PROBLEM PENYEDIAAN ENERGI LISTRIK DAN ALTERNATIF PEMECAHANNYA

dokumen-dokumen yang mirip
SENSITIVITAS ANALISIS POTENSI PRODUKSI PEMBANGKIT LISTRIK RENEWABLE UNTUK PENYEDIAAN LISTRIK INDONESIA

KEBIJAKAN PENYEDIAAN TENAGA LISTRIK DAN PEMANFAATAN ENERGI

ANALISIS ENERGY BALANCE TAHUN 2000 SAMPAI DENGAN 2015

Kebijakan. Manajemen Energi Listrik. Oleh: Dr. Giri Wiyono, M.T. Jurusan Pendidikan Teknik Elektro, Fakultas Teknik Universitas Negeri Yogyakarta

Kebijakan Pemerintah Di Sektor Energi & Ketenagalistrikan

Rencana Pengembangan Energi Baru Terbarukan dan Biaya Pokok Penyediaan Tenaga Listrik Dialog Energi Tahun 2017

ANALISIS PENGARUH KONSERVASI LISTRIK DI SEKTOR RUMAH TANGGA TERHADAP TOTAL KEBUTUHAN LISTRIK DI INDONESIA

MENGATASI TINGKAT KEMISKINAN DESA DENGAN AIR

KEMENTERIAN ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL DIREKTORAT JENDERAL ENERGI BARU, TERBARUKAN DAN KONSERVASI ENERGI. Disampaikan oleh

KEBIJAKAN PEMANFAATAN PANAS BUMI UNTUK KELISTRIKAN NASIONAL

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. prinsip-prinsip efektifitas dan efisiensi. Kebutuhan tenaga listrik di suatu wilayah

BAB I PENDAHULUAN. menjadi dua, yaitu energi terbarukan (renewable energy) dan energi tidak

OPTIMASI SUPLAI ENERGI DALAM MEMENUHI KEBUTUHAN TENAGA LISTRIK JANGKA PANJANG DI INDONESIA

MEDIA ELEKTRIK, Volume 3 Nomor 1, Juni 2008

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

EFEKTIVITAS KEBIJAKAN FIT (FEED IN TARIFF) ENERGI BARU DAN TERBARUKAN DI INDONESIA. Nanda Avianto Wicaksono dan Arfie Ikhsan Firmansyah

KETERSEDIAAN SUMBER DAYA ENERGI UNTUK PENGEMBANGAN KELISTRIKAN DI SUMATERA SELATAN

BAB 1 PENDAHULUAN. 1 Universitas Indonesia

KEBIJAKAN & RPP DI KEBIJAKAN & RPP BIDANG ENERGI BARU TERBARUKAN BARU

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Pemanfaatan Dukungan Pemerintah terhadap PLN dalam Penyediaan Pasokan Listrik Indonesia

Dr. Unggul Priyanto Kepala Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi

Kata Kunci : PLTMH, Sudut Nozzle, Debit Air, Torsi, Efisiensi

Disampaikan pada Seminar Nasional Optimalisasi Pengembangan Energi Baru dan Terbarukan Menuju Ketahanan Energi yang Berkelanjutan

KEBIJAKAN PENYEDIAAN TENAGA LISTRIK

BAB I PENDAHULUAN. listrik yang semakin meningkat sehingga diperlukan energy alternatif untuk energi

BAB I PENDAHULUAN. Dalam memenuhi kebutuhan listrik nasional, penyediaan tenaga listrik di

IMPLEMENTASI REGULASI DALAM RANGKA MEMENUHI KEBUTUHAN ENERGI LISTRIK. Pemerintah Kabupaten Pesisir Selatan, Provinsi Sumatera Barat

EFISIENSI OPERASIONAL PEMBANGKIT LISTRIK DEMI PENINGKATAN RASIO ELEKTRIFIKASI DAERAH

BAB I PENDAHULUAN. listrik yang pada gilirannnya akan berdampak pada terhambatnya roda

BAB I PENDAHULUAN. Ketersediaan akan energi listrik dalam jumlah yang cukup dan pada saat

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 2005 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 10 TAHUN 1989 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. Suatu masalah terbesar yang dihadapi oleh negara-negara di dunia

BAB I PENDAHULUAN. perhatian utama saat ini adalah terus meningkatnya konsumsi energi di Indonesia.

