IV. KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "IV. KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN"

Transkripsi

1 42 IV. KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN 4.1 Kondisi Geografis Provinsi Jawa Timur merupakan salah satu provinsi yang terletak di Pulau Jawa selain Provinsi DKI Jakarta, Banten, Jawa Barat, Jawa Tengah, dan Daerah Istimewa Yogyakarta. Provinsi Jawa Timur terletak pada hingga Bujur Timur, dan 7 12 hingga 8 48 Lintang Selatan. Luas wilayahnya mencapai ,57 km², atau 2,51% dari keseluruhan luas Indonesia. Dengan demikian, Jawa Timur merupakan provinsi dengan urutan ke-12 dari segi perbandingan luas wilayah dengan provinsi lain di Indonesia. Provinsi Jawa Timur terbagi ke dalam empat badan koordinasi wilayah (Bakorwil), 29 kabupaten, 9 kota, dan 658 kecamatan dengan desa/kelurahan (2.400 kelurahan dan desa). Apabila diamati dari komposisi jumlah kecamatan dan desa pada Tabel 8 berikut ini, maka diketahui bahwa Kabupaten Malang memiliki jumlah kecamatan terbanyak, yaitu 33 kecamatan. Banyaknya jumlah kecamatan yang dimiliki tidak secara otomatis menjadi daerah dengan jumlah desa/kelurahan terbanyak pula. Kabupaten yang memiliki jumlah desa/kelurahan terbanyak adalah di Kabupaten Lamongan, yaitu sebesar 474 desa/kelurahan. Sementara itu, daerah dengan luas wilayah yang paling besar adalah Kabupaten Banyuwangi dengan luas total wilayah sebesar km 2. Tabel 8 Kabupaten/Kota dalam Wilayah Administrasi Provinsi Jawa Timur Kode Kabupaten/Kota Luas Area Jumlah Kelurahan/Desa (km 2 ) Kecamatan Perkotaan Perdesaan Jumlah Kabupaten 01 Pacitan 1.342, Ponorogo 1.371, Trenggalek 1.205, Tulungagung 1.046, Blitar 1.588, Kediri 1.386, Malang 2.979, Lumajang 1.790, Jember 2.477, Banyuwangi 5.782, Bondowoso 1.560,

2 43 Tabel 8 Kabupaten/Kota dalam Wilayah Administrasi Provinsi Jawa Timur (lanjutan) Kode Kabupaten/Kota Luas Area Jumlah Kelurahan/Desa (km 2 ) Kecamatan Perkotaan Perdesaan Jumlah 12 Situbondo 1.638, Probolinggo 1.599, Pasuruan 1.150, Sidoarjo 634, Mojokerto 692, Jombang 903, Nganjuk 1.224, Madiun 1.010, Magetan 688, Ngawi 1.295, Bojonegoro 2.307, Tuban 1.839, Lamongan 1.669, Gresik 1.191, Bangkalan 1.259, Sampang 1.233, Pamekasan 792, Sumenep 1.998, Kota 71 Kediri 63, Blitar 32, Malang 110, Probolinggo 56, Pasuruan 35, Mojokerto 16, Madiun 33, Surabaya 326, Batu 92, Jumlah , Sumber: Jawa Timur Dalam Angka, 2008 Secara umum wilayah Jawa Timur terbagi dalam dua bagian besar, yaitu Jawa Timur daratan, hampir mencakup 90% dari seluruh luas wilayah Provinsi Jawa Timur, dan wilayah Kepulauan Madura yang sekitar 10% dari luas wilayah Jawa Timur. Sebelah utara Provinsi Jawa Timur berbatasan dengan Laut Jawa, yang memisahkan Provinsi Jawa Timur dengan Pulau Kalimantan, tepatnya Provinsi Kalimantan Selatan. Sebelah timur berbatasan dengan Selat Bali yang memisahkan Provinsi Jawa Timur dengan Pulau Bali. Sebelah selatan berbatasan dengan perairan terbuka, Samudera Indonesia, sedangkan di sebelah barat berbatasan dengan Provinsi Jawa Tengah.

3 44 Jawa Timur memiliki iklim tropis basah. Dibandingkan wilayah Pulau Jawa bagian barat, Jawa Timur pada umumnya memiliki curah hujan lebih sedikit. Curah hujan rata-rata mm per tahun, dengan musim hujan selama 100 hari. Suhu rata-rata berkisar C. Suhu di daerah pegunungan lebih rendah, bahkan di daerah Ranu Pane (lereng Gunung Semeru), suhu bisa mencapai minus 4 C, yang menyebabkan turunnya salju lembut. Suhu tertinggi terjadi pada Oktober dan November (35,3 C), dan terendah di bulan Agustus (19,3 C) dengan kelembaban 39%-97%. Tekanan udara tertinggi di bulan Agustus sebesar 1.012,0 Milibar. Jumlah curah hujan terbanyak terjadi di bulan Februari. Rata-rata penyinaran matahari terlama di bulan Agustus, sedangkan terendah di bulan April. Kecepatan angin tertinggi terjadi di bulan Oktober, dan terendah di bulan April. Secara umum perkembangan struktur ruang Jawa Timur mengarah pada dominasi kawasan perkotaan yang mempengaruhi perekonomian wilayah pedesaan. Fenomena urbanisasi dan aglomerasi wilayah terus berkembang mengarah ke hierarki perkotaan lebih besar, sehingga primacy kota metropolitan semakin tinggi dibandingkan tingkatan kota-kota lainnya. Untuk mengendalikan perkembangan kawasan perkotaan yang cenderung terus membesar, dan berpotensi mendorong perkembangan mega-urban tersebut, serta menyeimbangkan perkembangan perkotaan, dan mengendalikan perkembangan kawasan terbangun di perkotaan serasi dengan kawasan pedesaan sesuai daya dukung serta prinsip-prinsip pembangunan berkelanjutan, maka struktur ruang wilayah dalam Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi (RTRWP) Jawa Timur dibagi menjadi sembilan Satuan Wilayah Pengembangan (SWP) seperti yang tercantum pada Tabel 9. Penentuan sembilan SWP di Jawa Timur berdasarkan kecenderungan pergerakan manusia, barang dan jasa, serta karakteristika wilayah. Orientasi pergerakan manusia, barang dan jasa di Jawa Timur cenderung memusat pada titik-titik tertentu, dan mengarah pada wilayah yang telah terlebih dahulu berkembang.

4 45 Tabel 9 Satuan Wilayah Pengembangan (SWP) Provinsi Jawa Timur Nama SWP Kabupaten/Kota Nama SWP Kabupaten/Kota I Gerbangkertosusila Plus Kota Surabaya Kab. Tuban Kab.Lamongan Kab.Bojonegoro Kab.Gresik IV Kediri dan Sekitarnya Kota Kediri Kab.Kediri Kab.Nganjuk Kab.Trenggalek Kab.Tulungagung Kab.Sidoarjo Kab.Mojokerto Kota Mojokerto V Probolinggo-Lumajang Kota Probolinggo Kab.Probolinggo Kab.Lumajang Kab.Jombang Kab.Bangkalan VI Blitar Kota Blitar Kab.Blitar Kab.Pasuruan Kota Pasuruan VII Jember dan Sekitarnya Kab.Jember Kab.Bondowoso II Malang Raya Kota Malang Kab.Situbondo Kota Batu Kab.Malang VIII Banyuwangi dan Sektitarnya Kab.Banyuwangi III Madiun dan Sekitarnya Kota Madiun Kab.Madiun Kab.Ponorogo Kab.Magetan Kab.Pacitan IX Madura dan Kepulauan Kab.Sampang Kab.Pamekasan Kab.Sumenep Kab.Ngawi 4.2 Kondisi Demografis Jawa Timur merupakan Provinsi dengan jumlah penduduk terbesar di Indonesia. Pada tahun 2007 jumlah penduduk Jawa Timur tercatat sebanyak jiwa, dengan kepadatan penduduk 814 jiwa/km 2. Kondisi ini meningkat sebesar 4,35% dari tahun 2003, yaitu 780 jiwa/km 2. Apabila diamati lebih jauh, kepadatan penduduk di kota umumnya lebih tinggi dibandingkan kepadatan penduduk di kabupaten. Kota Surabaya memiliki kepadatan penduduk tertinggi, yakni jiwa/km 2 di tahun 2007, sekaligus mempunyai jumlah penduduk terbesar, yaitu jiwa. Kepadatan penduduk daerah perkotaan merupakan konsekuensi logis dari tingginya aktivitas perekonomian di sana. Oleh karena itu, meskipun luas wilayah perkotaan relatif jauh lebih sempit dibandingkan wilayah kabupaten, namun jumlah penduduknya relatif lebih banyak, sehingga kepadatan penduduk pun semakin tinggi.

5 46 Wilayah kabupaten yang memiliki kepadatan penduduk relatif tinggi diantaranya adalah Kabupaten Sidoarjo, Mojokerto, Jombang, dan Pasuruan. Lokasi keempat kabupaten ini berdekatan dengan Kota Surabaya. Kondisi ini menunjukkan bahwa tingginya aktivitas perekonomian Surabaya mampu menjadi faktor penarik bagi para pekerja. Namun karena pertumbuhan penduduk di Surabaya sudah semakin jenuh serta tingginya kebutuhan hidup, maka banyak para pendatang pada umumnya memilih untuk berdomisili di wilayah sekitar Surabaya. Adapun kabupaten dengan kepadatan penduduk yang paling rendah adalah Kabupaten Banyuwangi. Meskipun jumlah penduduk wilayah ini relatif banyak, namun Banyuwangi merupakan kabupaten dengan wilayah terluas di Provinsi Jawa Timur. Selain Banyuwangi, wilayah dengan kepadatan penduduk terendah adalah Kabupaten Situbondo, Pacitan, Bondowoso, Sumenep, Bojonegoro, Trenggalek, dan Lumajang. Jika diamati lebih lanjut, maka diketahui bahwa kabupaten dengan kepadatan penduduk yang rendah berlokasi jauh dari wilayah perkotaan, khususnya ibukota Provinsi. Adapun seluruh wilayah Tapal Kuda di Jawa Timur memiliki kepadatan penduduk yang rendah. Hal ini menunjukkan bahwa aktivitas ekonomi serta pusat kegiatan pemerintahan, dalam hal ini adalah perkotaan, merupakan faktor penarik yang cukup signifikan bagi masyarakat untuk menentukan tempat tinggalnya. Tabel 10 Jumlah Penduduk dan Kepadatan Penduduk Kabupaten/Kota di Jawa Timur Luas Jumlah Penduduk (jiwa) Densitas (jiwa/km 2 ) No Kode Kabupaten/Kota Area (km 2 ) Kota Surabaya 326, Kota Malang 110, Kota Mojokerto 16, Kota Madiun 33, Kota Pasuruan 35, Kota Kediri 63, Kota Blitar 32, Kota Probolinggo 56, Kab. Sidoarjo 634, Kota Batu 92,

6 47 Tabel 10 Jumlah Penduduk dan Kepadatan Penduduk Kabupaten/Kota di Jawa Timur (lanjutan) Luas Jumlah Penduduk Densitas No Kode Kabupaten/Kota Area (km ) Kab. Mojokerto 692, Kab. Jombang 903, Kab. Pasuruan 1.150, Kab. Kediri 1.386, Kab. Pamekasan 792, Kab.Tulungagung 1.046, Kab. Jember 2.477, Kab. Magetan 688, Kab. Gresik 1.191, Kab. Nganjuk 1.224, Kab. Malang 2.979, Kab. Lamongan 1.669, Kab. Bangkalan 1.259, Kab. Blitar 1.588, Kab. Sampang 1.233, Kab. Madiun 1.010, Kab. Probolinggo 1.599, Kab. Ngawi 1.295, Kab. Ponorogo 1.371, Kab. Tuban 1.839, Kab. Lumajang 1.790, Kab. Trenggalek 1.205, Kab. Bojonegoro 2.307, Kab. Sumenep 1.998, Kab. Bondowoso 1.560, Kab. Pacitan 1.342, Kab. Situbondo 1.638, Kab. Banyuwangi 5.782, Total , Sumber: Jawa Timur Dalam Angka, Pertumbuhan Ekonomi Jawa Timur merupakan barometer perekonomian nasional setelah DKI Jakarta, dan Provinsi Jawa Barat, sebab kontribusi Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Jawa Timur terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) Nasional mencapai sekitar 16%. PDRB Jawa Timur Atas Dasar Harga Berlaku (ADHB) pada periode menunjukkan kecenderungan terus meningkat sejalan

