BAB II LANDASAN TEORITIS A. Rentabilitas ( Profitabilitas ) 1. Pengertian Rentabilitas Menurut Harmono ( 2011 : 167 ) menyatakan : Rentabilitas adalah gambaran fundamental perusahaan yang ditinjau dari tingkat efisiensi dan efektivitas operasi perusahaan dalam memperoleh laba. Tingkat Rentabilitas yang sehat merupakan salah satu tujuan setiap bank, karena Rentabilitas digunakan sebagai alat untuk mengukur seberapa besar kemampuan manajemen dalam menghasilkan laba atas asset-aset yang ditanamkan dalam perusahaan tersebut dan juga menunjukkan kemampuan manajemen dalam menekan biaya operasionalnya. Istilah Rentabilitas dengan istilah profitabilitas mempunyai pengertian dan maksud yang sama yaitu berhubungan dengan perusahaan untuk memperoleh laba pada suatu periode tertentu. 2. Pengukuran Rentabilitas Tingkat rentabilitas yang mencerminkan kemampuan bank dalam menghasilkan laba akan tergantung pada kemampuan manajemen bank dalam mengelola asset dan liabilities yang akan secara kualitatif dapat 7
dinilai dengan beberapa indikator, menurut Lukas ( 2008 : 256 ) pengukuran Rentabilitas yaitu: 1) Return On Asset (ROA) Rasio ini untuk mengukur tingkat keefektifan manajemen dalam menghasilkan laba dengan asset yang tersedia. Rumus untuk mencari Return On Asset sebagai berikut : Net Income Retun On Asset = x 100% Total Asset 2) Return On Equity Capital (ROE) Rasio ini untuk mengukur kemampuan manajemen bank dalam mengelola capital yang ada untuk mendapatkan net income. Rumus untuk mencari Return On Equity sebagai berikut : Net Income Return On Equity = x 100% Equity Capital 3) Net Profit Margin (NPM) Rasio ini untuk mengukur kemampuan bank dalam menghasilkan net income dari kegiatan operasi pokoknya. 8
Rumus untuk mencari Net Profit Margin sebagai berikut : Net Income Net Profit Margin = x 100% Operating Income B. Likuiditas (LDR) 1. Pengertian Likuiditas Menurut Boy Leon & Sonny Ericson ( 2011 : 76 ) tentang Rasio Likuiditas, menyatakan bahwa : Rasio Likuiditas merupakan rasio untuk mengukur kemampuan bank dalam memenuhi kewajiban jangka pendeknya pada saat ditagih. Dengan kata lain, dapat membayar kembali pencairan dana deposannya pada saat ditagih serta dapat mencukupi permintaan kredit yang telah diajukan. Semakin besar rasio ini semakin likuid. 2. Pengukuran Likuiditas (LDR) Loan to Deposit Ratio (LDR) merupakan rasio untuk mengukur komposisi jumlah kredit yang diberikan dibandingkan dengan jumlah dana masyarakat dan modal sendiri yang digunakan. Loan to Deposit Ratio (LDR) menyatakan seberapa jauh kemampuan bank dalam membayar kembali penarikan dana yang dilakukan nasabah dengan mengandalkan kredit yang diberikan sebagai sumber likuiditasnya. 9
Sedangkan menurut Dendawijaya ( 2005 : 116 ) Loan to Deposit Ratio (LDR) merupakan rasio antara seluruh jumlah kredit yang diberikan bank dengan dana yang telah diterima oleh bank.. Rumus untuk mencari Loan to Deposit Ratio sebagai berikut : Total Loan Loan to Deposit Ratio = x 100% Total Deposit + Equity Toleransi LDR ( Loan to Deposit Ratio ) oleh Bank Indonsia yaitu antara 89% sampai dengan 115%. ( Taswan, 2010 : 265) C. Permodalan Bank Menurut Dahlan Siamat ( 2008 : 99 ) penggunaan modal bank dimaksudkan untuk memenuhi segala kebutuhan guna menunjang kegiatan operasi bank. Jumlah modal dianggap tidak mencukupi apabila tidak memenuhi maksud-maksud tersebut. Namun dalam prakteknya menetapkan berapa besarnya jumlah wajar kebutuhan modal suatu bank adalah tugas yang cukup kompleks. Modal merupakan faktor penting dalam upaya mengembangkan suatu bank. 1. Pengertian Modal Bank Pengertian modal bank menurut Kasmir ( 2011 : 271) dimana bank memiliki modal yang dapat digunakan untuk berbagai hal. Hanya saja dalam berbagai hal ( seperti modal pelengkap ), modal 10
