HUBUNGAN PERAN ORANG TUA DENGAN KEBIASAAN MENCUCI TANGAN PADA ANAK PRASEKOLAH DI TAMAN KANAK-KANAK SIWI PENI GUNTUR DEMAK

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Masa kanak-kanak merupakan masa yang terpanjang dalam

HUBUNGAN PENGETAHUAN IBU DENGAN PERKEMBANGAN MOTORIK KASAR ANAK USIA 3-4 TAHUN DI POSYANDU BUDI LESTARI DESA TLOGOREJO GUNTUR DEMAK.

ABSTRAK. Kata Kunci : Tingkat pengetahuan, Dukungan keluarga Personal hygiene

Jurnal CARE, Vol. 3, No. 1, 2015

PENGARUH POLA ASUH IBU TERHADAP PERKEMBANGAN ANAK USIA 4-6 TAHUN ABSTRAK

BAB I PENDAHULUAN. merupakan generasi penerus bangsa. Middle childhood merupakan masa. usia tahun untuk anak laki-laki (Brown, 2005).

BAB I PENDAHULUAN. termasuk debu, sampah dan bau. Masalah kebersihan di Indonesia selalu

HUBUNGAN MOTIVASI IBU BALITA DENGAN PERILAKU HIDUP BERSIH DAN SEHAT (PHBS) Ati ul Impartina Program Studi D III Kebidanan STIKES Muhammadiyah Lamongan

LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING JURNAL

PENDAHULUAN. Herdianti STIKES Harapan Ibu Jambi Korespondensi penulis :

HUBUNGAN PENGETAHUAN HIPERTENSI DENGAN POLA HIDUP SEHAT LANSIA DI UNIT REHABILITASI SOSIAL PUCANG GADING SEMARANG ABSTRAK

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

Yulisetyaningrum ABSTRAK

HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP DENGAN PERILAKU MENCUCI TANGAN DENGAN BENAR PADA SISWA KELAS V SDIT AN-NIDA KOTA LUBUKLINGGAU TAHUN 2013

HUBUNGAN POLA ASUH DENGAN PERKEMBANGAN ANAK USIA PRASEKOLAH DI TK KARTIKA X-9 CIMAHI 2012

BAB 1 PENDAHULUAN. Organization/WHO), sekitar 2,2 juta orang meninggal dunia setiap tahunnya

BAB I PEDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN KEBIASAAN MENGGOSOK GIGI DENGAN KEJADIAN KARIES GIGI DI SDI DARUL MU MININ KOTA BANJARMASIN TAHUN 2017 ABSTRAK

HUBUNGAN KONDISI FASILITAS SANITASI DASAR DAN PERSONAL HYGIENE DENGAN KEJADIAN DIARE DI KECAMATAN SEMARANG UTARA KOTA SEMARANG.

BAB III METODA PENELITIAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN PENELITIAN

HUBUNGAN KEBIASAAN CUCI TANGAN DENGAN PERILAKU IBU DALAM PENCEGAHAN DIARE PADA BALITA DI PUSKESMAS GAMPING 1 YOGYAKARTA NASKAH PUBLIKASI

HUBUNGAN PENGETAHUAN ORANG TUA DENGAN PERILAKU HIDUP BERSIH DAN SEHAT (PHBS) PADA ANAK USIA 3-6 TAHUN DI DI DESA PLOSOWAHYU KAB LAMONGAN

BAB I PENDAHULUAN. memiliki kelembaban tinggi. Pedikulosis kapitis merupakan infestasi kutu kepala Pediculus

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

PENGETAHUAN IBU TENTANG PERKEMBANGAN PSIKOSEKSUAL ANAK DENGAN JENIS APE YANG DIBERIKAN PADA ANAK USIA 1-12 BULAN. Ihda Mauliyah ABSTRAK

HUBUNGAN PENGETAHUAN BIDAN TENTANG SDIDTK TERHADAP PELAKSANAAN SDIDTK DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS KECAMATAN KARANGANOM KLATEN

GAMBARAN PERKEMBANGAN SOSIAL DAN KEMANDIRIAN PADA ANAK PRASEKOLAH USIA 4-6 TAHUN DI TK AL- ISLAH UNGARAN BARAT

HUBUNGAN PERILAKU CUCI TANGAN PAKAI SABUN (CTPS) DENGAN KEJADIAN DIARE ANAK USIA SEKOLAH DI SDN 02 PELEMSENGIR KECAMATAN TODANAN KABUPATEN BLORA

PERILAKU PERSONAL HYGIENE PADA PEMULUNG DI TPA KEDAUNG WETAN TANGERANG

PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN TENTANG MENGGOSOK GIGI TERHADAP KEMAMPUAN MENGGOSOK GIGI PADA ANAK TK B

BAB II CUCI TANGAN PAKAI SABUN UNTUK CEGAH PENYAKIT

Volume 2 / Nomor 2 / November 2015 ISSN : PERILAKU MENCUCI TANGAN PADA ANAK SD NEGERI 3 GAGAK SIPAT BOYOLALI. Nur Hikmah

BAB I PENDAHULUAN. setinggi-tingginya guna tercapainya negara yang kuat (Ratna, 2011).

BAB I PENDAHULUAN. 1 Anak usia sekolah di Indonesia ± 83 juta orang (

EFEKTIFITAS TERAPI AROMA TERHADAP PENURUNAN SKALA NYERI DISMENOREA PADA REMAJA PUTRI DI SMA NEGERI 1 KABUN TAHUN 2015

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. meningkatkan kesehatan. Mulut bukan sekedar untuk pintu masuknya. menunjang kesehatan seseorang (Riyanti, 2005).

