BAB V PENUTUP. Karya-karya Suparto Brata yang berjudul Ser! Ser! Plong!, Mbok Randha

dokumen-dokumen yang mirip
BAB IV KESIMPULAN. atau isu-isu yang sering terjadi dalam kehidupan perempuan. Melalui

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. mengungkapkan suatu ide, pemikiran dan gagasan. Ide, pemikiran, dan gagasan

BAB I PENDAHULUAN. Gender merupakan konstruksi sosial mengenai perbedaan peran dan. kesempatan antara laki-laki dan perempuan. Perbedaan peran dan

BAB I PENDAHULUAN. Kutipan di atas merupakan adegan yang terjadi di kamar penginapan. Seorang

BAB IV KESIMPULAN. Sebagai sistem yang memihak kepada laki-laki, patriarki telah membuat

BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN

2015 PERANAN PEREMPUAN DALAM POLITIK NASIONAL JEPANG TAHUN

BAB IV KESIMPULAN. publik. Secara lebih khusus, Mansfield Park menceritakan posisi perempuan pada

BAB I PENDAHULUAN. Kekerasan dalam rumah tangga (KDRT) sebenarnya bukan hal yang baru

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Tahap perkembangan psikososial Erikson, intimacy versus isolation, merupakan isu

BAB 6 PENUTUP. 6.1 Kesimpulan. Kritik ekofeminisme..., Ketty Stefani, FIB UI, Universitas Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kebutuhan mencari pasangan hidup untuk melanjutkan keturunan akan

BAB I PENDAHULUAN. kita jumpai di berbagai macam media cetak maupun media elektronik. Kekerasan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Pemimpin adalah jabatan yang sangat penting dalam sebuah organisasi. Salah

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Pada hakekatnya, setiap manusia diciptakan sebagai makhluk

BAB IV KESIMPULAN. Perempuan sebagai subjek yang aktif dalam urusan-urusan publik

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. struktur sosial dan sistemnya sendiri (Widianingsih, 2014). Di dalam rumah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. berperan penting atau tokoh pembawa jalannya cerita dalam karya sastra.

BAB I PENDAHULUAN. Bicara tentang tokoh pendidikan ataupun pelopor perjuangan kaum

BAB I PENDAHULUAN. gender. Kekerasan yang disebabkan oleh bias gender ini disebut gender related

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. pembentukan pribadi individu untuk menjadi dewasa. Menurut Santrock (2007),

BAB I PENDAHULUAN. Perkawinan pada hakikatnya secara sederhana merupakan bentuk

PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Seiring berkembangnya zaman, dunia kecantikan juga berkembang cukup

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB V. KESIMPULAN, DISKUSI, dan SARAN

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Patriarki adalah sebuah sistem sosial yang menempatkan laki-laki

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Rini Yuniati, 2013

BAB I PENDAHULUAN. adalah apa yang tampak dan apa yang muncul dari dalam mendorong sesuatu

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang Masalah

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan pada tiga orang wanita karir

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Perempuan adalah tiang penyangga dalam rumah tangga. Istilah tersebut

BAB V. Refleksi Hasil Penelitian

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Menikah merupakan saat yang penting dalam siklus kehidupan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Individu akan selalu dihadapkan dengan berbagai masalah dengan bentuk

I. PENDAHULUAN. Proses globalisasi yang setidak-tidaknya menawarkan tiga iklim: perdagangan

2015 PENGARUH PROGRAM BIMBINGAN INDIVIDUA TERHADAP KEHARMONISAN KELUARGA

BAB I PENDAHULUAN. manusia kedua setelah laki-laki. Tatanan sosial memberi kedudukan perempuan

5. KESIMPULAN, DISKUSI DAN SARAN

BAB V PENUTUP. memfokuskan pada Ideologi Tokoh Utama Wanita Dalam Novel Surga Yang Tak

Manusia dan Cinta Kasih

BAB I PENDAHULUAN. akar perselisihan. Isu dan permasalahan yang berhubungan dengan gender,

BAB I PENDAHULUAN. Tindak kekerasan dapat menimpa siapa saja, baik laki- laki maupun perempuan,

BAB I PENDAHULUAN. tidak pantas atau tabu dibicarakan. 1. lainnya secara filosofis, sebenarnya manusia sudah kehilangan hak atas

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan sosial kemasyarakatan (Fatimah, 2006, h. 188). Menurut Soebekti (dalam Sulastri, 2015, h. 132) perkawinan adalah

(e) Uang saku rata-rata perbulan kurang dari Rp ,- (64,8%) dan sisanya (35,3%) lebih dari Rp per bulan.