7 48 kian membaiknya kondisi perekonomian. Pada tahun 2004 PDRB Jawa Timur sebesar 341,06 triliun rupiah, yang kemudian meningkat di tahun 2005 sebesar 403,39 triliun rupiah dan di tahun 2006 sebesar 470,63 triliun rupiah. Pada tahun 2007 PDRB kembali meningkat hingga mencapai 534,92 triliun rupiah. Tabel 11 PDRB Atas Dasar Harga Berlaku Tahun Tahun Nilai PDRB (Juta Rupiah) % Pertumbuhan Per Tahun , ,83 12, ,48 13, ,87 18, ,58 16, ,96 13,66 Sumber: BPS Jawa Timur, 2009 Provinsi Jawa Timur terdiri dari 29 kabupaten dan 9 kota. Dari 38 kabupaten/kota tersebut, masing-masing daerah mempunyai karakteristik alam, sosial, budaya, dan ekonomi yang berbeda-beda. Hal tersebut menyebabkan produktivitas perekonomian antarwilayah yang satu berbeda dengan wilayah lainnya. Tabel 12 menunjukkan bahwa Kota Surabaya (78) mempunyai peran yang sangat besar di dalam menciptakan nilai tambah bruto (PDRB) di Jawa Timur. Pada tahun 2005 peran Surabaya sebesar 25,87% dan meningkat menjadi 26,24% di tahun Daerah lain yang mempunyai peran cukup besar di dalam menciptakan PDRB Jawa Timur selain Kota Surabaya adalah Kabupaten Sidoarjo, Kota Kediri, Kabupaten Gresik, dan Kabupaten Malang. Tabel 12 PDRB Kabupaten/Kota di Jawa Timur Tahun 2005 dan 2007 No Kode Kabupaten/Kota (Juta Rupiah) % Thdp Jatim 1 78 Kota Surabaya , ,62 25,87 26, Kabupaten Sidoarjo , ,98 8,73 8, Kota Kediri , ,88 8,64 8, Kabupaten Gresik , ,89 4,89 5, Kabupaten Malang , ,99 4,36 4, Kota Malang , ,34 4,12 4, Kabupaten Jember , ,36 3,38 3, Kabupaten Banyuwangi , ,75 3,26 3, Kabupaten Tulungagung , ,12 2,31 2, Kabupaten Pasuruan , ,07 2,16 2, Kabupaten Tuban , ,64 2,05 2,12

8 49 Tabel 12 PDRB Kabupaten/Kota di Jawa Timur Tahun 2005 dan 2007 (lanjutan) No Kode Kabupaten/Kota (Juta Rupiah) % Thdp Jatim Kabupaten Probolinggo , ,27 2,10 2, Kabupaten Kediri , ,49 2,11 2, Kabupaten Bojonegoro , ,56 1,93 2, Kabupaten Mojokerto , ,03 2,00 1, Kabupaten Jombang , ,00 1,96 1, Kabupaten Lumajang , ,58 1,96 1, Kabupaten Blitar , ,88 1,80 1, Kabupaten Sumenep , ,07 1,66 1, Kabupaten Nganjuk , ,65 1,46 1, Kabupaten Lamongan , ,24 1,41 1, Kabupaten Situbondo , ,81 1,18 1, Kabupaten Bangkalan , ,75 1,09 1, Kabupaten Magetan , ,89 1,01 0, Kabupaten Ponorogo , ,39 1,00 0, Kabupaten Ngawi , ,56 0,99 0, Kabupaten Madiun , ,21 0,87 0, Kabupaten Sampang , ,23 0,84 0, Kabupaten Bondowoso , ,81 0,72 0, Kabupaten Pamekasan , ,74 0,69 0, Kota Probolinggo , ,97 0,64 0, Kabupaten Trenggalek , ,04 0,61 0, Kabupaten Pacitan , ,78 0,47 0, Kota Batu , ,23 0,41 0, Kota Mojokerto , ,78 0,38 0, Kota Madiun , ,55 0,36 0, Kota Pasuruan , ,04 0,35 0, Kota Blitar , ,77 0,21 0,21 Jawa Timur , , Sumber: BPS Jawa Timur, data diolah Struktur nilai tambah yang terbentuk dari masing-masing sektor menggambarkan tingkat ketergantungan suatu daerah terhadap sektor tersebut. Semakin besar nilai tambah suatu sektor maka semakin besar pula wilayah tersebut tergantung dari sektor tersebut. Nilai tambah bruto Jawa Timur sangat dipengaruhi oleh tiga sektor yang paling besar pangsanya dalam pembentukan nilai tambah bruto Jawa Timur. Ketiga sektor tersebut adalah sektor pertanian, sektor industri pengolahan serta sektor perdagangan, hotel dan restoran. Apabila masing-masing kabupaten/kota di Jawa Timur diurukan berdasarkan sektor-sektor

9 50 yang paling mendominasi, maka akan didapatkan hasil seperti pada Tabel 13 berikut ini. Tabel 13 Kontribusi PDRB Sektoral Kabupaten/Kota Jawa Timur Tahun 2007 No Kabupaten/Kota Pertanian Pertambangan dan Penggalian Industri Pengolahan Listrik dan Air Bersih Konstruksi Perdagangan, Hotel dan Restoran Pengangkutan Dan Komunikasi Keuangan, Persewaan dan Jasa Perusahaan Jasa-Jasa 22 Kabupaten Bojonegoro 58,58 1,44 1,09 1,16 3,92 12,80 3,66 4,95 12,40 3 Kabupaten Trenggalek 57,60 5,48 2,45 0,20 1,85 15,31 3,26 4,14 9,70 8 Kabupaten Lumajang 50,43 10,99 0,92 0,98 2,42 17,74 2,67 3,46 10,40 76 Kota Mojokerto 48,89 3,40 2,36 0,96 1,70 26,93 1,94 4,16 9,66 9 Kabupaten Jember 46,49 0,52 9,41 0,50 2,32 20,34 1,92 8,07 10,44 13 Kabupaten Probolinggo 46,48 5,68 5,54 0,53 0,44 26,12 3,74 5,38 6,10 14 Kabupaten Pasuruan 44,42 5,36 7,56 0,85 2,64 19,46 4,44 5,69 9,59 75 Kota Pasuruan 40,73 5,47 4,13 1,20 5,69 10,78 6,22 7,02 18,76 18 Kabupaten Nganjuk 38,76 0,38 5,33 1,38 2,89 32,40 1,84 3,86 13,18 11 Kabupaten Bondowoso 36,06 0,82 6,27 0,76 4,15 29,52 3,70 4,87 13,86 77 Kota Madiun 35,05 4,66 8,82 0,44 3,66 18,27 4,67 3,79 20,64 7 Kabupaten Malang 34,15 3,50 19,77 0,51 0,96 23,63 2,62 4,36 10,51 10 Kabupaten Banyuwangi 33,19 4,31 14,20 0,77 5,11 24,23 5,24 4,22 8,73 28 Kabupaten Pamekasan 32,12 3,52 4,22 0,92 8,54 28,10 3,03 4,33 15,22 74 Kota Probolinggo 32,09 2,10 4,46 1,49 5,88 25,96 7,91 4,90 15,21 27 Kabupaten Sampang 31,77 0,90 8,38 1,05 5,78 25,98 2,22 3,53 20,39 71 Kota Kediri 30,45 12,35 5,82 0,78 3,89 22,14 4,93 4,86 14,79 17 Kabupaten Jombang 29,96 2,27 13,42 1,50 6,82 29,69 3,41 3,80 9,13 25 Kabupaten Gresik 28,71 3,16 20,40 1,86 1,37 23,73 4,33 3,64 12,80 1 Kabupaten Pacitan 28,37 4,01 10,36 1,09 7,79 26,02 4,99 5,12 12,25 6 Kabupaten Kediri 21,47 13,14 21,31 3,76 6,22 20,18 3,12 3,45 7,34 4 Kabupaten Tulungagung 0,21 0,01 71,85 0,37 0,15 22,43 0,76 3,08 1,15 29 Kabupaten Sumenep 3,93 0,26 53,30 2,03 1,61 24,47 8,72 1,26 4,41 20 Kabupaten Magetan 11,22 2,34 47,40 4,45 4,69 22,15 2,90 2,97 1,87 23 Kabupaten Tuban 0,48 0,07 35,71 0,35 2,40 35,11 4,31 9,35 12,22 72 Kota Blitar 20,37 2,09 34,89 1,03 2,26 24,74 3,60 3,53 7,48 26 Kabupaten Bangkalan 24,52 1,48 32,67 2,29 2,25 20,52 3,01 3,38 9,88 79 Kota Batu 2,14 0,05 25,41 2,20 12,39 20,32 13,15 9,75 14,58 24 Kabupaten Lamongan 19,31 0,29 7,66 1,51 1,39 47,80 3,28 4,19 14,56 2 Kabupaten Ponorogo 28,67 2,30 8,44 0,52 1,70 41,98 2,16 3,65 10,59 12 Kabupaten Situbondo 10,08 0,03 16,08 1,82 0,27 39,63 16,25 7,19 8,65 73 Kota Malang 0,87 0,00 15,67 2,66 5,02 39,51 17,52 6,65 12,10 16 Kabupaten Mojokerto 0,15 0,01 31,35 3,37 5,28 38,25 9,10 5,53 6,96 19 Kabupaten Madiun 5,22 0,18 17,89 2,29 6,57 37,38 11,49 7,51 11,47 21 Kabupaten Ngawi 30,52 2,42 12,60 1,16 1,94 35,13 3,46 3,56 9,21 15 Kabupaten Sidoarjo 32,77 3,46 9,31 0,93 2,90 33,89 4,93 3,35 8,45 5 Kabupaten Blitar 16,06 4,42 17,84 1,30 1,48 29,76 5,78 10,33 13,03 78 Kota Surabaya 9,55 0,09 12,44 2,93 5,09 23,87 12,54 13,28 20,22 PDRB 16,72 2,11 28,75 1,92 3,36 28,81 5,55 4,62 8,15 Sumber: BPS Jawa Timur, data diolah

10 P. NUSA BARUNG 51 Tabel 13 menunjukkan bahwa sebagian besar daerah pada Provinsi Jawa Timur masih bertopang pada sektor pertanian, kemudian disusul oleh kabupaten/kota yang berbasis pada sektor perdagangan, hotel dan restoran serta sektor industri pengolahan. Hal tersebut menunjukkan bahwa meskipun pangsa terbesar pada PDRB tahun 2007 disumbangkan oleh sektor perdagangan, hotel dan restoran sebesar 28,81% yang kemudian disusul oleh sektor industri pengolahan sebesar 28,75%, namun sebagian besar wilayah Jawa Timur masih berbasis sektor pertanian. Sedangkan sektor perdagangan dan industri pengolahan hanya menjadi basis di beberapa kabupaten/kota saja. Legenda Ibukota Propinsi Ibukota Kabupaten Batas Propinsi Batas Kabupaten Perdagangan, hotel, dan restauran Pertanian Industri Pengolahan P. BAWEAN KEPULAUAN KANGEAN L A U T J A W A TUBAN LAMONGAN GRESIK BANGKALAN SAMPANG PAMEKASAN SUMENEP U D I S A P A T BOJONEGORO KOTA SURABAYA S E L NGAWI KOTA MOJOKERTO SIDOARJO S E L A T M A D U R A MAGETAN KOTA MADIUN MADIUN NGANJUK JOMBANG MOJOKERTO KOTA KEDIRI KOTA BATU KOTA PASURUAN PASURUAN KOTA PROBOLINGGO PROBOLINGGO SITUBONDO PONOROGO KEDIRI BONDOWOSO KOTA BLITAR KOTA MALANG PACITAN TRENGGALEK TULUNGAGUNG BLITAR MALANG LUMAJANG JEMBER BANYUWANGI U T A R A Skala S A M U D E R A H I N D I A Km Gambar 2 Persebaran Basis Perekonomian Kabupaten/Kota di Jawa Timur Kondisi ini semakin menjelaskan bahwa sektor pertanian memegang peranan yang penting dalam perekonomian Jawa Timur. Terdapat banyak kabupaten dan kota di Jawa Timur yang pendapatan domestik terbesarnya berasal dari sektor pertanian. Ada beberapa daerah pula yang pendapatan sektor industri pengolahan, perdagangan, dan pertanian hampir imbang, seperti Kabupaten