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN IBU TENTANG IMUNISASI DENGAN KEPATUHAN IBU DALAM PEMBERIAN IMUNISASI DASAR PADA BAYI DIPUSKESMAS CAWAS

DUKUNGAN SUAMI TENTANG PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF DI DESA KORIPAN KECAMATAN SUSUKAN

BAB I PENDAHULUAN. etika-moral. Perkembangan anak sangat penting untuk diperhatikan karena akan

BAB I PENDAHULUAN. terjadi pada bayi dan balita. United Nations Children's Fund (UNICEF) dan

BAB I PENDAHULUAN. yang sangat menekankan pada praktik-praktik kesehatan (Wong, 2009). Di dalam

HUBUNGAN SIKAP PENGELOLA WISATA TERHADAP UPAYA PEMELIHARAAN KESEHATAN LINGKUNGAN DI JUWANA WATER FANTASY (JWF)

BAB I PENDAHULUAN. Sehat dalam keperawatan anak adalah keadaan kesejahteraan yang optimal

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI IBU DALAM PEMBERIAN IMUNISASI HB 0 PADA BAYI BARU LAHIR DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS MEUREUDU KABUPATEN PIDIE JAYA

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PRAKTIK PENCEGAHAN PENYAKIT HIV DAN AIDS PADA ANAK JALANAN DI KOTA SEMARANG TAHUN 2007

BAB I PENDAHULUAN. diperlukan usia prasekolah antaralain mengenal warna, mengenal angka

PERSETUJUAN PEMBIMBING JURNAL HUBUNGAN PENGETAHUAN KELUARGA DENGAN PERILAKU HIDUP BERSIH DAN SEHAT KELURAHAN MOODU KECAMATAN KOTA TIMUR KOTA GORONTALO

HUBUNGAN DUKUNGAN KELUARGA DENGAN AKTUALISASI DIRI ANAK USIA PRASEKOLAH DI TK ABA 31 NGALIYAN SEMARANG

BAB I PENDAHULUAN. imunisasi, status gizi, dan penyakit infeksi pada anak. Faktor-faktor tersebut

PENGARUH PENYULUHAN TERHADAP TINGKAT PENGETAHUAN SISWA KELAS V SD TENTANG PERAWATAN GIGI

BAB I PENDAHULUAN. satu kebutuhan dasar manusia. Personal hygiene atau kebersihan diri

HUBUNGAN PENDIDIKAN ANAK USIA DINI DENGAN PERKEMBANGAN ANAK USIA 4-5 TAHUN DI DESA TAWANREJO BARENG KLATEN

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN IBU TENTANG KESEHATAN REPRODUKSI REMAJA DENGAN KESIAPAN ANAK MENGHADAPI MASA PUBERTAS

BAB I PENDAHULUAN. signifikan antara kebiasaan perilaku hidup bersih dan sehat dan kualitas

Kata kunci : pengetahuan, sikap ibu hamil, pemilihan penolong persalinan.

Kata kunci : Peran Keluarga Prasejahtera, Upaya Pencegahan ISPA pada Balita

ABSTRAK. Kata kunci: Peran ibu dalam pemenuhan kebutuhan dasar anak, perkembangan anak usia prasekolah

POLA ASUH DAN PERKEMBANGAN PERSONAL SOSIAL ANAK TODDLER. Triani Yuliastanti Novita Nurhidayati INTISARI

PEMBERIAN HEALTH EDUCATION MENINGKATKAN KEMAMPUAN MENCUCI TANGAN PADA ANAK PRASEKOLAH ABSTRAK

BAB I PENDAHULUAN. komplek dan heterogen yang disebabkan oleh berbagai etiologi dan dapat. berlangsung tidak lebih dari 14 hari (Depkes, 2008).

BAB I PENDAHULUAN. keberhasilan suatu negara, karena merupakan generasi penerus bangsa

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PERILAKU KESEHATAN GIGI MURID KELAS VI MADRASAH DINIYAH ISLAMIYAH MUHAMMADIYAH SEI KINDAUNG KOTA BANJARMASIN

Dadang Kusbiantoro Program Studi S1 Keperawatan STIKES Muhammadiyah Lamongan

PENGARUH PERILAKU IBU DALAM MEMBERIKAN MAKANAN PENDAMPING ASI TERHADAP STATUS GIZI BAYI USIA 7-12 BULAN. Kolifah *), Rizka Silvia Listyanti

Dinamika Kebidanan vol. 2 no 2. Agustus 2012

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. yang Mandiri, Maju, Adil dan Makmur, salah satu agenda riset nasional bidang

HUBUNGAN POLA ASUH ORANG TUA DENGAN PERKEMBANGAN MOTORIK HALUS ANAK USIA 5-6 TAHUN DI TK AISYIYAH BANJARMASIN ABSTRAK

Mila Harlisa*, Amirul Amalia**, Dadang K***

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN IBU DENGAN KETEPATAN WAKTU MELAKUKAN IMUNISASI PADA BAYI DI BPS SRI MARTUTI, PIYUNGAN, BANTUL, YOGYAKARTA

PERILAKU IBU DALAM MENGASUH BALITA DENGAN KEJADIAN DIARE

BAB I PENDAHULUAN. perlu dijaga, ditingkatkan dan dilindungi kesehatannya. Masa usia sekolah disebut

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Promotif, Vol.2 No.2 April 2013 Hal

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN REMAJA TENTANG KEPUTIHAN DENGAN KEJADIAN KEPUTIHAN DI SMK NEGERI 3 KABUPATEN PURWOREJO. Asih Setyorini, Deni Pratma Sari

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Secara demografi, lansia di Indonesia termasuk lima besar terbanyak

HUBUNGAN PERAN ORANG TUA DALAM PENCEGAHAN PNEUMONIA DENGAN KEKAMBUHAN PNEUMONIA PADA BALITA DI PUSKESMAS SEI JINGAH BANJARMASIN

BAB I PENDAHULUAN. di Indonesia adalah penyakit diare. Diare adalah peningkatan frekuensi buang air

Kesehatan Reproduksi Remaja Putri di SMA Negeri 2 Takengon

NASKAH PUBLIKASI. Disusun Oleh: ISNAINI FITRA UTAMI

HUBUNGAN PHBS TATANAN RUMAH TANGGA DENGAN KEJADIAN ISPA BALITA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS TEMON II KULON PROGO TAHUN 2012

BAB I PENDAHULUAN. dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud derajat. kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya (DepKes RI, 2009).

