IMPLEMENTASI PENGATURAN JAKSA PENGACARA NEGARA DALAM PENANGANAN PERKARA KEPAILITAN DI KEJAKSAAN NEGERI BANJARMASIN. Abstrak

dokumen-dokumen yang mirip
IMPLEMENTASI PENGATURAN JAKSA PENGACARA NEGARA DALAM PENANGANAN PERKARA KEPAILITAN

PENAGIHAN SEKETIKA SEKALIGUS

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 TAHUN 2000 TENTANG PERMOHONAN PERNYATAAN PAILIT UNTUK KEPENTINGAN UMUM PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

IMPLEMENTASI PENGATURAN JAKSA PENGACARA NEGARA DALAM PENANGANAN PERKARA KEPAILITAN DI KEJAKSAAN NEGERI BANJARMASIN TESIS

BAB IV PEMBAHASAN. A. Kedudukan Hukum Karyawan Pada Perusahaan Pailit. perusahaan. Hal ini dikarenakan peran dan fungsi karyawan dalam menghasilkan

B. Saran DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN BAB I PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN. suatu barang maupun jasa agar menghasilkan keuntungan.

BAB I PENDAHULUAN. pelunasan dari debitor sebagai pihak yang meminjam uang. Definisi utang

BAB I PENDAHULUAN. globalisasi yang melanda dunia usaha dewasa ini telah menimbulkan banyak

BAB I PENDAHULUAN. kepentingannya dalam masyarakat dapat hidup dan berkembang secara. elemen tidak dapat hidup sendiri-sendiri, tetapi

KEDUDUKAN KREDITUR SEPARATIS DALAM HUKUM KEPAILITAN

Karyawan Sebagai Pemohon Dalam Mempailitkan Perusahaan (Studi Kasus: Kasus PT. Kymco Lippo Motor Indonesia)

DIPONEGORO LAW REVIEW Volume 1, Nomor 2, Tahun 2013Online di

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 37 TAHUN 2004 TENTANG KEPAILITAN DAN PENUNDAAN KEWAJIBAN PEMBAYARAN UTANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PENGURUSAN HARTA PAILIT PEMBERESAN HARTA PAILIT TUGAS KURATOR. Heri Hartanto, Hukum Acara Peradilan Niaga (FH-UNS)

BAB I PENDAHULUAN. salah satu komponen pelaku untuk mencapai tujuan pembangunan itu. Dengan

BAB II PENGANGKATAN PENGURUS DALAM PKPU. Ada dua cara yang disediakan oleh UU Kepailitan dan PKPU agar debitur

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 37 TAHUN 2004 TENTANG KEPAILITAN DAN PENUNDAAN KEWAJIBAN PEMBAYARAN UTANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB I PENDAHULUAN. perjanjian pinjam meminjam uang. Akibat dari perjanjian pinjam meminjam uang

1905:217 juncto Staatsblad 1906:348) sebagian besar materinya tidak

kemungkinan pihak debitor tidak dapat melunasi utang-utangnya sehingga ada

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 37 TAHUN 2004 TENTANG KEPAILITAN DAN PENUNDAAN KEWAJIBAN PEMBAYARAN UTANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

TANGGUNG JAWAB PERUSAHAAN YANG DINYATAKAN PAILIT TERHADAP PIHAK KETIGA 1 Oleh : Ardy Billy Lumowa 2

BAB VIII KEPAILITAN. Latar Belakang Masalah

PENUNJUK Undang-undang Kepailitan dan Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Penelitian. Dalam utang-piutang, kreditor bersedia menyerahkan sejumlah uang

BAB I PENDAHULUAN. luar biasa sehingga mengakibatkan banyak sekali debitor tidak mampu membayar utangutangnya.

2 Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 37 Tahun 2004 tentang Kepailitan dan Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang (Lembaran Negara Republik Indonesia Tah

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Indonesia merupakan Negara yang berkembang, baik dari sumber alam,

AKIBAT HUKUM PUTUSAN PAILIT TERHADAP KREDITOR PREFEREN DALAM PERJANJIAN KREDIT YANG DIJAMINKAN DENGAN HAK TANGGUNGAN

BAB I PENDAHULUAN. untuk mewujudkan masyarakat yang adil dan makmur. Dalam rangka. merata di segala bidang, salah satunya adalah bidang ekonomi.

TANGGUNG JAWAB KURATOR PADA KEPAILITAN PT. ARTA GLORY BUANA TERHADAP PARA KREDITOR

disatu pihak dan Penerima utang (Debitur) di lain pihak. Setelah perjanjian tersebut

BAB I PENDAHULUAN. penundaan kewajiban pembayaran utang yang semula diatur dalam Undang-

TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA RI

I. PENDAHULUAN. perusahaan harus dijalankan dan dikelola dengan baik. Pengelolaan perusahaan

Kepailitan dan Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang TUJUAN KEPAILITAN TUJUAN KEPAILITAN. 22-Nov-17

II. TINJAUAN PUSTAKA. Kepailitan secara etimologis berasal dari kata pailit. 6 Istilah pailit berasal dari

BAB III AKIBAT HUKUM PERGESERAN TUGAS DAN WEWENANG BANK INDONESIA KE OJK TERHADAP KETENTUAN PASAL 2 AYAT (3) UU NO. 37

UU 37/2004, KEPAILITAN DAN PENUNDAAN KEWAJIBAN PEMBAYARAN UTANG *15705 UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDINESIA (UU) NOMOR 37 TAHUN 2004 (37/2004)

