HASIL DAN PEMBAHASAN. Performa Itik Alabio Jantan Rataan performa itik Alabio jantan selama pemeliharaan (umur 1-10 minggu) disajikan pada Tabel 4.

dokumen-dokumen yang mirip
HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN

MATERI DAN METODE. Materi

MATERI DAN METODE. Materi Penelitian

PERFORMA ITIK ALABIO JANTAN UMUR 1-10 MINGGU YANG DIBERI DAUN BELUNTAS, VITAMIN C DAN E DALAM PAKAN

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN. Kandungan Kolesterol Daging, Hati dan Telur Puyuh

I. PENDAHULUAN. masyarakat di pedesaan. Ternak itik sangat potensial untuk memproduksi telur

TINJAUAN PUSTAKA. Itik (Anas platyrhynchos)

BAB I PENDAHULUAN. produktivitas ayam buras salah satunya dapat dilakukan melalui perbaikan

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

PERFORMA ITIK CIHATEUP JANTAN UMUR 1-10 MINGGU YANG DIBERI TEPUNG DAUN BELUNTAS, VITAMIN C DAN VITAMIN E DALAM RANSUM

Performan Pertumbuhan dan Produksi Karkas Itik CA [Itik Cihateup x Itik Alabio] sebagai Itik Pedaging

I. PENDAHULUAN. Peternakan ayam broiler merupakan salah satu usaha yang potensial untuk

HASIL DAN PEMBAHASAN Pengaruh Perlakuan terhadap Konsumsi Ransum. Rataan konsumsi ransum setiap ekor ayam kampung dari masing-masing

HASIL DAN PEMBAHASAN. Kandungan Nutrien

HASIL DAN PEMBAHASAN

MATERI DAN METODE. Materi

IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Rataan jumlah konsumsi pakan pada setiap perlakuan selama penelitian dapat. Perlakuan R1 R2 R3 R4 R5

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN

KOMBINASI AZOLLA MICROPHYLLA DENGAN DEDAK PADI SEBAGAI ALTERNATIF SUMBER BAHAN PAKAN LOKAL AYAM PEDAGING

[Evaluasi Hasil Produksi Ternak Unggas]

HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Pengaruh Perlakuan terhadap Konsumsi Ransum. Tabel 8. Rataan Konsumsi Ransum Per Ekor Puyuh Selama Penelitian

HASIL DAN PEMBAHASAN. Keadaan Umum Penelitian

PERSENTASE KARKAS, DADA, PAHA DAN LEMAK ABDOMEN ITIK ALABIO JANTAN UMUR 10 MINGGU YANG DIBERI TEPUNG DAUN BELUNTAS, VITAMIN C DAN E DALAM PAKAN

I. PENDAHULUAN. sangat cepat dibandingkan dengan pertumbuhan unggas lainnnya. Ayam broiler

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB 1V HASIL DAN PEMBAHASAN. Rataan kecernaan protein ransum puyuh yang mengandung tepung daun lamtoro dapat dilihat pada Tabel 7.

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

PENDAHULUAN. Latar Belakang. Usaha peternakan ayam saat ini cukup berkembang pesat. Peredaran daging ayam cukup besar di pasaran sehingga menyebabkan

HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Pengaruh Perlakuan terhadap Kecernaan Bahan Kering

HASIL DAN PEMBAHASAN. Pakan Penelitian

HASIL DAN PEMBAHASAN. Kondisi Umum Penelitian

HASIL DAN PEMBAHASAN. Tabel 3. Suhu Kandang Selama Lima Minggu Penelitian Pengukuran Suhu ( o C) Pagi Siang Sore 28-32

I. PENDAHULUAN. industrialisasi yang sudah dicanangkan dalam program pemerintah. Masyarakat dapat mengembangkan dan memanfaatkan potensi sumber

HASIL DAN PEMBAHASAN. Peubah* Konsumsi Ekstrak Daun Konsumsi Saponin

HASIL DAN PEMBAHASAN

III. MATERI DAN METODE PENELITIAN

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan selama 6 minggu dari 12 September 2014 sampai

BAB I PENDAHULUAN. Pertumbuhan dan perkembangan ayam broiler sangat dipengaruhi oleh

BAB I PENDAHULUAN. mengandung protein dan zat-zat lainnya seperti lemak, mineral, vitamin yang

III BAHAN DAN METODE PENELITIAN. hari (DOC) sebanyak 38 ekor. Ayam dipelihara secara semiorganik sampai umur

