BAB 1 PENDAHULUAN. Jumlah Persentase (Juta) ,10 15,97 13,60 6,00 102,10 45,20. Jumlah Persentase (Juta)

dokumen-dokumen yang mirip
BERITA RESMI STATISTIK

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Indonesia merupakan salah satu negara berkembang yang memiliki

GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 72 TAHUN 2012 TENTANG UPAH MINIMUM KABUPATEN / KOTA DI JAWA TIMUR TAHUN 2013

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan ekonomi harus di pandang sebagai suatu proses yang saling

GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 78 TAHUN 2013 TENTANG UPAH MINIMUM KABUPATEN/KOTA DI JAWA TIMUR TAHUN 2014

Grafik Skor Daya Saing Kabupaten/Kota di Jawa Timur

EVALUASI/FEEDBACK KOMDAT PRIORITAS, PROFIL KESEHATAN, & SPM BIDANG KESEHATAN

P E N U T U P P E N U T U P

GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 2 TAHUN 2014 TENTANG

GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 72 TAHUN 2014 TENTANG UPAH MINIMUM KABUPATEN/KOTA DI JAWA TIMUR TAHUN 2015

Jumlah Penduduk Jawa Timur dalam 7 (Tujuh) Tahun Terakhir Berdasarkan Data dari Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kab./Kota

2. JUMLAH USAHA PERTANIAN

GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 68 TAHUN 2015 TENTANG UPAH MINIMUM KABUPATEN/KOTA DI JAWA TIMUR TAHUN 2016

I. PENDAHULUAN. Tabel 1 Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Atas Dasar Harga Konstan 2000 Tahun (juta rupiah)

INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA (IPM) KOTA PROBOLINGGO TAHUN 2016

BAB I PENDAHULUAN. Isu mengenai ketimpangan ekonomi antar wilayah telah menjadi fenomena

INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA (IPM) JAWA TIMUR TAHUN 2015

BERITA RESMI STATISTIK BPS PROVINSI JAWA TIMUR

GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 69 TAHUN 2009 TENTANG UPAH MINIMUM KABUPATEN / KOTA DI JAWA TIMUR TAHUN 2010

GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 121 TAHUN 2016 TENTANG UPAH MINIMUM KABUPATEN/KOTA DI JAWA TIMUR TAHUN 2017

GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 75 TAHUN 2015 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. Dewasa ini, program pembangunan lebih menekankan pada penggunaan


BAB V SIMPULAN DAN SARAN. Simpulan yang dapat diambil dari hasil penelitian ini sebagai berikut.

BAB III METODE PENELITAN. Lokasi pada penelitian ini adalah Kabupaten/Kota Provinsi Jawa Timur.

Analisis Biplot pada Kabupaten/Kota di Provinsi Jawa Timur Berdasarkan Variabel-variabel Komponen Penyusun Indeks Pembangunan Manusia (IPM)

GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 72 TAHUN 2012 TENTANG UPAH MINIMUM KABUPATEN / KOTA DI JAWA TIMUR TAHUN 2013

BAB IV GAMBARAN UMUM OBJEK PENELITIAN. sebuah provinsi yang dulu dilakukan di Indonesia atau dahulu disebut Hindia

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat. Program dari kegiatan masing-masing Pemerintah daerah tentunya

4. DINAMIKA POLA KONSUMSI DAN KETAHANAN PANGAN DI PROVINSI JAWA TIMUR

GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 94 TAHUN 2016

Lampiran 1 LAPORAN REALISASI DAU, PAD TAHUN 2010 DAN REALISASI BELANJA DAERAH TAHUN 2010 KABUPATEN/KOTA DI JAWA TIMUR (dalam Rp 000)

BAB II GAMBARAN UMUM INSTANSI. 2.1 Sejarah Singkat PT PLN (Persero) Distribusi Jawa Timur

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. karakteristik dan potensi daerah. Otonomi daerah memberikan peluang luas bagi

BAB IV GAMBARAN UMUM PROVINSI JAWA TIMUR. Provinsi Jawa Timur membentang antara BT BT dan

GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 125 TAHUN 2008

SEMINAR TUGAS AKHIR 16 JANUARI Penyaji : I Dewa Ayu Made Istri Wulandari Pembimbing : Prof.Dr.Drs. I Nyoman Budiantara, M.

