ABSTRAK. Kata kunci: Cysticercus cellulosae, crude antigen, ELISA

dokumen-dokumen yang mirip
Deteksi Antibodi terhadap Cysticercus Cellulosae pada Babi Lokal yang Dipotong di Tempat Pemotongan Babi Panjer, Denpasar

Penggunaan Crude Antigen Cysticercus cellulosae Isolat Bali Untuk Optimalisasi Uji ELISA

Crude Antigen Cystisercus Taenia Saginata Isolat Bali untuk Deteksi Sistiserkosis pada Sapi

NI MADE AYUDININGSIH ASTITI SUDEWI NIM

BAB I PENDAHULUAN. kelangsungan hidup cacing parasitik yang ditunjang oleh pola hidup kesehatan

Seroprevalensi Sistiserkosis pada Babi Lokal yang Dipotong di Tempat Pemotongan Babi Penatih, Denpasar

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang. menelan stadium infektif yaitu daging yang mengandung larva sistiserkus.

TESIS CRUDE ANTIGEN CYSTISERCUS TAENIA SAGINATA ISOLAT BALI UNTUK DETEKSI SISTISERKOSIS PADA SAPI HERTATI ANRIANI LUBIS

TINJAUAN PUSTAKA. Klasifikasi, Morfologi dan Daur Hidup Taenia sp.

HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Sistiserkosis dan taeniasis merupakan penyakit zoonosis yang disebabkan

Evaluasi Uji ELISA dengan Serum Lapangan sebagai Crude Antigen di Bali. Evaluation of ELISA Test using Field Serum as a crude antigen in Bali

Seroprevalensi Sistiserkosis pada Babi di Papua

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. berabad-abad lalu. Beberapa sinonim sapi bali yaitu Bos javanicus, Bos banteng

BAB 2 TI JAUA PUSTAKA

Survei Seroprevalensi Taenia solium Sistiserkosis Di Kabupaten Mimika, Papua

Survei Seroprevalensi Taenia solium Sistiserkosis Di Kabupaten Mimika, Papua

KONTAMINASI SISTISERKUS PADA DAGING DAN HATI SAPI DAN BABI YANG DIJUAL DI PASAR TRADISIONAL PADA KECAMATAN MEDAN KOTA. Oleh : MARIANTO

Respons Imun Mencit yang Diimunisasi dengan Cysticercus cellulosae

Taenia saginata dan Taenia solium

PREVALENSI DAN DISTRIBUSI TAENIASIS DAN SISTISERKOSIS

ISOLASI ANTIGEN SISTISERKOSIS PADA BABI DAN SAPI

Pada dasarnya morfologi cacing dewasa terdiri dari : - Kepala/scolec, - Leher, -Strobila,

TAENIASIS DAN SISTISERKOSIS MERUPAKAN PENYAKIT ZOONOSIS PARASITER

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN SISTISERKOSIS PADA PENDUDUK KECAMATAN WAMENA, KABUPATEN JAYAWIJAYA, PROPINSI PAPUA TAHUN 2002

TINJAUAN PUSTAKA. Biologi Taenia solium. Klasifikasi dan Morfologi

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

KAJIAN SISTISERKOSIS/TAENIASIS PADA BABI HUTAN DAN BABI PELIHARAAN SERTA PETERNAK DI KABUPATEN WAY KANAN, PROVINSI LAMPUNG HERI YULIANTO

FAKTOR RISIKO KEJADIAN SISTISERKOSIS PADA BABI DI KABUPATEN FLORES TIMUR NUSA TENGGARA TIMUR UMI SITI AISYAH SALEH

UCAPAN TERIMAKASIH. Puji syukur penulis panjatkan kehadapan Ida Sang Hyang Widhi Wasa Tuhan

Disebut Cacing Pipih (Flat Worm) dengan ciri antara lain:

TAENIASIS/SISTISERKOSIS DI ANTARA ANGGOTA KELUARGA DI BEBERAPA DESA, KABUPATEN JAYAWIJAYA, PAPUA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. peningkatan angka kejadian, tidak hanya terjadi di Indonesia juga di berbagai

Seroprevalensi Positif Sistiserkosis pada Babi Hutan di Kabupaten Way Kanan, Provinsi Lampung

