1. PENDAHULUAN. Jenis makanan basah ataupun kering memiliki perbedaan dalam hal umur simpan

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. berjalan berdampingan. Kedua proses ini menjadi penting karena dapat

III. METODE PENELITIAN. Pertanian Fakultas Pertanian Universitas Lampung dan Laboratorium Teknologi

I PENDAHULUAN. Pemikiran, (6) Hipotesis Penelitian dan (7) Tempat dan Waktu Penelitian.

I. PENDAHULUAN. Tingginya prevalensi gizi buruk dan gizi kurang, masih merupakan

III. TINJAUAN PUSTAKA

I. PENDAHULUAN. Pemikiran, (6) Hipotesis Penelitian dan (7) Tempat dan Waktu Penelitian.

I. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Kabupaten Kendal terkenal dengan sentra pertanian, salah satunya adalah

II. TINJAUAN PUSTAKA. bawang putih, dan asam jawa. Masing-masing produsen bumbu rujak ada yang

HASIL DAN PEMBAHASAN

I PENDAHULUAN. Bab ini menguraikan mengenai: Latar belakang, Identifikasi masalah,

Mochamad Nurcholis, STP, MP. Food Packaging and Shelf Life 2013

HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. upaya untuk menyelamatkan harga jual buah jambu getas merah terutama

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

ABSTRAK. Keripik pisang merupakan makanan ringan yang mudah mengalami ketengikan. Salah

BAB I PENDAHULUAN. Pemikiran, (6) Hipotesis Penelitian, (7) Tempat dan Waktu Penelitian.

PENDUGAAN UMUR SIMPAN PRODUK PANGAN

Jl. Prof. Soemantri Brojonegoro No. 1 Bandar Lampung ABSTRACT

I PENDAHULUAN. (6) Hipotesis Penelitian, dan (7) Tempat dan Waktu. dan termasuk ke dalam famili Solanacea. Buahnya merupakan sumber vitamin

Pengalengan buah dan sayur. Kuliah ITP

HASIL DAN PEMBAHASAN

PAPER BIOKIMIA PANGAN

PENGARUH JENIS KEMASAN DAN LAMA PENYIMPANAN TEHADAP SIFAT KIMIA, MIKROBIOLOGI, DAN ORGANOLEPTIK PERMEN KARAMEL SUSU KAMBING. (Laporan Penelitian) Oleh

Prinsip-prinsip Penanganan dan Pengolahan Bahan Agroindustri

2 TINJAUAN PUSTAKA. : Malacopterygii. : Stolephorus sp.

PENENTUAN KADALUWARSA PRODUK PANGAN

PLASTIK SEBAGAI BAHAN KEMASAN INDUSTRI MAKANAN DAN MINUMAN (oleh: Bambang S. Ariadi)

4. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. Tabel 1. Karakteristik teh hijau No Parameter SNI Menurut Nasution dan Tjiptadi (1975) 1 Keadaan - Rasa

I. PENDAHULUAN. Ubi jalar (Ipomoea batatas L) merupakan salah satu hasil pertanian yang

I. PENDAHULUAN. Bab ini menjelaskan mengenai: (1) Latar Belakang, (2) Identifikasi

PENDAHULUAN. Bab ini akan menguraikan mengenai: (1.1) Latar Belakang,

Gambar 1. Wortel segar

I PENDAHULUAN. Bab ini menguraikan mengenai: (1) Latar Belakang Penelitian, (2) Bawang merah (Allium ascalonicum L.) adalah jenis tanaman sayur umbi

pangan fungsional yang beredar di pasaran. Salah satu pangan fungsional yang

METODOLOGI PENELITIAN

MIKROBIOLOGI PANGAN TITIS SARI

I PENDAHULUAN. Penelitian merupakan sebuah proses dimana dalam pengerjaannya

I PENDAHULUAN. Bab ini menguraikan mengenai: (1) Latar Belakang Penelitian,

TEKNIK PENGEMASAN DAN PENYIMPANAN Interaksi Bahan dan Teknologi Pengemasan

I. PENDAHULUAN. (1.2) Identifikasi Masalah, (1.3) Maksud dan Tujuan Penelitian, (1.4) Manfaat

II. TINJAUAN PUSTAKA A. KOPI INSTAN

I. PENDAHULUAN. Pemikiran, (6) Hipotesis Penelitian dan (7) Tempat dan Waktu Penelitian.

PENDAHULUAN. Buah-buahan tidak selalu dikonsumsi dalam bentuk segar, tetapi sebagian

II. TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

ASPEK MIKROBIOLOGIS PENGEMASAN MAKANAN

I. PENDAHULUAN. Pemikiran, (6) Hipotesis Penelitian, dan (7) Tempat dan Waktu Penelitian.

BAB II LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN. Protein (KEP). KEP merupakan suatu keadaan seseorang yang kurang gizi