11 52 Gresik dan Kabupaten Kediri. Meskipun demikian, pertanian tetap merupakan sektor yang tidak dapat dipisahkan dari perekonomian Jawa Timur. 4.4 Ketenagakerjaan Apabila diamati dari mata pencaharian yang dimiliki, maka penduduk Jawa Timur mayoritas memiliki mata pencaharian di bidang pertanian (46,18%), selebihnya bekerja di sektor perdagangan (18,80%), sektor jasa (12,78%), dan sektor industri (12,51%). Hal ini sesuai dengan kondisi sebelumnya, di mana sektor yang berkontribusi dominan di sebagian besar kabupaten/kota di Jawa Timur adalah sektor pertanian. Pada Tabel 14 berikut ini dapat diketahui bahwa hampir seluruh penduduk di wilayah kabupaten mayoritas bermata pencaharian di sektor pertanian. Hanya kabupaten yang lokasinya berdekatan dengan kota Surabaya yang memiliki kecenderungan berbeda, yaitu kabupaten Sidoarjo dan Gresik. Di mana penduduk di kedua wilayah tersebut mayoritas bekerja di sektor industri pengolahan. Adapun di wilayah perkotaan, hanya kota Batu yang mayoritas penduduknya bekerja di sektor pertanian, sedangkan kota lainnya mayoritas bekerja di sektor perdagangan serta sektor jasa. Kondisi ini menunjukkan bahwa meskipun pergeseran struktur perekonomian di Jawa Timur sudah mulai terjadi, namun sektor pertanian masih merupakan sektor yang penting bagi sumber penghasilan sebagian besar penduduk di Jawa Timur. Masih luasnya lahan pertanian yang tersedia di wilayah kabupaten serta potensi yang besar di sektor pertanian menjadikan sektor ini layak sebagai landasan pengembangan wilayah.

12 53 Tabel 14 Data Penduduk Berumur 15 Tahun ke Atas yang Bekerja Menurut Kabupaten/Kota dan Lapangan Pekerjaan Utama Tahun 2008 Kab/Kota Lapangan Pekerjaan Utama *) Jumlah Kabupaten Pacitan Ponorogo Trenggalek Tulungagung Blitar Kediri Malang Lumajang Jember Banyuwangi Bondowoso Situbondo Probolinggo Pasuruan Sidoarjo Mojokerto Jombang Nganjuk Madiun Magetan Ngawi Bojonegoro Tuban Lamongan Gresik Bangkalan Sampang Pamekasan Sumenep Kota Kediri Blitar Malang Probolinggo Pasuruan Mojokerto Madiun Surabaya Batu JUMLAH Prosentase 43,65% 12,78% 5,11% 20,00% 4,89% 12,68% 0,90% 100,00% CATATAN: *) 1. Pertanian, Kehutanan, Perburuan dan Perikanan 2. Industri Pengolahan 3. Bangunan 4. Perdagangan Besar, Eceran, Rumah Makan dan Hotel 5. Angkutan, Pergudangan dan Komunikasi 6. Lembaga Keuangan, Real Estate dan Jasa-Jasa 7. Pertambangan dan Penggalian; Listrik, Gas dan Air

13 Indeks Pembangunan Manusia Pembangunan manusia dalam konteks ini diartikan sebagai sumberdaya untuk mencapai tujuan pembangunan yang orientasi akhirnya adalah pada peningkatan kesejatheraan manusia. Angka Indeks Pembangunan Manusia (IPM) Jawa Timur selama periode cenderung menunjukkan kenaikan. Secara umum, kenaikan angka IPM ini mencerminkan bahwa beberapa tahun ini, Jawa Timur telah mencapai peningkatan pada beberapa bidang, seperti penurunan angka kemiskinan, penurunan angka kekurangan gizi anak, pencapaikan pendidikan dasar bagi anak laki-laki dan perempuan, hingga jumlah anak yang melek huruf. Peningkatan angka IPM ini diharapkan mampu mewakili peningkatan pembangunan manusia yang dapat memberikan dampak positif terhadap kapasitas sumber daya manusia (SDM) yang produktif, yaitu tenaga manusia yang sehat, berpendidikan dan terampil. Program prioritas sasaran pembangunan maupun kebijakan masing-masing kabupaten/kota tentunya tidaklah sama. Hal tersebut tercermin dari range yang cukup besar antara angka IPM tertinggi dan IPM terendah yang ada di Jawa Timur. Di tahun 2003 dan 2004, kota Mojokerto memiliki angka IPM tertinggi, yaitu masing-masing 72,27 dan 72,91. Selanjutnya, kota dengan angka IPM tertinggi di tahun 2005 adalah Madiun. Sedangkan di tahun 2006 dan 2007, kota Malang menempati urutan pertama untuk IPM dengan angka 74,06 dan 75,05. Tabel 15 Indeks Pembangunan Jawa Timur Tahun No Tahun IPM Angka Tertinggi Angka Terendah Jawa Timur IPM Kab/Kota IPM Kab/Kota ,66 72,27 Kota Mojokerto 51,12 Kabupaten Sampang ,49 72,91 Kota Mojokerto 53,86 Kabupaten Sampang ,84 73,59 Kota Madiun 53,83 Kabupaten Sampang ,87 74,06 Kota Malang 53,71 Kabupaten Sampang ,06 75,05 Kota Malang 53,24 Kabupaten Sampang Sumber: BPS Pusat, data diolah Apabila diamati lebih lanjut, kota dengan angka IPM tertinggi sangat bervariasi dari tahun ke tahun. Hal tersebut mengindikasikan bahwa kota-kota di Jawa Timur telah menjadikan pembangunan sumberdaya manusia sebagai program prioritas, sehingga angka IPM di masing-masing kota besar semakin

14 55 meningkat tiap tahunnya. Sebaliknya, kabupaten Sampang memiliki angka IPM terendah dari tahun 2003 hingga tahun Angka tersebut sempat mengalami penurunan di tahun 2005, yaitu dari 53,86 menjadi 53,83. Meskipun di tahun 2006 angka tersebut naik menjadi 53,71, namun di tahun 2007 kembali menurun hingga mencapai 53,24. Meski demikian, nampaknya pembangunan manusia di kabupaten Sampang semakin membaik dengan peningkatan angka IPM yang cukup signifikan di tahun 2008, yaitu sebesar 55,47. Tabel 16 menyajikan urutan kabupaten/kota dengan Indeks Pembangunan Manusia tertinggi hingga terendah di tahun Daerah dengan IPM tertinggi adalah kota Malang. Apabila dijabarkan lebih jauh, Indeks Pemambangunan Manusia tersusun dari tiga komponen penting, yaitu indeks harapan hidup, indeks pendidikan dan indeks daya beli (Purchasing Power Parity). Tabel 16 Indeks Pembangunan Manusia Tahun 2007 Berdasar Kriteria Penyusunnya No Kode Kabupaten/Kota Indeks Indeks Harapan Hidup Pendidikan Indeks PPP IPM 1 73 Kota Malang 74,23 86,84 67,71 75, Kota Blitar 77,53 85,81 68,94 74, Kota Madiun 75,35 88,08 70,87 74, Kota Surabaya 74,50 87,47 69,30 74, Kota Mojokerto 76,26 86,16 71,68 73, Kab. Sidoarjo 73,90 85,86 70,75 72, Kota Kediri 74,13 86,11 70,41 72, Kota Batu 73,33 83,53 57,41 71, Kab. Gresik 75,59 79,52 69,82 70, Kab. Tulungagung 75,84 79,38 67,68 70, Kota Probolinggo 73,50 80,17 67,23 70, Kab. Mojokerto 73,78 80,18 68,90 69, Kab. Blitar 76,02 75,13 66,48 69, Kota Pasuruan 68,96 83,77 67,18 69, Kab. Jombang 74,68 78,68 67,70 69, Kab. Pacitan 76,31 76,14 63,81 69, Kab. Trenggalek 76,50 75,62 67,14 68, Kab. Kediri 72,58 78,60 67,83 68, Kab. Magetan 74,80 74,84 68,89 68, Kab. Nganjuk 70,99 75,39 63,94 67, Kab. Ponorogo 73,29 71,49 62,11 67, Kab. Malang 70,46 74,58 65,26 66, Kab. Lamongan 70,90 73,11 64,57 66, Kab. Madiun 71,66 73,22 65,34 66, Kab. Ngawi 72,78 70,80 63,60 66,06

15 56 Tabel 16 Indeks Pembangunan Manusia Tahun 2007 Berdasar Kriteria Penyusunnya (lanjutan) No Kode Kabupaten/Kota Indeks Indeks Indeks IPM Harapan Hidup Pendidikan PPP Kab. Banyuwangi 68,23 72,17 63,52 65, Kab. Bojonegoro 69,49 70,55 60,24 65, Kab. Tuban 69,83 69,26 62,74 64, Kab. Pasuruan 62,33 72,15 61,67 63, Kab. Lumajang 68,50 66,36 61,70 63, Kab. Sumenep 65,49 61,21 55,00 61, Kab. Jember 62,42 68,42 58,58 60, Kab. Pamekasan 62,83 66,22 60,21 60, Kab. Situbondo 61,30 65,22 55,13 60, Kab. Bondowoso 62,47 61,06 52,38 59, Kab. Probolinggo 58,69 63,34 57,08 58, Kab. Bangkalan 62,33 60,41 59,11 58, Kab. Sampang 59,45 48,48 50,47 53,24 Jawa Timur 72,81 73,97 62,64 68,06 Sumber: BPS Jawa Timur, data diolah Indeks harapan hidup menunjukkan tingkat kesejahteraan rumah tangga yang didukung dengan tercapainya kualitas/standar hidup yang layak. Lima daerah dengan indeks harapan hidup tertinggi di Jawa Timur adalah Kota Blitar, Kabupaten Trenggalek, Kabupaten Pacitan, Kota Mojokerto, dan Kabupaten Blitar. Indeks pendidikan menunjukkan kemampuan untuk membiayai pelayanan kesehatan dan pendidikan bagi anggota rumah tangga, yang juga berarti investasi dalam pengembangan kualitas SDM di masa mendatang. Lima daerah dengan indeks pendidikan tertinggi adalah kota Madiun, Kota Surabaya, Kota Malang, Kota Mojokerto, dan Kota Kediri. Sedangkan indeks daya beli (Purchasing Power Parity) menunjukkan kemampuan atau daya beli masyarakat untuk belanja konsumsi kebutuhan pangan. Lima daerah dengan indeks daya beli tertinggi adalah Kota Mojokerto, Kota Madiun, Kabupaten Sidoarjo, Kota Kediri, dan Kabupaten Gresik. Apabila dibandingkan dengan rata-rata IPM Jawa Timur, maka terdapat 18 wilayah kabupaten/kota yang memiliki nilai di atas 68,06. Wilayah yang termasuk di dalamnya adalah seluruh kota di Jawa Timur dan kabupaten yang ada di sekitar kota-kota besar. Jika dipetakan, maka kabupaten/kota dengan angka IPM yang tinggi membentuk pola di bagian tengah wilayah Provinsi Jawa Timur, memanjang dari arah utara, yaitu kabupaten Gresik, ke arah selatan, yaitu kabupaten Pacitan.