HASIL DAN PEMBAHASAN Reaksi Antiserum terhadap TICV pada Jaringan Tanaman Tomat

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Total dan Diferensial Leukosit Sapi Bali yang Terinfeksi Cysticercus Bovis Secara Eksperimental

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Peternakan babi berperan penting dalam meningkatkan perekonomian

Ciri-ciri umum cestoda usus

Deteksi Antibodi Terhadap Virus Avian Influenza pada Ayam Buras di Peternakan Rakyat Kota Palangka Raya

BAB 4 HASIL PENELITIAN

DETEKSI CACING PITA (Taenia solium L.) MELALUI UJI FESES PADA MASYARAKAT DESA PURWOSARI KECAMATAN TORUE KABUPATEN PARIGI MOUTONG SULAWESI TENGAH

ABSTRAK. Kata kunci: Ascaridia galli, antigen ekskretori/sekretori, ELISA ABSTRACT

BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang. Penyakit Surra merupakan penyakit pada ternak yang disebabkan oleh

4. HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang. protozoa Toxoplasma gondii, infeksi parasit ini dijumpai di seluruh dunia

HASIL DAN PEMBAHASAN

EVALUASI UJI ELISA DENGAN CRUDE ANTIGENCYSTICERCUSTAENIA SAGINATAISOLAT LOKAL PADA SERUM LAPANGAN SAPI BALI

PETUNJUK PEMBERANTASAN TAENIASIS/SISTISERKOSIS DI INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. kronik dan termasuk penyakit hati yang paling berbahaya dibandingkan dengan. menularkan kepada orang lain (Misnadiarly, 2007).

Studi Biologi Perkembangan Metacestoda Taenia Saginata Pada Sapi Bali

BAB 1 PENDAHULUAN. penyebarannya melalui media tanah masih menjadi masalah di dalam dunia kesehatan

STUDI KEJADIAN SISTISERKOSIS PADA BABI YANG DIJUAL DI PASAR JIBAMA KABUPATEN JAYAWIJAYA PAPUA FERRY DEVIDSON MAITINDOM

KAJIAN EPIDEMIOLOGI SISTISERKOSIS PADA BABI DAN KARAKTERISASI RISIKO DAGING BABI BAKAR BATU DI KABUPATEN JAYAWIJAYA PAPUA INRIYANTI ASSA

3 SEROPREVALENSI TRICHINELLOSIS PADA BABI DI TEMPAT PEMOTONGAN HEWAN OEBA KUPANG PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR

4. HASIL DAN PEMBAHASAN

I. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Dirofilaria immitis (D. immitis) yang dikenal sebagai cacing jantung,

ABSTRAK ANGKA KEJADIAN INFEKSI CACING DI PUSKESMAS KOTA KALER KECAMATAN SUMEDANG UTARA KABUPATEN SUMEDANG TAHUN

360 ekor, sedangkan ras Saddle Back adalah 50 ekor. Perkiraan kisaran berat badan

BAB I PENDAHULUAN. sampai pada saat makanan tersebut siap untuk dikonsumsi oleh konsumen. adalah pengangkutan dan cara pengolahan makanan.

Sumber penularan penyakit. Penerima. Diagram Penularan Penyakit

PREVALENSI TELUR CACING Taenia Saginata PADA FESES SAPI DI RUMAH PEMOTONGAN HEWAN. Agus Evendi

TAENIASIS DAN CYSTICERCOSIS : PENYAKIT ZOONOSIS YANG KURANG DIKENAL OLEH MASYARAKAT DI INDONESIA

BAB III. BAHAN DAN METODE PENELITIAN

BAB III VIRUS TOKSO PADA KUCING

Distribusi dan Jumlah Cysticercus bovis pada Sapi Bali yang Diinfeksi Telur Taenia saginata Empat Bulan Pasca Infeksi

PENGEMBANGAN METODE ELISA UNTUK MENDIAGNOSIS PENDERITA SCHISTOSOMIASIS DI NAPU SULAWESI TENGAH TAHUN 2012

BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang. Infeksi cacing masih merupakan salah satu masalah. kesehatan masyarakat yang penting di negara berkembang,

BAB I PENDAHULUAN. penyakit ini adalah hewan yang ada di sekitar kita, seperti ayam, kucing, anjing, burung,

Protein Spesifik Cairan Kista Cysticercus bovis pada Sapi Bali yang Diinfeksi dengan Taenia saginata