yang dimiliki oleh bank sedikit berbeda dengan yang dimiliki perusahaan lain. Dalam praktiknya, modal terdiri dari dua macam, yaitu modal inti dan modal pelengkap. Modal inti merupakan modal sendiri yang tertera dalam posisi ekuitas, sedangkan modal pelengkap merupakan modal pinjaman dan cadangan revaluasi aktiva secara cadangan penyisihan penghapusan aktiva produktif. Menurut Dendawijaya (2005 : 38) modal inti terdiri dari : a. Modal disetor Modal disetor adalah modal yang telah disetor secara efektif oleh pemiliknya. b. Agio saham Agio saham adalah selisih lebih setoran modal yang diterima oleh bank sebagai akibat dari harga saham yang melebihi nilai nominalnya. c. Cadangan umum Cadangan umum merupakan cadangan yang diperoleh dari penyisihan laba yang ditahan atau dari laba bersih setelah dikurangi pajak. d. Cadangan tujuan Cadangan tujuan merupakan bagian laba setelah dikurangi pajak yang telah disisihkan untuk tujuan tertentu. e. Laba ditahan Laba ditahan merupakan saldo laba bersih setelah diperhitungkan pajak dan telah diputuskan RUPS untuk tidak dibagikan. 11
f. Laba tahun lalu Laba tahun lalu merupakan seluruh laba bersih tahun lalu setelah diperhitungkan pajak. g. Rugi tahun lalu Rugi tahun lalu merupakan kerugian yang telah diderita pada tahun lalu. h. Laba tahun bejalan Laba tahun berjalan merupakan laba yang telah diperoleh dalam tahun buku berjalan setelah dikurangi taksiran utang pajak. i. Rugi tahun berjalan Rugi tahun berjalan merupakan rugi yang telah diderita dalam tahun buku yang sedang berjalan. dari: Menurut Dahlan Siamat ( 2008 : 103 ) Modal pelengkap terdiri a. Cadangan revaluasi aktiva tetap Cadangan revaluasi aktiva tetap merupakan cadangan yang dibentuk dari selisih penilaian kembali dari aktiva tetap yang dimiliki bank. b. Penyisihan penghapusan aktiva produktif Penyisihan penghapusan aktiva produktif merupakan cadangan yang dibentuk dengan cara membebankan laba rugi tahun berjalan dengan maksud untuk menampung kerugian yang mungkin timbul sebagai akibat tidak diterima seluruh atau sebagian aktiva produktif (maksimum 1,25% dari ATMR). c. Modal Pinjaman Modal pinjaman merupakan pinjaman yang didukung oleh warkat-warkat yang memiliki sifat seperti modal (maksimum 50% dari jumlah modal inti). 12
d. Pinjaman subordinasi Pinjaman subordinasi merupakan pinjaman yang telah memenuhi syarat seperti ada perjanjian tertulis antara bank dengan pemberi pinjaman, memperoleh persetujuan BI dan tidak dijamin oleh bank yang bersangkutan dan perjanjian lainnya. 2. Fungsi Modal Bank Menurut Herman Darmawi ( 2011 : 90 ) modal bank mempunyai beberapa fungsi, yaitu fingsi perlindungan, fungsi kepercayaan, fungsi operasi, fungsi pengaturan, dan representasi kepemilikan. Keseluruhan fungsi modal bank tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut : a. Memberikan perlindungan kepada nasabah b. Modal bank dapat mencegah terjadinya kejatuhan bank. c. Untuk memenuhi kebutuhan gedung kantor dan inventaris. d. Untuk memenuhi ketentuan permodalan minimum. e. Meningkatkan kepercayaan masyarakat. f. Untuk menutupi kerugian aktiva produktif bank. g. Sebagai indikator kekayaan bank. h. Meningkatkan efisiensi operasional bank. Fungsi modal bank sebagai perlindungan terhadap masyarakat yang menyimpan dananya di bank pada saat bank dilikuidasi merupakan hal yang dapat diterima, namun perlu diingat bahwa meskipun suatu bank memiliki modal kecil, tidak berarti bank tersebut dapat dengan mudah mengalami insolvensi. Namun, masalahnya akan lain apabila bank 13