BAB III UPAYA PENYELESAIAN SENGKETA WANPRESTASI ATAS OBJEK FIDUSIA BERUPA BENDA PERSEDIAAN YANG DIALIHKAN DENGAN JUAL BELI

BAB I PENDAHULUAN. pekerja/buruh dan keluarganya dengan tetap memperhatikan perkembangan

BAB I. tidak dipakai. Sangat sedikit kasus-kasus yang ada saat itu yang mencoba memakai peraturan

Kepailitan dan Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang. Istilah Kepailitan 9/4/2014

Kepailitan. Miko Kamal. Principal, Miko Kamal & Associates

TINJAUAN PUSTAKA. sebagai kata sifat. Istilah failliet sendiri berasal dari Perancis yaitu faillite yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Dalam rangka pembangunan nasional untuk mewujudkan

IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. A. Proses Penyelesaian Kepailitan Melalui Upaya Perdamaian Berdasarkan UU No. 37 Tahun 2004

TUGAS DAN WEWENANG HAKIM PENGAWAS DALAM PERKARA KEPAILITAN DAN PENUNDAAN KEWAJIBAN PEMBAYARAN UTANG OLEH: LILIK MULYADI 1

Lex Privatum, Vol.II/No. 2/April/2014

Syarat DEBITOR Pailit (Psl 2 (1) UU 37/2004)

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDINESIA NOMOR 37 TAHUN 2004 TENTANG KEPAILITAN DAN PENUNDAAN KEWAJIBAN PEMBAYARAN UTANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Pemakaian kedua istilah ini mengikuti istilah dalam bahasa Belanda, yaitu assurantie

BAB V PENUTUP. A. Kesimpulan. Berdasarkan uraian pada bab-bab terdahulu, berikut disajikan

BAB I PENDAHULUAN. Kontribusi wajib ini bersifat memaksa dan diatur dengan undang-undang.

Prosiding Ilmu Hukum ISSN: X

II. TINJAUAN PUSTAKA. Dasar hukum bagi suatu kepailitan (Munir Fuady, 2004: a. Undang-Undang Nomor 37 Tahun 2004 tentang Kepailitan dan PKPU;

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG PENUNDAAN KEWAJIBAN PEMBAYARAN UTANG. mempunyai dua atau lebih Kreditor dan tidak membayar sedikitnya satu utang yang

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. 1. Akuntansi forensik berperan dalam beberapa proses dalam perkara kepailitan. Hal ini

PERATURAN PEMERINTAH PENGGANTI UNDANG-UNDANG NOMOR 1 TAHUN 1998 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG TENTANG KEPAILITAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

KESALAHAN PENERAPAN HUKUM OLEH HAKIM TERHADAP KEDUDUKAN KANTOR PELAYANAN PAJAK PENANAMAN MODAL ASING VI

PERLINDUNGAN HUKUM KREDITOR BERDASARKAN UNDANG-UNDANG KEPAILITAN DEDY TRI HARTONO / D

BAB I PENDAHULUAN. fungsi intermediary yaitu menghimpun dana dari masyarakat dan menyalurkannya

DAFTAR PUSTAKA. AbdulKadir Muhammad, 2006, Hukum Perusahaan Indonesia, Cetakan III, PT. Citra Aditua Bakti, Bandung.

HAK HAK KARYAWAN PADA PERUSAHAAN PAILIT (STUDI TENTANG PEMBERESAN HAK KARYAWAN PADA KASUS PERUSAHAAN PT. STARWIN) SKRIPSI

Asas dan Dasar Hukum Kepailitan. Dr. Freddy Harris Fakultas Hukum Universitas Indonesia

BAB II KEADAAN DIAM (STANDSTILL) DALAM HUKUM KEPAILITAN INDONESIA. Konsep keadaan diam atau standstill merupakan hal yang baru dalam

Oleh: Dicki Nelson ABSTRAK

Implementasi UU 13/2003 terhadap Pemutusan Hubungan Kerja Disebabkan Perusahaan Dinyatakan Pailit

BAB IV ANALISIS Putusan Majelis Hakim Pengadilan Niaga dalam kasus PT. Indo Plus dengan PT. Argo Pantes Tbk.

Heri Hartanto - FH UNS

Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia

I. PENDAHULUAN. kebutuhannya begitu juga dengan perusahaan, untuk menjalankan suatu perusahaan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Krisis ekonomi yang telah berlangsung mulai dari tahun 1997, cukup

BAB III AKIBAT HUKUM YANG TIMBUL APABILA ON GOING CONCERN GAGAL DALAM PELAKSANAANNYA. apabila proses On Going Concern ini gagal ataupun berhasil dalam

TANGGUNG JAWAB PENANGUNG TERHADAP DEBITOR YANG DINYATAKAN PAILIT

BAB I PENDAHULUAN. Kepailitan merupakan suatu sitaan umum atas harta kekayaan debitor yang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG KREDITUR DAN DEBITUR. Dalam Undang-Undang No. 37 Tahun 2004 tentang Kepailitan dan

TANGGUNG JAWAB KURATOR DALAM PENGURUSAN DAN PEMBERESAN HARTA PAILIT DI KABUPATEN BADUNG

Apakah Pailit = Insolvensi? Heri Hartanto, Hukum Acara Peradilan Niaga (FH-UNS)

