BAB 2 Landasan Teori

dokumen-dokumen yang mirip
BAB III PERANCANGAN SISTEM

BAB 3 PERANCANGAN SISTEM

PEMANFAATAAN BIOMETRIKA WAJAH PADA SISTEM PRESENSI MENGGUNAKAN BACKPROPAGATION NEURAL NETWORK

BAB 1 PENDAHULUAN. Sistem Pakar (Expert System), Jaringan Saraf Tiruan (Artificial Neural Network), Visi

BAB I PENDAHULUAN. 1 Universitas Kristen Maranatha

BAB II LANDASAN TEORI

KOMPRESI CITRA DIGITAL DENGAN MENGGUNAKAN HEBBIAN BASED PRINCIPAL COMPONENT ANALYSIS

BAB III PERANCANGAN DAN IMPLEMENTASI SISTEM

BAB III METODE PENELITIAN. dan bahan, agar mendapatkan hasil yang baik dan terstruktur. Processor Intel Core i3-350m.

Pengenalan Wajah dengan Metode Subspace LDA (Linear Discriminant Analysis)

PERBANDINGAN METODE KDDA MENGGUNAKAN KERNEL RBF, KERNEL POLINOMIAL DAN METODE PCA UNTUK PENGENALAN WAJAH AKIBAT VARIASI PENCAHAYAAN ABSTRAK

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan teknologi image processing sekarang ini menyediakan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. menggunakan PCA, kemudian penelitian yang menggunakan algoritma Fuzzy C-

BAB I PENDAHULUAN. satu bagian sistem biometrika adalah face recognition (pengenalan wajah). Sistem

BAB I PENDAHULUAN. berbeda antara manusia satu dengan yang lain. Manusia mengenali

BAB 2 LANDASAN TEORI

1. Pendahuluan. 1.1 Latar belakang

BAB I PERSYARATAN PRODUK

BAB 2 LANDASAN TEORI. fuzzy logic dengan aplikasi neuro computing. Masing-masing memiliki cara dan proses

PENGEMBANGAN SISTEM PENGENALAN EKSPRESI WAJAH MENGGUNAKAN JARINGAN SYARAF TIRUAN BACKPROPAGATION (STUDI KASUS PADA DATABASE MUG)

KLASIFIKASI CITRA PARU MENGGUNAKAN MODEL SELF-ORGANIZING MAPS RADIAL BASIS FUNCTION NEURAL NETWORKS (SOM-RBFNN) SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN. telinga, wajah, infrared, gaya berjalan, geometri tangan, telapak tangan, retina,

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Desain penelitian ini mengacu pada tahapan proses yang ada pada sistem

BAB I PENDAHULUAN. identitas individu baik secara fisiologis, sehingga dapat dijadikan alat atau

BAB 3 PERANCANGAN SISTEM

PENGENALAN WAJAH MENGGUNAKAN PRINCIPAL COMPONENT ANALYSIS DAN SELF ORGANIZING MAPS

Pengenalan Wajah Menggunakan Two Dimensional Linier Discriminant Analysis Berbasis Feature Fussion Strategy

Algoritma Kohonen dalam Mengubah Citra Graylevel Menjadi Citra Biner

BAB II LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB IV ANALISA DAN PERANCANGAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

RENCANA PEMBELAJARAN SEMESTER (RPS)

PENGENALAN POLA GARIS DASAR KALIMAT PADA TULISAN TANGAN UNTUK MENGETAHUI KARAKTER SESEORANG DENGAN MENGGUNAKAN ALGORITMA RESILIENT BACKPROPAGATION

BAB I PENDAHULUAN. dengan memanfaatkan ciri wajah yang telah tersimpan pada database atau wajah

g(x, y) = F 1 { f (u, v) F (u, v) k} dimana F 1 (F (u, v)) diselesaikan dengan: f (x, y) = 1 MN M + vy )} M 1 N 1

PENGELOMPOKAN CITRA WAJAH DENGAN TEKNIK SUBSPACE CLUSTERING MENGGUNAKAN ALGORITMA LSA SC (LOCAL SUBSPACE AFFINITY SPECTRAL CLUSTERING)