mengalami kerugian besar, kemungkinan operasi bank akan terhenti atau minimal akan terganggu, sulit dihindari. Dalam kenyataannya betapapun besarnya modal bank apabila terjadi rush atau gejolak moneter sulit bagi suatu bank dapat bertahan. Keadaan akan lebih buruk apabila portofolio aktiva produktif bank dikelola secara tidak sehat. Menurut Taswan ( 2010 : 214 ) Beberapa bank yang modalnya dibawah rata-rata mengalami kesulitan antara lain : - Karena manajemen bank yang lemah terutama karena pengelolaan likuiditas yang kurang tepat. - Umumnya banker sependapat bahwa fungsi modal bank yang paling pokok adalah memberikan perlindungan terhadap setiap nasabah atas kemungkinan terjadinya kerugian yang melebihi jumlah yang diperkirakan bank. Menurut Taswan (2010 : 228 ) penyediaan modal yang cukup memungkinkan bank meneruskan operasinya tanpa terganggu khususnya fungsi utama modal bank adalah untuk menjaga kepercayaan, diantaranya : - Deposan harus benar-benar yakin bahwa uangnya akan tetap aman berada di bank. 14
- Demikian juga nasabah debitur atau calon debitur, mereka membutuhkan kepastian dan keyakinan bahwa bank akan senantiasa memenuhi penarikan kredit yang telah disetujui dan memenuhi permintaan kredit oleh calon nasabah. - Otoritas moneter sebagai pengawas bank untuk juga harus memastikan kontinuitas operasi bank selanjutnya. 3. Rasio Kecukupan Modal Selain rasio kecukupan modal, terdapat beberapa istilah untuk menyebut rasio ini, di dalam istilah asing dikenal dengan sebutan Capital Adequacy Ratio atau di singkat CAR, sedangkan Bank Indonesia menyebutnya dengan Kewajiban Penyediaan Modal Minimum atau di singkat KPMM. Menurut kamus istilah perbankan Indonesia( Z. Dunil 2004 : 30 ) Rasio kecukupan modal adalah : Rasio atau perbandingan antara modal bank dengan asset tertimbang menurut risiko (ATMR). Perhitungan Capital Adequacy Ratio didasarkan pada prinsip bahwa setiap penanaman dana bank yang mengandung risiko harus disediakan jumlah modal sebesar persentase tertentu (risk margin) terhadap jumlah penanamannya, sehingga risk margin tersebut harus dihitung terhadap semua asset yang mengandung risiko secara tertimbang, yang disebut ATMR atau aktiva tertimbang menurut risiko. 15
Menurut Herman Darmawi ( 2011 : 99 ), ATMR atau Aktiva Tertimbang Menurut Risiko bagi bank adalah : Didasarkan pada risiko aktiva. Dalam arti luas hal itu meliputi elemen-elemen aktiva dalam neraca (on balance sheet) dan kewajiban yang masih bersifat administratif (off balance sheet) sebagaimana tercermin pada kewajiban yang masih bersifat kontijen dan / atau komitmen yang disediakan oleh bank bagi pihak ketiga. Risiko dalam arti luas tersebut dapat timbul dalam bentuk : Risiko kredit Risiko yang terjadi karena fluktuasi harga surat-surat berharga Risiko tingkat biaya Risiko nilai valuta asing D. Bank 1. Pengertian Bank Bank merupakan lembaga keuangan yang usaha pokoknya menghimpun dana dan menyalurkan kembali dana tersebut ke masyarakat dalam bentuk kredit serta memberikan jasa-jasa dalam lalu lintas peredaran uang. 16