BAB I PENDAHULUAN. A. LATAR BELAKANG MASALAH Dinamika yang terjadi pada sektor perekonomian Indonesia pada masa lalu

BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI JAWA TIMUR

BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN. 2.1 Gambaran Umum Badan Ketahanan Pangan Provinsi Jawa Timur

KEPUTUSAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 188/ 557 /KPTS/013/2016 TENTANG PENETAPAN KABUPATEN / KOTA SEHAT PROVINSI JAWA TIMUR TAHUN 2016

GUBERNUR JAWA TIMUR GUBERNUR JAWA TIMUR,

per km 2 LAMPIRAN 1 LUAS JUMLAH WILAYAH JUMLAH KABUPATEN/KOTA (km 2 )

IV. KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. mengurus dan mengatur keuangan daerahnya masing-masing. Hal ini sesuai

PEMODELAN PERSENTASE PENDUDUK MISKIN DI PROVINSI JAWA TIMUR TAHUN DENGAN REGRESI PANEL

BAB III METODE PENELITIAN

GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 5 TAHUN 2005 TENTANG

EVALUASI TEPRA KABUPATEN/KOTA PROVINSI JAWA TIMUR OKTOBER 2016

PENDAHULUAN 1. Latar Belakang

GUBERNUR JAWA TIMUR TIMUR

PEMBANGUNAN PERPUSTAKAAN DESA/KELURAHAN DI JAWA TIMUR 22 MEI 2012

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN. Gambar 5.1 Trend Ketimpangan Ekonomi Kabupaten/Kota di Provinsi

PEMERINTAH PROPINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH PROPINSI JAWA TIMUR NOMOR 2 TAHUN 2000 TENTANG

Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Pemerintah Provinsi Jawa Timur

RINGKASAN PERMOHONAN PERKARA Registrasi Nomor 41/PHPU.D-VI/2008 Tentang Sengketa perselisihan hasil suara pilkada provinsi Jawa Timur

BAB 3 METODE PENELITIAN. disajikan pada Gambar 3.1 dan koordinat kabupaten/kota Provinsi Jawa Timur disajikan

BAB V PENUTUP. maka diperoleh kesimpulan yang dapat diuraikan sebagai berikut : tingkat kemiskinan di Provinsi Jawa Timur.

Tabel 2.19 Pertumbuhan Ekonomi Jawa Timur Tahun

KAJIAN AWAL KETERKAITAN KINERJA EKONOMI WILAYAH DENGAN KARAKTERISTIK WILAYAH

Tabel 2.25 Pertumbuhan Ekonomi Jawa Timur Tahun Keterangan (1) (2) (3) (4) (5) (6)

GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 69 TAHUN 2014 TENTANG

Tabel 2.26 Pertumbuhan Ekonomi di Provinsi Jawa Timur Tahun Keterangan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. pusat dan pemerintah daerah, yang mana otonomi daerah merupakan isu strategis

BAB III METODE PENELITIAN. Provinsi yang memiliki jumlah tenaga kerja yang tinggi.

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. selain persoalan kemiskinan. Kemiskinan telah membuat jutaan anak-anak tidak bisa

PEMERINTAH PROPINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH PROPINSI JAWA TIMUR NOMOR 2 TAHUN 2000 TENTANG

PEMERINTAH PROVINSI JAWA TIMUR

Pemodelan Angka Putus Sekolah Tingkat SLTP dan sederajat di Jawa Timur Tahun 2012 dengan Menggunakan Analisis Regresi Logistik Ordinal

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

GUBERNUR JAWA TIMUR GUBERNUR JAWA TIMUR,

POTRET PENDIDIKAN PROVINSI JAWA TIMUR (Indikator Makro)