1.1 Latar Belakang. Universitas Indonesia

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang 1.2. Rumusan Masalah

PENGENALAN WAJAH MENGGUNAKAN METODE LINEAR DISCRIMINANT ANALYSIS DAN K NEAREST NEIGHBOR

IDENTIFIKASI TANDA TANGAN MENGGUNAKAN ALGORITMA DOUBLE BACKPROPAGATION ABSTRAK

Pengenalan Bahasa Isyarat Tangan Menggunakan Metode PCA dan Haar-Like Feature

BAB 3 PERANCANGAN DAN PEMBUATAN SISTEM

ENKRIPSI DATA HASIL ANALISIS KOMPONEN UTAMA (PCA) ATAS CITRA IRIS MATA MENGGUNAKAN ALGORITMA MD5

Penggunaan Jaringan Syaraf Tiruanuntuk Membaca Karakter pada Formulir Nilai Mata Kuliah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 3 PROSEDUR DAN METODOLOGI

JARINGAN SARAF TIRUAN (ARTIFICIAL NEURAL NETWORK) ERWIEN TJIPTA WIJAYA, ST, M.KOM

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. 4.1 Pengembangan Sistem Pengenalan Wajah 2D

Pengembangan Perangkat Lunak untuk Pengenalan Wajah dengan Filter Gabor Menggunakan Algoritma Linear Discriminant Analysis (LDA)

BAB 3 METODOLOGI. seseorang. Hal inilah yang mendorong adanya perkembangan teknologi

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

FACE RECOGNITION MENGGUNAKAN METODE TWO- DIMENSIONAL PRINCIPAL COMPONENTS ANALYSIS (2DPCA) ABSTRAK

PROTOTYPE PENGENALAN WAJAH MELALUI WEBCAM DENGAN MENGGUNAKAN ALGORITMA PRICIPAL COMPONENT ALAYSIS (PCA) DAN LINIER DISCRIMINANT ANALYSIS (LDA)

Absensi Berbasis Pengenalan Wajah Dengan Pendekatan Dua Dimensi Principal Component Analysis ( 2 D P C A )

PERBANDINGAN METODE MINIMUM DISTANCE PATTERN CLASSIFIER DAN NEURAL NETWORK BACKPROPAGATION DALAM MENGENALI WAJAH MANUSIA DENGAN EKSPRESI YANG BERBEDA

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI

PENGENALAN POLA BENTUK BUNGA MENGGUNAKAN PRINCIPLE COMPONENT ANALYSIS DAN K-NN


BAB 1 PENDAHULUAN. termasuk dalam bidang Computer Vision. Computer Vision membuat komputer

Pengenalan wajah dengan algorithma Eigen Face Oleh: Hanif Al Fatta

BAB II KAJIANPUSTAKA

SIMULASI PENGENALAN WAJAH MANUSIA MENGGUNAKAN METODE ANALISIS DISKRIMINAN LINEAR DUA DIMENSI (2D-LDA) DENGAN JARAK MANHATTAN, CANBERRA DAN EUCLIDEAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

PENGENALAN WAJAH MENGGUNAKAN METODE DIAGONAL PRINCIPAL COMPONENT ANALYSIS. Skripsi

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Meter air merupakan alat untuk mengukur banyaknya air yang digunakan oleh

Klasifikasi Identitas Wajah Untuk Otorisasi Menggunakan Deteksi Tepi dan LVQ

PENGAMAN RUMAH DENGAN SISTEM FACE RECOGNITION SECARA REAL TIME MENGGUNAKAN METODE PRINCIPAL COMPONENT ANALYSIS

BAB 3 METODE PERANCANGAN

Implementasi Principal Component Analysis (PCA) Untuk Pengenalan Wajah Manusia

Teknik Reduksi Dimensi Menggunakan Komponen Utama Data Partisi Pada Pengklasifikasian Data Berdimensi Tinggi dengan Ukuran Sampel Kecil

Facial Expression Recognition By Using Fisherface Methode With Backpropagation Neural Network

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

PENGENALAN WAJAH DENGAN MENGGUNAKAN METODE DISCRIMINATIVE LOCAL DIFFERENCE PATTERNS

BAB I PENDAHULUAN. ke karakteristik tertentu pada manusia yang unik dan berbeda satu sama lain.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

PENGENALAN WAJAH DENGAN METODE TEMPLATE MATCHING SEBAGAI SISTEM STARTER SEPEDA MOTOR BERBASIS MIKROKONTROLER ATMEGA 16 Oleh : Margito Hermawan

BAB 4 ANALISA DAN BAHASAN

BAB 1 PENDAHULUAN 1-1

Jurnal String Vol.1 No.2 Tahun 2016 ISSN : PRINCIPAL COMPONENT ANALYSIS UNTUK SISTEM PENGENALAN WAJAH DENGAN MENGGUNAKAN METODE EIGENFACE