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. protozoa parasit Toxoplasma gondii (T.gondii), parasit tersebut dapat menginfeksi

BAB I PENDAHULUAN. Hepatitis merupakan penyakit inflamasi dan nekrosis dari sel-sel hati yang dapat

BAB I PENDAHULUAN. Ternak babi merupakan salah satu jenis ternak yang memiliki banyak

I. PENDAHULUAN. disebabkan oleh mikroorganisme Salmonella enterica serotipe typhi yang

BAB I PENDAHULUAN. Peningkatan kasus infeksi human immunodeficiency virus (HIV) dan

Total Eritrosit, Hemoglobin, Pack Cell Volume, dan Indeks Eritrosit Sapi Bali yang Terinfeksi Cysticercus Bovis

BAB I PENDAHULUAN. seluruh dunia (Dastkhosh et al,2014). WHO memperkirakan orang

Lokakarya Fungsional Non Penelib' mycoplasma broth base (oxoid), D-glucose (BDH Chemicals), L.cystein HCI (BDH Chemicals), Thallous acetate (BDH Chemi

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. TORCH merupakan suatu istilah jenis penyakit infeksi yang terdiri

HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan, dan kesejahteraan sosial ekonomi pada masyarakat. World Health Organization (WHO) pada berbagai negara terjadi

Deskripsi. IMUNOGLOBULIN YOLK (IgY) ANTI Canine parvovirus MURNI UNTUK TERAPI INFEKSI VIRUS PARVO PADA ANJING

V. PEMBAHASAN Penelitian Lapangan

Produksi dan Karakterisasi Antibodi Monoklonal Anti-Cysticercus cellulosae

BAB II KAJIAN PUSTAKA. pertama kali saat terjadinya perang di Crimea, Malta pada tahun Gejala

I. PENDAHULUAN. yang dapat menyebabkan kematian, yang disebut sebagai salmonellosis. Habitat

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. CESTODA Cacing pita termasuk subkelas Cestoda, kelas Cestoidea, filum

ABSTRAK PREVALENSI KADAR TITER ANTI-A YANG TINGGI PADA POPULASI GOLONGAN DARAH O DI FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS KRISTEN MARANATHA ANGKATAN 2008

PRAKTIKUM ELISA (Enzyme- linked Immunosorbent Assay) Melviana Maya Anjelir Antika. Kamis 9 Januari 2014, pukul

I. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Protein berperan penting untuk perkembangan kecerdasan otak,

CARA PERKEMBANGBIAKAN INVERTEBRATA

BAB I PENDAHULUAN. menyerang hewan jenis unggas. Ascaridia galli merupakan cacing parasit yang

METODOLOGI PENELITIAN. Tempat dan Waktu Penelitian. Bahan dan Alat Penelitian

bio.unsoed.ac.id la l b T'b ', */'i I. PENDAHULUAN zt=r- (ttrt u1 II. JENIS PENYAKIT CACINGA}I '"/ *

bio.unsoed.ac.id I. PENDAHULUAN 2. JENIS PENYAKIT CACINGAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Diagnosa Infeksi Fasciola gigantica pada Sapi dengan Uji Capture-ELISA untuk Deteksi Antigen dalam Feses

PENDAHULUAN. Latar Belakang. Selama tiga dekade ke belakang, infeksi Canine Parvovirus muncul sebagai salah

BAB I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. dan berbentuk coccus (Rosenkranz et al., 2001). Secara serologis, sampai saat ini

Transkripsi:

ABSTRAK Sistiserkosis merupakan penyakit parasitik yang disebabkan oleh larva stadium metacestoda cacing pita yang disebut Cysticercus. Cysticercus yang ditemukan pada babi adalah Cysticercus cellulosae yang merupakan larva dari cacing pita Taenia solium. Penelitian ini dilakukan dengan tujuan mengevaluasi antigen crude Cysticercus cellulosae untuk mendeteksi sistiserkosis pada babi. Cysticercus celllulosae yang digunakan adalah isolat lokal yang diperoleh dari babi terinfeksi Taenia solium asal Karangasem-Bali. Penelitian dilakukan untuk optimalisasi ELISA (Enzyme Linked Immunosorbent Assay) terhadap antigen, serum, dan konjugat dengan cara mencari konsentrasi optimal dari antigen, pengenceran optimal serum, dan pengenceran optimal konjugat. Hasil penelitian didapatkan bahwa crude antigen Cysticercus cellulosae isolat Bali bersifat antigenik dan dapat digunakan untuk mendeteksi sistiserkosis pada babi dengan konsentrasi optimal antigen 0,3125 µg/ml, pengenceran optimal serum 1:50, dan pengenceran konjugat 1:2000. Kata kunci: Cysticercus cellulosae, crude antigen, ELISA