16 P. NUSA BARUNG 57 Ibukota Propinsi Ibukota Kabupaten Batas Propinsi Batas Kabupaten KEPULAUAN KANGEAN Nilai Tinggi P. BAWEAN Nilai Rendah L A U T J A W A TUBAN LAMONGAN GRESIK BANGKALAN SAMPANG PAMEKASAN SUMENEP U D I S A P A T BOJONEGORO KOTA SURABAYA S E L NGAWI KOTA SIDOARJO MOJOKERTO S E L A T M A D U R A MAGETAN KOTA MADIUN MADIUN NGANJUK JOMBANG MOJOKERTO KOTA PASURUAN PASURUAN KOTA SITUBONDO PROBOLINGGO PONOROGO KOTA KEDIRI KEDIRI KOTA BATU KOTA MALANG PROBOLINGGO BONDOWOSO PACITAN TRENGGALEK TULUNGAGUNG KOTA BLITAR BLITAR MALANG LUMAJANG JEMBER BANYUWANGI U T A R A Skala S A M U D E R A H I N D I A Km Gambar 3 Peta penyebaran Indeks Pembangunan Manusia di Jawa Timur Daerah dengan angka IPM di bawah Jawa Timur adalah sebanyak 20 kabupaten. Kabupaten-kabupaten dengan selisih angka yang relatif kecil, seperti kabupaten Magetan, Nganjuk, Ponorogo, Malang, Lamongan, Madiun, dan Ngawi, mengelompok di wilayah Provinsi Jawa Timur bagian barat. Adapun wilayah-wilayah dengan IPM yang rendah, seperti kabupaten Sampang, Bangkalan, Probolinggo, Bondowoso, Situbondo, Pamekasan, Jember, Sumenep, dan Lumajang, kesemuanya mengelompok di Pulau Madura serta di wilayah Provinsi Jawa Timur bagian Timur atau yang dikenal dengan wilayah Tapal Kuda. Hal ini menunjukkan bahwa selama ini pembangunan Sumberdaya Manusia di Provinsi Jawa Timur masih terkonsentrasi di bagian tengah dengan kecenderungan berkembang pada wilayah barat. Sedangkan pembangunan Sumberdaya Manusia di wilayah timur masih belum optimal. Pembangunan sumberdaya manusia diharapkan dapat meningkatkan produktivitas angkatan kerja, yang secara langsung berpengaruh positif terhadap tingkat kesejahteraan penduduk, melalui membaiknya tingkat pendapatan. Dengan

17 58 demikian, perbaikan produktivitas angkatan kerja dan tingkat pendapatan akan dapat mengurangi tingkat kemiskinan yang terjadi di suatu wilayah. 4.6 Kemiskinan di Provinsi Jawa Timur Jumlah penduduk miskin di Jawa Timur dalam kurun waktu cukup berfluktuatif. Pada periode waktu tahun 2003 hingga 2004, jumlah penduduk miskin mengalami penurunan, yaitu dari 7,06 juta jiwa hingga 6,98 juta jiwa. Namun ternyata di tahun 2005, penduduk miskin meningkat cukup signifikan, yaitu sebanyak 1,4 juta jiwa. Angka tersebut kemudian berangsurangsur menurun di tahun 2006 hingga tahun Tabel 17 Jumlah Penduduk Miskin di Jawa Timur Tahun Tahun Jumlah Penduduk Jumlah Penduduk Penduduk Miskin Perubahan Miskin (Jiwa) Jawa Timur (%) (%) , ,03-0, ,64 3, ,89-2, ,89-1,01 Sumber: BPS Jawa Timur, data diolah Apabila dibandingkan dengan jumlah penduduk, maka terdapat 18,89% penduduk miskin di Jawa Timur pada tahun Angka ini masih sangat tinggi mengingat laju pembangunan ekonomi yang cukup tinggi di Jawa Timur. Bahkan Kementrian Negara Pembangunan Daerah Tertinggal (PDT) menetapkan delapan kabupaten di Jawa Timur sebagai daerah tertinggal, yaitu Situbondo, Bondowoso, Bangkalan, Pamekasan, Sampang, Madiun, Trenggalek, dan Pacitan. Dengan demikian Jawa Timur merupakan provinsi dengan jumlah daerah tertinggal paling banyak di Pulau Jawa. Persentase penduduk miskin masing-masing kabupaten/kota dalam kurun waktu tahun dapat diamati pada Tabel 18. Kabupaten Sampang merupakan daerah dengan tingkat kemiskinan yang paling tinggi. Pada tahun 2003, 51,30% dari total penduduknya merupakan penduduk miskin. Angka tersebut menurun di tahun 2004, namun kemudian meningkat secara signifikan di tahun 2005 hingga mencapai 71,37%. Kondisi di kabupaten Sampang ini adalah

18 59 kondisi kemiskinan paling buruk di seluruh wilayah pada kurun waktu Kondisi ini membaik hingga di tahun 2007 di mana penduduk miskin berkisar 51,02%, namun angka ini masih tergolong sangat tinggi jika dibandingkan dengan tingkat kemiskinan di Jawa Timur. Tiga wilayah dengan kemiskinan terparah di tahun 2007 berada di wilayah pulau Madura. Wilayah-wilayah tersebut adalah kabupaten Sampang, Pamekasan, dan Bangkalan. Meskipun tidak berada pada urutan teratas, kabupaten Sumenep yang juga berada di wilayah Pulau Madura, juga memiliki tingkat kemiskinan yang tinggi. Selain wilayah-wilayah di Pulau Madura, kondisi kemiskinan terburuk juga dialami oleh kabupaten Bondowoso, khususnya pada tahun Pada tahun 2003, tingkat kemiskinan di daerah tersebut mencapai 50,67, yang terus meningkat hingga mencapai 55,79 di tahun Akan tetapi nilai ini kemudian menurun sangat signifikan di tahun 2006 hingga 19,62%. Meksipun tingkat kemiskinan di tahun 2007 masih di atas angka Jawa Timur, namun hal ini merupakan capaian yang luar biasa bagi pemerintah kabupaten Bondowoso. Program pembangunan daerah perlu semakin ditingkatkan untuk mengurangi jumlah penduduk miskin di Bondowoso. Wilayah dengan tingkat kemiskinan yang rendah adalah wilayah-wilayah perkotaan. Kota Malang merupakan wilayah dengan tingkat kemiskinan terendah dan cenderung terus menurun dari tahun ke tahun. Selain itu, kota Kediri dan kota Blitar juga memiliki pola perkembangan yang hampir sama. Meskipun tingkat kemiskinan lebih tinggi, namun tiap tahunnya mengalami penurunan. Kota Surabaya memiliki jumlah penduduk miskin yang sangat besar di antara daerah perkotaan yang lain, yaitu jiwa di tahun 2007, atau 3,48% dari total penduduk miskin yang ada pada tahun tersebut. Kondisi ini sudah jauh lebih baik dibandingkan di tahun 2003, di mana 5,13% penduduk miskin berada di kota Surabaya. Surabaya sebagai ibukota dan pusat pertumbuhan ekonomi Provinsi Jawa Timur memiliki daya tarik tersendiri bagi masyarakat untuk mencari penghidupan. Pada akhirnya, dengan luas wilayah yang terbatas, kota Surabaya memiliki jumlah penduduk terbesar di Jawa Timur, namun karena pertumbuhan ekonomi tidak secepat pertumbuhan penduduk, banyak pula

19 60 penduduk miskin yang menempati kota dengan pertumbuhan ekonomi yang paling maju di Jawa Timur ini. Nampaknya, persoalan banyaknya penduduk di Surabaya ini dipandang serius oleh pemerintah, oleh karena itu melalui programprogram yang dicanangkan, jumlah penduduk miskin dapat berkurang sejalan dengan semakin berkurang pula jumlah penduduk kota Surabaya. Tabel 18 Persentase Penduduk Miskin Kabupaten/Kota Jawa Timur Tahun No Kode Kabupaten/Kota Kab. Sampang 51,30 39,04 71,37 56,84 51, Kab. Pamekasan 19,56 24,37 41,46 38,73 35, Kab. Bangkalan 20,49 21,58 35,46 35,56 34, Kab. Tuban 23,29 22,92 25,84 28,38 29, Kab. Bojonegoro 29,29 27,19 39,83 31,83 28, Kab. Lamongan 15,72 19,59 27,05 30,72 28, Kab. Sumenep 17,21 18,35 30,46 27,78 26, Kab. Pacitan 28,68 32,47 27,10 26,94 24, Kab. Probolinggo 27,04 29,93 32,90 24,03 23, Kab. Ngawi 16,22 17,14 28,85 25,43 23, Kab. Nganjuk 19,40 20,04 18,89 23,02 21, Kab. Trenggalek 22,44 28,59 27,66 22,11 21, Kab. Madiun 19,02 19,99 21,32 21,34 20, Kab. Bondowoso 50,67 50,90 55,79 19,62 19, Kab. Malang 15,03 13,81 17,28 20,17 19, Kab. Situbondo 28,32 25,38 38,41 19,68 18, Kab. Pasuruan 17,12 14,68 21,01 18,12 18, Kab. Kediri 16,43 17,41 16,04 18,98 17, Kab. Lumajang 22,76 21,92 18,05 17,69 17, Kab. Gresik 8,92 8,76 13,32 18,73 17, Kab. Jombang 20,16 19,47 14,20 18,88 17, Kab. Ponorogo 33,13 27,04 26,27 16,54 16, Kab. Banyuwangi 18,08 17,04 22,88 16,06 15, Kab. Magetan 19,85 24,11 11,05 15,49 14, Kab. Mojokerto 17,48 20,14 13,14 14,44 13, Kab. Jember 21,96 19,15 27,85 13,85 13, Kab. Blitar 17,31 17,42 14,71 12,54 12, Kab. Tulungagung 17,71 17,29 15,44 12,55 12, Kota Probolinggo 13,48 6,24 8,92 12,36 12, Kota Pasuruan 8,41 8,52 9,88 9,98 9, Kota Surabaya 13,62 11,97 11,73 10,38 9, Kota Mojokerto 12,20 12,99 11,67 8,90 8, Kab. Sidoarjo 6,14 4,29 4,90 8,82 8,34

20 61 Tabel 18 Prosentase Penduduk Miskin Kabupaten/Kota Jawa Timur Tahun (lanjutan) No Kode Kabupaten/Kota Kota Blitar 14,92 11,34 10,98 7,51 7, Kota Kediri 14,33 11,31 9,94 7,30 7, Kota Batu - 9,44 9,45 7,91 7, Kota Madiun 7,92 8,69 8,07 6,32 5, Kota Malang 7,23 6,56 4,75 3,99 3,94 Jawa Timur 19,51 19,03 22,64 19,89 18,89 Sumber: BPS Jawa Timur, data diolah 4.7 Kebijakan Pemerintah Provinsi Jawa Timur Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah (RPJPD) Provinsi Jawa Timur Tahun adalah dokumen perencanaan yang substansinya memuat visi, misi dan arah pembangunan daerah yang merupakan satu kesatuan dalam Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional. Penyusunannya dilakukan secara terencana, bertahap dan sistematis yang didasarkan pada kondisi, potensi, dan proyeksi sesuai perkembangan dan kebutuhan masyarakat serta daerah kota/kabupaten di Provinsi Jawa Timur dalam kurun waktu 20 tahun yang akan datang. RPJPD Provinsi Jawa timur mempunyai visi Pusat Agrobisnis Terkemuka, Berdaya Saing Global dan Berkelanjutan. Visi ini diwujudkan melalui 7 (tujuh) Misi Pembangunan, yaitu: 1. Mewujudkan Agroindustri Berbasis Inovasi Teknologi, yakni mengembangkan potensi dan peluang agribisnis yang berdaya saing global yang didukung oleh penyediaan teknologi yang memadai. 2. Mengembangkan Struktur Ekonomi Berdaya Saing Global adalah membangun struktur perekonomian yang kokoh dimana pertanian (dalam arti luas) dan pertambangan menjadi basis aktivitas ekonomi yang menghasilkan produk-produk secara efisien dan modern, industri manufaktur yang berdaya saing global menjadi motor penggerak perekonomian, dan jasa menjadi perekat ketahanan ekonomi. 3. Mewujudkan SDM yang Handal, Berakhlak Mulia dan Berbudaya, dengan cara membangun masyarakat Jawa Timur yang sehat jasmani, rohani, berpendidikan yang berkualitas.