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Dalam penelitian penerapan metode Jaringan Syaraf Tiruan Learning Vector

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. yang revelan dengan penelitian yang akan. antara metode Kohonen Neural Network dengan metode Learning ng Vector

Implementasi Pengenalan Citra Wajah dengan Algoritma Eigenface pada Metode Principal Component Analysis (PCA)

SISTEM PENGENALAN KARAKTER DENGAN JARINGAN SYARAF TIRUAN ALGORITMA PERCEPTRON

IMPLEMENTASI PENGENALAN WAJAH MENGGUNAKAN ALGORITMA PRINCIPAL COMPONENT ANALYSIS(PCA) DAN IMPROVED BACKPROPAGATION

Principal Component Analysis

SISTEM PENGENALAN WAJAH BERBASIS METODA FISHERFACE TUGAS AKHIR. Febrian Ardiyanto NIM :

SISTEM PENGENALAN WAJAH MENGGUNAKAN WEBCAM UNTUK ABSENSI DENGAN METODE TEMPLATE MATCHING

BAB 2 LANDASAN TEORI

ANALISIS VARIASI PARAMETER LEARNING VECTOR QUANTIZATION ARTIFICIAL NEURAL NETWORK TERHADAP PENGENALAN POLA DATA ODOR

BAB II LANDASAN TEORI. Citra digital sebenarnya bukanlah sebuah data digital yang normal,

Identifikasi Gender Berdasarkan Citra Wajah Menggunakan Deteksi Tepi dan Backpropagation

BAB 1 PENDAHULUAN. identifikasi (Naseem, 2010). Sudah banyak sistem biometrik yang dipakai pada

ANALISIS DAN PERANCANGAN SISTEM

BAB I PENDAHULUAN. pengetahuan yang sangat populer saat ini. Dengan ilmu pengetahuan ini, teknologi di

Transkripsi:

BAB 2 Landasan Teori Pengenalan manusia secara otomatis menggunakan mesin merupakan masalah yang menantang dan telah menjadi banyak perhatian selama beberapa tahun terakhir. (Jawad, Syed, dan Farrukh, 2008). Agar mesin dapat mengenali manusia, maka mesin harus mendapatkan sebuah informasi biometric dari manusia tersebut. Informasi biometric tersebut dapat berupa DNA, bentuk telinga, bentuk wajah, bentuk sidik jari, suara, retina mata, bentuk pembuluh nadi, dan Iris mata (Anil, Arun, dan Salil, 2004). Informasi biometric tersebut akan diambil dengan menggunakan sensor pada mesin. Kemudian informasi tersebut diproses oleh mesin, sehingga mesin akan mengenali manusia dengan informasi biometric dari manusia tersebut. Pengenalan manusia secara otomatis sendiri sudah banyak diteliti jauh sebelum tahun 1990 dan telah banyak yang sudah meneliti pengenalan manusia secara otomatis menggunakan informasi wajah, sehingga saat ini sudah banyak penemuan metodemetode untuk mengenali wajah manusia. Namun dari semua metode yang ada, terdapat kelebihan dan kekurangan pada masing-masing metode tersebut. 2.1 Pengenalan Wajah Manusia Pada bab sebelumnya, sudah dibahas bahwa kemampuan mesin dalam mengenali wajah manusia tidak secepat yang dilakukan oleh manusia. Seorang manusia dapat mengenali beberapa wajah manusia dengan penerangan cahaya yang berbeda, ekspresi wajah dan luka pada wajah. Kemampuan manusia inilah yang kemudian diteliti dan dikembangkan teorinya, sehingga teori-teori inilah yang nantinya akan diterapkan pada mesin sehingga mesin akan memiliki kemampuan yang mendekati manusia. Kemampuan manusia dalam pengenalan suatu objek didukung peranan jaringan syaraf otak, dimana jaringan syaraf otak ini melakukan proses pembelajaran serta penyimpanan akan hal-hal yang berhubungan dengan objek tersebut (Agnes, Andrew, Nizar, 2014). Dari pernyataan tersebut dapat dilihat bahwa mesin harus mempunyai kemampuan untuk melakukan proses pembelajaran dan penyimpanan 5