BAB II PENUNDAAN KEWAJIBAN PEMBAYARAN UTANG YANG DIAJUKAN OLEH DEBITUR. Sebelum keluarnya UUK dan PKPU, peraturan perundang-undangan yang

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan nasional yang berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar

WEWENANG KURATOR DALAM PELAKSANAAN PUTUSAN PAILIT OLEH PENGADILAN

BAB I PENDAHULUAN. tumbangnya perusahaan-perusahaan skala kecil, menengah, besar dan

BAB I PENDAHULUAN. Dalam menjalankan bisnisnya, suatu perusahaan pasti ingin mendapatkan

BAB II TINJAUAN UMUM MENGENAI HUKUM JAMINAN KREDIT. Istilah hukum jaminan berasal dari terjemahan zakerheidesstelling,

Disusun Oleh : Anugrah Adiastuti, S.H., M.H

BAB I PENDAHULUAN. Gejolak ekonomi di Negara Republik Indonesia yang ditandai dengan

BAB I PENDAHULUAN. Undang-Undang Perbankan) Pasal 1 angka 11, menyebutkan : uang agar pengembalian kredit kepada debitur dapat dilunasi salah satunya

PENANGGUHAN PENAHANAN DALAM PROSES PERKARA PIDANA (STUDI KASUS KEJAKSAAN NEGERI PALU) IBRAHIM / D Abstrak

BAB II PENETAPAN HAK MENDAHULUI PADA FISKUS ATAS WAJIB PAJAK YANG DINYATAKAN PAILIT. A. Kepailitan dan Akibat Hukum Yang Ditinggalkannya

BAB I PENDAHULUAN. Suatu perusahaan dalam rangka pengembangan usahanya dimungkinkan

A. KESIMPULAN. Penggunaan instrumen..., Ronny Roy Hutasoit, FH UI, Universitas Indonesia

BAB II TANGGUNG JAWAB PERSONAL GUARANTOR DALAM KEPAILITAN

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA (UU) NOMOR 16 TAHUN 2001 (16/2001) TENTANG YAYASAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

ANALISIS YURIDIS HAMBATAN PELAKSANAAN PUTUSAN KEPAILITAN MENURUT UNDANG-UNDANG NOMOR 37 TAHUN 2004 NOVALDI / D

HUKUM DAGANG. Panji Susilo ( ) 03 HUKMD 417 KEPAILITAN DAN PENUNDAAN KEWAJIBAN PEMBAYARAN UTANG

BAB II AKIBAT HUKUM PUTUSAN PAILIT TERHADAP HARTA KEKAYAAN DEBITUR. 1. Akibat kepailitan terhadap harta kekayaan debitur pailit

Transkripsi:

IMPLEMENTASI PENGATURAN JAKSA PENGACARA NEGARA DALAM PENANGANAN PERKARA KEPAILITAN DI KEJAKSAAN NEGERI BANJARMASIN Riska Wijayanti 1, Siti Malikhatun Bariyah 2 Abstrak Penelitian ini bertujuan mengkaji dan menganalisis implementasi pengaturan jaksa pengacara negara dalam penanganan perkara kepailitan, dan perlindungan hukum bagi kreditor yang diberikan oleh Jaksa Pengacara Negara (JPN). Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah yuridis normatif, yang menganalisis peraturan perundang-undangan yang dikonsepsikan sebagai aturan-aturan yang telah diterima sebagai aturan yang sah karena dikeluarkan oleh lembaga yang berwenang. Berdasarkan penelitian bahwa dalam praktik JPN telah menjalankan kewenangannya sesuai dengan pengaturan yang diberikan oleh Undang-Undang No. 37 Tahun 2004. Perlindungan hukum yang diberikan oleh Jaksa Pengacara Negara ialah perlindungan hukum yang bersifat preventif. Selain itu, JPN dapat meminta keterangan kurator terkait penempatan kreditor yang diwakili ke dalam suatu daftar serta menegaskan adanya hak didahulukan. Mengingat Jaksa Pengacara Negara dalam kasus perdata termasuk kepailitan bertindak atas nama Negara atau pemerintah, maka Jaksa Pengacara harus mengupayakan agar kreditor yang diwakili, dalam hal ini Negara atau pemerintah mendapatkan hak istimewa didahulukan. Kata kunci: Implementasi Pengaturan, Jaksa Pengacara Negara, Penanganan Perkara Kepailitan 1 Mahasiswa Program Studi Magister Ilmu Hukum UNDIP 2 Dosen Program Studi Magister Ilmu Hukum UNDIP