ABSTRACT Cysticercosis is a parasitic disease caused by tapeworm larvae called cysticercus. Cysticercus found in pigs is Cysticercus cellulosae which is the larvae of the tapeworm Taenia solium. This research was to evaluate Taenia solium cystisercus antigen for the detection of swine cysticercosis. Taenia solium Cysticercus antigen derived from local isolates, obtained from the pig infection of Taenia solium tapeworms from Bali especially Karangasem. The research was done by ELISA (Enzime Linked Immunosorbent Assay) optimization by determining the optimal concentration of antigen, optimal dilutions of serum and optimal dilutions of conjugate. The results showed that Taenia solium Cysticercus crude antigen (Bali isolate) are antigenic and can be used to detect swine cysticercosis with optimal concentration of antigen: 0.3125 µg/ml, optimal dilutions of serum: 1:50 and optimal dilution of conjugate: 1:2000. Keywords : Cysticercus cellulosae, crude antigen, ELISA

DAFTAR ISI Halaman PENGESAHAN... ii RIWAYAT HIDUP. iv ABSTRAK... v ABSTRACT. vi UCAPAN TERIMA KASIH... vii DAFTAR ISI... x DAFTAR GAMBAR... xii DAFTAR LAMPIRAN... xiii BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang... 1 1.2 Rumusan Masalah... 3 1.3 Tujuan Penelitian... 3 1.4 Manfaat Penelitian... 4 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Taenia solium... 5 2.2 Siklus Hidup... 6 2.3 Antigen.. 8 2.4 Uji ELISA... 11 2.5 Kerangka konsep... 12 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Materi Penelitian... 15 3.1.1 Sampel penelitian... 15 3.1.2 Alat dan bahan penelitian... 15 3.2 Metode Penelitian... 15 3.2.1 Pembuatan suspensi 10% crude antigen Cysticercus cellulosae. 15

3.2.2 Optimalisasi ELISA... 16 3.2.3 Titrasi suspensi crude antigen Cysticercus cellulosae... 16 3.2.4 Pemeriksaan ELISA pada serum... 17 3.3 Analisa Data... 18 3.4 Lokasi dan Waktu Penelitian... 18 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Penelitian. 19 4.1.1 Hasil titrasi antigen... 19 4.1.2 Hasil titrasi serum 20 4.1.3 Hasil titrasi konjugat 21 4.2 Pembahasan... 21 BAB V SIMPULAN DAN SARAN 5.1 Simpulan 24 5.2 Saran.. 24 DAFTAR PUSTAKA... 21 LAMPIRAN.. 30

DAFTAR GAMBAR Gambar Halaman 1. Siklus Hidup Taenia Solium.. 8 2. Optical Density ELISA serum kontrol positif dan serum kontrol negatif pada berbagai pengenceran antigen 20 3. Optical Density ELISA serum kontrol positif dan serum kontrol negatif pada berbagai pengenceran serum.. 21

DAFTAR LAMPIRAN Lampiran Halaman 1. Tabel pengenceran antigen Cysticercus cellulosae dan serum babi pada micro plate ELISA, Filter 450 nm 30 2. Tabel pengenceran Konjugat 1:2000 pada Filter 450 nm. 31