BAB I PENDAHULUAN. Pandangan tentang wanita Jepang yang masih kuno dan tradisional masih

BAB V PENUTUP. Pada bab ini maka penulis akan mengakhiri seluruh penulisan tesis ini dengan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pencapaian kebermaknaan hidup dapat diartikan lebih luas sebagai usaha manusia

BAB I PENDAHULUAN. tidak adil, dan tidak dapat dibenarkan, yang disertai dengan emosi yang hebat atau

BAB I PENDAHULUAN. lurus. Mereka menyanyikan sebuah lagu sambil menari. You are beautiful, beautiful, beautiful

BAB I PENDAHULUAN. Masalah ini menjadi sangat penting setelah selama ribuan tahun perempuan berada. ideologi yang mendunia dan dianggap kodrat Tuhan.

BAB V KESIMPULAN. pedesaan yang sesungguhnya berwajah perempuan dari kelas buruh. Bagian

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. afeksional pada seseorang yang ditujukan pada figur lekat dan ikatan ini

Bab 1. Pendahuluan. Dalam menjalani kehidupan, manusia memiliki kodrat. Kodrat itu antara lain; lahir,

RELASI GENDER DALAM TALKSHOW (ANALISIS WACANA KRITIS SARA MILLS MENGENAI RELASI GENDER DALAM TALKSHOW MARIO TEGUH GOLDEN WAYS)

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

golongan ekonomi menengah. Pendapatan keluarga rata-rata berada pada kisaran lima jutaan rupiah perbulan dengan sebagian besar ayah bekerja sebagai

Dekonstruksi Maskulinitas dan Feminitas dalam Sinetron ABG Jadi Manten Skripsi Disusun untuk memenuhi persyaratan menyelesaikan Pendidikan Strata 1

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. gaya hidup baru. Terlebih lagi dengan pencintraan terhadap kebaya semikin

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN. bekerja. Tanggapan individu terhadap pekerjaan berbeda-beda dengan

PROGRAM MAGISTER PSIKOLOGI FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS GADJAH MADA Bulaksumur, Yogyakarta Telp. (0274) , , Fax.

[95] Ketika Peran Ibu Diperangi Friday, 18 January :09

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. pengarang menciptakan karya sastra sebagai ide kreatifnya. Sebagai orang yang

BAB I PENDAHULUAN. Manusia sebagai makhluk hidup mempunyai kebutuhan demi

BAB I PENDAHULUAN. Lesbi merupakan suatu fenomena sosial yang tidak lagi mampu disangkal

KESEHATAN REPRODUKSI DALAM PERSPEKTIF GENDER. By : Basyariah L, SST, MKes

bersikap kolot, dan lebih mudah menerima perubahan yang terjadi di dalam masyarakat terutama pada perempuan yang tidak menikah ini.

BAB I PENDAHULUAN. cukup menggembirakan. Kini setiap saat telah lahir karya-karya baru, baik dalam

BAB I PENDAHULUAN. yaitu kecantikan ragawi dan juga inner beauty atau kecantikan dari dalam.

I. PENDAHULUAN. 2008:8).Sastra sebagai seni kreatif yang menggunakan manusia dan segala macam

BAB IV PENUTUP. Rais sebagai figur pemimpin, politikus, akademisi, tokoh Muhammadiyah,

BAB I PENDAHULUAN. pasangan (suami) dan menjalankan tanggungjawabnya seperti untuk melindungi,

Media & Cultural Studies

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

SKRIPSI KETIMPANGAN GENDER DAN KESUKSESAN PEMBANGUNAN INDIA STUDI KASUS: PRAKTEK KEKERASAN DAN DISKRIMINASI GENDER PADA PEREMPUAN-PEREMPUAN INDIA

BAB I PENDAHULUAN. Kekerasan terhadap perempuan merupakan suatu fenomena yang sering

BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Masalah

BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI DAN REKOMENDASI

KATA PENGANTAR KUESIONER. Dalam rangka memenuhi persyaratan pembuatan skripsi di Fakultas

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Mayang Wulan Sari,2014

BAB I PENDAHULUAN. yang semakin banyak, hal ini disebabkan karena faktor urbanisasi yang

yaitu budaya Jawa mempengaruhi bagaimana maskulinitas dimaknai, seperti pendapat Kimmel (2011) bahwa maskulinitas mencakup komponen budaya yang

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. bawah naungan Departemen Agama, dan secara akademik berada di bawah

2015 PERSEPSI SISWI TERHADAP PENCITRAAN IDEAL REMAJA PUTRI

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pertumbuhan dan perkembangan manusia merupakan hal yang

BAB IV KESIMPULAN. praktik-praktik anihilasi simbolis dalam proses produksi berita. Perempuan yang

BAB I PENDAHULUAN. masih memandang mereka sebagai subordinat laki-laki. Salah satu bentuk