21 62 4. Mewujudkan Kemudahan Memperoleh Akses Untuk Meningkatkan Kualitas Hidup melalui upaya mengurangi kesenjangan sosial, kemiskinan, pengangguran memalalui akses yang berkualitas terhadap pelayanan dasar masyarakat. 5. Mengoptimalkan Pemanfaatan Sumber Daya Alam dan Buatan dengan cara menjaga keseimbangan antara keberadaan, pemanfaatan, keberlanjutan sumber daya alam dan lingkungan hidup sebagai modal pembangunan melalui pemanfaatan ruang yang serasi antara penggunaan untuk permukiman, kegiatan sosial, ekonomi, dan upaya konservasi. 6. Mengembangkan Infrastruktur Bernilai Tambah Tinggi, yakni upaya untuk mendorong pembangunan ruang dan infrastruktur agar mampu mendukung dan mewadahi aktivitas pembangunan secara efektif, efisien dan berkelanjutan. 7. Mengembangkan Tata Kelola Pemerintahan Yang Baik dengan cara membangun transparansi dan akuntabilitas kepemerintahan serta partisipasi masyarakat melalui meningkatkan kinerja pelayanan prima di pelbagai sektor publik yang didukung perangkat daerah yang efektif dan efisien, aparatur yang profesional, yang didukung stabilitas politik dan konsistensi dalam penegakan hukum. Pencapaian visi RPJP Jawa Timur sebagai Pusat Agribisnis yang Terkemuka, Berdaya Saing dan Berkelanjutan dalam 20 tahun mendatang terbagi atas 4 (empat) tahapan, yaitu tahap I ( ), tahap II ( ), tahap III ( ) dan tahap IV ( ). Adapun upaya dalam mencapai misi pertama, yaitu Mewujudkan Agroindustri berbasis Inovasi Teknologi, secara khsusus diagendakan pada tahap pertama dan kedua. Pada tahap pertama, mekanisme ekonomi dipulihkan dengan upaya merevitalisasi sektor-sektor ekonomi terutama sektor pertanian dan industri. Revitalisasi pertanian terutama dengan meningkatkan produksi pertanian yang didukung pembangunan infastruktur dan industri pendukungnya. Revitalisasi pertanian tersebut juga didukung oleh peningkatan konservasi dalam rangka penyediaan air baku bagi kegiatan agribisnis. Revitalisasi industri dilakukan dengan penguatan struktur industri melalui pengembangan kemitraan antara

IV. KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN

IV. KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN IV. KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN 4.1 Kondisi Geografis dan Iklim Provinsi Jawa Timur merupakan salah satu provinsi yang terletak di Pulau Jawa selain Daerah Khusus Ibukota Jakarta (DKI Jakarta), Banten,

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM PROVINSI JAWA TIMUR. Provinsi Jawa Timur membentang antara BT BT dan

BAB IV GAMBARAN UMUM PROVINSI JAWA TIMUR. Provinsi Jawa Timur membentang antara BT BT dan BAB IV GAMBARAN UMUM PROVINSI JAWA TIMUR 4. 1 Kondisi Geografis Provinsi Jawa Timur membentang antara 111 0 BT - 114 4 BT dan 7 12 LS - 8 48 LS, dengan ibukota yang terletak di Kota Surabaya. Bagian utara

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Tabel 1 Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Atas Dasar Harga Konstan 2000 Tahun (juta rupiah)

I. PENDAHULUAN. Tabel 1 Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Atas Dasar Harga Konstan 2000 Tahun (juta rupiah) 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Jawa Timur merupakan salah satu provinsi yang memiliki pertumbuhan ekonomi cukup tinggi. Selain Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Jawa Timur menempati posisi tertinggi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. LATAR BELAKANG MASALAH Dinamika yang terjadi pada sektor perekonomian Indonesia pada masa lalu

BAB I PENDAHULUAN. A. LATAR BELAKANG MASALAH Dinamika yang terjadi pada sektor perekonomian Indonesia pada masa lalu BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Dinamika yang terjadi pada sektor perekonomian Indonesia pada masa lalu menunjukkan ketidak berhasilan dan adanya disparitas maupun terjadinya kesenjangan pendapatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Indonesia merupakan salah satu negara berkembang yang memiliki

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Indonesia merupakan salah satu negara berkembang yang memiliki BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan salah satu negara berkembang yang memiliki pertumbuhan ekonomi yang terus meningkat dari tahun ketahun. Pertumbuhan ekonomi dapat didefinisikan sebagai

Lebih terperinci

EVALUASI/FEEDBACK KOMDAT PRIORITAS, PROFIL KESEHATAN, & SPM BIDANG KESEHATAN

EVALUASI/FEEDBACK KOMDAT PRIORITAS, PROFIL KESEHATAN, & SPM BIDANG KESEHATAN EVALUASI/FEEDBACK PRIORITAS, PROFIL KESEHATAN, & SPM BIDANG KESEHATAN MALANG, 1 JUNI 2016 APLIKASI KOMUNIKASI DATA PRIORITAS FEEDBACK KETERISIAN DATA PADA APLIKASI PRIORITAS 3 OVERVIEW KOMUNIKASI DATA

Lebih terperinci

BAB V SIMPULAN DAN SARAN. Simpulan yang dapat diambil dari hasil penelitian ini sebagai berikut.

BAB V SIMPULAN DAN SARAN. Simpulan yang dapat diambil dari hasil penelitian ini sebagai berikut. BAB V SIMPULAN DAN SARAN 5.1. Simpulan Simpulan yang dapat diambil dari hasil penelitian ini sebagai berikut. 1. Berdasarkan Tipologi Klassen periode 1984-2012, maka ada 8 (delapan) daerah yang termasuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dewasa ini, program pembangunan lebih menekankan pada penggunaan

BAB I PENDAHULUAN. Dewasa ini, program pembangunan lebih menekankan pada penggunaan BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Dewasa ini, program pembangunan lebih menekankan pada penggunaan pendekatan regional dalam menganalisis karakteristik daerah yang berbeda-beda. Hal tersebut dikarenakan,

Lebih terperinci

Jumlah Penduduk Jawa Timur dalam 7 (Tujuh) Tahun Terakhir Berdasarkan Data dari Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kab./Kota

Jumlah Penduduk Jawa Timur dalam 7 (Tujuh) Tahun Terakhir Berdasarkan Data dari Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kab./Kota Jumlah Penduduk Jawa Timur dalam 7 (Tujuh) Tahun Terakhir Berdasarkan Data dari Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kab./Kota TAHUN LAKI-LAKI KOMPOSISI PENDUDUK PEREMPUAN JML TOTAL JIWA % 1 2005 17,639,401

Lebih terperinci

Grafik Skor Daya Saing Kabupaten/Kota di Jawa Timur

Grafik Skor Daya Saing Kabupaten/Kota di Jawa Timur Grafik Skor Daya Saing Kabupaten/Kota di Jawa Timur TOTAL SKOR INPUT 14.802 8.3268.059 7.0847.0216.8916.755 6.5516.258 5.9535.7085.572 5.4675.3035.2425.2185.1375.080 4.7284.4974.3274.318 4.228 3.7823.6313.5613.5553.4883.4733.3813.3733.367

Lebih terperinci

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. pengamatan ke pengamatan lain. Model regresi yang baik adalah yang

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. pengamatan ke pengamatan lain. Model regresi yang baik adalah yang BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Uji Asumsi Klasik 1. Uji Heteroskedastisitas Uji Heteroskedastisitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi terjadi ketidaksamaan varians dari residual

Lebih terperinci

P E N U T U P P E N U T U P

P E N U T U P P E N U T U P P E N U T U P 160 Masterplan Pengembangan Kawasan Tanaman Pangan dan Hortikultura P E N U T U P 4.1. Kesimpulan Dasar pengembangan kawasan di Jawa Timur adalah besarnya potensi sumberdaya alam dan potensi

Lebih terperinci

RILIS HASIL LISTING SENSUS EKONOMI 2016 PROVINSI JAWA TIMUR TEGUH PRAMONO

RILIS HASIL LISTING SENSUS EKONOMI 2016 PROVINSI JAWA TIMUR TEGUH PRAMONO RILIS HASIL LISTING SENSUS EKONOMI 2016 PROVINSI JAWA TIMUR TEGUH PRAMONO 2 Penjelasan Umum Sensus Ekonomi 2016 Sensus Ekonomi merupakan kegiatan pendataan lengkap atas seluruh unit usaha/perusahaan (kecuali

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM OBJEK PENELITIAN. sebuah provinsi yang dulu dilakukan di Indonesia atau dahulu disebut Hindia

BAB IV GAMBARAN UMUM OBJEK PENELITIAN. sebuah provinsi yang dulu dilakukan di Indonesia atau dahulu disebut Hindia BAB IV GAMBARAN UMUM OBJEK PENELITIAN A. Profil Eks Karesidenan Madiun Karesidenan merupakan pembagian administratif menjadi kedalam sebuah provinsi yang dulu dilakukan di Indonesia atau dahulu disebut

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM INSTANSI. 2.1 Sejarah Singkat PT PLN (Persero) Distribusi Jawa Timur

BAB II GAMBARAN UMUM INSTANSI. 2.1 Sejarah Singkat PT PLN (Persero) Distribusi Jawa Timur BAB II GAMBARAN UMUM INSTANSI 2.1 Sejarah Singkat PT PLN (Persero) Distribusi Jawa Timur PT PLN (Persero) Distribusi Jawa Timur merupakan salah satu unit pelaksana induk dibawah PT PLN (Persero) yang merupakan

Lebih terperinci

GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 2 TAHUN 2014 TENTANG

GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 2 TAHUN 2014 TENTANG GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 2 TAHUN 2014 TENTANG PERKIRAAN ALOKASI DANA BAGI HASIL CUKAI HASIL TEMBAKAU KEPADA PROVINSI JAWA TIMUR DAN KABUPATEN/KOTA DI JAWA TIMUR TAHUN ANGGARAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Isu mengenai ketimpangan ekonomi antar wilayah telah menjadi fenomena

BAB I PENDAHULUAN. Isu mengenai ketimpangan ekonomi antar wilayah telah menjadi fenomena BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Isu mengenai ketimpangan ekonomi antar wilayah telah menjadi fenomena global. Permasalahan ketimpangan bukan lagi menjadi persoalan pada negara dunia ketiga saja. Kesenjangan

Lebih terperinci

LOKASI SEKTOR UNGGULAN di JAWA TIMUR

LOKASI SEKTOR UNGGULAN di JAWA TIMUR LOKASI SEKTOR UNGGULAN di JAWA TIMUR Kondisi Umum Perekonomian Kabupaten/Kota di Jawa Timur Perekonomian di berbagai kabupaten/kota di wilayah Provinsi Jawa Timur terbentuk dari berbagai macam aktivitas

Lebih terperinci

Segmentasi Pasar Penduduk Jawa Timur

Segmentasi Pasar Penduduk Jawa Timur Segmentasi Pasar Penduduk Jawa Timur Sebelum melakukan segmentasi, kita membutuhkan data-data tentang jawa timur sebagaiuntuk dijadikan acuan. Berikut data-data yang dapat dijadikan sebagai acuan. Segmentasi

Lebih terperinci

Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Pemerintah Provinsi Jawa Timur

Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Pemerintah Provinsi Jawa Timur Disampaikan dalam Acara: World Café Method Pada Kajian Konversi Lahan Pertanian Tanaman Pangan dan Ketahanan Pangan Surabaya, 26 September 2013 Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Pemerintah Provinsi

Lebih terperinci

GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 72 TAHUN 2012 TENTANG UPAH MINIMUM KABUPATEN / KOTA DI JAWA TIMUR TAHUN 2013

GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 72 TAHUN 2012 TENTANG UPAH MINIMUM KABUPATEN / KOTA DI JAWA TIMUR TAHUN 2013 GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 72 TAHUN 2012 TENTANG UPAH MINIMUM KABUPATEN / KOTA DI JAWA TIMUR TAHUN 2013 GUBERNUR JAWA TIMUR, Menimbang : a. bahwa dalam upaya meningkatkan kesejahteraan

Lebih terperinci

Laporan Eksekutif Statistik Pendidikan Provinsi Jawa Timur 2015 Nomor Publikasi : 35522.1604 Katalog BPS : 4301002.35 Naskah : Seksi Statistik Kesejahteraan Rakyat Bidang Statistik Sosial Gambar Kulit