6 akan hal-hal yang berhubungan dengan objek yang akan dikenali, dalam hal ini objek tersebut adalah wajah manusia yang akan dikenali. Tahapan-tahapan yang berlangsung pada sistem pengenalan wajah manusia adalah sebagai berikut: a. Image Processing Tahapan ini bertujuan untuk mereduksi dimensi dari gambar agar proses pengenalan wajah manusia dapat berlangsung lebih cepat. Dengan Image Processing ini ukuran gambar yang diperoleh dari sensor berupa kamera dapat diperkecil, namun informasi yang ada pada gambar tersebut tetap terjaga b. Learning Dalam tahapan ini gambar yang sudah dikompresi tersebut dipelajari dan dikenali oleh mesin, sehingga mesin akan dapat mengenali wajah manusia dari gambar tersebut. 2.1.1 Image Processing Tahapan Image Processing ini bertujuan untuk mengecilkan ukuran gambar yang diperoleh dari kamera. Semakin baik resolusi kamera yang digunakan maka semakin baik juga kualitas gambarnya. Namun penggunaan resolusi kamera yang besar akan membuat ukuran gambar yang diperoleh menjadi besar, sehingga ukuran gambar yang besar ini akan membuat proses pembelajaran dan pengenalan menjadi lebih lama, sehingga dibutuhkan Image Processing agar kualitas gambar tetap terjaga namun ukuran gambar lebih kecil dan proses pengenalan wajah menjadi lebih cepat. Ada beberapa algoritma yang ditawarkan untuk mereduksi dimensi dari sebuah gambar. Algoritma tersebut antara lain: A. Linear Discriminant Analysis Linear Discriminant Analysis (LDA) telah berhasil digunakan sebagai teknik mereduksi dimensi untuk banyak masalah, seperti speech recognition,

7 face recognition, dan pengambilan informasi multimedia (Yu, Yang, 2001). LDA mereduksi gambar dengan cara mencari matriks W untuk memaksimalkan nilai perbandingan antara matriks penyebaran antar kelas (S b ) dan matriks penyebaran dalam kelas (S w ). B. Principal Component Analysis Principal Component Analysis merupakan metode statistika yang digunakan untuk mereduksi / mengurangi dimensi input tanpa kehilangan informasi penting dari input. Dalam PCA, seluruh dataset yang dimiliki akan diproyeksikan kedalam subspace yang berbeda untuk mendapatkan arah (component) yang memaksimalkan variance dari dataset yang dimiliki. Secara umum penyelesaian PCA dilakukan dalam 4 tahap yaitu : 1. Input data (m x n), dimana m : jumlah pixel dan n : jumlah citra atau sampel. 2. Preprocessing PCA dengan melakukan standarisasi dan mencari covariance atau correlation matrix. 3. Proses PCA dengan menggunakan EVD (Eigen Value Decomposition) atau SVD (Singular Value Decomposition). 4. Output yang merupakan data hasil transformasi (m x k), dimana m : jumlah pixel dan k : jumlah principal component. 2.1.2 Learning Jaringan syaraf tiruan merupakan suatu jaringan syaraf yang dibentuk berdasarkan jaringan syaraf manusia menggunakan program komputer. Jaringan syaraf tiruan juga dapat dikatakan sebagai otak buatan yang berusaha untuk mensimulasikan proses pembelajaran pada otak manusia. Pada otak dan jaringan syaraf manusia, neuron merupakan bagian pemroses terkecil. Pada neuron terdapat dendrit, sinapsis, nukleus, dan akson. Dendrit merupakan bagian yang menerima rangsangan. Rangsangan yang diterima akan diberikan pada nukleus. Respon dari nukleus akan disampaikan kepada neuron lain melalui akson. Bagian yang menerima respon tersebut disebut sebagai sinapsis.

8 Jaringan syaraf tiruan juga terdiri dari neuron tiruan. Neuron tiruan ini dapat berfungsi seperti neuron pada manusia. Permodelan dari neuron tirun dapat digambarkan dengan gambar berikut. Gambar 2.1 Contoh Jaringan Saraf Tiruan Jika disetarakan dengan neuron pada manusia maka p merupakan rangsangan, weight (W) dan bias (b) merupakan sinapsis, dan a merupakan hasil respon dari rangsangan yang nantinya dapat disalurkan menggunakan akson. Secara matematik neuron tiruan dapat dituliskan sebagai berikut................(1)................(2) Pada neuron tiruan, nilai W dan b dapat diatur. Dengan menemukan nilai W dan b yang tepat neuron dapat digunakan untuk beberapa tujuan yang khusus dengan melihat hubungan antara input dan output. Untuk menemukan nilai W dan b yang tepat dapat dilakukan dengan menggunakan learning rule. Berdasarkan metodenya learning rule dibedakan menjadi dua yaitu supervised learning dan unsupervised learning. Pada dasarnya supervised learning merupakan metode dimana mencari nilai W dan b dengan menentukan target yang akan dicapai sebelumnya, sedangkan pada unsupervised learning, target dari proses pembelajaran tidak ditentukan. a. Supervised Learning Supervised learning rule memiliki sekumpulan hubungan input dengan target yang ingin dicapai secara matematik dapat dituliskan dalam persamaan berikut. {p1, t1}, {p2, t2},, {pn, tn}