BAB I PENDAHULUAN. sehat,tidak bau, tidak menyebarkan kotoran atau menyebabkan penyakit

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN IBU TENTANG HYGIENE MAKANAN DENGAN KEJADIAN DIARE PADA BALITA DI PUSKESMAS JATIBOGOR TAHUN 2013

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. Tenggara sekitar dari jumlah penduduk setiap tahunnya.gastritis

HUBUNGAN STIMULASI ORANG TUA TERHADAP PERKEMBANGAN MOTORIK KASAR PADA ANAK PRASEKOLAH BERUSIA 4-5 TAHUN

PERSONAL HYGIENE DENGAN KEJADIAN PENYAKIT SKABIES PADA SANTRI WUSTHO (SMP) DI PESANTREN AL-FALAH BANJARBARU

GAMBARAN SIKAP CUCI TANGAN PAKAI SABUN PADA ANAK ANAK DI TPA SHOLIHAH KALURAHAN JOYOTAKAN SURAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. melindungi kesehatannya baik fisik, mental, spiritual, maupun sosial. Selain

Hubungan Pengetahuan dengan Sikap Ibu Hamil tentang Pemanfaatan Kelas Ibu Hamil di Desa Nagrak Kecamatan Cianjur Kabupaten Cianjur

PEMBIASAAN PERILAKU PERSONAL HYGIENE OLEH IBU KEPADA BALITA (USIA 3-5 TAHUN) DI KELURAHAN DERWATI

GAMBARAN TINGKAT PENGETAHUAN IBU TENTANG ASI EKSKLUSIF DI DESA BUTUH KECAMATAN TENGARAN KABUPATEN SEMARANG

BAB I PENDAHULUAN. investasi sumber daya manusia, serta memiliki konstribusi yang besar untuk

BAB I PENDAHULUAN. sesuai dengan perkembangannya (Hariweni, 2003). Anak usia di bawah lima tahun (Balita) merupakan masa terbentuknya

ABSTRAK GAMBARAN PENGETAHUAN ORANG TUA TENTANG ISPA DI PUSKESMAS PEKAUMAN BANJARMASIN

Eka Puspa Janurviningsih 1, Rina Suparyanti 2, Syaifuddin 3

HUBUNGAN ANTARA PERILAKU CUCI TANGAN DENGAN KEJADIAN DIARE PADA ANAK SD

GAMBARAN PERILAKU HIDUP BERSIH DAN SEHAT PADA ANAK USIA SEKOLAH DI SD NEGERI SUROKARSAN II YOGYAKARTA

Transkripsi:

HUBUNGAN PERAN ORANG TUA DENGAN KEBIASAAN MENCUCI TANGAN PADA ANAK PRASEKOLAH DI TAMAN KANAK-KANAK SIWI PENI GUNTUR DEMAK 1 Eka Puji Hastuti*Siti Aisah**, Budi Santosa*** ABSTRAK Peran aktif orangtua terhadap perkembangan sangat diperlukan pada saat mereka masih berada dibawah usia lima tahun. Peran aktif orangtua tersebut yang dimaksud adalah usaha langsung terhadap anak seperti membimbing, memberikan pengertian, mengingatkan, dan menyediakan fasilitas kepada anak. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan peran orang tua dengan kebiasaan mencuci tangan pada anak prasekolah di Taman Kanak-Kanak Siwi Peni Guntur Demak. Jenis penelitian ini adalah analitik dengan pendekatan cross sectional. Populasi dalam penelitian ini adalah semua anak di TK. Siwi Peni Guntur Demak sebanyak 64 orang. Teknik sampling yang digunakan adalah sampel jenuh. Berdasarkan hasil uji Chi-Square didapatkan nilai Continuity corection sebesar 20,631 dengan nilai p=0,000. Hal tersebut menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang bermakna antara peran orangtua dengan kebiasaan mencuci tangan pada anak prasekolah di TK Siwi Peni Guntur Demak. Diharapkan kepada orangtua agar menambah wawasan tentang prilaku hidup sehat pada anak sehingga dapat berperan aktif kepada anak-anaknya agar dapat melakukan kebiasaan mencuci tangan untuk kebersihan diri dengan cara menyediakan sarana-prasarana mencuci tangan, memberikan teladan dan memberikan pemahaman arti pentingnya kebersihan diri pada anak. Kata Kunci : Peran orangtua, Kebiasaan mencuci tangan 106 Vol. 4 No. 2 Oktober 2011 : 106-120