Tulisan ini adalah catatan yang dapat dibagikan dari hasil pertemuan tersebut.

BAB I PENDAHULUAN. konsumsi energi listrik hal ini juga terjadi di Bali. Data dari Pembangkit Listrik

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian Arief Hario Prambudi, 2014

BAB I. bergantung pada energi listrik. Sebagaimana telah diketahui untuk memperoleh energi listrik

BAB 1 PENDAHULUAN. Oleh karena itu, berbagai upaya telah dilakukan oleh Pemerintah untuk

I. PENDAHULUAN. Kebutuhan tenaga listrik di Indonesia tumbuh rata-rata sebesar 8,4% per

OPSI NUKLIR DALAM BAURAN ENERGI NASIONAL

1 PENDAHULUAN Latar Belakang

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan harus dapat dinikmati oleh seluruh rakyat Indonesia.

BAB I PENDAHULUAN. Saat ini tidak bisa dipungkiri lagi bahwa hampir seluruh umat manusia di

DI INDONESIA RM. SOEDJONO RESPATI MASYARAKAT ENERGI TERBARUKAN INDONESIA.(METI) JULI 2008

BAB I PENDAHULUAN. bahan bakar fosil sebagai bahan bakar pembangkitannya. meningkat. Untuk memenuhi kebutuhan energi yang terus-menerus meningkat

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. maju dengan pesat. Disisi lain, ketidak tersediaan akan energi listrik

SKEMA PSK TERSEBAR ecil Teknologi

I. PENDAHULUAN. optimal. Salah satu sumberdaya yang ada di Indonesia yaitu sumberdaya energi.

MEMASUKI ERA ENERGI BARU TERBARUKAN UNTUK KEDAULATAN ENERGI NASIONAL

Analisis Krisis Energi Listrik di Kalimantan Barat

MANFAAT DEMAND SIDE MANAGEMENT DI SISTEM KELISTRIKAN JAWA-BALI

PENGUJIAN PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA SURYA DENGAN POSISI PLAT PHOTOVOLTAIC HORIZONTAL

BAB I PENDAHULUAN. kebutuhan energi listrik tersebut terus dikembangkan. Kepala Satuan

BAB I PENDAHULUAN. seperti penerangan rumah, elektronik, hingga keperluan dalam perindustrian

PENGARUH JARAK LENSA KONVEKS TERHADAP DAYA KELUARAN PANEL TENAGA SURYA TUGAS AKHIR

Bidang Studi Teknik Sistem Tenaga Jurusan Teknik Elektro Fakultas Teknologi Industri Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya

DIRECTORATE GENERAL OF NEW RENEWABLE AND ENERGY COSERVATION. Presented by DEPUTY DIRECTOR FOR INVESTMENT AND COOPERATION. On OCEAN ENERGY FIELD STUDY

SISTEM TENAGA LISTRIK

SETAHUN PROGRAM DEMAND SIDE MANAGEMENT

ANALISIS KINERJA PHOTOVOLTAIC BERKEMAMPUAN 50 WATT DALAM BERBAGAI SUDUT PENEMPATAN

KEMANDIRIAN MASYARAKAT DESA BATANG URU MERUBAH AIR MENJADI LISTRIK. Ir. Linggi. Penerima Penghargaan Energi Prakarsa Perorangan S A R I

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

1 BAB I PENDAHULUAN. listrik. Di Indonesia sejauh ini, sebagian besar kebutuhan energi listrik masih disuplai

BAB I PENDAHULUAN. Dengan semakin meningkatnya penggunaan energi sejalan dengan

PERENCANAAN SISTEM FOTOVOLTAIK BAGI PELANGGAN RUMAH TANGGA DI KOTA PANGKALPINANG

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

secara prinsip penggunaan energi di lingkungan hunian penduduk akan meningkat seiring dengan kepadatan rumah.