BAB I PENDAHULUAN. khalayak. Karena menurut McLuhan (dalam Rakhmat,2008:224), media

TINJAUAN PUSTAKA Kesiapan menikah

PATHISARI. Wosing Tembung : Cariyos panglipur wuyung, Struktural Naratif, owahipun lagéyani gesang. xviii

berbeda saat ia berada di SMA, ia sadar bahwa ia merasakan ketertarikan dengan teman-teman perempuannya, informan merasa wanita itu perlu

Transkripsi:

BAB V PENUTUP 5.1 Kesimpulan Karya-karya Suparto Brata yang berjudul Ser! Ser! Plong!, Mbok Randha Saka Jogja, Cocak Nguntal Elo, dan Nona Sekretaris memperlihatkan gagasan tentang kehidupan perempuan modern yang telah mampu mengokupasi ruang publik namun tidak sepenuhnya terbebas dari ruang domestik. Betty Friedan dengan konsepkonsepnya mengenai mistik feminin menyayangkan sikap perampasan kebebasan perempuan untuk bergerak dan menentukan hidupnya tanpa ada batasan-batasan hasil ciptaan dari budaya patriarki. Suparto Brata menghadirkan perempuan-perempuan modern yang pada dasarnya hanya mengikuti pola citra perempuan yang seharusnya, yakni perempuanperempuan yang cantik, cerdas tetapi tidak melebihi laki-laki, berada di bawah kontrol laki-laki, dan menjadi sosok yang tidak bisa terlepas dari laki-laki. Perempuan-perempuan yang tetap berada dalam batasan tersebut akan memperoleh penghargaan dan rasa nyaman, sedangkan perempuan-perempuan yang tidak mampu memenuhi kriteria akan menghadapi tekanan dari berbagai pihak, baik dari laki-laki maupun perempuan yang lain. Perempuan-perempuan dalam karya-karya Suparto Brata telah menunjukkan keberhasilannya keluar dari ranah domestik dan masuk ke ranah publik, namun mereka belum mampu merasakan kebebasan yang seutuhnya. Perempuan-perempuan modern ini harus terikat pada aturan-aturan yang dibuat oleh mistik feminin. Mistik feminin secara terang-terangan menyatakan bahwa perempuan yang berpendidikan 129

tinggi dan bekerja adalah perempuan yang berbahaya. Perempuan yang baik adalah perempuan yang hanya sibuk dengan urusan domestik, menjaga kecantikan, memberikan kebahagiaan bagi suami dan anak-anaknya. Tuntutan mistik feminin pada perempuan membuat perempuan sibuk dan mengabaikan mimpinya akan dunia publik serta tidak akan lagi mempunyai waktu untuk mencerdaskan dirinya. Perempuan tidak akan sepenuhnya memperoleh kebebasan dan ruang gerak yang tak terbatas selama ia masih berusaha hidup sesuai dengan tuntutan masyarakat. Perempuan-perempuan modern yang berkarir dibuat seolah-olah menderita krisis identitas sehingga perempuan tidak akan berhenti melakukan pencarian identitas melalaui laki-laki. Perempuan-perempuan yang telah berhasil mensubjekkan dirinya secara paradoks ditarik mundur ke ranah domestik agar menjadi objek oleh Suparto Brata. Perempuan selain memerlukan pemenuhan identitas, juga memerlukan pemenuhan kebutuhan seksual dari laki-laki. Suparto Brata membuat perempuanperempuan ciptaannya dalam karya-karyanya sebagai objek dalam proses pemenuhan kebutuhan seksualnya, meskipun beberapa perempuan sudah berusaha untuk mensubjekkan dirinya. Pemenuhan kebutuhan seksual pada perempuan dijadikan senjata oleh mistik feminin untuk menghentikan ketertarikan perempuan pada dunia publik. Perempuanperempuan yang telah sukses berada di ranah publik ditunjukkan oleh Suparto Brata menjadi objek dalam hal pemenuhan seksual karena pendidikan dan karir perempuan tidak akan memberikan peningkatan kepuasan seksual bagi perempuan. Laki-laki tetap memegang peran yang penting dalam kehidupan seksual perempuan. Jadi, jika 130

