PENGERTIAN. Pandemonium merupakan salah satu sistem atau metode dalam rekognisi pola (pattern

dokumen-dokumen yang mirip
PATTERN RECOGNITION (REKOGNISI POLA)

Hall & Lindsay, Human information processing, 1977

PENGINDERAAN & PERSEPSI

membangkitkan aktivitas neural

MODUL PRAKTIKUM CP3 Feature Detection. Oleh: Tim Penyusun Laboratorium Psikologi

MODUL PRAKTIKUM CP3 Feature Detection. TIM PENYUSUN Oleh: Febrina Nur Sulistiyawati Fransiscus Febrianto Firda Fitri Fatimah Vini Wahyuni Nabila

Teknologi pengenalan pola mengalami perkembangan dari tahun ke tahun.

MATERI : 1. Human Information Processing 2. Persepsi 3. Pattern Recognition & Pandemonium 4. Perhatian 5. Memori 6. Mnemonic

LABORATORIUM PSIKOLOGI FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS GUNADARMA MODUL PEMBELAJARAN COGNITION AND PERCEPTION. Oktober 2015 FEATURE DETECTION

ASPEK MANUSIA DALAM IMK. Muhamad Alif, S.Kom UTM

PERSEPSI adalah proses yg memanfaatkan pengetahuan sebelumnya unt mengumpulkan dan memaknakan stimuli yg didaftar oleh organ penginderaan.

BAB I PENDAHULUAN. gagasan, isi pikiran, maupun maksud keinginannya melalui bahasa, sehingga

BAB III METODE PENELITIAN

TINJAUAN PUSTAKA. Media pembelajaran dalam Satyasa (2007:3) diartikan sebagai semua benda

PENDAHULUAN. Mengapa Interaksi Manusia dan Komputer (Human Computer Interaction)?

Model Pemrosesan Informasi

PERSEPSI BENTUK. Persepsi, Lanjutan Modul 2. Udhi Marsudi, S.Sn. M.Sn. Modul ke: Fakultas Desain dan Seni Kreatif. Program Studi Desain Produk

Dasar Dasar Desain 1. Modul ke: 04FTPD. Unsur Rupa : Obyek Visual. Fakultas. Denta Mandra Pradipta Budiastomo, S.Ds, M.Si. Program Studi Desain Produk

Psikologi Sosial 1. Pertemuan 8. Kognisi Sosial (Social Cognition)

PSIKOLOGI KOMUNIKASI PSIKOLOGI PESAN. Oni Tarsani, S.Sos.I., M.Ikom. Modul ke: Fakultas Ilmu Komunikasi. Program Studi Public Relation

Mata Kuliah Persepsi Bentuk

BAB I PENDAHULUAN. orang dan urutan kedua adalah China dengan jumlah pembelajar Bagi

Desain Struktur Organisasi: Kewenangan dan Pengendalian

BAB I PENDAHULUAN. Kesulitan belajar merupakan terjemahan dari learning disability. Learning

BAB I PENDAHULUAN. Seiring dengan era globalisasi serta tumbuh dan berkembangnya berbagai

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Kata media berasal dari bahasa latin yaitu medium yang secara harfiah berarti

02FDSK. Persepsi Bentuk. Denta Mandra Pradipta Budiastomo, S.Ds, M.Si.

BAB I PENDAHULUAN. memahami maksud dan tujuan yang disampaikan oleh penutur berbeda-beda. Dilihat dari segi

BAB 1 PENDAHULUAN. menunjang dalam kehidupan manusia. Peranan suatu bahasa juga sangat

JUDUL UNIT : Merancang Dan Membuat Animasi

Dasar-dasar Teori Pendidikan untuk Online Learning

MODUL ENAM KERJANYA OPINI PUBLIK

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. bagian tersebut akan diuraikan sebagai berikut.

STUDI KASUS DALAM PSIKOLOGI

BAB I PENDAHULUAN. Era globalisasi, perdagangan bebas, dan otonomi daerah telah mendesak

BAB I PENDAHULUAN. tubuh ramping atau sekedar terlihat lebih ramping. Menurut Franka (2010) tubuh

Santi E. Purnamasari, M.Si., Psikolog UMBY

Skripsi OLEH: REDNO KARTIKASARI K

BAB I PENDAHULUAN. dalam melaksanakan keterampilan menulis dan hasil dari produk menulis itu.