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Gambaran Umum Daerah Penelitian 1. Profil Provinsi Jawa Timur Jawa Timur sudah dikenal sebagai salah satu Provinsi di Indonesia yang memiliki posisi strategis, baik dari

Lebih terperinci

EVALUASI TEPRA KABUPATEN/KOTA PROVINSI JAWA TIMUR OKTOBER 2016

EVALUASI TEPRA KABUPATEN/KOTA PROVINSI JAWA TIMUR OKTOBER 2016 EVALUASI TEPRA KABUPATEN/KOTA PROVINSI JAWA TIMUR OKTOBER 2016 Realisasi belanja APBD Provinsi dan Kabupaten/Kota se-provinsi Jawa Timur Oktober 2016 PROVINSI KABUPATEN/KOTA Provinsi Gorontalo Provinsi

Lebih terperinci

GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 78 TAHUN 2013 TENTANG UPAH MINIMUM KABUPATEN/KOTA DI JAWA TIMUR TAHUN 2014

GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 78 TAHUN 2013 TENTANG UPAH MINIMUM KABUPATEN/KOTA DI JAWA TIMUR TAHUN 2014 GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 78 TAHUN 2013 TENTANG UPAH MINIMUM KABUPATEN/KOTA DI JAWA TIMUR TAHUN 2014 GUBERNUR JAWA TIMUR, Menimbang : a. bahwa dalam upaya meningkatkan kesejahteraan

Lebih terperinci

GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 69 TAHUN 2009 TENTANG UPAH MINIMUM KABUPATEN / KOTA DI JAWA TIMUR TAHUN 2010

GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 69 TAHUN 2009 TENTANG UPAH MINIMUM KABUPATEN / KOTA DI JAWA TIMUR TAHUN 2010 GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 69 TAHUN 2009 TENTANG UPAH MINIMUM KABUPATEN / KOTA DI JAWA TIMUR TAHUN 2010 GUBERNUR JAWA TIMUR, Menimbang Mengingat : a. bahwa dalam upaya meningkatkan

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Kepala Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan. drg. Oscar Primadi, MPH NIP

KATA PENGANTAR. Kepala Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan. drg. Oscar Primadi, MPH NIP KATA PENGANTAR Keberhasilan pembangunan kesehatan membutuhkan perencanaan yang baik yang didasarkan pada data dan informasi kesehatan yang tepat dan akurat serta berkualitas, sehingga dapat menggambarkan

Lebih terperinci

PEMBANGUNAN PERPUSTAKAAN DESA/KELURAHAN DI JAWA TIMUR 22 MEI 2012

PEMBANGUNAN PERPUSTAKAAN DESA/KELURAHAN DI JAWA TIMUR 22 MEI 2012 PEMBANGUNAN PERPUSTAKAAN DESA/KELURAHAN DI JAWA TIMUR 22 MEI 2012 OLEH : Drs. MUDJIB AFAN, MARS KEPALA BADAN PERPUSTAKAAN DAN KEARSIPAN PROVINSI JAWA TIMUR DEFINISI : Dalam sistem pemerintahan di Indonesia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN LKPJ GUBERNUR JAWA BARAT ATA 2014 I - 1

BAB I PENDAHULUAN LKPJ GUBERNUR JAWA BARAT ATA 2014 I - 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penyampaian laporan keterangan pertanggungjawaban Kepala Daerah kepada DPRD merupakan amanah Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan

Lebih terperinci

KAJIAN AWAL KETERKAITAN KINERJA EKONOMI WILAYAH DENGAN KARAKTERISTIK WILAYAH

KAJIAN AWAL KETERKAITAN KINERJA EKONOMI WILAYAH DENGAN KARAKTERISTIK WILAYAH KAJIAN AWAL KETERKAITAN KINERJA EKONOMI WILAYAH DENGAN KARAKTERISTIK WILAYAH Hitapriya Suprayitno 1) dan Ria Asih Aryani Soemitro 2) 1) Staf Pengajar, Jurusan Teknik Sipil ITS, suprayitno.hita@gmail.com

Lebih terperinci

GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 72 TAHUN 2014 TENTANG UPAH MINIMUM KABUPATEN/KOTA DI JAWA TIMUR TAHUN 2015

GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 72 TAHUN 2014 TENTANG UPAH MINIMUM KABUPATEN/KOTA DI JAWA TIMUR TAHUN 2015 GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 72 TAHUN 2014 TENTANG UPAH MINIMUM KABUPATEN/KOTA DI JAWA TIMUR TAHUN 2015 GUBERNUR JAWA TIMUR. Menimbang : a. bahwa dalam upaya meningkatkan kesejahteraan

Lebih terperinci

DATA DINAMIS PROVINSI JAWA TIMUR TRIWULAN IV BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH PEMERINTAH PROVINSI JAWA TIMUR TAHUN ANGGARAN 2017

DATA DINAMIS PROVINSI JAWA TIMUR TRIWULAN IV BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH PEMERINTAH PROVINSI JAWA TIMUR TAHUN ANGGARAN 2017 DATA DINAMIS PROVINSI JAWA TIMUR TRIWULAN IV - 2017 DATA DINAMIS PROVINSI JAWA TIMUR TRIWULAN IV - 2017 BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH PEMERINTAH PROVINSI JAWA TIMUR TAHUN ANGGARAN 2017 DATA DINAMIS

Lebih terperinci

Laporan Eksekutif Pendidikan Provinsi Jawa Timur 2013 Berdasarkan Data Susenas 2013 BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI JAWA TIMUR Laporan Eksekutif Pendidikan Provinsi Jawa Timur 2013 Nomor Publikasi : 35522.1402

Lebih terperinci

GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 68 TAHUN 2015 TENTANG UPAH MINIMUM KABUPATEN/KOTA DI JAWA TIMUR TAHUN 2016

GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 68 TAHUN 2015 TENTANG UPAH MINIMUM KABUPATEN/KOTA DI JAWA TIMUR TAHUN 2016 GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 68 TAHUN 2015 TENTANG UPAH MINIMUM KABUPATEN/KOTA DI JAWA TIMUR TAHUN 2016 GUBERNUR JAWA TIMUR. Menimbang : a. bahwa dalam upaya meningkatkan kesejahteraan

Lebih terperinci

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

V. HASIL DAN PEMBAHASAN V. HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Perkembangan Kinerja Keuangan Kabupaten/Kota di Provinsi Jawa Timur dari Sisi Penerimaan dan Sisi Pengeluaran Selama masa desentralisasi fiskal telah terjadi beberapa kali perubahan

Lebih terperinci

BERITA RESMI STATISTIK

BERITA RESMI STATISTIK Hasil Pendaftaran (Listing) Usaha/Perusahaan Sensus konomi 2016 No. 35/05/35/Th. XV, 24 Mei 2017 BRTA RSM STATSTK BADAN PUSAT STATSTK PROVNS JAWA TMUR Hasil Pendaftaran (Listing) Usaha/Perusahaan Sensus

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. karakteristik dan potensi daerah. Otonomi daerah memberikan peluang luas bagi

BAB I PENDAHULUAN. karakteristik dan potensi daerah. Otonomi daerah memberikan peluang luas bagi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan daerah merupakan bagian integral dari pembangunan nasional, sehingga paradigma kebijakan pembangunan nasional sebaiknya diintegrasikan dengan strategi pembangunan

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM KOTA DUMAI. Riau. Ditinjau dari letak geografis, Kota Dumai terletak antara 101 o 23'37 -

IV. GAMBARAN UMUM KOTA DUMAI. Riau. Ditinjau dari letak geografis, Kota Dumai terletak antara 101 o 23'37 - IV. GAMBARAN UMUM KOTA DUMAI 4.1 Kondisi Geografis Kota Dumai merupakan salah satu dari 12 kabupaten/kota di Provinsi Riau. Ditinjau dari letak geografis, Kota Dumai terletak antara 101 o 23'37-101 o 8'13

Lebih terperinci

GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 121 TAHUN 2016 TENTANG UPAH MINIMUM KABUPATEN/KOTA DI JAWA TIMUR TAHUN 2017

GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 121 TAHUN 2016 TENTANG UPAH MINIMUM KABUPATEN/KOTA DI JAWA TIMUR TAHUN 2017 \ PERATURAN NOMOR 121 TAHUN 2016 TENTANG UPAH MINIMUM KABUPATEN/KOTA DI JAWA TIMUR TAHUN 2017 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA. Menimbang : a. bahwa dalam upaya meningkatkan kesejahteraan masyarakat khususnya

Lebih terperinci

GUBERNUR JAWA TIMUR TIMUR

GUBERNUR JAWA TIMUR TIMUR GUBERNUR JAWA TIMUR TIMUR PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR NOMOR 16 TAHUN 2016 TENTANG PEMBENTUKAN DAN SUSUNAN BADAN KOORDINASI WILAYAH PEMERINTAHAN DAN PEMBANGUNAN PROVINSI JAWA TIMUR DENGAN RAHMAT

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat. Program dari kegiatan masing-masing Pemerintah daerah tentunya

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat. Program dari kegiatan masing-masing Pemerintah daerah tentunya BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Indonesia telah menerapkan penyelenggaraan Pemerintah daerah yang berdasarkan asas otonomi daerah. Pemerintah daerah memiliki hak untuk membuat kebijakannya

Lebih terperinci

GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 75 TAHUN 2015 TENTANG

GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 75 TAHUN 2015 TENTANG GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 75 TAHUN 2015 TENTANG PERKIRAAN ALOKASI DANA BAGI HASIL CUKAI HASIL TEMBAKAU KEPADA PROVINSI JAWA TIMUR DAN KABUPATEN/KOTA DI JAWA TIMUR TAHUN ANGGARAN

Lebih terperinci

Tabel 2.19 Pertumbuhan Ekonomi Jawa Timur Tahun

Tabel 2.19 Pertumbuhan Ekonomi Jawa Timur Tahun 41 2.1.2 Aspek Kesejahteraan Masyarakat 2.1.2.1 Fokus Kesejahteraan dan Pemerataan Ekonomi 2.1.2.1.1 Otonomi Daerah, Pemerintahan Umum, Administrasi Keuangan Daerah, Perangkat Daerah, Kepegawaian dan Persandian

Lebih terperinci

PENDAHULUAN 1. Latar Belakang

PENDAHULUAN 1. Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Kedelai merupakan salah satu tanaman yang menjadi komoditas utama di Indonesia. Bagian yang dimanfaatkan pada tanaman kedelai adalah bijinya. Berdasarkan Sastrahidajat

Lebih terperinci

Gambar 1. Analisa medan angin (streamlines) (Sumber :

Gambar 1. Analisa medan angin (streamlines) (Sumber : BMKG BADAN METEOROLOGI KLIMATOLOGI DAN GEOFISIKA STASIUN METEOROLOGI KLAS I JUANDA SURABAYA Alamat : Bandar Udara Juanda Surabaya, Telp. 031 8667540 Pes. 104, Fax. 031-8673119 E-mail : meteojuanda@bmg.go.id

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 DATA UMUM 4.1.1 Keadaan Demografi Provinsi Jawa Timur (Statistik Daerah Provinsi Jawa Timur 2015) Berdasarkan hasil estimasi penduduk, penduduk Provinsi Jawa

Lebih terperinci

2. JUMLAH USAHA PERTANIAN

2. JUMLAH USAHA PERTANIAN BPS PROVINSI JAWA TIMUR No. 61/09/35/Tahun XI, 2 September 2013 HASIL SENSUS PERTANIAN 2013 PROVINSI JAWA TIMUR (ANGKA SEMENTARA) JUMLAH RUMAH TANGGA USAHA PERTANIAN DI PROVINSI JAWA TIMUR TAHUN 2013 SEBANYAK

Lebih terperinci

GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 125 TAHUN 2008

GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 125 TAHUN 2008 GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 125 TAHUN 2008 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA UNIT PELAKSANA TEKNIS DINAS PEKERJAAN UMUM BINA MARGA PROVINSI JAWA TIMUR GUBERNUR JAWA TIMUR MENIMBANG

Lebih terperinci

KEPUTUSAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 188/ 557 /KPTS/013/2016 TENTANG PENETAPAN KABUPATEN / KOTA SEHAT PROVINSI JAWA TIMUR TAHUN 2016

KEPUTUSAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 188/ 557 /KPTS/013/2016 TENTANG PENETAPAN KABUPATEN / KOTA SEHAT PROVINSI JAWA TIMUR TAHUN 2016 KEPUTUSAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 188/ 557 /KPTS/013/2016 TENTANG PENETAPAN KABUPATEN / KOTA SEHAT PROVINSI JAWA TIMUR TAHUN 2016 GUBERNUR JAWA TIMUR, Menimbang : a. bahwa dalam rangka tercapainya kondisi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan ekonomi harus di pandang sebagai suatu proses yang saling

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan ekonomi harus di pandang sebagai suatu proses yang saling BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan Ekonomi merupakan suatu proses yang menyebabkan kenaikan pendapatan riil per kapita penduduk suatu negara dalam jangka panjang yang disertai oleh perbaikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mengurus dan mengatur keuangan daerahnya masing-masing. Hal ini sesuai

BAB I PENDAHULUAN. mengurus dan mengatur keuangan daerahnya masing-masing. Hal ini sesuai BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pemerintah pusat memberikan kebijakan kepada pemerintah daerah untuk mengurus dan mengatur keuangan daerahnya masing-masing. Hal ini sesuai dengan Undang-undang Nomor

Lebih terperinci

PEMERINTAH PROPINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH PROPINSI JAWA TIMUR NOMOR 2 TAHUN 2000 TENTANG

PEMERINTAH PROPINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH PROPINSI JAWA TIMUR NOMOR 2 TAHUN 2000 TENTANG PEMERINTAH PROPINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH PROPINSI JAWA TIMUR NOMOR 2 TAHUN 2000 TENTANG PERUBAHAN PERTAMA PERATURAN DAERAH PROPINSI DAERAH TINGKAT I JAWA TIMUR NOMOR 8 TAHUN 1996 TENTANG ORGANISASI

Lebih terperinci

GUBERNUR JAWA TIMUR KEPUTUSAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 188/43/KPTS/013/2006 TENTANG

GUBERNUR JAWA TIMUR KEPUTUSAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 188/43/KPTS/013/2006 TENTANG GUBERNUR JAWA TIMUR KEPUTUSAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 188/43/KPTS/013/2006 TENTANG TIM PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA INVESTASI NON PMDN / PMA PROPINSI JAWA TIMUR TAHUN 2006 GUBERNUR JAWA TIMUR, Menimbang

Lebih terperinci

GUBERNUR JAWA TIMUR GUBERNUR JAWA TIMUR,

GUBERNUR JAWA TIMUR GUBERNUR JAWA TIMUR, GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 57 TAHUN 2005 TENTANG PENETAPAN DEFINITIF BAGIAN PENERIMAAN PAJAK PENGHASILAN ORANG PRIBADI DALAM NEGERI (PASAL 25/29) DAN PAJAK PENGHASILAN PASAL

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Ruang Lingkup Penelitian Peneliti mengambil penelitian di Provinsi Jawa Timur yang terdiri atas 29 (dua puluh sembilan) kabupaten dan 9 (sembilan) kota yang telah dikelompokkan

Lebih terperinci

PENGEMBANGAN SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS UNTUK HASIL RENCANA TATA RUANG WILAYAH PROPINSI JAWA TIMUR TAHUN DAN EVALUASI TUTUPAN LAHAN

PENGEMBANGAN SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS UNTUK HASIL RENCANA TATA RUANG WILAYAH PROPINSI JAWA TIMUR TAHUN DAN EVALUASI TUTUPAN LAHAN PENGEMBANGAN SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS UNTUK HASIL RENCANA TATA RUANG WILAYAH PROPINSI JAWA TIMUR TAHUN 2009-2029 DAN EVALUASI TUTUPAN LAHAN Dian Octavia S, Teguh Hariyanto Program Studi Teknik Geomatika

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. DASAR HUKUM A. Gambaran Umum Daerah 1. Kondisi Geografis Daerah 2. Kondisi Demografi

BAB I PENDAHULUAN A. DASAR HUKUM A. Gambaran Umum Daerah 1. Kondisi Geografis Daerah 2. Kondisi Demografi BAB I PENDAHULUAN A. DASAR HUKUM Perkembangan Sejarah menunjukkan bahwa Provinsi Jawa Barat merupakan Provinsi yang pertama dibentuk di wilayah Indonesia (staatblad Nomor : 378). Provinsi Jawa Barat dibentuk

Lebih terperinci

per km 2 LAMPIRAN 1 LUAS JUMLAH WILAYAH JUMLAH KABUPATEN/KOTA (km 2 )

per km 2 LAMPIRAN 1 LUAS JUMLAH WILAYAH JUMLAH KABUPATEN/KOTA (km 2 ) LAMPIRAN 1 LUAS WILAYAH,, DESA/KELURAHAN, PENDUDUK, RUMAH TANGGA, DAN KEPADATAN PENDUDUK MENURUT LUAS RATA-RATA KEPADATAN WILAYAH RUMAH JIWA / RUMAH PENDUDUK DESA KELURAHAN DESA+KEL. PENDUDUK (km 2 ) TANGGA

Lebih terperinci

4. DINAMIKA POLA KONSUMSI DAN KETAHANAN PANGAN DI PROVINSI JAWA TIMUR

4. DINAMIKA POLA KONSUMSI DAN KETAHANAN PANGAN DI PROVINSI JAWA TIMUR 4. DINAMIKA POLA KONSUMSI DAN KETAHANAN PANGAN DI PROVINSI JAWA TIMUR 4.1 Kondisi Kecukupan Kalori dan Protein Keseimbangan kontribusi diantara jenis pangan yang dikonsumsi masyarakat adalah salah satu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Dasar Hukum

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Dasar Hukum BAB I PENDAHULUAN 1.1. Dasar Hukum Dasar hukum penyusunan Laporan Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah Provinsi Jawa Barat Tahun 2016, adalah sebagai berikut: 1. Undang-Undang Nomor 11 Tahun 1950 tentang

Lebih terperinci

INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA (IPM) KOTA PROBOLINGGO TAHUN 2016

INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA (IPM) KOTA PROBOLINGGO TAHUN 2016 No. 010/06/3574/Th. IX, 14 Juni 2017 INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA (IPM) KOTA PROBOLINGGO TAHUN 2016 IPM Kota Probolinggo Tahun 2016 Pembangunan manusia di Kota Probolinggo pada tahun 2016 terus mengalami

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Jumlah Persentase (Juta) ,10 15,97 13,60 6,00 102,10 45,20. Jumlah Persentase (Juta)

BAB 1 PENDAHULUAN. Jumlah Persentase (Juta) ,10 15,97 13,60 6,00 102,10 45,20. Jumlah Persentase (Juta) BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Fenomena kemiskinan telah berlangsung sejak lama, walaupun telah dilakukan berbagai upaya dalam menanggulanginya, namun sampai saat ini masih terdapat lebih dari 1,2

Lebih terperinci

GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 72 TAHUN 2012 TENTANG UPAH MINIMUM KABUPATEN / KOTA DI JAWA TIMUR TAHUN 2013

GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 72 TAHUN 2012 TENTANG UPAH MINIMUM KABUPATEN / KOTA DI JAWA TIMUR TAHUN 2013 GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 72 TAHUN 2012 TENTANG UPAH MINIMUM KABUPATEN / KOTA DI JAWA TIMUR TAHUN 2013 Menimbang: a. Bahwa dalam upaya meningkatkan kersejahteraan rakyat khususnya

Lebih terperinci

GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 5 TAHUN 2005 TENTANG

GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 5 TAHUN 2005 TENTANG GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 5 TAHUN 2005 TENTANG PENETAPAN SEMENTARA BAGIAN PENERIMAAN PAJAK PENGHASILAN ORANG PRIBADI DALAM NEGERI PASAL 25/29 DAN PAJAK PENGHASILAN PASAL 21

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM

BAB IV GAMBARAN UMUM BAB IV GAMBARAN UMUM A. Kondisi Geografis dan Kondisi Alam 1. Letak, Batas Wilayah, dan Keadaan Alam Provinsi Jawa Timur merupakan satu provinsi yang terletak di Pulau Jawa selain Provinsi Daerah Khusus

Lebih terperinci

PEMERINTAH PROPINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH PROPINSI JAWA TIMUR NOMOR 2 TAHUN 2000 TENTANG

PEMERINTAH PROPINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH PROPINSI JAWA TIMUR NOMOR 2 TAHUN 2000 TENTANG PEMERINTAH PROPINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH PROPINSI JAWA TIMUR NOMOR 2 TAHUN 2000 TENTANG PERUBAHAN PERTAMA PERATURAN DAERAH PROPINSI DAERAH TINGKAT I JAWA TIMUR NOMOR 8 TAHUN 1996 TENTANG ORGANISASI

Lebih terperinci

BERITA RESMI STATISTIK BPS PROVINSI JAWA TIMUR

BERITA RESMI STATISTIK BPS PROVINSI JAWA TIMUR BERITA RESMI STATISTIK BPS PROVINSI JAWA TIMUR No. 25/04/35/Th. XV, 17 April 2016 INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA (IPM) JAWA TIMUR TAHUN 2016 IPM Jawa Timur Tahun 2016 Pembangunan manusia di Jawa Timur pada

Lebih terperinci

POTRET PENDIDIKAN PROVINSI JAWA TIMUR (Indikator Makro)

POTRET PENDIDIKAN PROVINSI JAWA TIMUR (Indikator Makro) POTRET PENDIDIKAN PROVINSI JAWA TIMUR (Indikator Makro) Pusat Data dan Statistik Pendidikan - Kebudayaan Setjen, Kemendikbud Jakarta, 2015 DAFTAR ISI A. Dua Konsep Pembahasan B. Potret IPM 2013 1. Nasional

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN LKPJ GUBERNUR JAWA BARAT TAHUN 2015 I - 1

BAB I PENDAHULUAN LKPJ GUBERNUR JAWA BARAT TAHUN 2015 I - 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah Pasal 69 mengamanatkan Kepala Daerah untuk menyampaikan Laporan Keterangan Pertanggungjawaban

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. terutama dalam periode 2004 sampai dengan 2008.

BAB I PENDAHULUAN. terutama dalam periode 2004 sampai dengan 2008. BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Kondisi perekonomian Indonesia pasca terjadi krisis moneter sampai dengan tahun 2008 menunjukkan perkembangan yang membaik. Hal ini ditunjukkan oleh grafik

Lebih terperinci

BERITA RESMI STATISTIK

BERITA RESMI STATISTIK BERITA RESMI STATISTIK BPS KABUPATEN LAMONGAN PROFIL KEMISKINAN DI LAMONGAN MARET 2016 No. 02/06/3524/Th. II, 14 Juni 2017 RINGKASAN Jumlah penduduk miskin (penduduk dengan pengeluaran per kapita per bulan

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM INSTANSI

BAB II GAMBARAN UMUM INSTANSI 6 BAB II GAMBARAN UMUM INSTANSI 2.1 Sejarah Berdirinya PT PLN (Persero) Pada akhir abad ke-19, perkembangan ketenagalistrikan di Indonesia mulai ditingkatkan saat beberapa perusahaan asal Belanda yang

Lebih terperinci

PROFIL PEMBANGUNAN JAWA TIMUR

PROFIL PEMBANGUNAN JAWA TIMUR 1 PROFIL PEMBANGUNAN JAWA TIMUR A. GEOGRAFIS DAN ADMINISTRASI WILAYAH Provinsi Jawa Timur mempunyai 229 pulau dengan luas wilayah daratan sebesar 47.130,15 Km2 dan lautan seluas 110.764,28 Km2. Wilayah

Lebih terperinci

Analisis Biplot pada Kabupaten/Kota di Provinsi Jawa Timur Berdasarkan Variabel-variabel Komponen Penyusun Indeks Pembangunan Manusia (IPM)

Analisis Biplot pada Kabupaten/Kota di Provinsi Jawa Timur Berdasarkan Variabel-variabel Komponen Penyusun Indeks Pembangunan Manusia (IPM) Sidang Tugas Akhir Surabaya, 15 Juni 2012 Analisis Biplot pada Kabupaten/Kota di Provinsi Jawa Timur Berdasarkan Variabel-variabel Komponen Penyusun Indeks Pembangunan Manusia (IPM) Wenthy Oktavin Mayasari

Lebih terperinci

GUBERNUR JAWA TIMUR GUBERNUR JAWA TIMUR,

GUBERNUR JAWA TIMUR GUBERNUR JAWA TIMUR, GUBERNUR JAWA TIMUR KEPUTUSAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 1 TAHUN 2003 TENTANG HARGA ECERAN TERTINGGI (NET) MINYAK TANAH Dl PANGKALAN MINYAK TANAH Dl JAWA TIMUR GUBERNUR JAWA TIMUR, Menimbang : bahwa dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Ekonomi suatu daerah baik itu Kabupaten maupun kota yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Ekonomi suatu daerah baik itu Kabupaten maupun kota yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Ekonomi suatu daerah baik itu Kabupaten maupun kota yang berlangsung di Indonesia berjalan terus menerus dan tiap daerah tersebut berusaha untuk memajukan daerahnya.