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

KARAKTERISTIK KEMISKINAN DI JAWA TIMUR DAN KEMISKINAN DINAMIS JAWA TIMUR PPLS 2011 DENGAN PBDT 2015

IV. KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN

PERBANDINGAN DAYA SERAP TENAGA KERJA PADA PERUSAHAAN PERUSAHAAN PMA DAN PMDN DI JAWA TIMUR

DATA DINAMIS PROVINSI JAWA TIMUR TRIWULAN IV BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH PEMERINTAH PROVINSI JAWA TIMUR TAHUN ANGGARAN 2017

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

PENGARUH UPAH MINIMUM DAN DISITRIBUSI PENDAPATAN TERHADAP JUMLAH PENDUDUK MISKIN JAWA TIMUR

CENTER OF GRAVITY MODEL PENENTUAN LOKASI SARANA KESEHATAN ILHAM AKHSANU RIDLO

PROFIL PEMBANGUNAN JAWA TIMUR

Pemodelan Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kemiskinan Kabupaten/Kota di Jawa Timur Menggunakan Regresi Data Panel

Universitas Negeri Malang Kata Kunci: cluster, single linkage, complete linkage, silhouette, pembangunan manusia.

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

KATA PENGANTAR. Kepala Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan. drg. Oscar Primadi, MPH NIP

GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 9 TAHUN 2011 TENTANG

BERITA RESMI STATISTIK

Segmentasi Pasar Penduduk Jawa Timur

JURUSAN STATISTIKA - FMIPA INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER. Ayunanda Melliana Dosen Pembimbing : Dr. Dra. Ismaini Zain, M.

Analisis Kebutuhan Singkong di Jawa Timur, Tahun 2010

GUBERNUR JAWA TIMUR KEPUTUSAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 188/359/KPTS/013/2015 TENTANG PELAKSANAAN REGIONAL SISTEM RUJUKAN PROVINSI JAWA TIMUR

GUBERNUR JAWA TIMUR KEPUTUSAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 188/43/KPTS/013/2006 TENTANG

Analisis Indikator Tingkat Kemiskinan di Jawa Timur Menggunakan Regresi Panel

RILIS HASIL LISTING SENSUS EKONOMI 2016 PROVINSI JAWA TIMUR TEGUH PRAMONO

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN

BERITA RESMI STATISTIK

DANA PERIMBANGAN. Lampiran 1. Data Dana Perimbangan

Transkripsi:

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Fenomena kemiskinan telah berlangsung sejak lama, walaupun telah dilakukan berbagai upaya dalam menanggulanginya, namun sampai saat ini masih terdapat lebih dari 1,2 milyar penduduk dunia yang hidup dengan pendapatan kurang dari US$ 1 per hari dan lebih dari 2,8 milyar penduduk dunia hanya berpenghasilan kurang dari US$ 2 per hari (Todaro, 2006). Untuk membandingkan angka kemiskinan antar negara, Bank Dunia menghitung garis kemiskinan dengan menggunakan pengeluaran konsumsi yang dikonversi ke dalam US$ PPP (Purchasing Power Parity/Paritas Daya Beli), bukan nilai tukar US$ resmi. Angka konversi PPP menunjukkan banyaknya rupiah yang dikeluarkan untuk membeli sejumlah kebutuhan barang dan jasa di mana jumlah yang sama tersebut dapat dibeli seharga US$1 di Amerika. Angka konversi ini dihitung berdasarkan harga dan kuantitas di masing-masing negara yang dikumpulkan dalam suatu survei yang biasanya dilakukan setiap lima tahun sekali. Chen dan Ravallion (2001) membuat suatu penyesuaian angka kemiskinan dunia dengan menggunakan garis kemiskinan US$1 PPP per orang per hari. Berdasarkan penghitungan yang mereka lakukan, pada tahun 1993 garis kemiskinan US$1 PPP per orang per hari adalah ekuivalen dengan Rp 20.811 per orang per bulan. Garis kemiskinan PPP disesuaikan dari waktu ke waktu dengan angka inflasi yang menggunakan Indeks Harga Konsumen. Pada tahun 2006 garis kemiskinan US$1 PPP ekuivalen dengan Rp 97.218 per orang per bulan dan garis kemiskinan US$2 PPP ekuivalen dengan Rp 194.439 per orang per bulan. Tabel 1.1 Jumlah dan Persentase Penduduk Miskin di Indonesia Menurut BPS dan Bank Dunia, 2005-2008 Tahun BPS Penduduk Miskin Jumlah (Juta) Persentase Penduduk Miskin dibawah US$1 PPP Jumlah Persentase (Juta) Bank Dunia Penduduk Miskin dibawah US$2 PPP Jumlah Persentase (Juta) 2005 35,10 15,97 13,60 6,00 102,10 45,20 1