Persepsi, Memori, Daya Bayang, Bahasa, Penyelesaian Masalah, Pemahaman/Penalaran, Pmbuatan Keputusan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) sebagai pendidikan yang. diselenggarakan sebelum pendidikan dasar, memiliki kelompok sasaran anak

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

PSIKOLOGI KOGNITIF (Diringkas oleh Hanna Widjaya Dosen PPS Unpad Bandung)

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. yang paling kompleks membutuhkan ingatan. Salah satu aktivitas manusia yang

Organisasi pada masa kini dituntut untuk menjadi organisasi pembelajar. Belajar didefinisikan sebagai perubahan yang relatif permanen dalam perilaku,

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Pengenalan Konsep Kognitif 1

BAB I PENDAHULUAN. alamiah untuk beradaptasi dengan lingkungannya, sebagai alat. bersosialisasi, bahasa juga merupakan suatu cara merespon orang lain.

Pengantar Psikologi Ingatan. Dosen Meistra Budiasa, S.Ikom, MA

II. TINJAUAN PUSTAKA. Mind Mapping atau pemetaan pikiran merupakan salah satu teknik mencatat

BAB I PENDAHULUAN. Setiap peserta didik perlu memiliki kemampuan matematis pada tingkatan

MANAGEMENT SUMMARY CHAPTER 7 DECISION MAKING

MODUL PRAKTIKUM KOGNITIF CP3 CHAPTER : IMPLICIT & EXPLICIT MEMORY. Disusun Oleh : Tim Penyusun Laboratorium Psikologi Universitas Gunadarma

BAB IV IMPLEMENTASI DAN EVALUASI. implementasi dan evaluasi yang dilakukan terhadap perangkat keras dan

PEMBELAJARAN MENULIS SURAT PRIBADI DENGAN MENGGUNAKAN METODE INQUIRY PADA SISWA KELAS VII SMPN 2 CIDAUN KABUPATEN CIANJUR

SISTEM PENGOLAHAN INFORMASI PADA MANUSIA. Chalifa Chazar Modul :

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. membaca dan keterampilan menulis. Anak-akan dituntut untuk dapat berbicara,

MAKALAH SIMPOSIUM GURU 2015

BAB 3 METODE PENELITIAN

BAB V PENUTUP. Jasaraharja Putera Cabang Padang. Penelitian dilakukan dengan menyebar

II. TINJAUAN PUSTAKA. Selama proses pembelajaran media sangat diperlukan karena dapat membantu

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Penelitian

TIPS MEMBUAT SOAL YANG BAIK

BAB 1 PENDAHULUAN. Saat ini, teknologi komputer telah berkembang dengan pesat dan telah

SKEMA EKSPERIMEN, HASIL EKSPERIMEN, DAN ANALISIS BAB 4 SKEMA EKSPERIMEN, HASIL BAB 4 EKSPERIMEN, DAN ANALISIS

BAB I PENDAHULUAN. mengingat, berpikir, bahasa, sosial emosional dan fisik, sehingga dalam kegiatan

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui Perencanaan, Pelaksanaan dan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. Masalah besar dalam bidang pendidikan di Indonesia yang banyak. diperbincangkan, diantaranya adalah rendahnya mutu pendidikan yang

BAB I PENDAHULUAN. Di era informasi instan dewasa ini, setiap masyarakat membutuhkan informasi,

BAB I PENDAHULUAN. untuk meningkatkan kualitas pembelajaran. Melalui penguasaan keterampilan. jenis tulisan baik tulisan fiksi maupun nonfiksi.