I. PENDAHULUAN. Peternakan dan Kesehatan Hewan (2012) menunjukkan bahwa konsumsi telur burung

HASIL DA PEMBAHASA. Konsumsi Bahan Kering Ransum

IV HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Pengaruh Perlakuan terhadap Bagian Edible Ayam Sentul. Tabel 4. Bobot Edible Ayam Sentul pada Masing-Masing Perlakuan

HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB III MATERI DAN METODE. Penelitian dilaksanakan pada bulan November sampai Desember 2013 di

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Pengaruh Pemberian Onggok Terfermentasi Bacillus mycoides terhadap

PEMBAHASAN. 4.1 Pengaruh Perlakuan Terhadap Konsumsi Ransum Ayam Broiler

HASIL DAN PEMBAHASAN Keadaan Umum Penelitian Efisiensi Penggunaan Pakan

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN. dengan kaidah-kaidah dalam standar peternakan organik. Pemeliharaan

HASIL DAN PEMBAHASAN. dengan jumlah ransum yang tersisa (Fadilah, 2006). Data rataan konsumsi ransum

BAB I PENDAHULUAN. Pada saat ini pengembangan di bidang peternakan dihadapkan pada masalah kebutuhan

I. PENDAHULUAN. pembangunan kesehatan dan kecerdasan bangsa. Permintaan masyarakat akan

HASIL DAN PEMBAHASAN. Kondisi Ayam Broiler Awal Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. Ayam pedaging atau yang sering disebut sebagai ayam broiler (ayam

I. TINJAUAN PUSTAKA. memiliki karakteristik ekonomis dengan ciri khas yaitu pertumbuhan yang cepat, konversi

Pemberian Pakan Ayam KUB Berbasis Bahan Pakan Lokal

BAB III MATERI DAN METODE

PENGARUH LEVEL BUNGKIL INTI SAWIT DAN ASAM HUMAT DALAM RANSUM TERHADAP PEFORMA BROILER SKRIPSI. Oleh : FADLY RAHMAD KASENDA

I. PENDAHULUAN. dan diusahakan sebagai usaha sampingan maupun usaha peternakan. Puyuh

HASIL DAN PEMBAHASAN

MATERI DAN METODE. Materi

I. PENDAHULUAN. kebutuhan pakan ternak sehingga diperlukan penggunaan pakan alternatif. Sumber

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

I. TINJAUAN PUSTAKA. A. Puyuh

BAB III METODE PENELITIAN. konversi pakan ayam arab (Gallus turcicus) ini bersifat eksperimental dengan

HASIL DAN PEMBAHASAN. Konsumsi Pakan

HASIL DAN PEMBAHASAN

TINJAUAN PUSTAKA Probiotik

HASIL DAN PEMBAHASAN. Tabel 4. Kandungan Nutrien Silase dan Hay Daun Rami (%BK)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Isa Brown, Hysex Brown dan Hyline Lohmann (Rahayu dkk., 2011). Ayam

TINJAUAN PUSTAKA Ternak Itik Itik Alabio ( Anas platirinchos Borneo

HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian tentang pengaruh penggunaan ampas kecap dalam ransum

HASIL DAN PEMBAHASAN

MATERI DAN METODE. Lokasi dan Waktu. Materi

MATERI DAN METODE. Lokasi dan Waktu. Materi Ternak Percobaan. Kandang dan Perlengkapan

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian dilaksanakan selama 13 minggu, pada 12 Mei hingga 11 Agustus 2012

PERSENTASE KARKAS, DADA, PAHA DAN LEMAK ABDOMEN ITIK CIHATEUP JANTAN UMUR 10 MINGGU YANG DIBERI TEPUNG DAUN BELUNTAS, VITAMIN C DAN E DALAM PAKAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. telurnya. Jenis puyuh yang biasa diternakkan di Indonesia yaitu jenis Coturnix

HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Pengaruh Perlakuan terhadap Energi Metabolis. makanan dalam tubuh, satuan energi metabolis yaitu kkal/kg.

BAB III METODE PENELITIAN. energi metabolis dilakukan pada bulan Juli Agustus 2012 di Laboratorium Ilmu

HASIL DAN PEMBAHASAN

MATERI DAN METODE Lokasi dan Waktu Materi Prosedur Penyediaan Pakan Pemeliharaan Hewan Uji

Daging itik lokal memiliki tekstur yang agak alot dan terutama bau amis (off-flavor) yang merupakan penyebab kurang disukai oleh konsumen, terutama

MATERI DAN METODE. Gambar 3. Domba yang Digunakan Dalam Penelitian

BAB III MATERI DAN METODE. periode starter terhadap performans pada Ayam Kedu Hitam umur 0-10 Minggu.