2 2006 2007 2008 Sumber: BP 39,30 37,17 34,90 17,75 16,58 15,42 PS, Data Strategis BPS, 2009 19,50 15,50 14,00 8,50 6,70 5,90 (sambungan tabel 1.1) 113,80 49,60 105,30 45,20 100,70 42,60 40,00 35,00 30,00 Juta Orang 25,00 20,00 15,00 10,00 5,00 Kota Desa Nasional 0,00 2005 2006 2007 2008 Gambar 1.1 Jumlah Penduduk Miskin di Indonesia menurut Daerah, 2005-2008 Sumber: BPS, dalam beberapa tahun, diolah

3 Ribu 8000,00 7000,00 6000,00 5000,00 4000,00 3000,00 2000,00 1000,00 Kota Kabupaten Jawa Timur 0,00 2005 2006 2007 2008 Gambar 1.2 Jumlah Penduduk Miskin di Jawa Timur menurut Daerah, 2005-2008 Sumber: BPS, dalam beberapa tahun, diolah Perkembangann jumlah dan persentase penduduk miskin pada periode 2005-2008 terlihat adanya kecenderungann menurun, pada periode 2005-2006 terjadi pertambahan jumlah penduduk miskin sebesar 4,20 juta, yaitu dari 35,10 juta pada tahun 2005 menjadi 39,30 juta pada tahun 2006. Akibatnya persentase penduduk miskin juga meningkat dari 15,97 persen menjadi 17,75 persen. Jumlah penduduk miskin di Indonesia bulan Maret 2007 sebesar 37,177 juta (16,58 persen). Dibandingkan dengan bulan Maret 2006 yang berjumlah 39,30 juta (17,75 persen), berarti jumlah penduduk miskin turun sebesar 2,13 juta. Meskipun demikian, persentase penduduk miskin pada Maret 2008 jumlah penduduk miskin 34,96 juta (15,42 persen) dan 32,53 juta (14, 15 persen) pada Maret 2009.

4 2008 2007 Kota + Kabupaten Kabupaten 2006 2005 Kota Kota + Desa Desa Kota 0,,00 5,00 10,00 15,000 20,000 25,00 Persen Gambar 1.3 Persentase Penduduk Miskin Nasional dan Jawa Timur menurut Daerah, 2005-2008 Sumber: BPS, dalam beberapa tahun diolah Sebelum krisis ekonomi tahun 1997, Indonesia menjadi salah satu model pembangunan yang diakui karena berhasil menurunkan angka kemiskinan secara signifikan. Berdasarkan data Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas) dari BPS, dalam kurun waktu 1976-1996 jumlah penduduk miskin di Indonesia menurun dari 54,2 juta jiwa atau sekitar 40,1 persen dari total penduduk menjadi 22,5 juta jiwa atau sekitar 11,3 persen pada tahun 1996. Krisis ekonomi mengakibatkan bertambahnyaa jumlah penduduk miskin. Menurut perhitungann BPS, jumlah penduduk miskin meningkat menjadi 49,5 juta jiwa (24,22 persen) pada tahun 1998. Pemerintah telah berhasil memperbaiki kondisi perekonomian melalui pengendalian hargaa barang dan jasa, serta meningkatkan pendapatan masyarakat, sehingga jumlah penduduk miskin menurun secara bertahap dari semula 49,5 juta jiwa (24,2 persen) pada tahun 1998 menjadi 36,1 juta jiwa (16,6 persen) padaa 2004. Dari jumlah penduduk miskin tersebut, 11,5 juta jiwa (12,6 persen) beradaa di perkotaan dan 24, 6 juta jiwa (19,5 persen) berada di perdesaan. Penurunan inii merupakan dampak dari hasil transfer