Menurut PSAK Nomor 31 dalam Standar Akuntansi Keuangan (2008:1) Bank dapat diartikan sebagai : Bank adalah lembaga yang berperan sebagai perantara keuangan (financial intermediary) antara pihak yang memiliki dana, serta sebagai lembaga yang berfungsi memperlancar lalu lintas pembayaran. Kegiatan pokok yang dilakukan bank menurut Irmayanto (2008:65), yaitu : 1. Menghimpun dana (giro, deposito, tabungan) dengan sasaran meminimumkan biaya perolehan dana. 2. Alokasi dana (kredit dan investasi) dengan sasaran memaksimumkan pendapatan bank. 3. Pelayanan jasa keuangan (transfer, letter Of Credit, cek perjalanan, money charger, bank garansi dan lain-lain) dan jasa nonkeuangan (pelatihan pegawai pergudangan, kotak pengamanan dan jasa-jasa komputer) dengan sasaran memaksimumkan kemampuan nasabah. Lembaga keuangan bank adalah setiap perusahaan yang bergerak di bidang keuangan di mana kegiatannya baik hanya menghimpun dana, atau hanya menyalurkan dana atau kedua-duanya menghimpun dana atau badan usaha yang kekayaannya terutama berbentuk likuid dan kewajiban-kewajibannya terutama dari simpanan masyarakat serta instrumen-instrumen utang yang diterbitkannya. Lembaga keuangan mengalokasikan dananya dalam bentuk kredit dan menanamkannya dalam bentuk surat-surat berharga. 17
2. Pengertian Kesehatan Bank Menurut Herman Darmawi ( 2011 : 210 ), kesehatan suatu bank dapat diartikan sebagai : Kesehatan bank merupakan kepentingan semua pihak terkait, baik pemilik, manajemen bank, masyarakat pengguna jasa bank dan Bank Indonesia, selaku otoritas pengawasan perbankan dan pemerintah, karena kegagalan perbankan akan berakibat buruk terhadap perekonomian. Pengertian tentang kesehatan bank di atas merupakan batasan yang sangat luas, karena kesehatan bank memang mencakup kesehatan suatu bank untuk melaksanakan seluruh kegiatan usaha perbankan. Menurut Irmayanto (2008 :4) Kegiatan tersebut meliputi : a. Kemampuan untuk menghimpun dana dari masyarakat, dari lembaga lain, dan dari modal sendiri. b. Kemampuan mengelola dana. c. Kemampuan untuk menyalurkan dana ke masyarakat. d. Kemampuan memenuhi kewajiban kepada masyarakat, karyawan, pemilik modal, dan pihak lain. e. Pemenuhan peraturan perbankan yang berlaku. Alat ukur atau indikator dalam menilai tingkat kesehatan suatu bank diuraikan secara lebih rinci dalam ketentuan-ketentuan yang mengatur tentang kesehatan bank. Penilaian kesehatan bank pada dasarnya merupakan penilaian kualitatif sehingga factor judgment 18
merupakan hal yang dominan. Penilaian meliputi Permodalan (capital), Kualitas asset (asset quality), Manajemen (management), Rentabilitas (earning), Likuiditas (liquidity), dan sensitifitas terhadap risiko pasar (sensitivity to market risk). 3. Tingkat kesehatan bank Menurut Herman Darmawi ( 2011 : 210) penilaian tingkat kesehatan bank mencakup penilaian terhadap faktor-faktor sebagai berikut : a. Penilaian terhadap Faktor Permodalan Penilaian terhadap faktor permodalan meliputi komponenkomponen berikut ini : a) Kecukupan modal. b) Komposisi modal. c) Proyeksi (trend ke depan) permodalan. d) Kemampuan modal dalam mengcover asset bermasalah. e) Kemampuan bank yang bersangkutan memelihara kebutuhan tambahan modal yang beasal dari laba. f) Rencana permodalan untuk mendukung pertumbuhan usaha, dan g) Akses kepada sumber permodalan dan kinerja keuangan pemegang saham untuk meningkatkan permodalan bank yang bersangkutan. b. Penilaian atas Faktor Kualitas Aset Penilaian kualitas asset meliputi penilaian atas komponenkomponen berikut ini : a) Kualitas aktiva produk. b) Konsentrasi eksposur risiko kredit. 19