Memahami sistem pembangkitan tenaga listrik sesuai dengan sumber energi yang tersedia

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

ANALISIS DAMPAK KENAIKAN HARGA MINYAK MENTAH DAN BATUBARA TERHADAP SISTEM PEMBANGKIT DI INDONESIA

ANALISIS PEMANFAATAN ENERGI PADA PEMBANGKIT TENAGA LISTRIK DI INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. Energi merupakan kebutuhan pokok bagi kegiatan sehari-hari,

VIII. EFISIENSI DAN STRATEGI ENERGI DALAM PEREKONOMIAN INDONESIA

Laporan Kajian Akademis Penanggulangan Krisis Energi Listrik dan Status PLN Kota Tarakan

NOMOR 57 PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA BAYU SIDRAP 75 MW. Didukung IKPT, WIJAYA KARYA, JASA MARGA, CIREBON ELECTRIC POWER dan NINDYA KARYA

PEMENUHAN SUMBER TENAGA LISTRIK DI INDONESIA

SISTEM KELISTRIKAN DI JAMALI TAHUN 2003 S.D. TAHUN 2020

Materi Paparan Menteri ESDM

Tahap II Proyeksi Peningkatan Rasio Elektrifikasi 80%

DRAFT REKOMENDASI KEBIJAKAN

KONDISI KETENAGALISTRIKAN DI INDONESIA

Komisi Pengawas Persaingan Usaha Republik Indonesia PENDAPAT KOMISI PENGAWAS PERSAINGAN USAHA NOMOR 14/KPPU/PDPT/VI/2013

STRATEGI KEN DALAM MEWUJUDKAN KETAHANAN ENERGI NASIONAL

BAB I PENDAHULUAN. ini, pemenuhan pelayanan berkualitas bagi perusahaan kemudian tidak jarang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Ahmad Ragana Yudha, 2014 Optimalisasi Pengoperasian Pembangkit Listrik Tenaga Air Berskala Pico Hydro

Dari penugasannya di Biro Kerja Sama Luar Negeri, ia ditempatkan

PERANCANGAN PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA ANGIN SKALA KECIL DI GEDUNG BERTINGKAT

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

ESDM untuk Kesejahteraan Rakyat

PERATURAN DAERAH PROVINSI BANTEN NOMOR : 7 TAHUN 2005 TENTANG PENGELOLAAN KETENAGALISTRIKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR BANTEN,

PENGARUH PEMBEBANAN LAMPU HEMAT ENERGI TERHADAP KARAKTERISTIK HARMONIK GENERATOR INDUKSI 3 FASE TEREKSITASI DIRI

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar belakang

Transkripsi:

PROBLEM PENYEDIAAN ENERGI LISTRIK DAN ALTERNATIF PEMECAHANNYA Muhammad Nizam 1 Abstract : Electricity demand is becoming more and more importance in the fast and high growth of modern industrial, when the supply can not follow that. The additional of oil price is making this problem become worse. It need to be solve by developed the potential alternative energy to maintain the supply. The mini-micro hydro, geothermal energy, biomass energy, solar energy and the wind energy are the best way to developed use as alternative energy to replace the oil as the electricity source. The management energy aspect policy and power quality improvement are also need to be calculate at user side. Keywords : - LATAR BELAKANG Kebutuhan tenaga listrik dari waktu ke waktu dirasakan semakin tinggi. Dalam periode sepuluh tahun terakhir mengalami pertumbuhan rata-rata 11 % per tahun. Pada tahun 1990 konsumsi tenaga listrik sebesar 27.741 GWh, meningkat menjadi 79.165 GWh pada tahun 2000. Penyediaan tenaga listrik ini sebenarnya masih jauh dari tingkat kebutuhan. Ratio elektrifikasi baru mencapai 53%, yang menunjukkan bahwa masih banyak penduduk di Indonesia yang belum memperoleh aliran listrik. Jumlah desa yang telah memperoleh sambungan listrik baru mencapai 84 % dari seluruh desa yang berjumlah 60.000 desa (Sembiring, S.F, 2003). Bila dilihat sekilas pertumbuhan kelistrikan pada tahun 1999-2001 hanya berkisar rata-rata 1,13% per tahun, sedangkan pemakaian pertahunnya meningkat sebesar 8,85% per tahun. Defisit ini akan mengakibatkan terganggunya pasokan listrik ke konsumen. Sementara banyak konsumen dirugikan dengan terganggunya pasokan listrik ini. Dilain sisi sebagai pemasok tunggal listrik di negeri ini, PLN akan selalu memakai dalih ini untuk menaikkan Tarif Dasar Listrik (TDL), sebagai alternatif utama. Lingkaran setan ini akan terus menghantui kita sampai kapanpun. Undang-undang No. 20 tahun 2002 tentang ketenagalistrikan mengamanatkan semangat dan visi yang pada dasarnya adalah adanya ketersediaan dalam kualitas dan kuantitas yang mencukupi secara merata dan berkesinambungan dan terciptanya penyelenggaraan usaha ketenagalistrikan yang efisien, transparan, adil dan mandiri dengan harga listrik yang wajar. Arah dari undang-undang ini pada otonomi daerah sekarang ini jelas memberikan kesempatan daerah untuk mengembangkan potensi daerahnya untuk dapat dijadikan pemasok tenaga listrik dengan harga yang sesuai dengan kondisi daerahnya, tentunya hal ini dengan memenuhi beberapa persyaratan tertentu. Lewat kompetisi ini diharapkan terjadi peningkatan efisiensi, tercapai harga listrik yang wajar dan peningkatan pelayanan konsumen yang lebih baik. Di sedikit daerah di Indonesia ini UU No 20/2002 akan sangat menguntungkan. Namun daerah-daerah yang kurang mampu apa yang harus mereka lakukan. Alternatif yang dapat ditempuh untuk mengatasi masalah pasokan dan pengendalian konsumsi listrik adalah dengan melakukan manajemen energi listrik dan perbaikan kualitas energi 1 Staff Pengajar Jurusan Teknik Mesin Fakultas Teknik UNS 29

