KONTAMINASI BAKTERI ESCHERICIA COLI PADA MAKANAN DAN MINUMAN PENJUAL JAJANAN DI LINGKUNGAN PENDIDIKAN MUHAMMADIYAH LIMAU, JAKARTA SELATAN

dokumen-dokumen yang mirip
STUDI IDENTIFIKASI KEBERADAAN Escherichia coli PADA AIR CUCIAN DAN MAKANAN KETOPRAK DI KAWASAN KAMPUS UNDIP TEMBALANG

HUBUNGAN PENGETAHUAN, MOTIVASI, DAN PERAN PETUGAS TERHADAP KONDISI HYGIENE

DAFTAR PUSTAKA. Almatsier, S Prinsip dasar Ilmu Gizi. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

FAKTOR FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEBERADAAN BAKTERI Escherichia coli PADA JAJANAN ES BUAH YANG DIJUAL DI SEKITAR PUSAT KOTA TEMANGGUNG

DAFTAR GAMBAR. Gambar 2.7 Kerangka Teori Gambar 3.1 Kerangka Konsep... 24

KEMENTERIAN KESEHATAN RI

ABSTRACT. Keywords: Food Handler s Hygiene Sanitation Practice, Escherichia coli RINGKASAN

I. PENDAHULUAN. terkontaminasi baik secara bakteriologis, kimiawi maupun fisik, agar

BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN A.

BAB I PENDAHULUAN. bersih. 4 Penyakit yang menonjol terkait dengan penyediaan makanan yang tidak

ABSTRAK DUKUNGAN SEKOLAH BERHUBUNGAN DENGAN PRAKTEK KEAMANAN PANGAN JAJANAN ANAK SEKOLAH DI KANTIN SEKOLAH DASAR KECAMATAN GIANYAR

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Bakso merupakan makanan jajanan yang paling populer di Indonesia.

FAKTOR KONTAMINASI BAKTERI E. coli PADA MAKANAN JAJANAN DILINGKUNGAN KANTIN SEKOLAH DASAR WILAYAH KECAMATAN BANGKINANG ABSTRACT

The Condition of Food Handler s Higiene and Canteen Sanitation in Senior High School 15 Surabaya

Menurut Keputusan Menteri Kesehatan RI No. 942/Menkes/SK/VII/2003 tentang Pedoman Persyaratan Higiene Sanitasi Makanan Jajanan, makanan

BAB I PENDAHULUAN. pengaruh enzim, aktifitas mikroba, hewan pengerat, serangga, parasit dan

KONTAMINASI ESCHERICHIA COLI PADA MAKANAN JAJANAN DI KANTIN SEKOLAH DASAR NEGERI WILAYAH DENPASAR SELATAN

Hubungan Personal Higiene dan Fasilitas Sanitasi dengan Kontaminasi Escherichia Coli Pada Makanan di Rumah Makan Padang Kota Manado Dan Kota Bitung

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Makanan merupakan salah satu dari tiga unsur kebutuhan pokok manusia,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

Ririh Citra Kumalasari 1. Bagian Epidemiologi Fakultas Kesehatan Masyarakat Undip *)Penulis korespondensi:

BAB I PENDAHULUAN. Dalam Undang-undang Kesehatan No. 36 tahun 2009 pasal 48 telah. kesehatan keluarga, perbaikan gizi, pengawasan makanan dan minuman,

HUBUNGAN HIGIENE SANITASI DENGAN KEBERADAAN BAKTERI Eschericia coli PADA JAJANAN ES KELAPA MUDA (SUATU PENELITIAN DI KOTA GORONTALO TAHUN 2013)

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN JUMLAH KOLONI BAKTERI DAN KEBERADAAN E. coli PADA AIR CUCIAN PERALATAN MAKAN PEDAGANG MAKANAN DI TEMBALANG

Faktor yang Memengaruhi Kandungan E. coli Makanan Jajanan SD di Wilayah Cimahi Selatan

Unnes Journal of Public Health

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. mereka sedang dalam puncak pertumbuhan. Pada anak usia sekolah akan terus

HIGIENE SANITASI MAKANAN DAN MINUMAN JAJANAN DI KOMPLEKS USU, MEDAN

Lampiran 1. Summary. Nama : Defiyanti Pratiwi Nim :

BAB I PENDAHULUAN. adanya makanan maka manusia tidak dapat melangsungkan hidupnya. Makanan

BAB I PENDAHULUAN. untuk dikonsumsi. Maka dari itu, dalam hal ini higienitas sangat berperan penting