Lampiran 5. a. Instrumen evaluasi media pembelajaran relasi dan fungsi berbasis multimedia interaktif untuk ahli materi

BAB I PENDAHULUAN. perlu dikuasainya matematika oleh siswa. Matematika merupakan ilmu universal

PROSIDING ISSN: PM-23 PROSES KOGNITIF DALAM PEMBELAJARAN BERMAKNA

BAB 3 METODOLOGI. Universitas Indonesia Representasi jilbab..., Sulistami Prihandini, FISIP UI, 2008

TUJUAN PERKULIAHAN Mahasis Ma wa hasis mema wa ham mema i ham konsep k dasa onsep r per dasa enc r per anaan pembelajara ana n an pembelajara

PEMBELAJARAN BERBASIS KONSEP Pendekatan konstruktivisme. Harsono Pusat Pengembangan Pendidikan Universitas Gadjah Mada

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

PENGGUNAAN STRATEGI KOGNITIF UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR

BAB II KAJIAN PUSTAKA

DATA/ INFO : teks, gambar, audio, video ( = multimedia) Gambar/ citra/ image : info visual a picture is more than a thousand words (anonim)

TEORI PERKEMBANGAN KOGNITIF PIAGET

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Debby Agita Viantiputri,2014

BAB I PENDAHULUAN. butuhkan dan berguna dalam kehidupan sehari-hari baik dalam sains, teknologi,

Lampiran 5. d. Instrumen evaluasi media pembelajaran relasi dan fungsi berbasis multimedia interaktif untuk siswa

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Destalya Anggrainy M.P, 2013

BAB I PENDAHULUAN. telinga, wajah, infrared, gaya berjalan, geometri tangan, telapak tangan, retina,

I. PENDAHULUAN. Bahasa merupakan ciri khas yang hanya dimiliki oleh manusia. Dengan bahasa

BAB V PENUTUP. Peserta Kegiatan Yang Mengikutinya adalah sebagai berikut : 1. korelasi antara daya tarik rasional dengan citra perusahaan

II. TINJAUAN PUSTAKA. Inkuiri merupakan salah satu model pembelajaran aktif. Kardi (2003: 3) Inkuiri merupakan model pembelajaran yang dirancang untuk

BAB I PENDAHULUAN. dunia pendidikan nasional maupun internasional. Terbukti dengan

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Sugiyono (2009: 6) berpendapat, bahwa : dan menganalisis data secara mendalam tentang analisis kebutuhan tenaga

PELATIHAN PENGEMBANGAN KETERAMPILAN DASAR TEKNIK INSTRUKSIONAL (PEKERTI) KOORDINASI PERGURUAN TINGGI SWASTA WILAYAH VI JAWA TENGAH

BAB I PENDAHULUAN. Seiring dengan perkembangan bisnis dalam skala nasional dan. intemasional, Ikatan Akuntan Indonesia (IAI) telah mencanangkan

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan memegang peranan yang penting dalam mempersiapkan

BAB III METODE PENELITIAN. Untuk mencapai suatu tujuan yang diharapkan, diperlukan suatu metode

Bagan 3.1 Desain Penelitian

Transkripsi:

PENGERTIAN Pandemonium merupakan salah satu sistem atau metode dalam rekognisi pola (pattern recognition) yang menggunakan analisis tampang (feature analysis). Sistem ini merupakan salah satu cara untuk menggambarkan bagaimana terjadinya proses rekognisi (pengenalan kembali) atas pola-pola yang diindera oleh manusia. Sistem ini mengimajinasikan adanya serangkaian hantu (demon) yang berperan menganalisis pola-pola yang diindera. Masing-masing demon memiliki tugas yg berbeda-beda. Image Demon (ID) JENIS-JENIS DEMON & TUGASNYA Jenis hantu yang pertama, memiliki tugas yang paling sederhana, yaitu mencatat gambaran atau citra (image) sinyal eksternal. Feature Demon (FD) Jenis hantu yang kedua, bertugas menganalisa. Masing-masing demon melihat ciri-ciri khusus pada pola, yaitu adanya garis-garis tertentu (misalnya: sudut, garis vertikal, garis horizontal, kurva). Cognitive Demon (CD) Jenis hantu ketiga, yang bertugas mengamati respon-respon dari feature demon (FD), bertanggung jawab mengenali pola. Setiap cognitive demon digunakan untuk mengenali satu pola (misalnya : satu CD mengenali A; satu CD mengenali B; dll). Bila suatu CD menemukan tampang (feature) yang cocok, maka demon tersebut berteriak. Bila demon lain menemukan kecocokan tampang (feature) yang lain, maka teriakan-teriakan menjadi lebih keras. Decision Demon (DD) Jenis hantu yang keempat, yaitu bertugas mendengarkan hasil pandemonium dari cognitive demon (CD), lalu decision demon (DD) memilih teriakan CD yang berteriak paling keras sebagai pola yang paling besar kemungkinan terjadinya. Psikologi Kognitif oshe 1