listrik. Dua hal ini akan sangat efektif untuk mengatasi masalah efisiensi energi ditingkat konsumen maupun tingkat pemasok (PLN). Metode manajemen energi bahkan telah menjadi kebijakan dibeberapa negara eropa dan amerika, dan terbukti dapat menghemat energi sampai 34%. Kebijakan ini melibatkan seluruh masyarakat dan tingkat pemerintahan di negara itu. Masalah Kelistrikan Tinjauan tentang masalah kelistrikan dapat dibedakan menjadi dua yakni tentang kualitas tenaga listrik (Power Quality) dan manajemen tenaga listrik (Power Management). Keduanya mempunyai efek secara langsung ataupun tidak terhadap penghematan energi yang didapatkan. Namun demikian sampai saat ini belum ada standarisasi nasional Indonesia (SNI) yang mengatur mengenai keduanya. PLN melalui ketetapan direksi PLN No. 109.K/039/DIR/1997 hanya menjamin bahwa frekuensi antara 49.5-50.5 Hz, sementara tegangan rendah (TR) dan tegangan menengah (TM) adalah Vn-10% < Vn < Vn+5%. Namun kenyataannya dilapangan sering terjadi untuk daerah-daerah tertentu hal tersebut tidak dapat dipenuhi. Kualitas listrik yang rendah ini akan mempengaruhi keandalan sistem, dan rendahnya kualitas tenaga listrik ini akan dapat mengganggu, bahkan akan merusak peralatan elektronik yang terpasang. Pada Industri bahkan dapat mengakibatkan pabrik berhenti beroperasi. Kualitas Tenaga Listrik Kualitas tenaga listrik semakin lama dirasa semakin mendesak untuk diperbaiki. Sistim tenaga listrik hanya mengontrol tegangan sedangkan arus listrik libih banyak dipengaruhi oleh beban yang terpasang. Jadi kualitas daya listrik ini sebenarnya adalah kualitas tegangan. Dalam standar kualitas tenaga listrik lebih diperuntukkan untuk menjaga suplai tegangan pada satu limit tertentu, misalnya fluktuasi tegangan dibatasi +5%. Deviasi yang signifikan pada tegangan, frekuensi atau ketidakmurnian bentuk gelombang dapat dikatakan sebagai gangguan kualitas tenaga listrik. (IEEE 1159, 1995) Tentunya permasalahan permasalahan kedepan sangat dipengaruhi dari hubungan antara utility dan konsumen, Perbedaan perlakuan antara konsumen rumah tangga dan industri, siapakah yang akan memonitor kelistrikan dan apa yang menjadi acuan. PLN sebagai utility company tentunya hanya peduli pada pasokan yang baik. Pasokan yang kurang baik akan selalu merugikan dan akan selalu membebani masyarakat. Harus kepada siapa masyarakat mengadukan bila mengalami hal demikian? Seberapa seringkah kita mengalami penurunan tegangan dalam sehari? Berapakah sebenarnya kapasitas listrik yang masyarakat pasang dan berapa besar efisiensi yang telah dicapai? Apakah harga yang kita bayar telah sesuai dengan kualitas listrik yang telah diberikan? Pembebanan yang tidak merata (operation schedulling) ini pada konsumen rumah tangga yang memakai instatasi satu fase sangat dirasakan terutama untuk instalasi yang yang ada didekat instalasi yang terhubung ke industri. Pada saat tertentu pembebanan ini akan mengakibatkan turunnya kualitas listrik. Untuk mengatasi masalah ini harus dilakukan penjadwalan yang merata antara siang dan malam. Ini akan menguntung kan buat industri karena ketersediaan daya listrik akan menjadi lebih stabil, untuk masyarakat juga lebih baik. Untuk pemakaian Listrik tiga fase, pembebanan ini harus diusahakan seimbang pada ketiga fase. Ketidak seimbangan beban pada sistim tiga fase akan mengakibatkan tegangan tidak imbang. Persentasi ketidak seimbangan tegangan ini akan mengakibatkan kenaikan pada temperatur motor atau peralatan yang dijalankan oleh listrik tiga fase. Eksesnya akan mengakibatkan umur peralatan menjadi pendek. Distorsi harmonik. Distorsi ini timbul dengan adanya beban-beban satu fase. Distorsi ini tidak dapat dihindari, dan akan mengakibatkan derating transformer (pasokan) karenanya efisiensinya juga semakin rendah. Timbulnya distorsi ini mengakibatkan peralatan menjadi lebih panas dan konsumsi daya akan semakin besar dan umur peralatan menjadi semakin pendek. 30 Mekanika, Volume 4 Nomor 1, September 2005