5 pendapatan berbagai program pembangunan termasuk jaring pengaman sosial yang dirancang khusus untuk mengatasi dampak negatif krisis (SNPK, 2005). Berbagai upaya penanggulangan kemiskinan yang telah diambil pemerintah berfokus pada: (1) Peningkatan pertumbuhan ekonomi yang berkualitas melalui upaya padat karya, perdagangan ekspor serta pengembangan UMKM (2) Peningkatan akses terhadap kebutuhan dasar seperti pendidikan dan kesehatan (KB, kesejahteraan ibu, infrastruktur dasar, pangan dan gizi), (3) Pemberdayaan masyarakat lewat Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat (PNPM) yang bertujuan untuk membuka kesempatan berpartisipasi bagi masyarakat miskin dalam proses pembangunan dan meningkatkan peluang dan posisi tawar masyarakat miskin, sementara pada tataran propinsi salah satu program yang pernah dilakukan adalah PAMDKB (Program Aksi Mengatasi Dampak Kenaikan BBM) tahun 2006, program ini merupakan komitment bersama antara Pemerintah Propinsi Jawa Timur dan Pemerintah Kabupaten/Kota di Jawa Timur, dimana Pemerintah Kabupaten/Kota menyediakan dana pendamping sebesar 50% dari dana yang dikucurkan oleh Pemerintah Propinsi Jawa Timur dalam rangka mengurangi dampak kenaikan harga BBM pada tahun 2005 (4) Perbaikan sistem bantuan dan jaminan sosial lewat Program Keluarga Harapan (PKH), P4K (Proyek Peningkatan Pendapatan Petani dan Nelayan Kecil), KUBE (Kelompok Usaha Bersama), TPSP-KUD (Tempat Pelayanan Simpan Pinjam Koperasi Unit Desa), UEDSP (Usaha Ekonomi Desa Simpan Pinjam), PKT (Pengembangan Kawasan Terpadu), IDT (Inpres Desa Tertinggal), P3DT (Pembangunan Prasarana Pendukung Desa Tertinggal), PPK (Program Pengembangan Kecamatan), P2KP (Program Penanggulangan Kemiskinan Perkotaan), PDMDKE (Pemberdayaan Daerah Mengatasi Dampak Krisis Ekonomi), P2MPD (Proyek Pembangunan Masyarakat dan Pemerintah Daerah).

6 6,40% 6,20% 6,00% 5,80% 5,60% Nasional Jawa Timur 5,40% 5,20% 5,00% 2005 2006 2007 2008 Tahun Gambar 1.4 Pertumbuhan Ekonomi Nasional dan Jawa Timur, 2005-2008 Sumber: BPS, dalam beberapa tahun, diolah Pada kurun waktu 2005-2008, pertumbuhan ekonomi Kabupaten/Kota Propinsi Jawa Timur rata-rata mencapai 5,91 persen per tahun dan jumlah penduduk miskin rata-rata tercatat 19,80 persen atau sama dengan 7.130,58 ribu jiwa, yang hidup dibawah garis kemiskinan. 25,00% Persentase Penduduk Miskin 20,00% 15,00% 10,00% 5,00% 0,00% 2005 2006 2007 2008 Jawa Timur Nasional Gambar 1.5 Persentase Penduduk Miskin Nasional dan Jawa Timur, 2005-2008 Sumber: BPS, dalam beberapa tahun, diolah