c) Perkembangan risiko kredit bermasalah. d) Kecukupan PPAP ( Penyisihan Penghapusan Aktiva Produktif). e) Kecukupan kebijakan dan prosedur. f) System kaji ulang (review) internal, dan g) System dokumentasi, dan kinerja penanganan aktiva produktif bermasalah. c. Penilaian terhadap faktor manajemen Penilaian terhadap faktor manajemen meliputi penilaian terhadap komponen-komponen sebagai berikut : a) Kualitas manajemen umum dan penerapan manajemen risiko. b) Kepatuhan bank atas ketentuan yang berlaku dan komitmen kepada Bank Indonesia dan / atau pihak lain. d. Penilaian terhadap faktor Rentabilitas mencerminkan kemampuan bank dalam menghasilkan laba akan tergantung pada kemampuan manajemen bank dalam mengelola asset dan liabilities. Penilaian terhadap faktor rentabilitas meliputi penilaian terhadap komponen-komponen berikut ini ; a) Pencapaian Return On Asset (ROA). b) Pencapaian Return On Equity (ROE). c) Pencapaian Net Profit Margin (NPM). d) Tingkat efisiensi. e) Perkembangan laba operasional. f) Diversifikasi pendapatan. g) Penerapan prinsip akuntansi dalam pengakuan pendapatan dan biaya, dan h) Prospek laba operasional. e. Penilaian terhadap faktor Likuiditas menyatakan seberapa jauh kemampuan bank dalam membayar kembali penarikan dana yang 20
dilakukan nasabah dengan mengandalkan kredit yang diberikan sebagai sumber likuiditasnya. Penilaian terhadap faktor likuiditas meliputi penilaian komponenkomponen berikut ini : a) Rasio aktiva / pasiva yang likuid. b) Potansi maturity mismatch. c) Kondisi Loan to Deposit Ratio (LDR). d) Proyeksi cash flow. e) Konsentrasi pendanaan. f) Kecukupan kebijakan dan pengelolaan likuiditas (assets and liability management). g) Akses kepada sumber pendanaan, dan h) Stabilitas pendanaan. f. Penilaian terhadap Faktor Sensitivitas terhadap Risiko Pasar Penilaian Sensitivitas terhadap risiko pasar meliputi : a) Kemampuan modal bank dalam meng-cover potensi kerugian sebagai akibat fluktuasi (advers movement) suku bunga dan nilai tukar. b) Kecukupan penerapan manajemen risiko pasar. 4. Peringkat Penilaian Kinerja / Kesehatan Bank Dalam menetapkan peringkat setiap komponen, dilakukan perhitungan dan analisis dengan mempertimbangkan faktor pendukung dan / atau pembanding yang relevan. Berdasarkan hasil penetapan peringkat setiap komponen, selanjutnya ditetapkan peringkat setiap faktor. Proses penetapan peringkat setiap faktor dilaksanakan setelah mempertimbangkan unsur judgment yang 21
didasarkan atas meterialitas dan signifikansi dari setiap komponen yang dinilai. Perkembangan industry perbankan, terutama produk dan jasa yang semakin kompleks dan beragam yang berakibat meningkatnya eksposur terhadap risiko, yang selanjutnya akan mempengaruhi kondisi bank secara keseluruhan. Karena itu, perkembangan metodologi penilaian kondisi bank senantiasa bersifat dinamis, sehingga system penilaian tingkat kesehatan bank juga akan mengalami perkembangan, agar lebih mencerminkan kondisi bank saat ini dan dimasa depan. Hasil penilaian kesehatan bank dilakukan secara kuantitatif. Selanjutnya peringkat tingkat kesehatan bank digolongkan sebagai berikut : Tabel 2.1 Penilaian kesehatan bank Nilai Kredit 81 100 66 80 51 67 0 - < 51 Predikat Sehat Cukup sehat Kurang sehat Tidak sehat Sumber : Kasmir ( 2011 : 275) 22