Faktor daya atau efisiensi listrik. Benarkah PLN mensuplai listrik ke rumah kita dengan efisiensi 100%? Tetapi yang dapat diamati adalah bahwa pemakaian total kelistrikan rumah tangga mempunyai efisiensi kurang dari 100%, bahkan dalam suatu survei laboratorium hanya 45-65% saja. Tetapi biaya yang dibebankan kemasyarakat adalah 100% yang digunakan. Keadaan ini telah berlangsung lama puluhan tahun. Bila kita lihat potensi penghematan yang kita lihat dari sini adalah sekitar 35%. Ini berarti dengan kapasitas yang sama PLN dapat meningkatkan kapasitas pelanggan sebesar 25-30%. Dengan potensi perbaikan kualitas daya yang dilakukan oleh PLN maupun konsumen maka permasalahan penambahan daya terpasang akan sedikit teratasi. Pelayanan PLN perlu ditingkatkan, terutama masalah keamanan dan keselamatan kelistrikan. Begitu pula dengan sosialisasi peralatan kelistrikan yang hemat energi. Manajemen Energi Listrik Manajemen energi berisi kebijakan-kebijakan yang dilakukan dan disarankan untuk mengoptimumkan pemakaian energi listrik. Optimasi ini dilakukan pada saat desain maupun pemakaian listrik. Cakupannya meliputi strategi penggunaan alat, pemilihan alat, dan kebijakan-kebijakan yang ditetapkan pemerintah/organisasi untuk dapat mensukseskan program ini (IEEE 739, 1995). Manajemen energi melibatkan berbagai macam profesi multi disiplin ilmu untuk menentukan kebijakan diantaranya adalah insinyur, manajemen, ekonom, analisis keuangan, sistim analisis operasi, public relation, ahli dalam ilmu lingkungan. Peralatan yang diatur penggunaannya adalah proses pengukuran/monitoring yang dilakukan terus menerus, pemantauan meter, pembatasan energi dan kebutuhan energi, pemakaian peralatan yang mempunyai efisiensi yang tinggi, sistim pengaturan peralatan dan sebagainya. Penerapan sistim manajemen energi ini mengikat bagi penentu kebijakan dan pengguna. Kedala sistem ini adalah sosialisasi program. Perlu sosialisasi program yang lebih lama untuk dapat menekankan arti pentingnya manajemen energi listrik ini untuk seluruh masyarakat pengguna. Tetapi begitu program ini jalan dan dapat dirasakan manfaatnya maka akan tidak akan dapat terhenti. Investasi yang ditanam untuk melakukan manajemen energi ini akan kembali dalam waktu rata-rata 3-5 tahun. Potensi Kelistrikan pada Otonomi Daerah Tidak dapat dipungkiri bahwa pada saat ini total kapasitas terpasang pembangkit listrik yang dimiliki PT. PLN adalah 20.762 MW, Listrik swasta atai Independen Power Producers (IPP) yang seluruhnya disambung ke jaringan PLN adalah 1.720 MW. Diluar sistem jaringan nasional terdapat captive power dengan kapasitas terpasang total sekitar 18.000 MW. Dalam 10 tahun mendatang, kebutuhan tenaga listrik diperkirakan masih akan terus meningkat sehingga PLN membutuhkan tambahan pembangkit baru sekitar 25.000 MW, dengan rincian untuk Jawa-Bali 17.000 MW dan luar Jawa-Bali 8.000 MW. Untuk keperluan tambahan pembangkit baru berikut jaringannya total investasi yang dibutuhkan adalah kurang lebih US$ 33 Milyar. Hal ini berarti diperlukan dana investasi sebesar US$ 3.3 Milyar per tahun. Apabila kebutuhan tenaga listrik ini tidak dipenuhi maka dikhawatirkan akan terjadi krisis tenaga listrik yang lebih parah dibeberapa daerah (MKI, 2003). Sementara dari pembangkit listrik yang dimiliki PLN sebesar 20.762 MW, sekitar 37% merupakan pembangkit listrik yang menggunakan BBM, 23,2% gas, 23,1% batubara, 14,5% tenaga air dan 1,7% panas bumi. Kondisi ini mengindikasikan bahwa program diversivikasi energi telah berjalan baik karena penggunaan BBM sudah tidak terlalu dominan. Salah satu cara mengurangi biaya adalah dengan menekan biaya listrik yang berasal dari sumber BBM. Sebagaimana diketahui Pusat Listrik Tenaga Disel (PLTD) banyak digunakan oleh captive power. Bagaimana daerah mensiasati permasalahan biaya kelistrikan yang semakin lama semakin besar. Beberapa cara yang bisa dipakai adalah 31