KEMIRIPAN ANTARA PANDEMONIUM DENGAN SKEMA TEMPLATE Meskipun pandemonium termasuk metode analisis tampang, namun skema pandemonium memiliki kemiripan dengan skema template matching. Persamaan : Menemukan kecocokan atau kesesuaian antara tampang-tampang tertentu dengan item-item tertentu yang direkognisi. Pandemonium mengamati keseluruhan pola pada waktu yang sama seperti halnya pada skema template. PENTINGNYA KONTEKS Tiap-tiap CD secara gradual belajar menginterpretasikan berbagai tampang dalam hubungannya dengan pola-pola tertentu. Di sini sangat nyata bahwa pengaruh konteks sangat penting. Implikasinya untuk skema pandemonium ditambahkan Contextual demonds yang menambahkan suara atau seruan untuk pandemonium. Sebagian besar interpretasi terhadap data penginderaan lebih merupakan sumbangan dari pengetahuan mengenai kemungkinan-kemungkinan yang ada pada sinyal tersebut, dan sebagian kecil merupakan sumbangan dari informasi yang termuat didalam sinyal itu sendiri. Informasi ekstra (pengetahuan mengenai kemungkinan-kemungkinan yang ada pada sinyal) ini berasal dari konteks peristiwa-peristiwa yang diindera. Konteks adalah situasi keseluruhan tempat melekatnya (yang melatarbelakangi) sebuah pengalaman atau peristiwa. Eksperimen Miller (1962) Ini merupakan salah satu eksperimen yang menunjukkan efek konteks terhadap hasil rekognisi sinyal. Dalam eksperimen ini, subjek diminta untuk mendengarkan serangkaian kata-kata: socks, some, brought, wet & who. Tiap-tiap kata diucapkan dalam macam-macam bunyi sedemikian rupa sehingga hasilnya tiap-tiap kata hanya dapat diidentifikasi sekitar 50% dalam waktu yang disediakan. Pada kesempatan berikutnya, kata-kata tersebut disusun dalam urutan yang memberikan makna : who, brought, some wet, socks. Dan subjek diminta mengidentifikasi sekali lagi. Ketika katakata tersebut diucapkan dalam urutan tata bahasa, kinerja kognisi subjek meningkat secara dramatis. Dengan demikian petunjuk kontekstual dapat meningkatkan rekognisi secara meyakinkan. Psikologi Kognitif oshe 2