1 I PENDAHULUAN. Identifikasi Masalah, (1.3) Maksud dan tujuan Penelitian, (1.4) Manfaat

I. PENDAHULUAN. sebagai bahan utamanya dan bumbu pelengkap seperti terasi, garam, asam jawa.

KESIMPULAN DAN SARAN KESIMPULAN. Hasil penelitian menunjukkan bahwa subtitusi pati ganyong pada

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Rendemen merupakan suatu parameter yang penting untuk mengetahui nilai

dari reaksi kimia. d. Sumber Aseptor Elektron

BAB I PENDAHULUAN. Pusat Statistik pada tahun 2011 produksi tanaman singkong di Indonesia

I. PENDAHULUAN. Makanan pendamping ASI (MP-ASI) adalah makanan atau minuman yang

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

1. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

HASIL DAN PEMBAHASAN

5.1 Total Bakteri Probiotik

BAB I PENDAHULUAN. Bergesernya selera masyarakat pada jajanan yang enak dan tahan lama

HASIL DAN PEMBAHASAN. Karakteristik Fisik Sosis Sapi

Pengawetan pangan dengan pengeringan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

PENGARUH KONSENTRASI NATRIUM METABISULFIT (Na2S2O5) DAN LAMA PERENDAMAN TERHADAP KARAKTERISTIK TEPUNG KECAMBAH KEDELAI

I PENDAHULUAN. Bab ini membahas mengenai : (1) Latar Belakang Penelitian, (2) Identifikasi

I. PENDAHULUAN. Kabupaten Lampung Barat merupakan salah satu kabupaten penghasil sayuran

PENGERINGAN PENDAHULUAN PRINSIP DAN TUJUAN PENGOLAHAN SECARA PENGERINGAN FAKTOR-FAKTOR PENGERINGAN PERLAKUAN SEBELUM DAN SETELAH PENGERINGAN

BAB II LANDASAN TEORI

I PENDAHULUAN. Identifikasi Masalah, (3) Tujuan Penelitian, (4) Manfaat Penelitian, (5) Kerangka

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. batok sabut kelapa (lunggabongo). Sebelum dilakukan pengasapan terlebih dahulu

1. PENDAHULUAN Latar Belakang

adalah produk pangan dengan menggunakan bakteri probiotik. Produk pangan Bakteri probiotik merupakan bakteri baik yang dapat memberikan keseimbangan

II. TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman benguk (Mucuna pruriens var. utilitis) berbentuk perdu dan tergolong

I. PENDAHULUAN. mengenai : (1) Latar Belakang, (2) Identifikasi. Masalah, (3) Maksud dan Tujuan, (4) Manfaat Penelitian, (5) Kerangka

1. PENDAHULUAN. pengetahuan dan tingkat kesadaran masyarakat tentang kebutuhan gizi

KERUSAKAN BAHAN PANGAN TITIS SARI

I PENDAHULUAN. Bab ini menguraikan mengenai : (1.1.) Latar Belakang, (1.2.) Identifikasi

Penggolongan minyak. Minyak mineral Minyak yang bisa dimakan Minyak atsiri

II. TINJAUAN PUSTAKA. membantu aktivitas pertumbuhan mikroba dan aktivitas reaksi-reaksi kimiawi

BAB I PENDAHULUAN. perikanan yang sangat besar. Oleh karena itu sangat disayangkan bila. sumber protein hewani, tingkat konsumsi akan ikan yang tinggi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. dari kedelai yang melalui proses fermentasi. Berdasarkan data dari BPS, produksi

1 I PENDAHULUAN. Pemikiran, (6) Hipotesis Penelitian, dan (7) Waktu dan Tempat Penelitian.

PENGERINGAN SAYURAN DAN BUAH-BUAHAN

PENDAHULUAN. Bab ini akan menguraikan mengenai : (1) Latar Belakang, (2) Identifikasi. Kerangka Pemikiran, dan (7) Hipotesis Penelitian.

1 I PENDAHULUAN. Bab ini menjelaskan mengenai: (1) Latar Belakang, (2) Identifikasi. Pemikiran, (6) Hipotesis, dan (7) Waktu dan Tempat Penelitian.