7 Dari jumlah 7.130,58 ribu jiwa penduduk miskin, rata-rata sebanyak 48,17 persen berpendidikan kurang dari SD, 45,22 persen berpendidikan SD dan SMP dan 6,62 persen berpendidikan SMA, dengan peningkatan pengetahuan dan keahlian akan mendorong peningkatan produktivitas kerja seseorang. Perusahaan akan memperoleh hasil yang lebih banyak dengan mempekerjakan tenaga kerja dengan produktivitas yang lebih tinggi, sehingga perusahaan akan bersedia memberikan upah/gaji yang lebih tinggi kepada yang bersangkutan. Pada akhirnya seseorang yang memiliki produktivitas yang tinggi akan memperoleh kesejahteraan yang lebih baik, yang dapat diperlihatkan melalui peningkatan pendapatan maupun konsumsinya. Menurut Kartasasmita (1996), rendahnya produktivitas tenaga kerja kaum miskin dapat disebabkan rendahnya tingkat pendidikan, menyebabkan pengembangan diri yang terbatas dan rendahnya tingkat kesehatan dan tingkat gizi menyebabkan daya tahan fisik, daya pikir serta prakarsa menjadi rendah pula, dengan demikian produktivitas yang dihasilkan menjadi berkurang, baik dalam jumlah maupun kualitasnya, akibatnya bargaining position mereka dalam hampir seluruh kegiatan ekonomi menjadi lemah, oleh karena itu dirasa perlu untuk menganalisis pengaruh pertumbuhan ekonomi, populasi, pendidikan dan kesehatan terhadap jumlah penduduk miskin di Kabupaten/Kota Propinsi Jawa Timur, sehingga dapat disusun sebuah kebijakan publik yang efektif guna mengurangi jumlah kemiskinan di Kabupaten/Kota Propinsi Jawa Timur. 1.2 Rumusan Masalah Masalah kemiskinan masih menjadi salah satu masalah utama dalam perekonomian negara-negara di dunia termasuk Indonesia, berbagai upaya dan kebijakan telah dilakukan oleh Pemerintah untuk mengatasi masalah kemiskinan tersebut. Sejumlah penelitian menunjukkan bahwa banyak faktor yang mempengaruhi kemiskinan, oleh karena itu pada penelitian ini akan diteliti bagaimana pengaruh pertumbuhan ekonomi (PDRB ADHK 2000), populasi, pendidikan dan kesehatan terhadap jumlah penduduk miskin di Kabupaten/Kota Propinsi Jawa Timur tahun 2005-2008?.

8 1.3 Batasan Masalah Menurut Masri Singarimbun (1976), kemiskinan merupakan permasalahan yang multidimensi tidak dapat dipandang dari satu sisi saja dikarenakan kemiskinan memiliki permasalahan yang saling kait mengkait, namun dalam penelitian ini variabel yang dipilih adalah hanya variabel pertumbuhan ekonomi (PDRB), jumlah penduduk, angka melek huruf dan angka harapan hidup, oleh karena itu hasil dari penelitian ini tidak dapat di-generalisir secara umum. Pemilihan Jawa Timur untuk lokasi penelitian, karena: a. Jawa Timur sebagai Propinsi yang memiliki jumlah Pemerintah Kabupaten/Kota terbanyak di Indonesia, dengan 29 Kabupaten dan 9 Kota b. Jawa Timur sebagai penyumbang PDB terbesar ke 2 (dua) setelah Propinsi DKI Jakarta c. Jawa Timur memiliki jumlah penduduk terbesar ke 2 (dua) setelah Propinsi Jawa Barat Data statistik yang digunakan dari tahun 2005 sampai tahun 2008, karena: a. Tahun 2005, Pemerintah menaikkan harga BBM, akibatnya harga beras yang dikonsumsi kaum miskin naik sekitar 33 persen, sehingga angka kemiskinan nasional dari 16,0 persen menjadi 17,75 persen tahun 2006 (World Bank, 2006), sedangkan Jawa Timur naik dari 19,57 persen menjadi 20,69 persen (BPS, 2006) b. Tahun 2006, Pemerintah Propinsi Jawa Timur meluncurkan program PAMDKB (Program Aksi Mengatasi Dampak Kenaikan BBM), yang merupakan sharing program dengan Pemerintah Kabupaten/Kota c. Tahun 2007, Pemerintah Propinsi Jawa Timur meluncurkan program JPES (Jaring Pengaman Ekonomi Sosial), yang juga merupakan sharing program d. Tahun 2008, Pemerintah Propinsi Jawa Timur meluncurkan program P2SEM (Program Pemberdayaan Sosial Ekonomi Masyarakat). Penduduk miskin dalam penelitian ini adalah penduduk yang memiliki rata-rata pengeluaran per kapita per bulan di bawah garis kemiskinan