PENDAHULUAN asa kanak-kanak merupakan masa yang terpanjang dalam rentang kehidupan, saat dimana individu relatif tidak berdaya dan tergantung kepada orang lain. Masa kanak-kanak dibagi menjadi dua periode yang berbeda yaitu awal dan akhir masa kanak-kanak. Periode awal berlangsung dari umur dua sampai enam tahun dan periode dari akhir enam tahun sampai tiba saatnya anak matang secara seksual. Dengan demikian awal masa kanak-kanak dimulai sebagai penutup masa bayi,usia di mana ketergantungan secara praktis sudah dilewati, diganti dengan tumbuhnya kemandirian dan berakhir disekitar usia masuk sekolah dasar. Awal masa kanak-kanak merupakan masa yang ideal untuk mempelajari keterampilan tertentu dan dapat dianggap sebagai saat belajar untuk belajar keterampilan. Terdapat tiga alasan, Pertama, anak sedang mengulang-ulang dan karenanya dengan senang hati mengulang sesuatu aktifitas sampai mereka terampil melakukannya. Kedua, anak bersifat pemberani sehingga tidak terlambat oleh rasa takut kalau dirinya mengalami sakit atau diejek teman-tamannya sebagaimana ditakuti anak yang lebih besar. ketiga anak balita mudah dan cepat belajar karena tubuh mereka masih sangat lentur dan keterampilan yang dimiliki baru sedikit sehingga keterampilan yang baru dikuasai tidak mengganggu keterampilan yang ada (Hurlock, 2000). Anak belajar dan diajar oleh lingkungan mengenai bagaimana ia harus bertingkah laku yang baik dan tidak baik, lingkungan dapat berarti orangtua, guru, dan teman-temannya. Tahun pertama kehidupan seorang anak sepenuhnya tergantung orangtua untuk memperkembangkan kehidupan moral anak (Gunarso, 2006) Peran aktif orangtua terhadap perkembangan sangat diperlukan pada saat mereka masih berada dibawah usia lima tahun. Peran aktif orangtua tersebut yang dimaksud adalah usaha langsung terhadap anak seperti membimbing, memberikan

pengertian, mengingatkan, dan menyediakan fasilitas kepada anak serta peran lain yang lebih penting adalah dalam menciptakan lingkungan rumah sebagai lingkungan sosial yang dialami oleh anak, melalui pengamatannya terhadap tingkah laku secara berulang-ulang, anak ingin menirunya dan kemudian menjadi ciri kebiasaan atau kepribadiannya. ucapan dan tingkah laku atau perilaku orang tua yang konsisten,anak memperoleh perasaan aman, mengetahui apa yang di harapkan dari hubungan anak, serta membangun pengertian antara yang jelas tentang apa yang benar dan apa yang salah (Suherrman, 2000) Perilaku erat hubungannya dengan kesehatan, tingkat kesehatan, keselamatan, serta kehidupan seseorang banyak ditentukan oleh faktor perilaku.perilaku seseorang dibidang kesehatan dapat timbul berdasarkan atas kebiasaan-kebiasaan kesehatan, kebiasaan kesehatan terbentuk pada masa kanakkanak dibawah pengaruh sikap dan tingkah laku orang tua sebelum anak mulai mengalami makna yang sebenarnya dalam hubungan dengan kepercayaan kesehatan serta keselamatan dirinya (Suryani, 2008). Perilaku hidup sehat merupakan perilaku yang berkaitan dengan upaya atau kegiatan seseorang untuk memperhatikan dan meningkatkan kesehatannya yang meliputi makanan dengan menu seimbang, olah raga teratur, istirahat cukup, kebersihan diri, mencuci kaki sebelum tidur atau mencuci tangan sebelum makan, dan menggosok gigi sebelum tidur (Notoatmodjo, 2003). Meski mencuci tangan dengan sabun telah dilakukan banyak orang, namun baru sedikit yang melakukan aktivitas tersebut pada saat-saat penting, seperti setelah menggunakan toilet, setelah membersihkan kotoran anak, dan sebelum menangangi makanan. Sebagaimana diketahui bahwa mencuci tangan dengan air dan sabun terutama pada saat-saat penting, yaitu setelah buang air dan sebelum memegang makanan membantu mengurangi risiko terkena diare lebih dari 40 persen dan infeksi saluran pernapasan hampir 25 persen (Cochrane Library Journal, 2007). 108 Vol. 4 No. 2 Oktober 2011 : 106-120

Cuci tangan dengan sabun merupakan cara sederhana dan murah untuk menahan virus ISPA dan pandemi flu. Kajian terhadap 51 riset di Inggris yang dipublikasikan dalam British Medical Journal 2007 menguatkan hal tersebut. Disebutkan bahwa cuci tangan lebih efektif dibanding obat dan vaksin untuk menghentikan flu. (Cochrane Library Journal, 2007) Puluhan penyakit yang ditularkan lewat tangan yang kotor bisa dicegah dengan cuci tangan. Diare sendiri telah membunuh dua juta anak balita setiap tahun dan menjadi penyebab kematian balita nomor dua. Angka itu sebenarnya bisa diturunkan hingga separuh jika kita mengajarkan kebersihan diri sejak dini dengan membiasakan cuci tangan dengan sabun. (Handrawan Nadesul, 2007 Data dari Taman Kanak-kanak (TK) Siwi Peni untuk mengetahui kebiasaan anak yang berjumlah 64 diperoleh data bahwa anak yang jarang mencuci tangan 18,75%, mencuci tangan 28,12% yang tidak sama sekali 31,25%, dan disaat ada pemeriksaan anak didik yang tidak mau ataupun tidak hadir berjumlah 21,88%. Kebiasaan buruk dengan tidak mencuci tangan atau jarang mencuci tangan ini menyebabkan gangguan pada pencernaan anak. Tercatat pada Bulan Mei 2010, terdapat 7 anak yang tidak masuk sekolah karena sakit. Berdasarkan surat keterangan dokter yang ditujukan ke sekolah sebagai surat ijin tidak masuk, 3 diantaranya menderita sakit diare. Hasil survey awal dan wawancara dengan anak PraSekolah di TK SIWI PENI enam diantara 64 anak didik yang diwawancarai mengatakan bahwa dua diantaranya menyatakan cuci tangan sebelum makan, dua diantaranya mengatakan mencuci tangan setelah bermain saja dan dua diantaranya mengatakan tidak mencuci tangan sebelum makan.sedangkan enam ibu dari 64 orang tua yang diwawancarai mengatakan bahwa dua diantaranya mengatakan bahwa ibu telah mengajarkan dan mengingatkan cuci tangan. Sementara 4 diantaranya tidak terlalu memperhatikan anak untuk melakukan cuci tangan terutama setelah bermain dan kemudian memegang makanan. Disini menunjukkan bahwa peran orang tua masih sangat kurang dalam memberikan bimbingan