A. Latar Belakang Masalah UU No. 37 Tahun 2004 tentang Kepailitan dan Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang, khususnya Pasal 2 ayat (2) Jaksa Pengacara Negara (JPN). JPN dalam penanganan perkara Perdata dan Tata Usaha Negara selama ini dirasa kurang mampu melaksanakan perannya memberikan kewenangan pada secara maksimal. Hal tersebut Kejaksaan disebabkan karena sejak awal pernyataan pailit fokus Kejaksaan ialah di bidang demi kepentingan umum. Implementasi di lapangan, Jaksa yang menangani perkara perdata, Pidana. Salah satu peran JPN yang dinilai maksimal selama ini adalah dalam hal mengejar harta termasuk perkara Kepailitan ialah koruptor. JPN dapat ikut serta Jaksa Pengacara Negara. Kejaksaan lebih dikenal dengan Jaksa Penuntut Umum (JPU) dalam penegakan Hukum Pidana, namun UU No. 16 Tahun 2004 tentang Kejaksaan memberikan kewenangan pada Jaksa melaksanakan tugas dan wewenangnya di bidang Perdata dan Tata Usaha Negara, sehingga kemudian dikenal dengan istilah dalam penggabungan ganti rugi. Saat perkara Pidananya berjalan, JPN bisa perkara Perdata, sehingga saat terdakwa perkara Pidana diputus pengadilan bersalah, otomatis gugatan Perdatanya berjalan. 3 Persoalannya sekarang adalah apabila dalam hal 3 Rakyat Merdeka Online, Tahun ini Kejaksaan Cuma Tuntasin 64 Perkara Perdata. Banyak Kasus Mangkrak di Pengadilan. <http: //www.rmol.co>, diakses pada tanggal 14 Agustus 2011.

penanganan perkara kepailitan dimana ini murni perkara Perdata, maka JPN harus bertindak seperti apa. Berdasarkan alasan inilah, penulis tertarik melakukan penelitian mengenai pertama, dikeluarkan oleh lembaga yang berwenang. Data yang dikaji adalah data sekunder yang berupa bahan-bahan hukum yaitu bahan hukum primer dan bahan hukum sekunder dan jenis penelitian ini termasuk dalam jenis penelitian bagaimana implementasi kepustakaan (library research) pengaturan Jaksa sebagai Pengacara Negara dalam penanganan perkara Kepailitan? Kedua, bagaimana perlindungan hukum bagi kreditor yang diberikan oleh Jaksa Pengacara Negara (JPN)? B. Metode Penelitian Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah yuridis yang disajikan secara deskriptif C. Kerangka Teori 1. Tinjauan Umum tentang Kepailitan Kepailitan pada dasarnya merupakan suatu lembaga yang memberi suatu solusi terhadap para pihak apabila Debitor dalam keadaan berhenti membayar utang kepada normatif, yang menganalisis Kreditor. Undang-Undang peraturan perundang-undangan Nomor 37 Tahun 2004 tentang yang dikonsepsikan sebagai aturan-aturan yang telah diterima sebagai aturan yang sah karena Kepailitan dan Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang telah memberikan definisi

mengenai Kepailitan, yaitu sita umum atas semua kekayaan Debitor Pailit yang pengurusan dan pemberesannya dilakukan oleh Kurator di bawah pengawasan Hakim Pengawas. (Pasal 1 Angka 1, Undang- Undang Nomor 37 Tahun 2004 tentang Kepailitan dan bersifat sementara karena keadaan harta pailit dapat berakhir. Setelah penyelesaian atas segala utang debitor yang dilakukan dalam perkara pailit maka berakhirlah kekuasaan kurator dan debitor mendapat kembali hak mengelola usahanya. Penundaan Pembayaran Utang). Kewajiban Pada Pasal 2 Undang- Undang Kepailitan disebutkan: Sudargo Gautama 4 menyatakan bahwa suatu putusan pernyataan pailit merupakan sita umum terhadap debitor (tidak menyebabkan debitor di bawah pengampuan), kecuali harta kekayaan yang disita menjadi harta pailit dan (1) Debitor yang mempunyai dua atau lebih kreditor dan tidak membayar lunas sedikitnya satu utang yang telah jatuh tempo dan dapat ditagih, dinyatakan pailit dengan putusan pengadilan, baik atas berada pada kekuasaan kurator. nya sendiri Bentuk kekuasaan kurator ini 4 Sudargo Gautama, 1998, Komentar Atas Kepailitan Baru Indonesia, Bandung, PT. Citra Aditya Bakti, hlm 3. maupun atas satu atau lebih kreditornya.

(2) Permohonan dapat juga diajukan oleh Kejaksaan kepentingan umum. ikatan tertentu. 5 Khusus mengenai kreditor separatis dan kreditor preferen Dalam Penjelasan mereka dapat Pasal 2 Ayat (1) dinyatakan pernyataan bahwa yang dimaksud dengan kreditor dalam ayat ini ialah baik kreditor konkuren, kreditor separatis, maupun kreditor preferen. Kreditor separatis ialah kreditor pemegang gadai, hipotik, jaminan fidusia, hak tanggungan, dan hak agunan atas kebendaann lainnya, pailit tanpa kehilangan hak agunan atas kebendaan yang mereka miliki terhadap harta debitor dan haknya didahulukan. Ketentuan Pasal 2 Ayat (1) di atas menyatakan bahwa syarat dapat dinyatakan pailit ialah apabila debitor telah kreditor preferen ialah berhenti membayar kreditor yang didahulukan pembayarannya atas semua harta pailit berdasarkan sifat utangnya, bukan karena tidak sanggup. Dengan kata lain, berhenti karena debitor piutangnya, kreditor tidak berkeinginan konkuren ialah semua membayar utangnya. kreditor atau penagih berdasarkan piutang tanpa 5 Syamsudin Sinaga, 2012, Hukum Kepailitan Indonesia, Jakarta, Tatanusa, hlm 16