9 (GK). Secara teknis GK dibangun dari dua komponen yaitu Garis Kemiskinan Makanan (GKM) dan Garis Kemiskinan Non-makanan (GKNM). GKM merupakan nilai pengeluaran kebutuhan minimum makanan yang disetarakan dengan 2.100 kilo kalori per kapita per hari, sedangkan GKNM merupakan kebutuhan minimum untuk perumahan, sandang, pendidikan, dan kesehatan (BPS, 2009). Sedangkan Kabupaten/Kota yang diteliti adalah: 1. Kabupaten Pacitan 2. Kabupaten Ponorogo 3. Kabupaten Trenggalek 4. Kabupaten Tulungagung 5. Kabupaten Blitar 6. Kabupaten Kediri 7. Kabupaten Malang 8. Kabupaten Lumajang 9. Kabupaten Jember 10. Kabupaten Banyuwangi 11. Kabupaten Bondowoso 12. Kabupaten Situbondo 13. Kabupaten Probolinggo 14. Kabupaten Pasuruan 15. Kabupaten Sidoarjo 16. Kabupaten Mojokerto 17. Kabupaten Jombang 18. Kabupaten Nganjuk 19. Kabupaten Madiun 20. Kabupaten Magetan 21. Kabupaten Ngawi 22. Kabupaten Bojonegoro 23. Kabupaten Tuban 24. Kabupaten Lamongan

10 25. Kabupaten Gresik 26. Kabupaten Bangkalan 27. Kabupaten Sampang 28. Kabupaten Pamekasan 29. Kabupaten Sumenep 30. Kota Kediri 31. Kota Blitar 32. Kota Malang 33. Kota Probolinggo 34. Kota Pasuruan 35. Kota Mojokerto 36. Kota Madiun 37. Kota Surabaya 38. Kota Batu

11 1.4 Bagan Kerangka Berpikir PENGARUH PERTUMBUHAN EKONOMI, POPULASI, PENDIDIKAN DAN KESEHATAN TERHADAP JUMLAH PENDUDUK MISKIN DI KABUPATEN / KOTA PROPINSI JAWA TIMUR TAHUN 2005-2008 HARAPAN Pertumbuhan ekonomi yang tinggi, populasi yang terkendali, pendidikan dan kesehatan yang baik mampu mengurangi jumlah penduduk miskin secara signifikan FAKTA Rata-rata penduduk miskin 19,80 persen, pertumbuhan ekonomi 5,91 persen, 48,17 persen penduduk miskin berpendidikan kurang dari SD Pertanyaan Penelitian Apakah pertumbuhan ekonomi, populasi, pendidikan dan kesehatan berpengaruh terhadap jumlah penduduk miskin di Kabupaten/Kota Jawa Timur? Variabel yang digunakan 1. Pertumbuhan ekonomi PDRB ADHK 2000 2. Jumlah penduduk POPULASI 3. Tingkat pendidikan Angka melek huruf/amh 4. Tingkat kesehatan Angka harapan hidup/ahh Sumber Data Data sekunder Tahun 2005-2008 Metode Analisa Data panel Random effect Pengujian Kesimpulan dan Rekomendasi