laki-laki menginginkan perempuan untuk tetap tinggal di ranah domestik, perempuan akan menuruti perintah tersebut demi mendapatkan kepuasan seksual dari laki-laki. Selain itu, perempuan-perempuan tersebut sebagian besar digambarkan berada dalam norma dan adat Jawa yang berlaku hingga kini, yakni bahwa kewajiban seorang perempuan untuk tetap menjaga keperawanannya hingga masa pernikahan dan perempuan terus menerus menjadi objek dalam setiap hal yang berhubungan dengan kepuasan seksual. Perempuan-perempuan modern yang hidup dalam bentukan mistik feminin sungguh bukanlah suatu pilihan karena perempuan harus mampu memberikan anak bagi suaminya. Semua perempuan yang telah berhasil mengokupasi ruang publik dalam karya-karya Suparto Brata tidak ada satupun yang menginginkan kehadiran anak murni dari hatinya. Dua perempuan menginginkan anak karena keinginan dari calon ibu mertua, dan dua perempuan yang lain menginginkan anak karena perintah suami. Karya-karya Suparto Brata tersebut mendorong perempuan untuk melahirkan anak dengan tujuan utama untuk mengubur ambisi perempuan berada di ranah publik. Setelah usaha-usaha mistik feminin berhasil untuk melumpuhkan kekuatan dan daya nalar perempuan, mistik feminin menciptakan konsep bentuk fisik dan sikap ideal seorang perempuan. Tidak ada satupun laki-laki yang tertarik dengan perempuan karena kepandaian, tingkat pendidikan, atau karir perempuan. Semua laki-laki hanya tertarik karena kecantikan dan sikap feminin perempuan. Suparto Brata membentuk citra perempuan seperti yang diinginkan oleh mistik feminin, yakni perempuan yang menjaga feminitas mereka dengan sikapnya yang lemah dan selalu membutuhkan laki-laki. Suparto Brata melalui konsep yang modern dalam karya-karyanya sesungguhnya sedang menyeret perempuan untuk kembali 131

seperti gambaran yang diinginkan oleh gambaran kuno yang dibentuk kelas atas, bahwa perempuan Jawa yang cantik adalah perempuan yang memiliki tubuh tinggi langsing, rambut hitam legam, payudara berisi, kulit yang kuning mengkilat, dan senyum menawan. Suparto Brata sebagai penulis yang hidup di era penjajahan Belanda, Jepang, dan kemerdekaan Indonesia berasal dari golongan kelas atas, sehingga mudah baginya untuk mereproduksi konsep yang telah diciptakan oleh kelas atas. Usaha Suparto Brata untuk mengembalikan perempuan-perempuan modern ciptaannya ke dalam ranah domestik untuk menunjukkan bahwa sisi lain perempuan modern adalah kehidupan yang yang timpang dan tidak lengkap, sehingga Suparto Brata berusaha melengkapi kehidupan perempuan modern ciptaannya dengan kehadiran laki-laki. Suparto Brata menghadirkan bentuk-bentuk paradoksalitas ruang domestik dengan cara menghadirkan nuansa ruang domestik dalam ruang publik dan ruang domestik tipuan. Bentuk-bentuk paradoksalitas ini menyamarkan usaha sesungguhnya untuk menyeret mundur perempuan ke dalam ranah domestik. Perempuan pada awalnya berlomba-lomba untuk keluar dari ranah domestik, namun secara tidak disadari bahwa sesungguhnya dirinya terjebak dalam ranah domestik yang semakin dalam. 5.2 Saran Secara khusus penulis telah memusatkan perhatian pada usaha-usaha untuk menciptakan citra perempuan modern yang telah berhasil mengokupasi ruang publik. Perempuan berusaha untuk mengeyam pendidikan tinggi dan mandiri secara finansial sehingga tidak bergantung dengan laki-laki. Akan tetapi, konsep perempuan yang 132

merupakan konstruksi masyarakat patriarki masih membelenggu citra perempuanperempuan modern tersebut. Pengkajian persoalan konsep-konsep citra perempuan modern ini sebaiknya menggunakan teori mistik feminin. Tinjauan mistik feminin dalam mengulas masalah citra perempuan modern merupakan usaha untuk menemukan konsep-konsep pembentukan citra perempuan modern yang justru menindas dan membatasi ruang gerak perempuan dalam karya-karya Suparto Brata yang berjudul Ser! Ser! Plong!, Mbok Randha Saka Jogja, Cocak Nguntal Elo, dan Nona Sekretaris hanya merupakan salah satu alternatif pemecahan. Oleh karena itu, perlu dilakukan lebih banyak variasi pengembangan penelitian agar dapat ditemukan hal-hal yang lebih bermanfaat. Seperti kata pepatah, tiada gading yang tak retak, penulis menyadari bahwa analisis dalam penelitian ini jauh dari kata sempurna yang disebabkan oleh keterbatasan pengetahuan penulis. Penulis mengharapkan kekurangan tersebut dapat diteliti lebih lanjut dan disempurnakan oleh peneliti lain sehingga apa yang diharapkan oleh pengarang dalam karya ini dapat digali dan diungkapkan lebih mendalam dan dapat bermanfaat bagi perkembangan ilmu pengetahuan khususnya studi kajian kesusatraan dalam perspektif mistik feminin. 133