Prosedur memohon pernyataan pailit bagi debitor pada dasarnya tidak diatur dalam Undang- mempunyai tagihan kepada debitor. 6 Menurut Pasal 1 Angka 1 Undang-Undang Undang Kepailitan, namun Kepailitan disebutkan jika debitor memohon sendiri tetang pernyataan dirinya sebagai pailit, ada kemungkinan di dalam bahwa pihak-pihak yang dapat meminta pernyataan pailit ialah: debitor, seorang atau lebih kreditor, Jaksa, tersebut Bank Indonesia, dan terselip suatu itikad tidak baik pada debitor. Sebaliknya, apabila kreditor Bapepam. Pernyataan pailit dapat dimohonkan oleh salah seorang atau lebih kreditor, debitor atau Jaksa pernyataan pailit, maka kepentingan umum. harus terbukti terlebih dahulu bahwa tuntutan Kepailitan membebaskan tidak seseorang terhadap pembayaran yang dinyatakan pailit dari piutangnya jelas ada. Dengan kata lain, kewajiban membayar utangutangnya. kreditor harus memang nyata-nyata 6 Adrian Sutedi, 2009, Hukum Kepailitan, Bogor, Ghalia Indonesia, hlm 25

2. Kedudukan Jaksa Pengacara tersebut, Kejaksaan dapat Negara dalam Penanganan Perkara Kepailitan. Terdapat tiga pailit dengan alasan kepentingan umum dalam kewenangan Jaksa Pengacara Negara dalam Undang-Undang No. 37 Tahun 2004 tentang Kepailitan dan Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang, yaitu: hal debitor tidak mampu membayar utangnya kepada kreditor hingga jatuh waktu penagihan yang telah ditentukan dan tidak ada pihak yang a. Berdasarkan Pasal 2 Ayat pailit. (2), Undang-Undang No. 37 Tahun 2004 memberi Kepentingan Umum yang dimaksud dalam Pasal 2 kewenangan kepada Ayat (2) tersebut ialah Kejaksaan demi kepentingan kepentingan bangsa dan umum, Kepailitan bagi debitor yang tidak mampu Negara kepentingan luas, misalnya: dan/atau masyarakat membayar utangnya kepada kreditor yang telah jatuh waktu penagihannya. Lebih lanjut dijelaskan dalam 1) Debitor melarikan diri; 2) Debitor menggelapkan bagian dari harta kekayaan; penjelasan Undang-Undang

3) Debitor mempunyai utang kepada Badan pailit belum diucapkan, maka Kejaksaan dapat Usaha Milik Negara atau badan usaha lain yang menghimpun dana dari masyarakat; 4) Debitor mempunyai utang yang berasal dari penghimpunan dana dari kepada pengadilan : 1) meletakkan sita jaminan terhadap sebagian atau seluruh kekayaan debitor; atau 2) menunjuk Kurator masyarakat luas; 5) Debitor tidak beritikad sementara mengawasi: baik atau tidak kooperatif a) pengelolaan usaha dalam menyelesaikan debitor; dan masalah utang piutang yang telah jatuh waktu; b) pembayaran kepada kreditor, pengalihan, atau 6) Dalam hal lainnya atau kekayaan pengagunan debitor menurut Kejaksaan yang dalam merupakan kepentingan Kepailitan umum. merupakan b. Berdasarkan Pasal 10, selama putusan atas wewenang Kurator. c. Berdasarkan Pasal 93 Ayat pernyataan (2), Jaksa yang ditunjuk oleh

Hakim Pengawas dapat pailit adalah dan atas melakukan penahanan nama kepentingan umum. terhadap debitor Pailit berdasarkan perintah dari Pasal 2: (1) Permohonan pernyataan Pengadilan dengan putusan pailit sebagaimana pernyataan pailit. dimaksud dalam Pasal 1 Kewenangan Jaksa diajukan oleh Pengacara Negara dalam Kejaksaan kepada Undang-Undang Kepailitan Pengadilan Niaga di tersebut kemudian diperkuat daerah tempat dengan Peraturan kedudukan hukum Pemerintah Republik debitor. Indonesia Nomor 17 Tahun 2000 tentang Permohonan Pernyataan Pailit Untuk (2) Kejaksaan dapat pernyataan Kepentingan Umum, pailit dengan alasan khususnya pada Pasal 1 dan Pasal 2. kepentingan apabila: umum, Pasal 1: Wewenang Kejaksaan pernyataan a) Debitor mempunyai 2 (dua) atau lebih kreditor dan tidak membayar sedikitnya 1 (satu)

utang yang telah jatuh waktu dan dapat ditagih; dan b) tidak ada pihak peraturan-peraturan lain yang kemudian peraturan tersebut pada akhirnya turut mendukung Jaksa dalam penegakan hukum yang khususnya di bidang pernyataan pailit. Dari ketentuan tersebut di atas, maka Kejaksaan dapat Kepailitan, seperti Undang- Undang Nomor 16 Tahun 2004 tentang Kejaksaan Republik Indonesia, khususnya pada Pasal 30 yang menyatakan pernyataan pailit atas inisiatif sendiri atau berdasarkan masukan dari masyarakat, lembaga, Instansi Pemerintah, dan badan lain yang dibentuk oleh Pemerintah seperti Komite Kebijakan Sektor Keuangan. Jaksa dalam melaksanakan kewenangannya di bidang penegakan hukum Kepailitan selain berpedoman pada bahwa di bidang Perdata dan Tata Usaha Negara, Kejaksaan dengan kuasa khusus dapat bertindak baik di dalam maupun di luar pengadilan dan atas nama negara atau pemerintah; Peraturan Presiden Nomor 38 Tahun 2010 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kejaksaan Republik Indonesia, khususnya pada Undang-Undang Kepailitan Pasal 24 yang menyatakan juga berpedoman pada bahwa Jaksa Agung Muda