9 Dimana (pn) merupakan input ke jaringan syaraf dan (tn) merupakan target atau output yang diinginkan. Ketika input diberikan pada jaringan, output dari jaringan akan dibandingkan dengan target. Kemudian learning rule digunakan untuk menetukan W dan b dari jaringan dengan tujuan agar output dari jaringan dapat sedekat mungkin dengan target. Jarak antara output jaringan dengan target digunakan sebagai pengukuran error dan digunakan untuk memperbaiki parameter dari jaringan. Metode learning rule ini sangat sering digunakan karena dapat dipakai dalam pembelajaran yang bersifat alami. Dalam metode ini dibutuhkan sekumpulan input dan pola output yang disebut training set. b. Unsupervised Learning Metode unsupervised learning, W dan b diatur hanya berdasarkan respon terhadap input pada jaringan yang diberikan. Tidak ada target output. Kebanyakan algoritma yang digunakan pada metode ini menggunakan operasi pengelompokan. Jaringan belajar mengelompokan pola input dalam beberapa kelas. Ini berguna dalam aplikasi seperti penghitungan vector. Dalam unsupervised learning respon yang diinginkan tidak diketahui sehingga, informasi error yang dihasilkan tidak dapat digunakan untuk memperbaiki sifat jaringan. Karena tidak ada informasi yang dapat menetuka benar atau salah dari respon yang dihasilkan, pembelajaran dilakukan dengan observasi respons terhadap input yang tidak diketahui. Jaringan harus mampu menemukan dengan sendirinya kemungkinan adanya pola, aturan, dan perbedaan. Ketika menemukan hal tersebut jaringan akan mengatur parameter dari jaringan. Feedback atau umpan balik menjadi pusat dari metode learning ini. Metode ini dapat memahami atau mengenali pola dari yang terjadi dari hubungan sebab-akibat.

10 2.2 Pengenalan Wajah menggunakan Image Compression dan Artificial Neural Network Pengenalan wajah merupakan salah satu masalah yang menantang dan up to date, karena tidak ada teknik yang menghasilkan solusi yang kuat untuk semua situasi (Jawad, Syed dan Farukh, 2008). Jawad, Syed dan Farukh (2008) mengatakan bahwa pengenalan wajah dibagi menjadi 4 tahap, yaitu input, pre-process, classifier, dan output. Berikut ini blok diagram dari tahap-tahap pengenalan wajah menggunakan Image Compression dan Artificial Neural Network. Gambar 2.2 Tahap-tahap Pengenalan Wajah menggunakan Image Compression dan Artificial Neural Network. Sumber: A MATLAB based Face Recognition System Using Image Processing and Neural Networks. (Jawad, Syed dan Farukh, 2008) Teknik yang digunakan dalam penelitian sebelumnya oleh Jawad, Syed dan Farukh (2008) adalah sebagai berikut two dimensional discrete cosine transform (2D- DCT) untuk mengompresi gambar wajah dan Self-organizing maps (SOM) untuk mengklasifikasi apakah input gambar sudah ada atau belum di dalam database. Pada penelitian sebelumnya, mula-mula objek yang akan dikenali diambil gambarnya sebanyak lima buah gambar untuk dimasukkan ke dalam database. Pengambilan gambar tersebut menggunakan kamera digital Canon Powershot S3 IS 6.0 megapixel dengan ukuran gambar 1200 1600 pixels (2.0 megapixels). Adapun pada penelitian tersebut batasan-batasannya antara lain, pencahayaan yang sama untuk semua kondisi pengambilan gambar database, warna cerah digunakan

