakit/ jenis penyakit yang diterima dari tempat berobat 40 22,35 Pada tabel 2, dapat dilihat 117 orang PSK sudah mengikuti anjuran berobat/berkonsultasi ke PKM/RS, hanya 3 orang yang mengobati sendiri dengan cara minum jamu. Grafik 4 Penyakit menular seksual yang dialami PSK KM 10 Desa Purwajaya Loa Janan berdasarkan informasi yang diterima dari tempat berobat AIDS (acuired immune deficiensy sindrome) Vaginosis bakterial Sifilis (Raja Singa) Gonore 1 1 3 0 10 20 30 40 50 46 297

Grafik 4, menunjukkan hanya 51 orang, dari 179 PSK mengetahui nama penyakit/ jenis penyakit yang diderita saat datang berobat ke PKM/RS. Tabel 3. Jumlah PSK yang memiliki tanda dan gejala penyakit IMS berdasarkan tingkat pendidikan dan kelompok umur Klasifikasi pendidikan 16 20 Kelompok umur 21 24 > 24 Jumlah SD 2 10 30 42 SLTP 2 4 18 24 SLTA 1 1 8 10 Pada tabel 3, terlihat PSK berumur > 24 lebih banyak memiliki tanda dan gejala penyakit IMS pada setiap tingkatan pendidikannya. Tabel 4. PMS pada PSK di lokalisasi KM 10 Desa Purwajaya Loa Janan bulan April s.d Juni 2013 No Nama Penyakit Jumlah yang positif Jumlah yang suspect 1 Gonore 12-2 HIV 19 61 Pada tabel 4, terlihat selain gonore dan HIV tidak ditemukan PMS lainnya sebagaimana tanda dan gejala yang yang terlihat pada grafik 6. Pada grafik 5, tanda dan gejala penyakit gonore mendominasi PSK dilokalisasi KM 10 Desa Purwajaya, diikuti kandidiasis genitalia, limpogranuloma venerum, dan sifilis. Grafik 5 Kecenderungan Penyakit PSK di Lokalisasi Km 10 Loa Janan Berdasarkan tanda dan gejala IMS 298

c. Hasil wawancara dengan staf PKM Berkaitan dengan upaya pencegahan dan penyebaran penyakit infeksi menular seksual para PSK di lokalisasi KM 10, pihak PKM Loa Janan melakukan pengambilan sampel pada setiap PSK sebulan sekali, lalu diperiksa di laboratorium. Pemeriksaan hanya untuk gonore saja. Sementara PMS lainnya tidak dilakukan karena keterbatasan dana. Disamping pengambilan sampel, diberikan pula pengobatan yang bersifat swadana untuk hasil laboratorium yang positif gonore. Adapun pemeriksaan PMS sifilis dilakukan bila ada program Dinas Kesehatan saja, biasanya satu sekali. Sedangkan bagi PSK yang baru masuk lokalisasi dilakukan pemeriksaan HIV/AIDS. PEMBAHASAN Pada tabel 8 terlihat kelompok umur > 24 dalam segala tingkatan pendidikan, terbanyak mengalami tanda dan gejala penyakit IMS, dibandingkan dengan kelompok umur 16 20, dan 21-24. Menurut (Daili. SF, dkk, 2009) pada kelompok usia ini memang ada kecenderungan memiliki perilaku resiko tinggi terserang penyakit. Selanjutnya sebanyak 112 orang PSK sudah Pernah memperoleh informasi tentang penyakit menular seksual (penyakit kelamin), namun kondisi ini bertolak belakang dengan banyaknya PSK yang saat ini sedang menderita penyakit menular seksual (penyakit ke - lamin) yaitu 175 orang. Hurlock (1998) menyatakan bahwa semakin cukup umur, tingkat kematangan dan kekuatan seseorang akan lebih matang dalam berfikir dan bekerja. Sementara menurut (Notoatmodjo, 2003) semakin bertambah umur, akan semakin bertambah pula pengetahuan seseorang. Demikian pula halnya dengan pendidikan, Notoatmodjo (2003) menam - bahkan, bahwa seseorang semakin tua semakin bijaksana, semakin banyak informasi yang dijumpai dan semakin banyak hal yang dikerjakan sehingga menambah pengetahuannya. Wawan & Dewi (2010) berpen - dapat bahwa pendidikan berarti bimbingan yang diberikan seseorang terhadap perkembangan orang lain menuju kearah cita-cita tertentu yang menentukkan manusia untuk berbuat dan mengisi kehidupan untuk mencapai keselamatan dan kebahagiaan. Asumsi peneliti bila pendidikan seseorang tinggi, pengetahuannya juga akan bertambah, diikuti dengan perilaku juga akan mengalami perubahan kearah yang baik, atau mungkin saja pada usia > 24, seseorang secara psikologis cukup matang sehingga mudah bagi seseorang mengungkapkan apa yang dirasakan baik kepada petugas kesehatan, maupun kepada peneliti saat dilakukan pengumpulan data. Selanjutnya dari 179 PSK yang ada di lokalisasi KM 10, 175 orang memiliki tanda dan gejala PMS tertentu, yang terbanyak gonore 51 orang, kandidiasis genitalia 44 orang, limpogranuloma venereum 17 orang, sifilis 14 orang,dan hepatitis B 13 orang. Untuk PMS lainnya masingmasing dibawah 10 orang. Sedangkan menurut hasil pemeriksaan laboratorium yang dilaporkan PKM terdapat 12 orang positif gonore, 19 orang positif HIV, dan 61 orang suspect HIV. 299