Kemampuan untuk menggunakan konteks membuat sistem persepsi manusia lebih tinggi kemampuannya (superior) dan lebih fleksibel daripada sistem kognisi pola eletronik yang ada sejauh ini. Kita tidak mengetahui secara pasti bagaimana mekanisme penggunaan informasi dari konteks. Namun demikian kita tahu bahwa konteks memainkan peran yang sangat besar dalam persepsi kita. Peran Konteks : Memberikan aturan-aturan sepanjang penyusunan persepsi kita Membantu memprediksi Memberikan interpretasi yang rasional terhadap hal-hal yang kita persepsi Khususnya dalam rekognisi ataupun persepsi terhadap sinyal yang berupa bahasa, jika bahasa dibuat efisien atau jika seseorang kurang dapat menggunakan informasi kontekstual untuk memandu persepsinya, akhirnya komunikasi dapat menjadi proses yang menyakitkan dan berbahaya. PEMROSESAN INFORMASI DATA DRIVEN & CONCEPTUALLY DRIVEN dalam PANDEMONIUM Urutan operasi pandemonium yang sudah digambarkan diatas merupakan pemrosesan informasi yang memiliki ciri-ciri data-driven yaitu pemrosesan informasi yang diawali dari datangnya data penginderaan. Di dalam menganalisa informasi, harapan dan pembentukan konsep individu terhadap informasi yang diterimanya memainkan peran yang penting. Informasi yang berasal dari memori dikombinasikan dengan informasi yang berasal dari penginderaan. Pemrosesan informasi yang diawali dengan pembentukan konsep atau harapan individu disebut conceptually-driven. Baik pemrosesan data-driven maupun conceptually-driven, dua-duanya diperlukan. Namun demikian timbul pertanyaan bagaimana mungkin dua proses yang berbeda ini berlangsung dalam waktu yang bersamaan? Apakah ada kemungkinan komunikasi antara dua proses tersebut? Bagaimana caranya mencegah konflik antara keduanya? Hantu-Hantu Spesialis (Specialist Demons) Jawaban untuk masalah kombinasi data-driven maupun conceptually-driven, kiranya perlu dituangkan dalam model rekognisi pola dengan menggunakan demon seperti diatas. Kita tambahkan hantu-hantu spesialis (specialist demons) untuk konteks, harapan-harapan, kalimat-kalimat dan frasefrase. Kita tambahkan juga hantu untuk sintaksis (pengetahuan tentang kalimat) dan sematik. Psikologi Kognitif oshe 3

Seperti halnya hantu-hantu yang bekerja dalam data-driven, hantu-hantu yang bekerja untuk pemrosesan conceptualy-driven (yaitu hantu-hantu spesialis) bertugas meneliti apakah data-data yang relevan muncul pada saat itu. Konsep baru yang penting disini adalah : semua hantu (demon) harus dapat berkomunikasi satu sama lain. Pada poin ini kita memerlukan model yang berbeda dengan model lama, yaitu model yang memungkinkan hantu-hantu tersebut berkomunikasi satu sama lain. Untuk itu kita buat simbolisasi untuk pusat proses komunikasi dengan mengimajinasikan adanya papan tulis yang dapat diakses oleh semua hantu. Tiap-tiap hantu menatap papan, mengamati informasi yang akan dianalisis. Apabila informasi relevan dengan spesialisasi hantu tertentu, maka hantu tersebut akan bekerja dengan menuliskan informasi tersebut di papan tulis. Yang paling penting di sini adalah bahwa ketika tiap-tiap hantu menyelesaikan tugas khususnya, dia menuliskan hasilnya di papan tulis untuk dianalisis oleh hantu lain. Harus dicatat di sini bahwa informasi penginderaan dituliskan di papan tulis seperti halnya informasi-informasi lain. Dengan demikian tidak lagi diperlukan pembeda antara data-driven dan conceptually-driven. Semuanya terjadi secara otomatis. Papan Tulis & Pengawas Manusia memiliki keterbatasan kapasitas pemrosesan; dan manusia tidak dapat menganalisa setiap hal yang muncul dalam sistem penginderaan. Dalam konteks sistem hantu-hantu spesialis, hal itu berarti terdapat keterbatasan mengenai apa yang dapat dikerjakan. Jelas terdapat dua sumber keterbatasan di sini : (a) setiap hantu spesialis bekerja untuk satu set data dan tidak dapat serentak bekerja untuk data yang lain; (b) Ukuran papan tulis cukup terbatas (catatan: papan tulis diartikan sebagai penyimpanan informasi penginderaan atau memori jangka pendek yang memiliki keterbatasan durasi dan kapasitas penyimpanan). Nah, untuk menghindari terjadinya konflik antar hantu dan untuk menjamin adanya arah analisis (yang tidak terarah dihentikan), maka diperlukan adanya pengawas (supervisor) yang memandu hantu-hantu spesialis agar bekerja secara kooperatif. Tugas sistem ini adalah memberikan interpretasi logis terhadap sinyal penginderaan yang baru muncul dengan menggunakan seluruh sumber pengetahuan yang dapat diakses. Psikologi Kognitif oshe 4

Ilustrasi Kerja Demon... Psikologi Kognitif oshe 5

Psikologi Kognitif oshe 6