Bagi perbankan, hasil akhir penilain kondisi bank tersebut dapat digunakan sebagai salah satu sarana bagi penetapan strategi usaha di masa datang. Bagi Bank Indonesia antara lain digunakan sebagai sarana penetapan dan implementasi strategi pengawasan bank. Menurut Herman Darmawi ( 2011 : 214) Peringkat Komposit (Composit rating) yang merupakan peringkat akhir hasil penilaian Tingkat Kesehatan Bank ditetapkan sebagai berikut : 1) Peringkat komposit 1 (PK-1) mencerminkan bahwa bank yang bersangkutan sangat baik dan mampu mengatsi pengaruh negative kondisi perekonomian dan industry keuangan. 2) Peringkat komposit (PK-2) mencerminkan bahwa bank tergolong baik dan mampu mengatsi pengaruh negative kondisi perekonomian dan industri keuangan, namun bank yang bersangkutan masih mempunyai kelemahankelemahan minor yang dapat segera diatasi dengan tindakan rutin. 3) Peringkat komposit 3 (PK-3) mencerminkan bahwa bank cukup baik, namun terdapat beberapa kelemahan yang dapat menyebabkan peringkat kompositnya memburuk apabila bank tidak segera melakukan tindakan korektif. 4) Peringkat Komposit 4 (PK-4) mencerminkan bahwa kondisi bank tergolong kurang baik, sensitive terhadap pengaruh negative kondisi perekonomian dan memiliki kelemahan keuangan yang serius atau kombinasi dari kondisi beberapa faktor yang tidak memuaskan. Apabila tidak segera dilakukan tindakan korektif yang efektif akan berpotensi untuk membahayakan kelangsungan usahanya. 23
E. Pengaruh Rentabilitas (Profitabilitas) terhadap Rasio Kecukupan Modal (CAR) Profit atau laba merupakan indikasi kesuksesan suatu badan usaha, rentabilitas atau yang sering disebut profitabilitas adalah kemampuan suatu perusahaan untuk memperoleh laba. Informasi kinerja perusahaan terutama dalam hal kemampuan perusahaan untuk memperoleh laba (rentabilitas / profitabilitas) diperlukan untuk menilai perubahan potensial sumber daya ekonomi yang mungkin dikendalikan di masa yang akan datang. Rasio kecukupan modal (CAR) yang dijadikan sebuah indikator kesehatan suatu bank dapat diartikan sebagai kemampuan suatu bank untuk melakukan kegiatan operasional perbankan secara normal dan mampu memenuhi semua kewajibannya dengan cara-cara yang sesuai dengan peraturan perbankan yang berlaku. Kesehatan bank adalah tingkat kesehatan suatu bank untuk melakukan suluruh kegiatan usaha perbankan. ROA, ROE, dan NPM yang merupakan indikator dari rasio rentabilitas/profitabilitas dijadikan variabel independen yang mempengaruhi CAR didasarkan atas logika teori Brigham dan Gapenski (1997) yang mengemukakan bahwa menggunakan hutang yang kecil agar tingkat biaya modal yang mengandung resiko relative kecil sedangkan modal sendiri bank relatif tinggi sehingga dapat meningkatkan CAR. 24
Faktor permodalan sangat penting dalam menjalankan kegiatan operasional bank dan untuk menunjang kebutuhannya, dengan kualitas pihak manajemen dalam pengelolaan kegiatan perbankan dan mendapatkan tingkat laba yang diharapkan dengan pengelolaan yang baik, suatu bank akan terus meningkatkan modal dengan memperhatikan indikator kesehatan permodalan yaitu CAR. Maka, Rentabilitas atau Profitabilitas akan meningkat jika bank terus meningkatkan modal dengan memperhatikan indicator kesehatan bank (CAR) dan sebaliknya rentabilitas atau profitabilitas akan menurun apabila CAR menurun. (Ali, 2004 : 66 ) F. Pengaruh Likuiditas (LDR) terhadap Rasio Kecukupan Modal (CAR) Tingkat likuiditas meupakan pencerminan mengenai kemampuan perusahaan untu memenuhi