Lebih terperinci

Nomor : KT.304/ 689 /MJUD/XI/2014 Surabaya, 20 Nopember 2014 Lampiran : - Perihal : Awal Musim Hujan 2014/2015 Prov. Jawa Timur.

Nomor : KT.304/ 689 /MJUD/XI/2014 Surabaya, 20 Nopember 2014 Lampiran : - Perihal : Awal Musim Hujan 2014/2015 Prov. Jawa Timur. BMKG BADAN METEOROLOGI KLIMATOLOGI DAN GEOFISIKA STASIUN METEOROLOGI KLAS I JUANDA SURABAYA Alamat : Bandar Udara Juanda Surabaya, Telp. 031 8667540 Pes. 104, Fax. 031-8673119 E-mail : meteojuanda@bmg.go.id

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM

BAB IV GAMBARAN UMUM BAB IV GAMBARAN UMUM A. Gambaran Umum Wilayah Penelitian 1. Batas admistrasi Daerah Istimewa Yogyakarta terletak di pulau Jawa bagian tengah, di bagian selatan dibatasi lautan Indonesia, sedangkan di bagian

Lebih terperinci

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 31 GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN Gambaran Geografis Wilayah Secara astronomis, wilayah Provinsi Banten terletak pada 507 50-701 1 Lintang Selatan dan 10501 11-10607 12 Bujur Timur, dengan luas wilayah

Lebih terperinci

RINGKASAN PERMOHONAN PERKARA Registrasi Nomor 41/PHPU.D-VI/2008 Tentang Sengketa perselisihan hasil suara pilkada provinsi Jawa Timur

RINGKASAN PERMOHONAN PERKARA Registrasi Nomor 41/PHPU.D-VI/2008 Tentang Sengketa perselisihan hasil suara pilkada provinsi Jawa Timur RINGKASAN PERMOHONAN PERKARA Registrasi Nomor 41/PHPU.D-VI/2008 Tentang Sengketa perselisihan hasil suara pilkada provinsi Jawa Timur I. PEMOHON Hj. Khofifah Indar Parawansa dan Mudjiono, selanjutnya disebut

Lebih terperinci

BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI JAWA TIMUR

BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI JAWA TIMUR BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI JAWA TIMUR Seuntai Kata Sensus Pertanian 2013 (ST2013) merupakan sensus pertanian keenam yang diselenggarakan Badan Pusat Statistik (BPS) setiap 10 (sepuluh) tahun sekali

Lebih terperinci

INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA (IPM) JAWA TIMUR TAHUN 2015

INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA (IPM) JAWA TIMUR TAHUN 2015 BPS PROVINSI JAWA TIMUR No. 40/06/35/Th. XIV, 15 Juni 2016 INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA (IPM) JAWA TIMUR TAHUN 2015 IPM Jawa Timur Tahun 2015 Pembangunan manusia di Jawa Timur pada tahun 2015 terus mengalami

Lebih terperinci

BAB II KERANGKA EKONOMI DAERAH

BAB II KERANGKA EKONOMI DAERAH Nilai (Rp) BAB II KERANGKA EKONOMI DAERAH Penyusunan kerangka ekonomi daerah dalam RKPD ditujukan untuk memberikan gambaran kondisi perekonomian daerah Kabupaten Lebak pada tahun 2006, perkiraan kondisi

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM INSTANSI. ditingkatkan saat beberapa perusahaan asal Belanda yang bergerak di bidang pabrik

BAB II GAMBARAN UMUM INSTANSI. ditingkatkan saat beberapa perusahaan asal Belanda yang bergerak di bidang pabrik 6 BAB II GAMBARAN UMUM INSTANSI 2.1 Sejarah Berdirinya PT PLN (Persero) Pada abad ke-19, perkembangan ketenagalistrikan di Indonesia mulai ditingkatkan saat beberapa perusahaan asal Belanda yang bergerak

Lebih terperinci

LKPJ AKHIR MASA JABATAN BUPATI JOMBANG I BAB

LKPJ AKHIR MASA JABATAN BUPATI JOMBANG I BAB LKPJ AKHIR MASA JABATAN BUPATI JOMBANG 2009-203 I BAB I LKPJ AKHIR MASA JABATAN BUPATI JOMBANG 2009-203 A. DASAR HUKUM Laporan Keterangan Pertanggungjawaban (LKPJ) Akhir Masa Jabatan Bupati dimaksudkan

Lebih terperinci

Lampiran 1 LAPORAN REALISASI DAU, PAD TAHUN 2010 DAN REALISASI BELANJA DAERAH TAHUN 2010 KABUPATEN/KOTA DI JAWA TIMUR (dalam Rp 000)

Lampiran 1 LAPORAN REALISASI DAU, PAD TAHUN 2010 DAN REALISASI BELANJA DAERAH TAHUN 2010 KABUPATEN/KOTA DI JAWA TIMUR (dalam Rp 000) Lampiran 1 LAPORAN REALISASI DAU, PAD TAHUN 2010 DAN REALISASI BELANJA DAERAH TAHUN 2010 KABUPATEN/KOTA DI JAWA TIMUR (dalam Rp 000) Kabupaten/Kota DAU 2010 PAD 2010 Belanja Daerah 2010 Kab Bangkalan 497.594.900

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Geografis dan Demografis Provinsi Kalimantan Timur

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Geografis dan Demografis Provinsi Kalimantan Timur BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Kondisi Geografis dan Demografis Provinsi Kalimantan Timur Provinsi Kalimantan Timur terletak pada 113 0 44-119 0 00 BT dan 4 0 24 LU-2 0 25 LS. Kalimantan Timur merupakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. pusat dan pemerintah daerah, yang mana otonomi daerah merupakan isu strategis

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. pusat dan pemerintah daerah, yang mana otonomi daerah merupakan isu strategis BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Diberlakukannya UU No. 32 tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah dan UU No 33 tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah

Lebih terperinci

Tabel 2.26 Pertumbuhan Ekonomi di Provinsi Jawa Timur Tahun Keterangan

Tabel 2.26 Pertumbuhan Ekonomi di Provinsi Jawa Timur Tahun Keterangan 2.2. Aspek Kesejahteraan Masyarakat Kondisi Kesejahteraan Masyarakat Jawa Timur dapat dielaborasi kedalam tiga fokus utama, yaitu Fokus Kesejahteraan Masyarakat dan Pemertaan Ekonomi, Fokus Kesejahteraan

Lebih terperinci

GUBERNUR JAWA TIMUR KEPUTUSAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 188/359/KPTS/013/2015 TENTANG PELAKSANAAN REGIONAL SISTEM RUJUKAN PROVINSI JAWA TIMUR

GUBERNUR JAWA TIMUR KEPUTUSAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 188/359/KPTS/013/2015 TENTANG PELAKSANAAN REGIONAL SISTEM RUJUKAN PROVINSI JAWA TIMUR GUBERNUR JAWA TIMUR KEPUTUSAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 188/359/KPTS/013/2015 TENTANG PELAKSANAAN REGIONAL SISTEM RUJUKAN PROVINSI JAWA TIMUR GUBERNUR JAWA TIMUR, Menimbang : bahwa dalam rangka meningkatkan

Lebih terperinci

1.1. UMUM. Statistik BPKH Wilayah XI Jawa-Madura Tahun

1.1. UMUM. Statistik BPKH Wilayah XI Jawa-Madura Tahun 1.1. UMUM 1.1.1. DASAR Balai Pemantapan Kawasan Hutan adalah Unit Pelaksana Teknis Badan Planologi Kehutanan yang dibentuk berdasarkan Surat Keputusan Menteri Kehutanan No. 6188/Kpts-II/2002, Tanggal 10

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN. 2.1 Gambaran Umum Badan Ketahanan Pangan Provinsi Jawa Timur

BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN. 2.1 Gambaran Umum Badan Ketahanan Pangan Provinsi Jawa Timur BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN 2.1 Gambaran Umum Badan Ketahanan Pangan Provinsi Jawa Timur Berikut dijelaskan tentang tugas pokok dan fungsi, profil, visi misi, dan keorganisasian Badan Ketahanan Pangan

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM

BAB IV GAMBARAN UMUM BAB IV GAMBARAN UMUM A. Kondisi Geografis dan Kondisi Alam 1. Letak dan Batas Wilayah Provinsi Jawa Tengah merupakan salah satu provinsi yang ada di pulau Jawa, letaknya diapit oleh dua provinsi besar

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM

BAB IV GAMBARAN UMUM BAB IV GAMBARAN UMUM A. Gambaran Umum Lokasi 1. Kondisi Fisik Nusa Tenggara Barat a. Peta wilayah Sumber : Pemda NTB Gambar 4. 1 Peta Provinsi Nusa Tenggara Barat b. Konsisi geografis wilayah Letak dan

Lebih terperinci

III. KEADAAN UMUM LOKASI

III. KEADAAN UMUM LOKASI III. KEADAAN UMUM LOKASI Penelitian dilakukan di wilayah Jawa Timur dan berdasarkan jenis datanya terbagi menjadi 2 yaitu: data habitat dan morfometri. Data karakteristik habitat diambil di Kabupaten Nganjuk,

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN

BAB IV HASIL PENELITIAN BAB IV HASIL PENELITIAN A. Deskripsi Data 1. Keadaan Wilayah Provinsi Jawa Timur merupakan salah satu provinsi yang berada di Pulau Jawa dan merupakan provinsi paling timur di Pulau Jawa. Letaknya pada

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM. Posisi Daerah Istimewa Yogyakarta yang terletak antara

BAB IV GAMBARAN UMUM. Posisi Daerah Istimewa Yogyakarta yang terletak antara BAB IV GAMBARAN UMUM A. Gambaran Umum Daerah Istimewa Yogyakarta 1. Kondisi Fisik Daerah Posisi Daerah Istimewa Yogyakarta yang terletak antara 7.33-8.12 Lintang Selatan dan antara 110.00-110.50 Bujur

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN 19 HASIL DAN PEMBAHASAN Deskripsi Data Secara umum, wilayah Jawa Timur dapat dibagi menjadi 2 bagian besar, yaitu Jawa Timur daratan dan Kepulauan Madura. Luas wilayah Jawa Timur daratan hampir mencakup

Lebih terperinci

Tabel 2.25 Pertumbuhan Ekonomi Jawa Timur Tahun Keterangan (1) (2) (3) (4) (5) (6)

Tabel 2.25 Pertumbuhan Ekonomi Jawa Timur Tahun Keterangan (1) (2) (3) (4) (5) (6) 2.2. Aspek Kesejahteraan Rakyat Kondisi Kesejahteraan Masyarakat Jawa Timur dapat dielaborasi kedalam tiga fokus utama, yaitu Fokus Kesejahteraan Masyarakat dan Pemertaan Ekonomi, Fokus Kesejahteraan Masyarakat,

Lebih terperinci

GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 110 TAHUN 2016

GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 110 TAHUN 2016 GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 110 TAHUN 2016 TENTANG NOMENKLATUR, SUSUNAN ORGANISASI, URAIAN TUGAS DAN FUNGSI SERTA TATA KERJA UNIT PELAKSANA TEKNIS DINAS KEHUTANAN PROVINSI JAWA

Lebih terperinci