I. PENDAHULUAN. Jamur tiram (Pleurotus ostreatus) merupakan salah satu jenis sayuran sehat yang

PENDUGAAN MASA KADALUSA DENGDENG LUMAT IKAN PATIN (Pangasius hypopthalmus) Oleh. Elita Survani Gultom 1), Dahlia 2), Suparmi 2)

I. PENDAHULUAN. Makanan pendamping ASI (MP-ASI) adalah makanan atau minuman yang

II. TINJAUAN PUSTAKA

I. PENDAHULUAN. Cabai rawit kathur (Capsicum frutescens) merupakan komoditas rempah-rempah

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. dan mempertahankan kesegaran buah. Pada suhu dingin aktivitas metabolisme

I PENDAHULUAN. Pemikiran, (6) Hipotesis Penelitian dan (7) Tempat dan Waktu Penelitian.

BAB I PENDAHULUAN. Telur adalah salah satu bahan makanan hewani yang dikonsumsi selain

I. PENDAHULUAN. Tempe merupakan produk pangan tradisional Indonesia berbahan dasar kacang

Transkripsi:

1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Parameter sensori sangat penting pada tahap penelitian dan pengembangan produk pangan baru. Produk baru yang dihasilkan harus memiliki penanganan yang tepat agar tidak mengalami penurunan kualitas mutu dan kandungan gizi pada produk. Jenis makanan basah ataupun kering memiliki perbedaan dalam hal umur simpan produk. Produk kering seperti bahan makanan campuran (BMC) perlu mengaplikasikan metode penetapan umur simpan. Hal ini dilakukan agar dapat diketahui periode waktu produk yang sudah tidak layak konsumsi karena adanya penurunan mutu dan kadar gizi. BMC (Bahan Makanan Campuran) merupakan salah satu bentuk bahan hasil proses suplementasi dengan menggunakan beberapa jenis bahan makanan untuk saling melengkapi dalam hal kandungan gizi. Kombinasi tepung sukun dan tepung kacang benguk germinasi untuk bahan makanan campuran (BMC) sebagai makanan pendamping air susu ibu (MP ASI) akan menghasilkan formulasi BMC dengan nilai gizi yang tinggi. Usaha ini akan membuat sukun dan kacang benguk dapat

2 dimanfaatkan lebih optimal sehingga nilai ekonomisnya meningkat, serta menambah keragaman jenis makanan karena BMC juga dapat digunakan dalam berbagai olahan pangan selain MP-ASI (Setyani, 2010). Dilihat dari komponen gizi yang terdapat pada produk BMC, selama penyimpanan produk terjadi perubahan yang menyebabkan kerusakan sehingga produk tidak tahan lama disimpan. Oleh karena itu, apabila produk tidak habis dikonsumsi, maka perlu disimpan sampai batas waktu tertentu sehingga masih layak untuk dikonsumsi. Produk yang disimpan terlalu lama kemungkinan akan berbahaya bila dikonsumsi. Penilaian tentang umur simpan dapat dilakukan pada kondisi dipercepat (accelerated shelf life test) yang selanjutnya dapat memprediksi umur simpan yang sebenarnya. Metode ini dapat dilakukan dengan mengkondisikan bahan pangan pada kondisi yang berbeda suhu (Arpah, 2001). Menurut Hariyadi (2004), penentuan suhu penyimpanan pada produk pangan kering yaitu dengan suhu pengujian 25 o C, 30 o C, 35 o C,40 o C, dan 45 o C, sedangkan suhu kontrol dilakukan pada suhu 18 o C. Produk yang akan dilakukan pengujian dikemas dengan menggunakan kemasan plastik poliethilen (PE). Berbagai makanan yang dikemas dengan plastik poliethilen (PE) menunjukkan bahwa makanan tersebut cukup baik dan layak dikonsumsi selama kurun waktu tertentu tanpa adanya penurunan mutu. Oleh karena itu penelitian ini akan melanjutkan penelitian terdahulu yaitu untuk melakukan pendugaan umur simpan produk BMC pada kemasan plastik poliethilen (PE).

3 1.2 Tujuan Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan waktu penyimpanan yang tepat dari produk BMC tepung sukun dan tepung kacang benguk germinasi dengan kemasan plastik poliethilen. 1.3 Kerangka Pemikiran Penelitian yang telah dilakukan oleh Setyani dkk (2010), menunjukkan bahwa penggunaan tepung sukun 35-40%, tepung kacang benguk germinasi 19,4-26,4 %, bahan tambahan tepung susu skim 10-25 %, tepung gula 10%, minyak jagung 10%, soda kue 0,1%, dan garam 0,5% akan menghasilkan BMC-MP-ASI dengan komposisi zat gizi makro dan mikro serta energi yang memenuhi SNI 01-7111.1-2005. Produk ini memiliki komposisi : protein sekitar 12%, lemak 10%, karbohidrat 70%, mineral: Na, Fe, Ca, Zn dan vitamin A 26,0 eq. retinol, PER sebesar 2,828, DC sejati sebesar 83,627, HCN 0,041 mg/g, asam fitat 0,096 mg/g, produk berasa manis, aroma dan penerimaan secara keseluruhan disukai. Kandungan lemak dalam bahan pangan memberi kesempatan bagi jenis-jenis mikroorganisme lipolitik untuk tumbuh secara dominan, dan jika lemak teroksidasi dapat menyebabkan kerusakan lemak dan menghasilkan zat-zat yang disebut asam organik dan keton yang mempunyai bau dan rasa tengik. Protein juga merupakan sumber timbulnya mikroorganisme, hal ini karena protein merupakan sumber nitrogen baik untuk pertumbuhan mikroorganisme. Mikroorganisme membutuhkan