kepada anak-anaknya untuk melakukan kebiasaan mencuci tangan. Orang tua anak disini hanya menekankan melakukan cuci tangan ketika anak mau makan saja, sementara kebiasaan bermain anak dengan memegang segala macam bentuk permainan kurang mendapat perhatian. METODOLOGI PENELITIAN Desain yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif korelasi yaitu penelitian yang dilakukan untuk melihat hubungan antara variabel satu dengan variabel lain. Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah cross sectional yaitu melalui pengukuran data variabel bebas dan variabel terikat dilakukan pada penentuan waktu secara bersama (Notoatmodjo, 2002).Populasi yang dimaksud dalam penelutian ini adalah semua siswa di TK. Siwi Peni Guntur Demak sebanyak 64 anak dengan teknik sampling jenuh. Teknik analisis data menggunakan chi square. HASIL PENELITIAN TK Siwi Peni adalah salah satu TK bagi pendidikan anak-anak prasekolah yang ada di Wilayah Guntur Kabupaten Demak yang dikelola oleh tiga orang pengajar yang salah satunya juga merangkap sebagai kepala sekolah. TK ini terbagi dalam dua kelas yaitu TK 0 Besar dan TK 0 Kecil. Terdapat satu ruangan kecil untuk pengajar dan satu ruangan untuk kelas sehingga pada TK Siwi Peni ini hanya terdapat satu ruangan kelas yang digunakan secara bergantian. TK 0 kecil berangkat pagi dan TK 0 besar berangkat lebih siang setelah TK 0 Kecil telah usai. Tabel 4.1 Distribusi responden berdasarkan jenis kelamin dan umur di TK Siwi Peni Guntur Demak Bulan Juli Tahun 2010 Karakteristik Frekuensi Persentase (%) Jenis kelamin Laki-laki Perempuan Umur 4 tahun 5 tahun 31 33 48,4 51,6 35 54,7 29 45,3 Jumlah 64 100 110 Vol. 4 No. 2 Oktober 2011 : 106-120

Berdasarkan Tabel 4.4 dapat diketahui bahwa sebagian besar responden berjenis kelamin perempuan yaitu sebanyak 33 anak (51,6%) dan yang berjenis kelamin laki-laki sebanyak 31 anak (48,4%). Umurresponden yang terbanyak adalah pada umur 4 tahun yaitu 35 anak (54,7%), dan yang beumur 5 tahun sebanyak 29 orang (45,3%). Tabel 4.2 Distribusi responden berdasarkan peran orangtua di TK Siwi Peni Guntur Demak Bulan Juli Tahun 2010 Peran orangtua Frekuensi Persentase (%) Peran tidak baik Peran baik 31 33 48,4 51,6 Jumlah 64 100 Berdasarkan Tabel 4.2 dapat diketahui bahwa peran orangtua sebagian besar adalah dalam kategori peran baik yaitu sebanyak 33 orang (51,6%). Sementara itu peran orangtua yang dalam kategori tidak baik sebanyak 31 orang (48,4%). Tabel 4.3 Distribusi responden berdasarkan kebiasaan mencuci tangan di TK Siwi Peni Guntur Demak Bulan Juli Tahun 2010. Kebiasaan mencuci tangan Frekuensi Persentase (%) Kebiasaan tidak baik Kebiasaan baik 19 45 29,7 70,3 Jumlah 64 100 Berdasarkan Tabel 4.3 di atas dapat diketahui bahwa sebagian besar kebiasaan mencuci tangan anak adalah dalam kategori kebiasaan baik yaitu sebanyak 45 orang (70,3%), sementara untuk kebiasaan mencuci tangan tidak baik terdapat 19 anak (29,7%).

Tabel 4.4 Hubungan peran orangtua dengan kebiasaan mencuci tangan pada anak TK Siwi Peni Guntur Demak Kebiasaan mencuci tangan Peran Kebiasaan orantua tdk baik Peran tidak 18 baik Peran baik 1 % Kebias % P Total % X 2 aan value baik 58,1 13 41,9 31 3,0 32 97,0 33 Jumlah 19 29,7 45 70,3 64 100 100 20,631 0,000 100 Berdasarkan tabel di atas bahwa responden yang peran orangtuanya tidak baik sebagian besar kebiasaan mencuci tangan pada anak adalah dalam kategori tidak baik yaitu sebanyak 18 orang (58,1%). Responden yang peran orangtuanya baik sebagian besar kebiasaan mencuci tangan anaknya dalam kategori baik pula yaitu sebanyak 32 orang (97,0%). Berdasarkan hasil uji Chi-Square didapatkan nilai Continuity corection sebesar 20,631 dengan nilai p=0,000 (< (0,05)). Hal tersebut menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang bermakna antara peran orangtua dengan kebiasaan mencuci tangan pada anak prasekolah di TK Siwi Peni Guntur Demak. PEMBAHASAN Berdasarkan hasil penelitian, didapatkan bahwa sebagian besar peran orangtua adalah dalam kategori peran baik yaitu sebanyak 51,6%. Hal ini menunjukkan bahwa orangtua banyak memberikan peran terhadap kebiasaan anak dalam mencuci tangan. Peran yang diberikan ini dilakukan dengan berbagai macam cara seperti memberi teladan, menyediakan fasilitas dan menyuruh anak. Namun demikian masih ditemukan peran orang tua yang tidak baik. Hal ini dimungkinkan karena orangtua memiliki kesadaran yang rendah terhadap perilaku hidup sehat yang dipraktekkan oleh anaknya. Orangtua kurang memberikan 112 Vol. 4 No. 2 Oktober 2011 : 106-120