11 untuk latar belakang, posisi wajah tegak lurus dan menghadap kamera, dan toleransi untuk memiringkan atau memutar kepala sebesar 20 derajat. Setelah itu gambar yang diambil akan diproses terlebih dahulu menggunakan Adobe Photoshop CS2 untuk mengatur tingkat warna dan saturasi serta mengatur brightness dan contrast ke skala yang sama untuk setiap gambar, juga desaturating 24 bit RGB menjadi 8 bit grayscale, dan menyimpannya ke format JPEG. Gambar yang sudah diambil, selanjutnya dikompresi menggunakan teknik 2D-DCT dengan memanfaatkan MATLAB Image Processing Toolbox untuk mengurangi ukuran gambar dari 512 512 pixels menjadi 8 8 pixels. Setelah dikompresi melalui teknik 2D-DCT, gambar hasil kompresi akan menjadi input untuk dilatih menggunakan artificial neural network dengan teknik Self Organizing Map atau juga sering disebut Kohonen Map. Metode ini merupakan salah satu proses unsupervised learning, dimana belajar untuk mendistribusikan sejumlah pola tanpa ada informasi atau target (Jawad, Syed, dan Farukh, 2008). Proses pembelajaran dengan metode ini dimaksudkan agar mesin dapat mengenali serta mengelompokan 25 gambar wajah yang telah dikompresi menjadi lima kelas, berdasarkan wajah kelima orang yang telah diambil gambarnya. Gambar2.3 Image Database setelah dilatih menggunakan Self-Organizing Map. Sumber: A MATLAB based Face Recognition System Using Image Processing and Neural Networks. (Jawad, Syed dan Farukh, 2008)

12 Gambar 2.4 Gambar yang belum dilatih. Sumber: A MATLAB based Face Recognition System Using Image Processing and Neural Networks. (Jawad, Syed dan Farukh, 2008) Kemudian pada saat pengujian menggunakan gambar baru yang tidak ada dalam database gambar tersebut mesin dapat mengenali hingga 81,36 % setelah dilatih sebanyak 850 kali perulangan. 2.3 A Direct LDA Algorithm for High-Dimensional Data with Application to Face Recognition Linear Discriminant Analysis telah berhasil digunakan sebagai teknik pengurangan dimensi untuk beberapa kasus, antara lain speech recognition, face recognition,dan pengambilan informasi multimedia(yu, Yang, 2001).Tujuan dari LDA adalah untuk mencari matriks W sehingga perbandingan antara ScatterBetween Matrix (S b ) dan Scatter Within Matrix (S w ), sesuai dengan persamaan berikut. W = arg max WS W WS b w W T T Dalam system pengenalan wajah, banyak teknik yang sudah ditawarkan. Di antara teknik-teknik tersebut yang paling menonjol adalah pendekatan two stage PCA+LDA (Yu, Yang, 2001). W = W LDA W PCA Inti dari algoritma direct LDA solution terletak pada ide diagonalisasi simultan, sama seperti pada algoritma LDA yang tradisional. Algoritma direct LDA mencoba mencari matriks yang secara simultan mendiagonalisasi S w dan S b, sesuai dengan persamaan: T T WSw W = I, WS bw = Λ

13 Dimana adalah matriks diagonal dengan elemen diagonalnya disusun menurun. Ide dari algoritma ini adalah untuk menghilangkan null space dari matriks S b yang berisi informasi yang tidak penting, dan menjaga null space dari matriks S w yang berisi informasi yang bersifat diskriminatif. Hal ini dapat dilakukan dengan mendiagonalisai S b terlebih dahulu setelah itu mendiagonalisasi S w. Gambar 2.5 Cara Kerja Algoritma Direct LDA Dapat dilihat dari gambar 2.5 mula-mula matriks S b didiagonalisasi, kemudian nullspace dari matriks S b yang sudah didiagonalisasi dibuang dan mengubah diagonalnya menjadi 1 sehingga berubah menjadi matriks identitas (I). Kemudian matriks S w didigonalisasi sehingga memperoleh matriks D w yang merupakan matriks subspace gambar dalam LDA. Percobaan pengenalan wajah menggunakan algoritma direct LDA dilakukan pada gambar wajah dari Olivetti-Oracle Research Lab (ORL). Dataset dari ORL terdiri dari 400 gambar wajah tampak depan, yang merupakan 10 gambar wajah dari 40 individu yang berbeda, dengan variasi pose, pencahayaan, ekpresi, serta aksesoris. Gambar dari setiap wajah berukuran 92 x 112 pixels, dengan level keabuan dari 0 sampai dengan 255. Percobaan dilakukan dengan memilih secara acak 5 gambar wajah setiap orang untuk dilatih dan 5 gambar lainnya untuk di-testing. Adapun hasil dari percobaan tersebut diperoleh persentase pengenalan sebesar 90,8% tanpa ada proses dimentionality reduction. Dengan adanya proses dimensionality reduction rata-rata pengenalan menjadi 86,6%.

14