4 nitrogen yang diperoleh dari bahan organik berupa asam amino, peptide, dan protein atau bahan organik seperti ammonium (NH 4 ) untuk aktifitasnya. Prabhakar dan Amia (1978) menyatakan bahwa pada aw yang tinggi, oksidasi lemak berlangsung lebih cepat daripada aw rendah. Kandungan air dalam bahan pangan, selain mempengaruhi terjadinya perubahan kimia juga ikut menentukan kandungan mikroba pada pangan. Selain kadar air, kerusakan produk pangan juga disebabkan oleh ketengikan akibat terjadinya oksidasi atau hidrolisis komponen bahan pangan. Tingkat kerusakan tersebut dapat diketahui melalui analisis asam lemak bebas (ALB) dan tio barbituric acid (TBA). Pertumbuhan mikroba pada produk pangan dipengaruhi oleh faktor intrinsik dan ekstrinsik. Faktor instrinsik mencakup keasaman (ph), aktivitas air (aw), equilibrium humidity (Eh), kandungan nutrisi, struktur biologis, dan kandungan antimikroba. Faktor eksterinsik meliputi suhu penyimpanan, kelembaban relatif, serta jenis dan jumlah gas pada lingkungan (Arpah 2001). Reaksi kimia pada umumnya dipengaruhi oleh suhu, maka model Arrhenius mensimulasikan percepatan kerusakan produk pada kondisi penyimpanan suhu tinggi di atas suhu penyimpanan normal. Laju reaksi kimia yang dapat memicu kerusakan produk pangan umumnya mengikuti laju reaksi ordo 0 dan ordo 1 (persamaan 1 dan 2). Tipe kerusakan pangan yang mengikuti model reaksi ordo nol adalah degradasi enzimatis (misalnya pada buah dan sayuran segar serta beberapa pangan beku); reaksi pencoklatan non-enzimatis (misalnya pada biji-bijian kering, dan produk susu

5 kering); dan reaksi oksidasi lemak (misalnya peningkatan ketengikan pada snack, makanan kering dan pangan beku). Sedangkan tipe kerusakan bahan pangan yang termasuk dalam reaksi ordo satu adalah (1) ketengikan (misalnya pada minyak salad dan sayuran kering); (2) pertumbuhan mikroorganisme (misal pada ikan dan daging, serta kematian mikoorganisme akibat perlakuan panas); (3) produksi off flavor oleh mikroba; (4) kerusakan vitamin dalam makanan kaleng dan makanan kering; dan (5) kehilangan mutu protein (makanan kering) (Labuza, 1982). Kemasan yang dapat digunakan sebagai wadah penyimpanan harus memenuhi beberapa persyaratan, yakni dapat mempertahankan mutu produk supaya tetap bersih serta mampu memberi perlindungan terhadap produk dari kotoran, pencemaran, dan kerusakan fisik, serta dapat menahan perpindahan gas dan uap air. Salah satu jenis kemasan bahan pangan yaitu plastik. Faktor yang mempengaruhi konstanta permeabilitas pada kemasan plastik antara lain adalah jenis permeabilitas, ada tidaknya ikatan silang (cross linking), suhu, bahan tambahan elastis (plasticer), jenis polimer film, sifat dan besar molekul gas, serta kelarutan bahan. Jenis permeabilitas film bergantung pada bahan yang digunakan, dan permeabilitas film polyethylene (PE) lebih kecil daripada polypropylene (PP). Hal ini menunjukkan bahwa gas atau uap air akan lebih mudah masuk pada bahan pengemas jenis PP daripada PE. Peningkatan suhu juga mempengaruhi pemuaian gas yang menyebabkan terjadinya perbedaan konstanta permeabilitas. Keberadaan air akan menimbulkan perenggangan pada pori-pori film sehingga meningkatkan permeabilitas (Syarief dkk., 1989).

6 1.4 Hipotesis Hipotesis penelitian adalah terdapat waktu penyimpanan yang tepat pada produk BMC dari tepung sukun dan tepung kacang benguk germinasi yang dikemas dengan plastik poliethilen (PE).