dengan pengembangan energi non minyak yang terbaharukan yaitu tenaga air, panas bumi, biomasa, tenaga matahari, dan tenaga angin. 1. Pengembangan mini-mikro hidro. Potensi mini-mikro hidro berpeluang besar untuk dikembangkan mengingat potensi mini-mikro hidro cukup besar dan tersebar di hampir seluru tanah air. Terutama daerah pedesaan. Walaupun skalanya kecil-kecil namun karena jumlahnya banyak maka secara total akan cukup besar dan akan memberi sumbangan yang cukup berarti bagi masyarakat pedesaan. RRC telah berhasil membangun 42.000 unit mini hidro dengan total kapasitas 26.000 MW, lebih besar dari kapasitas terpasang milik PLN yang saat ini hanya sekitar 21.000 MW. Tenaga-tenaga nasional, walupun masih terbatas telah memiliki kemampuan teknis untuk studi potensi, studi kelayakan, rekayasa teknik, fabrikasi turbin, dan generator. Tetapi potensi ini belum dapat dimanfaatkan secara optimum karena belum ada pengembangan mini-mikro hidro yang terkoordinasi secara nasional. Potensi mini-mikro hidro dapat bersaing dengan jenis energi lain dan merupakan jenis energi yang bersih, terbaharukan dan tidak dapat diekspor, sehingga penundaan atas pemanfaatan potensi ini sebenarnya merupakan suatu kerugian. 2. Pengembangan Panas Bumi Potensi lain yang mampu untuk dikembangkan adalah potensi panas bumi. Potensi panas bumi ini cukup besar yakni sekitar 20.000 MW, yang terletak disepanjang P. Sumatra-Jawa-Bali. Disamping itu potensi panas bumi juga terdapat didaerah NTB dan Sulawesi Utara. Teknologi sudah teruji dan tenaga nasional telah mampu mengoperasikan Pusat Listrik Tenaga Panas Pumi (PLTP). Selain itu panas bumi adalah energi yang terbaharukan, relatif bersih dan tidak dapat diekspor, sehingga penundaan terhadap pengolahan sumber energi ini merupakan suatu kerugian. 3. Pengembangan sumber listrik Biomasa Potensi ini dapat dikembangkan di daerah perkotaan karena sumber energi dapat diperoleh dari sampah biomasa yang banyak terdapat diperkotaan. Selain ini dapat menyelesaikan permasalahan sampah perkotaan, sumber energi ini juga dapat digunakan untuk kelistrikan. 4. Pengembangan Tenaga Surya Potensi energi surya di Indonesia cukup besar dan baru sedikit dimanfaatkan. Karena efisiensi yang cukup rendah sekitar 15-25% maka energi ini masih cukup mahal untuk dikembangkan. Namun potensi masyarakat daerah dapat diberdayakan, terutama untuk masyarakat yang jauh dari jangkauan jaringan listrik. Dengan satu kolektor sel surya ukuran 1 x 1 m2 dapat untuk menghasilkan 100-150 watt maka pengembangan sel surya ini menjadi pemikiran yang bagus untuk memenuhi kebutuhan rumah tangga di daerah pedesaan yang sulit terjangkau oleh jaringan listrik PLN. 5. Pengembangan Potensi Tenaga Angin. Potensi energi angin di Indonesia cukup besar terutama untuk daerah pantai dan pegunungan. Perlu penelitian lebih jauh masalah ini. Terutama masalah kecepatan angin karena ini akan menentukan berapa besar energi yang dapat dihasilkan. BPPT telah mengembangan Pusat Listrik Tenaga Hybrid, yakni campuran antara energi yang terbaharukan dan tidak terbaharukan, diluar jawa. Pengembangan pilot project nya di daerah di kepulauan Sulawesi yang belum ada rencana pengembangan jaringan listrik untuk 10 tahun mendatang. Pengembangan ini menggunakan bahan bakar disel dan sel surya. Pengelolaan diserahkan pada masyarakat setempat untuk menghidupi listrik sekitar 200 rumah dengan kapasitas per rumah sekitar 250 wattjam/rumah/hari. Sementara pentarifan dilakukan tersendiri berbeda dengan tarif PLN. 32 Mekanika, Volume 4 Nomor 1, September 2005