Diperkirakan seluruh PSK di lokalisasi KM 10 Desa Purwajaya Loa Janan mengalami gangguan kesehatan dalam hal ini penyakit infeksi menular seksual. Apabila setiap pengambilan sampel pada PSK dilakukan pemeriksaan sesuai dengan tanda dan gejala yang disampaikan, sangat mungkin akan ada lagi yang positif terhadap penyakit IMS tertentu. Secara umum IMS gonore, sifilis, limpogranuloma venereum, kandidiasis genitalia, dan hepatitis B, serta HIV merupakan penyakit infeksi menular yang terjadi melalui hubungan seksual, dan menimbulkan berbagai komplikasi baik pada wanita maupun pria. Oleh karena itu tindakan pencegahan sangat dianjurkan, dan yang paling efektif adalah tidak melakukan hubungan seksual baik vaginal, anal, dan oral dengan orang yang terinfeksi. Upaya lainnya bisa juga menggunakan kondom bagi wanita dan pasangannya. Namun cara ini hanya mengurangi saja, tidak bisa mencegah 100% (Harahap. M, 1990). Demikian pula untuk HIV, mengingat jumlah yang positif 19 orang dan yang suspek 61 orang, ditambah lagi yang positif gonore 12 orang, diperlukan upaya yang berkesinambungan. Menurut peneliti, bila upaya pencegahan dilakukan sepihak saja, dan sifatnya sukarela perindividu kemungkinan penyebaran infeksi penyakit IMS ini akan meluas pada masyarakat biasa. Apalagi yang datang kelokalisasi tidak mungkin dikendalikan bisa dari kalangan mana saja. Lamanya menjalani profeksi PSK diperikirakan berkaitan pula dengan munculnya berbagai tanda dan gejala penjakit IMS, karena ditemukan pada satu orang PSK mengalami lebih dari satu tanda dan gejala penyakit IMS. SIMPULAN 1. Pekerja Seks Komersial yang memiliki tanda dan gejala penyakit IMS terbanyak pada kelompok umur > 24 dengan pendidikan SD, diikuti pendidikan SLTP dan SLTA. 2. Lama menjalani profesi PSK : > 7 hari = 1 orang, 7 hari 1 bulan = 8 orang, 2-6 bulan = 33 orang, 7 bulan 1 = 88 orang, 2 5 = 44 orang, dan > 5 = 5 orang. Diperkirakan lamanya menjalani profesi PSK berkaitan dengan tanda dan gejala yang di alami, ditemukan satu PSK mengalami tanda dan gejala lebih dari satu penyakit infeksi menular seksual. 3. Dari 179 PSK yang ada di lokalisasi KM 10, 51 orang memiliki kecenderungan mengalami IMS gonore, diikuti kandidiasis genitalia 44 orang, kemudian limpogranuloma venereum 17 orang, dan sifilis 14 orang, sisanya diduga mengalami IMS yang lain dengan jumlah dibawah 10 orang untuk tiap penyakit IMS, satu diantaranya AIDS. 300

4. Dari laporan PKM berdasarkan hasil pemeriksaan laboratorium selama bulan April hingga Juni 2013 ditemukan 12 orang positif gonore, 19 orang positif HIV, dan 61 orang suspect HIV. 5. Upaya pencegahan dan pengobatan: dari 179 orang PSK, 133 orang berobat ke RS/PKM dan dokter praktek, 3 orang mengobati sendiri dengan cara minum jamu, sisanya tidak ada keterangan. Upaya pencegahan dilakukan oleh lembaga-lembaga sosial dan Dinas Sosial berupa penyuluhan tentang penyakit IMS, ini pun kadang-kadang saja. DAFTAR PUSTAKA Arikunto,S (2009). Manajemen Penelitian. Rineka Cipta, Jakarta Departemen Kesehatan RI Pusdiknakes, (1997). AIDS dan Penanggulangannya Daili, (2009). Infeksi Menular Seksual. Penerbit FKUI, Jakarta The Ford Foundation dan Studio Driya Media, Jakarta. Harahap, M. (1990) Penyakit Menular Seksual, Gramedia, Jakarta Wikimedia Foundation. (2011). Penyakit menular seksual. http:/id. Wikipedia.org/wiki/Ensiklopedia Bebas, diunduh 26 Nopember 2011 Subadara, (2008). Strategi Pendekatan Dakwah Terhadap Pekerja Seksual Komersial Kota Surabaya. Jurnal Ilmu Dakwah, Vol16.No.1 Varney,H., J.M.Kriebs., C.L.Gregor. (2007), Buku Ajar Asuhan Kebidanan Volume I. EGC, Jakarta 301