II. TINJAUAN PUSTAKA. Perusahaan penetasan final stock ayam petelur selalu mendapatkan hasil samping

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian tentang Pengaruh Penggunaan Limbah Ikan Bandeng (Chanos

Kombinasi Pemberian Starbio dan EM-4 Melalui Pakan dan Air Minum terhadap Performan Itik Lokal Umur 1-6 Minggu

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. unggas air yang cocok untuk dikembangbiakkan di Indonesia. Sistem

I. PENDAHULUAN. Bakteri biasanya dikategorikan ke dalam dua kelompok. Bakteri yang

HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum Penelitian Konsumsi Pakan

I. PENDAHULUAN. pengetahuan masyarakat tentang gizi yang meningkat. Penduduk Indonesia

PENDAHULUAN. Latar Belakang. sumber penyedia daging dan telur telah dipopulerkan di Indonesia dan juga

BAB III MATERI DAN METODE. Merah (Hylocereus polyrhizus) terhadap Performa Burung Puyuh Betina Umur 16

Transkripsi:

HASIL DAN PEMBAHASAN Performa Itik Alabio Jantan Rataan performa itik Alabio jantan selama pemeliharaan (umur 1-10 minggu) disajikan pada Tabel 4. Tabel 4. Performa Itik Alabio Jantan Umur 1-10 Minggu Peubah yang diamati Konsumsi pakan (g/ekor) Perlakuan Pakan *) K KB KBC KBE 6.515±212,11 6.550±212,95 6.605±217,20 6.520±211,03 Bobot badan awal (g/ekor) 86,85±24,27 90,07±24,18 84,53±21,45 89,36±26,26 Bobot badan akhir (g/ekor) 1.414,8±32,96 1.393,5±74,61 1.430,3±138,96 1.399,2±19,84 PBB (g/ekor) 1.328±53,13 1.303,5±98,75 1.345,8±159,65 1.309,9±45,98 Konversi pakan 4,91±0,34 5,05±0,58 4,97±0,75 4,99±0,36 Selisih konversi pakan perlakuan vs kontrol 2,85% 1,22% 1,63% Keterangan : *) K=pakan kontrol; KB=pakan kontrol+beluntas 0,5%; KBC = pakan kontrol+beluntas 0,5%+vitamin C 250 mg/kg; KBE = pakan kontrol+beluntas 0,5%+vitamin E 400 IU/kg Konsumsi Pakan Konsumsi pakan itik alabio dengan penambahan tepung daun beluntas, vitamin C dan vitamin E tidak berbeda dengan kontrol (K). Hal ini disebabkan beluntas yang diberikan jumlahnya sedikit sehingga tidak mempengaruhi palatabilitas pakan, dan nutrien pakan perlakuan-perlakuan tersebut sama, isokaloriisoprotein (Tabel 2 dan 3). Menurut North dan Bell (1990) kandungan energi dalam pakan mempengaruhi konsumsi pakan pada ternak. Berdasarkan Tabel 4 dapat dilihat bahwa konsumsi pakan itik Alabio jantan selama pemeliharaan dari umur 1-10 minggu berkisar antara 6.515-6.605 gram/ekor. Gambar 7 menunjukkan bahwa konsumsi pakan semakin meningkat tiap minggu sejalan dengan semakin bertambahnya umur itik. Gunawan (2005) melaporkan bahwa penambahan tepung daun beluntas dalam pakan hingga taraf 1% selama delapan minggu, dari umur 3-10 minggu, menghasilkan rataan konsumsi 19