perhatian terhadap dampak kesehatan bagi anak. Sebagaimana diketahui bahwa responden penelitian adalah warga desa dengan kesadaran yang rendah berkaitan dengan kebersihan dan kesehatan. Para orangtua seringkali mempraktekkan kebiasaan lama mereka yaitu bermain bebas dengan alam namun jarang ada penyakit yang menghinggapi dirinya dan ini dipraktekkan terhadap anak-nakanya. Hasil penelitian yang dilakukan oleh Ulfa (2008) menunjukkan bahwa peran orangtua memberikan pengaruh terhadap perilaku hidup bersih dan sehat pada anak. Peran orangtua sendiri sangat dipengaruhi oleh tingkat pendidikan dan pengetahuan yang menjadikan baik atau buruknya perilaku orangtua dalam menanamkan perilaku PHBS pada anak Sebagaimana diketahui bahwa peran orang tua adalah seperangkat tingkah laku dari kedua orang tua yaitu ayah dan ibu dalam bekerja sama dan bertanggung jawab berdasarkan keturunannya sebagai tokoh panutan anak semenjak terbentuknya pembuahan secara konsisten terhadap stimulus tertentu, baik berupa bentuk tubuh maupun sikap moral dan spiritual serta emosional yang mandiri. Baik dan buruknya peran orang tua ini juga akan dipengaruhi oleh faktor kelas sosial, dimana didalam faktor kelas sosial ini terdapat unsur-unsur pendidikan, pekerjaan dan penghasilan. Pendapatan atau finansial akan mempengaruhi status ekonomi, dimana dengan pendapatan yang lebih besar memungkinkan lebih bisa terpenuhinya kebutuhan, sehingga yang ada di masyarakat bahwa semakin tinggi status ekonomi seseorang maka akan semakin tinggi pula kelas sosialnya (Notoatmodjo, 2003). Hal ini akan berpengaruh terhadap peran orangtua dalam mendidikan dan mengasuh anak-anaknya tidak terkecuali dalam kaitannya dengan peran untuk membiasakan anak mencuci tangan dengan benar. Sementara itu dengan keadaan kelaurga dengan status ekonomi kurang, maka peran orangtua akan cenderung bersifat tradisional dalam pandangannya terhadap pengasuhan anak. Pada status ekonomi kurang ini orangtua lebih memberikan penekanan yang lebih besar pada kehormatan, kepatuhan, kebersihan dan disiplin. Sementara pada status ekonomi menengah ke

atas, lebih menitikberatkan pada pengembangan pengendalian kekuatan sendiri dan kemandirian prinsip perkembangan dan psikologi dengan orangtua dan anak (Besmer dalam Friedmen, 1998). Berkaitan dengan hasil penelitian tersebut di atas maka peneliti berpendapat bahwa peran orangtua akan memberi dampak yang besar terhadap pertumbuhan dan perkembangan terutama mental anak. Peran orangtua yang diwujudkan dalam bentuk tingkah laku dan teladan akan lebih dapat diterima oleh anak sebagai masa perkembangan dan akan membentuk kemandirian secara utuh pada anak. Berdasarkan hasil penelitian, didapatkan bahwa sebagian besar kebiasaan mencuci tangan anak adalah dalam kategori kebiasaan baik yaitu sebanyak 70,3%. Hal ini menunjukkan bahwa anak-anak di TK Siwi Peni Guntur Demak telah mempunyai kebiasaan mencuci tangan dengan baik. Kebiasaan mencuci tangan ini sudah ditanamkan kepada anak oleh orangtuanya, selain itu disekolah TK guru juga memberikan arahan dan pengertian kepada anak tentang arti pentingnya kebersihan diri yang salah satunya adalah dengan melakukan kebiasaan mencuci tangan. Kebiasaan mencuci tangan terkadang sering dianggap hal yang biasa oleh masyarakat pada umumnya. Namun kemudian, kebiasaan ini menjadi sering terabaikan. Padahal, begitu besar arti dan manfaat cuci tangan bagi kesehatan masyarakat. Hal ini dimaksudkan karena tanganlah bagian tubuh kita yang paling banyak kontak dengan benda-benda lain. Padahal tangan ini kemudian bisa berhubungan dengan mulut saat makan, memegang mata atau hidung, yang semuanya sangat beresiko terhadap kesehatan. Pada tangan ini mungkin menempel kuman dan bakteri yang dapat menyebabkan penyakit-penyakit tertentu, misalnya diare, muntah, bahkan typhus. Beberapa penyakit tersebut kebanyakan memang menular melalui tangan. Untuk mengatasi kuman insiden inilah dibutuhkan pengertian akan pentingnya kebiasaan mencuci tangan oleh siapapun termasuk pada anak-anak. Bukan hanya sekedar mencuci tangan saja melainkan juga menggunakan sabun dan dilakukan di bawah air yang mengalir. 114 Vol. 4 No. 2 Oktober 2011 : 106-120

Upaya kebersihan diri yang salah satunya adalah kebiasaan mencuci tangan pada anak tidak terlepas dari upaya pendidikan secara keseluruhan dan pendidikan kesehatan khususnya. Upaya kebersihan diri ini merupakan penanaman sikap hidup bersih dan sehat sejak dini (Ananto, 2006). Usaha untuk mencapai hidup bersih dan sehat yang ditandai dengan adanya kebiasaan mencuci tangan pada anak prasekolah merupakan usaha awal yang diterapkan oleh baik orangtua atau keluarga dan didorong oleh lingkungan baik lingkungan rumah maupun lingkungan sekolah melalui pendidik. Melatih anak untuk hidup bersih dan sehat sejak dini ini nantinya akan memudahkan anak dalam melakukan kebiasaan hidup bersih dan sehat sampai dewasa. \Berkaitan dengan hal di atas maka peneliti berpendapat bahwa perilaku anak yang menerapkan kebiasaan mencuci tangan akan dapat terjadi karena adanya usaha dari orangtua untuk membiasakan anak mencuci tangan. Kebiasaan mencuci tangan yang dilakukan anak akan dapat terjadi dengan berbagai cara yang dapat dilakukan oleh orangtua untuk yaitu membiasakan anak cuci tangan seperti dengan memberikan keteladanan serta menyiapkan sarana dan prasarana untuk mencuci tangan serta pendidikan dan pemahaman pentingnya kesehatan bagi anak. Berdasarkan hasil penelitian, didapatkan bahwa sebagian besar responden yang peran orangtuanya dalam kategori baik diketahui bahwa sebagian besar kebiasaan mencuci tangannya juga baik yaitu sebanyak 97,0%. Berdasarkan hasil uji statistik dengan menggunakan uji Chi Square didapatkan nilai p sebesar 0,000. Hal ini menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang bermakna antara peran orangtua dengan kebiasaan mencuci tangan pada anak prasekolah di TK Siwi Guntur Demak. Peran orang tua sangat diperlukan dalam membimbing, memberikan pengertian, mengingatkan dan menyediakan fasilitas kepada anak agar anak dapat membiasakan cuci tangan. Selain itu orang tua juga mempunyai peran yang cukup besar di dalam pengawasan anak dalam melakukan cuci tangan. Pengetahuan