12 1.5 Perumusan Hipotesis Hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah: 1. Diduga pertumbuhan ekonomi berpengaruh signifikan menurunkan jumlah penduduk miskin di Kabupaten/Kota Propinsi Jawa Timur 2. Diduga jumlah penduduk berpengaruh signifikan menambah jumlah penduduk miskin di Kabupaten/Kota Propinsi Jawa Timur 3. Diduga angka melek huruf berpengaruh signifikan menurunkan jumlah penduduk miskin di Kabupaten/Kota Propinsi Jawa Timur 4. Diduga angka harapan hidup berpengaruh signifikan menurunkan jumlah penduduk miskin di Kabupaten/Kota Propinsi Jawa Timur 5. Diduga pertumbuhan ekonomi, jumlah penduduk, angka melek huruf dan angka harapan hidup berpengaruh terhadap jumlah penduduk miskin di Kabupaten/Kota Propinsi Jawa Timur 1.6 Tujuan Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk meneliti pengaruh pertumbuhan ekonomi, populasi, tingkat pendidikan dan kesehatan terhadap jumlah penduduk miskin di Kabupaten/Kota Propinsi Jawa Timur tahun 2005-2008. 1.7 Manfaat Penelitian Dengan teridentifikasinya faktor-faktor yang menjadi penyebab kemiskinan di Kabupaten/Kota Propinsi Jawa Timur tahun 2005-2008, maka diharapkan menjadi acuan/masukan dan bahan pertimbangan bagi Pemerintah Kabupaten/Kota Propinsi Jawa Timur dalam penyusunan prioritas kebijakan untuk mengurangi jumlah penduduk miskin.

13 1.8 Metodologi Alat analisa yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan metode analisis regresi berganda (multiple regression), khususnya untuk melihat hubungan dan pengaruh antara variabel pertumbuhan ekonomi, jumlah penduduk, angka melek huruf dan angka harapan hidup terhadap jumlah penduduk miskin di 38 Kabupaten/Kota Propinsi Jawa Timur tahun 2005-2008. Sebagaimana dijelaskan pada batasan masalah, bahwa penelitian ini mengambil beberapa variabel yang diduga berpengaruh terhadap jumlah penduduk miskin, kemudian direpresentasikan dalam sebuah model ekonometri, untuk mendapatkan taksiran/estimasi masing-masing variabel maupun parameter, data statistik dan model diolah dengan menggunakan program E-views. 1.9 Sistematika Penulisan Secara umum, sistematika ini dibagi ke dalam bab-bab yang mengacu pada kaidah penelitian ilmiah. Berdasarkan urutan-urutannya, penelitian ini dibagi ke dalam lima bab yang terdiri dari : Bab I Pendahuluan Bab ini menjelaskan latar belakang pemilihan topik, permasalahan penelitian, batasan penelitian, kerangka berpikir, hipotesis, tujuan penelitian, manfaat penelitian, metodologi dan sistematika penulisan yang memperlihatkan susunan bab dalam penulisan secara keseluruhan Bab II Tinjauan Pustaka Bab ini memberikan penjelasan mengenai kajian teoritis kemiskinan, karakteristik penduduk miskin, faktor-faktor penyebab kemiskinan, rancangan penelitian serta hasil penelitian-penelitian terdahulu. Penjelasan ini diharapkan mampu memberikan gambaran mengenai kemiskinan di Kabupaten/Kota Propinsi Jawa Timur tahun 2005-2008 Bab III Metode Penelitian Bab ini menjelaskan spesifikasi model ekonometrika dan variabel-variabel penentu yang digunakan, pengolahan data, pemilihan metode common effect dan individual effect (Uji Chow), pemilihan metode fixed effect dan random effect (Uji Hausmann), uji signifikansi, uji Kesesuaian, uji

14 pelanggaran asumsi Bab IV Hasil dan Analisa Bab ini menjelaskan hasil estimasi perhitungan penurunan jumlah penduduk miskin sebagai dampak dari pertumbuhan ekonomi, populasi, angka melek huruf dan angka harapan hidup yang dicapai oleh Kabupaten/Kota Propinsi Jawa Timur Bab V Penutup Bab ini berisi kesimpulan dari penelitian dan saran kebijakan yang di rekomendasikan untuk dilakukan dan ditingkatkan guna mendorong pengentasan kemiskinan di Kabupaten/Kota Propinsi Jawa Timur.