segala kewajiban keuangannya yang harus segera dipenuhi. Tiap-tiap aktiva mempunyai tingkat likuiditas yang berbeda-beda. Misalnya, surat berharga yang mudah dijual dan piutang jangka pendek. ( Dendawijaya, 2005 : 114 ) Rasio kecukupan modal (CAR) yang dijadikan sebuah indikator kesehatan suatu bank dapat diartikan sebagai kemampuan suatu bank untuk melakukan kegiatan operasional perbankan secara normal dan mampu memenuhi semua kewajibannya dengan cara-cara yang sesuai dengan peraturan perbankan yang berlaku. Kesehatan bank adalah tingkat kesehatan suatu bank untuk melakukan suluruh kegiatan usaha perbankan. 25
Aspek likuiditas dalam hal ini Loan to Deposit Ratio (LDR) dijadikan variabel independen yang mempengaruhi rasio kecukupan modal (CAR) didasarkan atas logika teori Mujiono (1995) yang menyatakan bahwa semakin tinggi LDR menunjukkan semakin riskan kondisi likuiditas bank, sebaliknya semakin rendah LDR menunjukkan kurangnya efektivitas bank dalam menyalurkan kredit, sehingga semakin tinggi LDR maka CAR semakin menurun (likuiditas terancam). Kesehatan permodalan bank juga turut dipengaruhi oleh tingkat likuiditas bank. Bank yang menjaga likuiditasnya terlalu tinggi, maka bank tidak akan dapat mengoptimalkan permodalannya. Likuiditas yang meningkat maka akan banyak dana menganggur, sehingga profitabilitas menjadi rendah. Profitabilitas rendah, maka bank tidak akan mampu menambah permodalannya. Permodalan bank tidak optimal, sehingga bank tidak akan mampu memenuhi standar rasio kecukupan modal (CAR) yang sehat. Sehingga rasio kecukupan modal (CAR) juga berhubungan erat dengan kondisi likuiditas bank. G. Tinjauan Penelitian Terdahulu Berbagai penelitian telah dilakukan untuk memprediksi kegagalan maupun kesehatan bank. 26
Tabel 2.2 Ringkasan Penelitian Terdahulu No Peneliti Judul Penelitian Hasil Penelitian 1. Ranita Sitanggang (2006) Pengaruh Profitabilitas dan Likuiditas terhadap CAR pada bank yang terdaftar di Bursa Efek Jakarta 2 Sinaga (2006) Hubungan Profitabilitas dan Likuiditas dengan Capital Adequacy Ratio (CAR) pada PT. Bank Negara Indonesia, Tbk 3 Siahaan (2008) Hubungan Return On Asset (ROA) dan Return On Equity (ROE) dengan Capital Adequacy Ratio (CAR) pada PT. Bank Tabungan Negara (Persero), Tbk 4 Fatma Zuleiri Sinaga (2008) Pengaruh Profitabilitan dan Likuiditas terhadap Kecukupan Modal pada Bank Umum Nasional 5 Harry Sukamto Pengaruh tingkat penyaluran kredit dan pemanfaatan aktiva terhadap kecukupan modal perusahaan perbankan yang go public Secara parsial IML berpengaruh signifikan terhadap CAR, ROE dan QR berpengaruh tetapi tidak signifikan terhadap CAR secara simultan, profitabilitas dan likuiditas berpengaruh signifikan terhadap CAR. Pergerakan Interest Margin on Loan (IML), searah Capital Adequacy Ratio (CAR)sedangkan pergerakan Return On Equity (ROE) tidak searah dengan Capital Adequacy Ratio (CAR). Return On Equity (ROE) tidak memiliki hubungan yang signifikan terhadap peningkatan modal CAR, sedangkan Return On Asset (ROA) memiliki hubungan yang signifikan terhadap peningkatan Capital Adequacy Ratio (CAR). Secara parsial ROE, IML, NPM berpengaruh signifikan terhadap CAR. Namun LDR, QR berpengaruh tetapi tidak signifikan. Secara simultan Profitabilitan dan Likuiditas berpengaruh signifikan terhadap CAR. Secara parsial LDR kurang berpengaruh terhadap tingkat CAR dan ROA berpengaruh terhadap CAR. Secra simultan LDR dan CAR berpengaruh terhadap CAR perbankan. 27