orang tua sangat penting dalam mendasari terbentuknya perilaku yang mendukung atau tidak mendukung sikap tersebut. Pengetahuan tersebut dapat diperoleh secara alami maupun secara terencana yaitu melalui proses pendidikan orang tua dengan pengetahuan rendah mengenai perilaku cuci tangan merupakan faktor predisposisi dari perilaku yang tidak mendukung tercapainya kebiasaan cuci tangan pada anak (Riyanti, 2008). Hasil penelitian ini mendukung penelitian yang dilakukan oleh Amalia (2009), yang meneliti tentang hubungan kareakteristik orangtua dengan PHBS pada anak. Dalam penelitian ini secara keseluruhan karakteristik orangtua yang meliputi pendidikan, pekerjaan dan pendapatan memberikan pengaruh terhadap perilaku PHBS pada anaknya. Menerapkan perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS) merupakan langkah ampuh untuk menangkal penyakit. Namun dalam praktiknya, penerapan PHBS yang kesannya sederhana namun tidak selalu mudah dilakukan. Terutama bagi mereka yang tidak terbiasa. Dalam hal ini, pendidikan dari keluarga sangat dibutuhkan. PHBS mencakup pemeliharaan kebersihan dan kesehatan diri. Diantaranya meliputi kebiasaan mandi, keramas, dan gosok gigi secara benar dan teratur, konsumsi makanan bergizi seimbang, serta istirahat teratur. Konsep PHBS memang sederhana. Namun, penerapannya kadang sulit dilakukan. PHBS mencakup kebiasaan-kebiasaan yang harus dilakukan setiap saat. Dalam hal ini, pendidikan dalam keluarga memegang peran penting. Terutama pendidikan orang tua kepada anak-anaknya mengingat sebagian besar kebiasaan merupakan pola perilaku yang terbentuk sejak masa kanak-kanak. Dalam hal ini, orang tua harus mampu menjadi teladan yang baik bagi anak-anaknya. Hal ini didasari fakta bahwa seorang anak adalah peniru ulung. Mereka belajar berperilaku sebagaimana perilaku orang-orang di sekitarnya. Orang tua sebagai orang yang terdekat dengan anak, sudah tentu menjadi sosok yang mereka tiru. Selain memberi teladan, orang tua juga harus mengajarkan konsep PHBS serta memastikan anak-anak menerapkannya. Selain itu, orang tua juga harus menyediakan sarana yang memungkinkan PHBS dapat diterapkan oleh seluruh anggota keluarga. Berkaitan 116 Vol. 4 No. 2 Oktober 2011 : 106-120

untuk keperluan mandi dan cuci tangan, misalnya, ketersediaan air bersih dan sabun mutlak diperlukan. Keluarga merupakan lingkungan yang pertama dan utama bagi pembentukan kepribadian anak. Dalam hal ini, peran itu sangat menentukan dalam mendidik anak. Ibu merupakan orang pertama kali dijumpai seorang anak dalam kehidupannya. Karena itu, segala perilaku, cara mendidik anak, dan kebiasaannya dapat dijadikan contoh bagi anaknya, biasanya timbul sikap ketergantungan anak lebih kepada ibunya daripada kepada ayahnya, hal ini dikarenakan ibu dengan kasing saying dan kelembutan serta frekuensi kebersamaan antara ibu dan anak lebih banyak dari pada ferkuensi kebersamaan antara ayah dengan anak. Demikian juga dalam menanamkan pengetahuan mengenai pentingnya cuci tangan, sebagian orang tua memang tampak mampu menjaga dengan baik perilakunya dimana yang demikian itu dapat memeri pengaruh yang positif terhadap perilaku anak. Anak akan mempunyai kesadaran dan kebiasaan yang telah terpatenkan dari kecil terhadap kebiasaan hidup bersih dan sehat terutama kebiasaan mencuci tangan dalam setiap selesai melakukan aktivitas tertentu. Hal ini akan terbawa sampai anak menjadi dewasa karena anak akan merasa risih apabila apabila ada sesuatu yang bersifat kotor menempel pada dirinya Cuci tangan merupakan salah satu kebiasaan yang tercakup dalam PHBS adalah cuci tangan. Meski terkesan sepele, cuci tangan memiliki manfaat besar. Menurut praktisi kesehatan dr Handrawan Nadesul, setidaknya ada 20 jenis penyakit yang bisa dicegah hanya dengan membiasakan diri mencuci tangan secara benar (Aldi, 2009). Berkaitan dengan hasil penelitian ini maka peneliti berpendapat bahwa peran orangtua mutlak dibutuhkan untuk terbentuknya kebiasaan perilaku hidup bersih dan sehat pada anak terutama adalah kebiasaan mencuci tangan. Semakin baik peran orangtua terutama dengan pemberian keteladanan, pendidikan pentingnya kesehatan dan serta ketersediaan sarana prasaranan penunjang maka