7 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Taeniasis adalah infeksi cacing pita dewasa Taenia solium dalam usus manusia sedangkan infeksi stadium larva atau metacestoda (Cystisercus cellulosae) pada inang perantara menyebabkan sistiserkosis (Ditjen P3L Depkes RI, 2005). Taeniasis tersebut ditemukan di daerah tertentu dengan kekhasan tipe budaya masyarakatnya, seperti di Pulau Samosir, Bali, Papua serta daerah transmigran seperti Lampung (Margono et al., 1989). Laporan terakhir menyebutkan bahwa kejadian sistiserkosis pada manusia masih terdeteksi secara sporadis dan ditemukan pada seekor babi di Kecamatan Kubu, Karangasem. Prevalensi penyakit cacing pita di Bali bervariasi antara 1,1 % sampai 27,5 % (Sudewi et al., 2008; Dharmawan et al., 2011; Swastika et al., 2011). Larva cacing pita T. solium yang terdapat pada daging babi disebut Cysticercus cellulosae. Babi akan terinfeksi sistiserkosis bila menelan telur atau proglotid T. solium yang dikeluarkan manusia lewat feses. Manusia akan terinfeksi sistiserkosis apabila mengkonsumsi daging babi yang tidak matang atau dimasak kurang matang yang mengandung C. cellulosae. Sistiserkosis menimbulkan gejala dan efek yang beragam sesuai dengan lokasi parasit dalam tubuh. Manusia dapat terjangkit satu sampai ratusan sistiserkus di jaringan tubuh yang berbedabeda. Sistiserkus pada manusia yang ditemukan pada bagian otak lebih dikenal dengan neurosistiserkosis, selain itu juga ditemukan pada bagian mata, otot, dan lapisan bawah kulit (Satrija, 2005; Wandra et al., 2006). Neurosistiserkosis adalah infeksi sistem saraf pusat akibat sistiserkus dari larva T. solium. Neurosistiserkosis merupakan faktor resiko penyebab stroke, 7

8 epilepsi, kelainan pada tengkorak dan dapat menimbulkan kematian pada manusia (Cruz et al., 1999). Diagnosis infeksi larva cacing pita, dapat dilakukan dengan pemeriksaan sampel jaringan seperti lidah, pemeriksaan daging pada ternak, biopsi kulit pada manusia dan dengan uji serologi (Garcia et al., 2003; Kraft, 2007). Menurut Gonzalez et al. (2006), palpasi merupakan salah satu cara deteksi ante mortem pada hewan yang diduga terinfeksi sistiserkosis di negara berkembang, namun memiliki sensitifitas yang rendah. Pengembangan uji imunodiagnostik untuk mendeteksi adanya agen penyakit tersebut telah dilakukan mulai puluhan tahun lalu. Pengembangan ELISA untuk mendeteksi keberadaan C. cellulosae melalui pemeriksaan antibodi anti-c. cellulosae pada serum telah berhasil dilakukan pada tahun 1997-1998 (Sato et al., 2003). Dorny et al. (2000) melaporkan ada perbedaan sensitifitas dan spesifisitas beberapa uji untuk deteksi sistiserkosis. Uji ELISA untuk deteksi antibodi memiliki sensitifitas 45,2% dan spesifisitas 88,2%, dan uji ELISA untuk deteksi antigen memiliki sensitifitas 64,5% dan spesifisitas 91,2%. Beberapa laporan tersebut, mengindikasikan bahwa ELISA merupakan uji dengan tingkat sensitifitas dan spesifisitas yang terbaik dibandingkan teknik metode diagnosis lainnya. Penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk menentukan konsentrasi optimal antigen yang berasal dari protein crude C. cellulosae isolat lokal Bali, berapa pengenceran optimal serum dan konjugat yang efektif digunakan untuk mendeteksi antibodi C. cellulosae pada babi yang terinfeksi. 1.2Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang di atas, maka dapat dirumuskan suatu masalah yaitu: 8

9 1. Berapa konsentrasi optimal protein Crude C. cellulosae isolat Bali pada Uji ELISA untuk mendeteksi sistiserkosis? 2. Berapa pengenceran optimal serum yang dipakai pada Uji ELISA untuk mendeteksi sistiserkosis? 3. Berapa pengenceran optimal konjugat yang dipakai pada Uji ELISA untuk mendeteksi sistiserkosis? 1.3 Tujuan Penelitian Penelitian ini bertujuan memperoleh optimalisasi Uji ELISA, yaitu untuk : 1. Mengetahui konsentrasi optimal protein Crude C. cellulosae, 2. Mengetahui pengenceran optimal serum babi yang diduga terinfeksi sistiserkosis, dan 3. Mengetahui pengenceran optimal konjugat. 1.4 Manfaat Penelitian Dari hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi lebih lanjut mengenai crude antigen C. cellulosae yang diperoleh dari isolat lokal, sehingga dapat digunakan sebagai agen diagnostik untuk menentukan seroprevalensi pada kasus sistiserkosis. 9