Projek ini dinilai cukup berhasil karena dapat melibatkan masyarakat dalam penyedian listrik didaerah-daerah terpencil. Oleh karena itu perlu kiranya pengembangan potensi energi kelistrikan dimasukkan dalam program daerah pada era otonomi daerah. Karena daerah secara tersendiri mampu mengatasi permasalahan yang terjadi di wilayahnya menyangkut masalah kelistrikan dan kenaikan TDL yang berlangsung dari tahun ke tahun. Kesimpulan Dari paparan di atas dapat dirangkum beberapa hal, yakni pertumbuhan kebutuhan kelistrikan dengan penyedian listrik tidak berimbang, sebagai ilustrasi pada tahun 1999-2001 pertumbuhan kebutuhan listrik 8.85% sementara pertumbuhan penyediaan listrik rata-rata pertahun 1.13%. Hal ini harus segera diatasi kalau tidak maka akan terjadi krisis kelistrikan di masa-masa yang akan datang. Ide penyelesaian permasalahan tersebut untuk yang pengguna dan penyedia (PLN) adalah dengan melakukan manajemen energi, atau pengaturan penggunaan energi, sehingga rugi-rugi penggunaan energi bisa lebih ditekan, dan Perbaikan Kualitas Daya listrik, dengan perbaikan kualitas daya listrik ini memungkinkan untuk meningkatkan efisiensi penggunaan daya listrik yang telah ada tanpa harus ada penambahan kapasitas listrik yang terpasang sehingga permasalahan PLN harus menambah daya pertahunnya dapat lebih dihemat. Dalam era otonomi daerah daerah diharapkan mampu mengembangkan potensi daerah untuk bidang kelistrikan. Dengan potensi yang ada di daerah itu. Sehingga daerah dapat menjadi partner PLN dalam menyediakan energi untuk daerahnya sendiri. Dalam hal ini dapat menjadi potensi untuk menambah potensi Pendapatan Asli Daerah. Daftar Pustaka IEEE Std. 739-1995, 1995, IEEE Recommended Practice for Energy Management in Industrial and Commercial Facilities, New York IEEE Std. 1159-1995, 1995, IEEE Recommended Practice for Monitoring Electric Power Quality, New York MKI, 2003, Membangun Kembali Sistim Ketenagalistrikan, MKI News, pp 1-3, No. 10 Vol 4, Januari 2003, Jakarta Sembiring, S.F., 2003, Penelitian dan Pengembangan Teknologi Energi Dalam Rangka Substitusi BBM dan Penyediaan Listrik, Makalah Seminar Teknologi Untuk Negeri 2003, BPPT, Jakarta 33