akan semakin baik pula kebiasaan anak untuk menerapkan PHBS terutama adalah kebiasaan untuk mencuci tangan dalam setiap selesai melakukan aktivitas. Keterbatasan pada penelitian ini terletak pada jumlah sampel yang terlalu kecil sehingga hasil penelitian ini tidak dapat digunakan untuk acuan pada penelitian yang berskala lebih besar. Selain itu, peran orangtua dalam penelitian ini hanya ditunjukan kepada ibu saja, sementara peran ayah tidak diteliti dalam penelitian ini sehingga tidak dapat menggambarkan peran orangtua secara lebih detail. Keterbatasan lain adalah tidak dimasukkannya keteladanan orangtua dalam kuesioner peran orangtua sehingga tidak dapat mengukur peran orangtua dari segi keteladanan. PENUTUP Beradasarkan analisis hasil penelitian dan pembahasan, maka disimpulkan bahwa sebagian besar peran orangtua terhadap kebiasaan mencuci tangan pada responden penelitian adalah dalam kategori peran baik yaitu sebanyak 51,6%. sebagian besar kebiasaan mencuci tangan anak dalam kategori baik yaitu sebanyak 70,3%. terdapat hubungan yang bermakna antara peran orangtua dengan kebiasaan mencuci tangan pada anak prasekolah di TK Siwi Peni Guntur Demak dengan nilai p = 0,000 (P<0,05). Diharapkan kepada para pendidikan untuk memberikan perhatian dengan menanamkan perilaku hidup bersih dan sehat kepada anak didiknya yang salah satu caranya dapat dengan melakukan pemeriksaan kebersihan diri anak seperti kuku, rambut, kulit dan sebagainya. Hasil penelitian ini juga diharapkan dapat menambah wawasan orangtua sehingga dapat selalu berperan aktif kepada anak-anaknya agar dapat melakukan kebiasaan mencuci tangan untuk kebersihan diri dengan cara menyediakan saranaprasarana mencuci tangan, memberikan teladan dan memberikan pemahaman arti pentingnya kebersihan diri pada anak. Perawat juga hendaknya dapat berperan aktif dengan bekerja sama dengan pihak sekolah melakukan penyuluhan PHBS secara rutin dan terprogram. 118 Vol. 4 No. 2 Oktober 2011 : 106-120

1 EkaPuji Hastuti: Mahasiswa Program Studi S1 Keperawatan Fikkes Universitas Muhammadiyah Semarang 2. Ns. Siti Aisah: Dosen Kelompok Keilmuan Keperawatan Komunitas Fakultas Keperawatan dan Kesehatan Universitas Muhammadiyah Semarang 3. Budi Santosa,: Dosen Kelompok Keilmuan Keperawatan Komunitas Fakultas Keperawatan dan Kesehatan Universitas Muhammadiyah Semarang KEPUSTAKAAN Amalia, Imanda. (2009). Hubungan kareakteristik orangtua dengan phbs pada anak di Kampung Jebres kota Surakarta. Universitas Muhammadiyah Surakarta Arikunto, S. (2002). Prosedur penelitian suatu pendekatan praktek. Jakarta : Rineka Cipta. Depkes RI (1990). Pusat penyuluhan kesehatan masyarakat. Jakarta : Depkes RI. (1997). Buku panduan menejemen penyuluhan kesehatan masyarakat tingkat propinsi. Jakarta : Depkes RI. Dinkes Propinsi Jateng (2000). Program pembinaan perlaku hidup bersih sehat tatanan rumah tangga. Semarang : Dinkes Propinsi Jateng Frendman, M. (1998). Keperawatan keluarga : Teori praktek. Edisi ketiga. Jakarta : Salemba Medika. Gunarsa, S. (2006). Psikologi perkembangan anak dan remaja. Cetakan 12. Jakarta : Gunung Mulia. Hidayat, A.A. (2008). Pengantarilmu keperawatan anak. Cetakan ketiga. Jakarta Salemba Medika. Maulani, dkk. (2005). Panduan ornag tua dalam merawat dan menjaga kesehatan gigi bagi anak-anaknya. Jakarta : Gramedia. Notoatmodjo, S. (2003). Ilmu kesehatan masyarakat : Prinsip-prinsip dasar. Jakarta : Rineka Cipta. (2003). Pendidikan dn perilaku kesehatan. Jakarta : PT. Rineka Cipta. (2005). Metodologi penelitian kesehatan. Edisi Revisi. Jakarta : Rineka Cipta. (2005). Promosi kesehatan teori dan aplikasi. Cetakan pertama. Jakarta : PT. Rineka Cipta.

Patmonodewo, S. (2003). Pendekatan anak prasekolah. Cetakan kedua. Jakarta : PT. Rineka Cipta. Rice. (1999). Keluarga dalam pertumbuhan dan perkembangan anak. Bandung: Prioner Jaya. Riyanti, E. (2008). Pengenalan dan perawatan kesehatan gigi anak sejak dini. http://www.google.co.id Soetjiningsih (1995). Tumbuh kembang anak. Jakarta :EGC. Sugiyono (2007). Statistika untuk penelitian. Bandung : CV ALFABETA. Tietjen, L. B., D. Mcintos, N, (2004). Panduan pencegahan infeksi. Jakarta : Yayasan Bina Pustaka Sarwono PRawirohardjo. Ulfah, I.M. (2008). Prilaku hidup bersih dan sehat, pengetahuan gizi dan pola asuh kaitannya dengan diare anak balita, di desa cikarawang bogor. Institut Pertanian Bogor Widnaningsih (2005). Peran orang tua bagi anak. http://www.pikiranrakyat.com/anak Wong, L. D (2009). Buku ajar keperawatan pediatrik. Jakarta : EGC. 120 Vol. 4 No. 2 Oktober 2011 : 106-120