Bidang Perdata dan Tata Usaha Negara memiliki kewenangan melaksanakan tugas di bidang Perdata dan Tata Usaha Negara, lingkup tugas tersebut ialah penegakan hukum, bantuan hukum, pertimbangan hukum dan tindakan hukum lain kepada negara atau 1. Implementasi Pengaturan Jaksa Pengacara Negara dalam Penanganan Perkara Kepailitan. Berdasarkan UU No. 37 Tahun 2004, terdapat 3 (tiga) kewenangan JPN, yaitu: a. Memberi kewenangan kepada Kejaksaan demi pemerintah, meliputi kepentingan umum, lembaga/badan negara, lembaga/instansi pemerintah Kepailitan bagi debitor pusat dan daerah, Badan Usaha yang tidak mampu Milik Negara/Daerah di bidang membayar utangnya Perdata dan Tata Usaha Negara kepada kreditor yang telah menyelamatkan, jatuh waktu memulihkan kekayaan negara, penagihannya. Lebih menegakkan kewibawaan lanjut dijelaskan dalam penjelasan Undang Kejaksaan pemerintah dan negara serta memberikan pelayanan hukum kepada masyarakat; dan lainlain. Undangtersebut, dapat D. Hasil dan Pembahasan pailit dengan alasan

kepentingan umum dalam yang menghimpun hal debitor tidak mampu dana dari masyarakat; membayar utangnya 4) Debitor mempunyai kepada kreditor hingga utang yang berasal dari jatuh waktu penagihan penghimpunan dana yang telah ditentukan dan tidak ada pihak yang dari masyarakat luas; 5) Debitor tidak beritikad baik atau tidak pailit (Pasal 2 ayat (2)). kooperatif dalam Kepentingan Umum yang menyelesaikan masalah dimaksud kepentingan bangsa ialah dan utang piutang yang telah jatuh waktu; atau Negara dan/atau 6) Dalam hal lainnya kepentingan masyarakat menurut Kejaksaan luas, misalnya: 1) Debitor melarikan diri; 2) Debitor menggelapkan merupakan kepentingan umum. b. Selama putusan atas bagian dari harta pernyataan kekayaan; 3) Debitor mempunyai pailit belum diucapkan, maka Kejaksaan dapat utang kepada Badan Usaha Milik Negara atau badan usaha lain kepada pengadilan : 1) meletakkan sita

jaminan terhadap dari Pengadilan dengan sebagian atau seluruh kekayaan debitor; atau 2) menunjuk Kurator putusan pernyataan pailit. Untuk melihat lebih jauh tentang implementasi sementara mengawasi; pengaturan JPN dalam penanganan perkara kepailitan, 3) pengelolaan usaha debitor; dan 4) pembayaran kepada maka dalam penelitian ini penulis memberikan contoh perkara No. 07/Pailit/2010/PN. kreditor, pengalihan, Niaga/Surabaya, yang atau pengagunan dilakukan oleh JPN pada kekayaan debitor yang Kejaksaan Negeri Banjarmasin, dalam merupakan Kurator. Kepailitan wewenang dimana dalam perkara ini JPN bertindak selaku kreditor lain III yang mewakili Dinas Hal ini diatur pada Pasal 10. c. Berdasarkan Pasal 93 Ayat (2), Jaksa yang ditunjuk oleh Hakim Pengawas Pendapatan Kota Banjarmasin. Sesuai dengan ketentuan Undang-Undang No. 16 Tahun 2004 Pasal 30 Ayat (2) bahwa JPN dalam dapat melakukan melaksanakan tugas, fungsi dan penahanan terhadap debitor wewenangnya Pailit berdasarkan perintah menangani perkara kepailitan

tersebut harus disertai dengan Surat Kuasa Khusus. kepailitan dapat diselesaikan secara baik. Beberapa Berdasarkan hasil kekurangan terkait kewenangan penelitian penulis di lapangan, JPN dalam menangani perkara JPN kewenangannya menjalankan dalam kepailitan juga penulis temukan dalam rumusan UU menangani perkara kepailitan telah sesuai dengan prosedur peraturan perundang-undangan dan peraturan-peraturan yang berlaku terkait dengan penanganan perkara kepailitan, No. 37 Tahun 2004, antara lain yaitu: a. Ketidak sinkronan dalam Alinea 11 Penjelasan Umum UU No. 37 Tahun 2004 dengan implementasi meskipun dalam di lapangan serta Perja No. pelaksanaannya tidak luput dari 040/A/J.A/12/2010, seperti kendala-kendala, namun yang telah penulis kendala-kendala tersebut uraikan di atas, dimana bukan merupakan kendala teknis yang berkaitan dengan pengaturan JPN dalam menangani perkara kepailitan. dalam Alinea 11 Penjelasan Umum UU No. 37 Tahun 2004 memberikan kewenangan pada JPU Sejauh penelitian penulis, kendala yang dihadapi oleh JPN dalam menangani perkata pailit, pernyataan sedangkan