ransum yang tidak berbeda antara perlakuan, yaitu berkisar antara 4.743,2-4.745,92 gram per ekor. Hasil penelitian Wahyudin (2006) menyatakan bahwa pemberian tepung daun beluntas dalam pakan hingga taraf 2% tidak memberikan pengaruh terhadap konsumsi pakan itik. Pada penelitian Randa (2007) menunjukkan bahwa suplementasi vitamin E 400 IU/kg dan campuran antara 250 mg/kg Vitamin C dan 400 IU/kg vitamin E ke dalam ransum, tidak berpengaruh terhadap konsumsi pakan. Gambar 7. Grafik Rataan Konsumsi Pakan Per Minggu Bobot Badan Tabel 4 menunjukkan bahwa penambahan tepung daun beluntas, vitamin C dan vitamin E tidak berbeda antar perlakuan terhadap bobot akhir. Berdasarkan sidik ragam, bobot badan itik alabio pada minggu ke 3 sampai minggu ke 5 dengan pemberian pakan campuran tepung daun beluntas dan vitamin C (KBC) nyata lebih rendah (P<0,05) daripada pakan kontrol, tetapi perbedaan ini tidak banyak berarti. Hasil tersebut berbeda dengan penelitian sebelumnya. Hasil penelitian Randa (2007) menunjukkan bahwa, penambahan kombinasi 250 mg/kg vitamin C dan 400 IU/kg vitamin E dalam pakan menghasilkan bobot akhir yang paling tinggi pada itik cihateup jantan dibandingkan dengan pakan kontrol, pakan dengan hanya penambahan 400 IU/kg vitamin E dan pakan dengan kombinasi 20.000 IU/kg vitamin A dan 400 IU/kg vitamin E. Pada penelitian Setiawan (2002) menunjukkan pemberian vitamin C sebanyak 750 ppm dengan cara dilarutkan dengan akuades dan 20

diberikan langsung melalui mulut menghasilkan pertambahan bobot badan ayam broiler yang berbeda sangat nyata (P<0,01) dibandingkan pakan kontrol. Penelitian Ichsan (1991), menunjukkan bahwa penambahan vitamin C 300 ppm menghasilkan pertumbuhan yang lebih baik daripada kontrol. Hal ini menunjukkan bahwa penambahan 0,5% tepung daun beluntas dan 250 mg/kg vitamin C tidak berdampak buruk bagi bobot badan itik. Gambar 8. Grafik Rataan Bobot Badan Itik Alabio Selama Pemeliharaan Gambar 8 menunjukkan bahwa bobot badan itik alabio tiap perlakuan semakin meningkat tiap minggunya. Bobot badan itik Alabio dengan pemberian pakan KBC Pada minggu ke-3, 4 dan 5 nyata lebih rendah 33; 63,62; 55,55 gram daripada kontrol (K). Bobot badan itik alabio pada minggu ke-4 dengan pemberian pakan KBC juga nyata lebih rendah 43,32 gram daripada pakan KB. Bobot akhir itik alabio pada penelitian ini menunjukkan hasil yang tidak berbeda. Hal ini menunjukkan bahwa penggunaan daun beluntas kurang efektif dalam meningkatkan bobot badan. Penyebab kurang efektifnya daun beluntas dalam peningkatan bobot badan itik penelitian diduga karena adanya kandungan tanin. Menurut Widodo (2002), tanin memiliki kemampuan mengikat protein, sehingga dapat menurunkan daya cerna. Tanin tersebut menyebabkan penurunan daya cerna asam-asam amino yang seharusnya dimanfaatkan unggas untuk pertumbuhan dan perkembangan jaringan tubuh. Pemberian pakan yang mengandung tanin 0,33% tidak membahayakan bagi unggas, akan tetapi bila kadar tanin dalam pakan 21

mencapai 0,5% akan menggangu pertumbuhan. Hasil penelitian Rukmiasih et al. (2010), menyatakan bahwa kandungan tanin dalam beluntas kering sebesar 1,88%. Pada penelitian ini, berdasarkan besarnya kandungan tanin tersebut, maka dalam 1 kg pakan dengan taraf penambahan 0,5% tepung daun beluntas mengandung 0,01% tanin. Jumlah konsumsi pakan itik alabio yang mengandung antioksidan berkisar antara 6.515-6.605 gram/ekor selama pemeliharaan. Berdasarkan jumlah konsumsi pakan, taraf pemberian tepung daun beluntas dan kandungan tanin dalam beluntas, maka jumlah tanin yang dikonsumsi itik Alabio selama 9 minggu sebesar 660,5 mg. Hal ini memperlihatkan bahwa kecilnya jumlah tanin yang dikonsumsi oleh itik Alabio berdampak kecil pula terhadap bobot badan. Suplementasi 250 mg/kg vitamin C dan 400 IU/kg vitamin E tidak berpengaruh nyata terhadap bobot badan akhir itik alabio jantan yang diteliti. Hal ini disebabkan kandungan nutrisi pakan tiap perlakuan sama, isokalori-isoprotein. Pertambahan Bobot Badan Pertambahan bobot badan merupakan hal penting yang harus diperhatikan dalam usaha peternakan. Pertambahan bobot badan yang tinggi dihasilkan dari konsumsi pakan yang berkualitas baik. Data pertambahan bobot badan selama pemeliharaan disajikan pada Tabel 4. Respon pertumbuhan ditentukan oleh beberapa faktor diantaranya kesehatan, pakan dan manajemen. Rataan pertambahan bobot badan selama pemeliharaan berkisar antara 1303,47-1345,75 g/ekor. Berdasarkan hasil sidik ragam, pemberian tapung daun beluntas, vitamin C dan vitamin E tidak berbeda nyata terhadap pertambahan bobot badan. Hal ini disebabkan kandungan beluntas dalam pakan hanya 0,5% sehingga tidak mempengaruhi palatabilitas pakan yang dapat mempengaruhi pertambahan bobot badan selama penelitian. Selain itu, bobot awal dan akhir tidak menunjukkan perbedaan yang nyata tiap perlakuan sehingga pertambahan bobot badan yang dihasilkan pun tidak berbeda. Hasil penelitian Wahyudin (2006), menunjukkan bahwa penambahan tepung daun beluntas sebanyak 1 dan 2% dalam pakan selama 6 minggu menghasilkan pertambahan bobot badan sebesar 746 dan 726 g/ekor (40 dan 60 gram lebih rendah dari pakan kontrol). Hasil penelitian Gunawan (2005) menunjukkan bahwa pertambahan bobot badan itik lokal umur 1-10 minggu dengan menggunakan pakan 22