implementasi di lapangan bahwa Pemohon sita dan Perja No. jaminan perlu 040/A/J.A/12/2010 yang membuktikan kebenaran dari persangkaan. 7 pernyataan pailit ialah JPN. d. Pasal 93 mengenai b. Pasal 2 Ayat (2) tidak pelaksanaan penahanan memberikan penjelasan debitor oleh Jaksa. UU No. mengenai batasan spesifik 37 Tahun 2004 tidak kepentingan umum mengatur megenai Jaksa dalam hal JPN yang mana yang pernyataan seharusnya melakukan pailit. c. Pasal 10 mengenai sita jaminan. penahanan, apakah JPU atau JPN. Perlu diketahui bahwa JPN tidak diberikan Sita jaminan pada dasarnya bertujuan menjamin hak dan tuntutan kreditor serta mencegah debitor kewenangan melakukan Kewenangan penahanan penahanan. melakukan diberikan beritikad buruk. kepada JPU, sesuai dengan Permohonan sita jaminan seharusnya disertai persangkaan yang beralasan. Hal ini berarti Pasal 30 Ayat (1) dan 7 Mochamad Dja is & Koosmargono, 2007, Membaca dan Mengerti HIR, Semarang, Oetama, hlm 270.

KUHAP Pasal 14 huruf c dan j UU No. 16 Tahun sementara mengawasi: 2004. 2. Perlindungan hukum bagi kreditor yang diberikan oleh Jaksa Pengacara Negara. a) pengelolaan usaha Debitor; dan b) pembayaran kepada Kreditor, Berdasarkan Undang- pengalihan, atau Undang No. 37 Tahun 2004 tentang Kepailitan dan pengagunan kekayaan Debitor Penundaan Kewajiban yang dalam Pembayaran Utang, demi melindungi hak-haknya, maka kreditor dapat melakukan hal-hal sebagai berikut: a. Berdasarkan Pasal 10 Kepailitan merupakan wewenang Kurator. b. Berdasarkan Pasal 11 ayat (3) JPN terhadap putusan Ayat (1) JPN dapat atas pernyataan pailit dapat kepada Pengadilan : 1) meletakkan sita upaya hukum kasasi ke MA. jaminan terhadap c. Berdasarkan Pasal 121 sebagian atau seluruh kekayaan debitor. 2) menunjuk kurator Ayat (2), JPN sebagai wakil dari kreditor dapat meminta keterangan dari

debitor pailit mengenai halhal yang dikemukakan yakni: 8 a. Perlindungan Hukum melalui hakim pengawas. d. Berdasarkan Pasal 124 Preventif, yakni perlindungan bentuk hukum Ayat (2), JPN sebagai wakil dari kreditor yang dimana kepada rakyat diberi kesempatan namanya tercantum dalam keberatan daftar piutang dapat meminta agar kurator atau pendapatnya sebelum suatu keputusan pemerintah memberikan keterangan mendapat bentuk yang mengenai tiap piutang dan definitif; penempatannya dalam b. Perlindungan Hukum daftar, atau dapat Represif, yakni bentuk membantah kebenaran perlindungan hukum piutang, adanya hak didahulukan, hak menahan suatu benda, atau dapat dimana lebih ditujukan dalam penyelesian sengketa Berdasarkan uraian di atas upaya hukum JPN dalam menyetujui bantahan melindungi kreditornya kurator. merupakan upaya Menurut Philipus M. Hadjon, perlindungan hukum bagi rakyat meliputi dua hal, perlindungan hukum yang 8 Phillipus M. Hadjon, 1987, Perlindungan Hukum Bagi Rakyat Indonesia, Surabaya, PT. Bina Ilmu, hlm. 2

bersifat preventif. JPN dalam bidang Perdata dan Tata Usaha Negara bertindak baik di dalam maupun di luar pengadilan dan atas nama Negara atau pemerintah. Berdasarkan sebagai utang yang memiliki kdudukan istimewa didahulukan: a. Pasal 1137 KUH Perdata yang menyatakan bahwa hak dari kas Negara, kantor lelang dan lain-lain badan penelitian, JPN umum yang dibentuk oleh intervensi pemerintah, pernyataan pailit lantaran didahulukan tertibnya debitor tidak memenuhi melaksanakan hak itu, dan kewajibannya jangka waktu membayar tagihan berlangsungnya hak pajak/retribusi yang telah jatuh tersebut, diatur dalam tempo kepada Dinas berbagai undang-undang Pendapatan Kota Banjarmasin. Pajak merupakan utang yang timbul karena undang-undang, sehingga utang pajak sudah khusus mengenai hal-hal itu. b. Pasal 21 Ayat (3) UU No. 6 Tahun 1983 tentang dehatusnya memiliki Ketentuan Umun dan Tata kedudukan istimewa didahulukan. Berikut ini ialah dasar hukum utang pajak Cara Perpajakan yang telah diubah dengan UU No. 9 Tahun 1994, menyatakan