mengandung 0,5 dan 1% tepung daun beluntas sebesar 1354 dan 1342 g/ekor (51 dan 63,06 gram lebih rendah dari pakan kontrol). Pertambahan bobot badan itik alabio jantan yang mendapat pakan perlakuan KB dan KBE dengan penambahan 0,5% tepung daun beluntas pada penelitian ini lebih rendah 18,08 dan 24,48 gram dari pakan kontrol, bahkan dengan pakan perlakuan KBC pertambahan bobot badan itik 17,8 gram lebih tinggi pada kontrol. Hal ini menunjukkan bahwa semakin sedikit persentase pemberian tepung daun beluntas dalam pakan, maka pertambahan bobot badan itik akan lebih baik. Selain itu, penambahan vitamin C dan E dalam pakan perlakuan memberikan respon terhadap pertambahan bobot badan itik Alabio yang diteliti. Konversi Pakan Konversi pakan diperoleh dari banyaknya pakan yang dikonsumsi dibagi pertambahan bobot badan yang dihasilkan. Tabel 2 menunjukkan bahwa konversi pakan itik alabio selama pemeliharaan berkisar antara 4,91-5,05. Berdasarkan data diatas, konversi pakan yang paling kecil adalah itik yang mengkonsumsi pakan kontrol, namun tidak berbeda nyata. Hal ini disebabkan konsumsi pakan itik yang menggunakan pakan kontrol paling sedikit dan menghasilkan pertambahan bobot badan yang paling tinggi. Pemberian tepung daun beluntas, vitamin C dan E tidak mempengaruhi konversi pakan. Gunawan (2005), melaporkan bahwa konversi pakan itik dengan menggunakan tepung daun beluntas pada taraf 1% pada itik lokal selama 10 minggu sebesar 4,17 atau 21,9% lebih besar dari kontrol. Hasil penelitian ini, konversi pakan itik menggunakan tepung daun beluntas dengan taraf 0,5% sebesar 5,05 atau 2,85% lebih besar dari kontrol. Hal ini menunjukkan bahwa semakin kecil kandungan daun beluntas dalam pakan, maka konversi pakan semakin baik. Penambahan vitamin C dalam pakan yang mengandung 0,5% beluntas (KBC) menghasilkan konversi pakan 1,22% lebih tinggi dari kontrol, sedangkan penambahan vitamin E dalam pakan yang mengandung 0,5% beluntas (KBE) menghasilkan konversi pakan 1,63% lebih tinggi dari kontrol. Hal ini menunjukkan bahwa penambahan vitamin C dan vitamin E mampu menutupi berkurangnya antioksidan asal beluntas sebesar 0,5% terhadap konversi pakan. Iskandar et al. (2001), melaporkan konversi pakan itik lokal jantan yang mendapat pakan dengan kandungan energi 2.500 kkal/kg dan protein 16% 23

adalah 5,54. Dalam penelitian ini kandungan energi dan protein yang digunakan adalah 2340 kkal/kg dan 16,20% menghasilkan konversi pakan antara 4,91-5,05. Hal ini menunjukkan bahwa konversi pakan pada penelitian ini lebih baik. 24