bahwa hak mendahulu Selain berkaitan tagihan pajak melebihi segala hak mendahulu lainnya, kecuali terhadap hak mendahulu dengan utang yang timbul karena undang- undang, terdapat pula utang buruh yang memiliki hak istimewa seperti: didahulukan. Dasar 1) biaya perkara yang hukum utang buruh memiliki disebabkan karena hak istimewa suatu penghukuman didahulukan ialah sebagai melelang suatu berikut: barang bergerak a. Pasal 1149 KUH Perdata maupun tak bergerak; 2) biaya yang telah menempatkan upah buruh sebagai hak istimewa atas dikeluarkan menyelamatkan barang; suatu benda bergerak dan tidak bergerak pada umumnya ( general statutory priority 3) biaya perkara, yang right). disebabkan pelelangan penyelesaian warisan karena dan suatu b. Pasal 39 Ayat (2) UU No. 37 Tahun 2004 memasukkan upah buruh dalam harta pailit setelah 4) tagihan seorang komisioner. pernyataan diucapkan. pailit

c. Pasal 95 Ayat (4) Undang- Undang No. 13 Tahun 1993 a. Negara yang hidup dari pajak yang dibayar tentang Ketenagakerjaan, debitor yang digunakan yang menyatakan bahwa dalam hal perusahaan dinyatakan pailit atau pembangunan guna mensejahterakan masyarakat, dilikuidasi berdasarkan b. Masyarakat yang peraturan perundang- memerlukan kesempatan undangan yang berlaku, maka upah dan hak-hak lainnya dari pekerja/buruh merupakan utang yang didahulukan pembayarannya. kerja dari debitor, c. Masyarakat yang memasok barang dan jasa kepada debitor, d. Masyarakat yang tergantung hidupnya dari Dalam kepailitan pasokan barang dan jasa terdapat banyak kepentingan yang terlibat. Selain, kepentingan kreditor terdapat pula kepentingan masyarakat yang perlu dilindungi, antara lain: 9 9 Syamsudin M Sinaga, 2012, Hukum Kepailitan Indonesia, Jakarta, Tatanusa, hlm. 47 debitor, baik mereka selaku konsumen atau pedagang, e. Para pemegang saham dari perusahaan debitor, apalagi bila perusahaan tersebut perusahaan public, f. Masyarakat penyimpan dana di bank, apabila yang

dipailiitkan bank, g. Masyarakat yang memperoleh kredit dari bank, akan mengalami kesulitan apabila banknya dinyatakan pailit. dalam UU No. 37 Tahun 2004. UU No. 37 Tahun 2004 juga perlu mendefinisikan mengenai hak istimewa dan golongan kreditor yang termasuk dalam hak istimewa. Berdasarkan Untuk melindungi penelitian penulis, kepentingan masyarakat atas pernyataan pailit yang diajukan tindakan debitor yang tidak oleh Kejaksaan demi kooperatif, maka Kejaksaan kepentingan umum mempunyai dapat alasan yang terkait dengan pailit terhadap debitor kepentingan umum sebagaimana diatur dalam Pasal 2 Ayat (2) UU No. 37 Tahun 2004. JPN dalam melaksanakan kewenangannya mewakili Negara atau utang yang timbul karena undang-undang yaitu pajak dan upah buruh sebagai utang harta pailit. Oleh karena itu, sebaiknya pajak sebagai utang yang timbul karena undangundang dan upah buruh sebagai pemerintah. sebaiknya Oleh karena itu, pemerintah utang harta pailit dirumuskan dalam UU No. 37 Tahun mempertimbangkan adanya 2004 sebagai kreditor yang hak istimewa didahulukan bagi Negara memeliki hak istimewa didahulukan. Dalam kepailitan

terdapat banyak kepentingan yang terlibat. Selain kepentingan kreditor terdapat pula kepentingan masyarakat yang perlu diperhatikan, oleh karena itu seyogianya Majelis Hakim Pengadilan Niaga Selain perlindungan hukum yang bersifat prefentif tersebut di atas, Jaksa Pengacara Negara dapat meminta keterangan kurator terkait penempatan kreditor yang diwakili ke dalam suatu daftar serta menegaskan adanya hak dalam mengabulkan didahulukan. Mengingat Jaksa pernyataan pailit juga turut mempertimbangakan kepentingan masyarakat terkait Pengacara Negara dalam kasus perdata termasuk kepailitan bertindak atas nama Negara atau dengan pemerintah, maka Jaksa Pengacara pernyataan pailit tersebut. E. Simpulan Berdasarkan praktik di lapangan JPN telah menjalankan kewenangannya sesuai dengan pengaturan yang diberikan oleh Undang-Undang No. 37 Tahun 2004. Perlindungan hukum yang harus mengupayakan agar kreditor yang diwakili, dalam hal ini Negara atau pemerintah mendapatkan hak istimewa didahulukan. Daftar Pustaka Dja is, Mochamad & Koosmargono, 2007, Membaca dan Mengerti HIR, diberikan oleh Jaksa Pengacara Semarang: Oetama Negara ialah perlindungan hukum yang bersifat preventif. M. Hadjon, Phillipus, 1987, Perlindungan Hukum Bagi Rakyat

Indonesia, Surabaya: PT. Bina Ilmu M. Sinaga, Syamsudin, 2012, Hukum Kepailitan Indonesia, Jakarta: Tatanusa Rakyat Merdeka Online, Tahun ini Kejaksaan Cuma Tuntasin 64 Perkara Perdata. Banyak Kasus Mangkrak di Pengadilan. <http: //www.rmol.co>, diakses pada tanggal 14 Agustus 2011