HYGIENE SANITASI PENJAMAH MAKANAN TERHADAP KANDUNGAN

Tingkat Pengetahuan Dan Praktik Penjamah Makanan Tentang Hygiene Dan Sanitasi Makanan Pada Warung Makan Di Tembalang Kota Semarang Tahun 2008

HUBUNGAN FREKUENSI JAJAN ANAK DENGAN KEJADIAN DIARE AKUT. (Studi pada Siswa SD Cibeureum 1 di Kelurahan Kota Baru) TAHUN 2016

BAB I PENDAHULUAN. Kejadian Luar Biasa (KLB) adalah timbulnya atau meningkatnya kejadian kesakitan/kematian yang bermakna secara epidemiologi pada

Keywords: The behavior of food handlers, Figures Germs

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. dari luar Provinsi Gorontalo maupun mahasiswa yang berasal dari luar Kota Gorontalo.

BAB I PENDAHULUAN. merupakan media untuk dapat berkembang biaknya mikroba atau kuman.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. berbahaya dalam makanan secara tidak sengaja (Fathonah, 2005). Faktorfaktor

Kata Kunci: Perilaku, Penjamah Makanan, Mie Basah, Bakteri

Kontaminasi Bakteri Escherichia coli pada Makanan Pedagang Kaki Lima di Sepanjang Jalan Margonda Depok, Jawa Barat

HUBUNGAN HIGIENE PENJAMAH SANITASI MINUMAN DENGAN KEBERADAAN BAKTERI Escherichia coli PADA MINUMAN JUS BUAH DI DAERAH TEMBALANG

BAB 1 : PENDAHULUAN. Keadaan higiene dan sanitasi rumah makan yang memenuhi syarat adalah merupakan faktor

FAKTOR FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENERAPAN HIGIENE SANITASI DI KANTIN UNIVERSITAS ESA UNGGUL TAHUN 2016

HUBUNGAN ANTARA HIGIENE PERORANGAN, FREKUENSI KONSUMSI DAN SUMBER MAKANAN JAJANAN DENGAN KEJADIAN DIARE

Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Higienitas Pasien Skabies di Puskesmas Panti Tahun 2014

HUBUNGAN HYGIENE SANITASI PENJAMAH MAKANAN DENGAN ANGKA KUMAN MAKANAN JAJANAN SEKITAR SMA NEGERI 3 WONOGIRI

IDENTIFIKASI BAKTERI ESCHERICHIA COLI PADA JAJANAN BAKSO TUSUK DI SEKOLAH DASAR KOTA MANADO Jilbi A. Djodjoka*, Nancy S.H. Malonda*, Maureen I.

KARAKTERISTIK PENGETAHUAN DAN PERILAKU TENTANG HIGIENE DAN SANITASI PENJAMAH MAKANAN DI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH SRAGEN

Sandi Fauzi Abdilah 1) Anto Purwanto M. Kes 2) Nur Lina S.KM., M.Kes 3)

BAB 1 PENDAHULUAN. Berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor

GAMBARAN JUMLAH ANGKA KUMAN DAN BAKTERI ESCHERICHIA COLI PADA PIRING DI RUMAH MAKAN PASAR SERASI KOTA KOTAMOBAGU TAHUN 2015 Cindy Stevani Sape

BAB I PENDAHULUAN. bisa melaksanakan rutinitasnya setiap hari(depkesri,2004).

BAB I PENDAHULUAN. yang menjadi alternatif makanan dan minuman sehari-hari dan banyak dikonsumsi

sebagai vector/ agen penyakit yang ditularkan melalui makanan (food and milk

STUDI KASUS KEJADIAN DIARE PADA ANAK BALITA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS BAYANAN TAHUN 2015

HUBUNGAN HIGIENE DAN SANITASI DENGAN KONTAMINASI ESCHERICHIA COLI PADA JAJANAN PEDAGANG KAKI LIMA DI SEKOLAH DASAR KELURAHAN PENDRIKAN LOR, SEMARANG

Beberapa Faktor yang Berhubungan dengan Kontaminasi Mikroorganisme pada Jamu Gendong Di Kota Semarang

Jurnal of Health Education

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat. Letusan penyakit akibat pangan (food borne diseases) dan kejadiankejadian

Universitas Sumatera Utara Departemen Kesehatan Lingkungan. Universitas Sumatera Utara, 20155, Medan, Indonesia

*Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas Sam Ratulangi

BAB I PENDAHULUAN. makanan dan minuman yang cukup, kehidupan manusia akan terganggu sehingga

Uji Kualitas Mikrobiologis Pada Makanan Jajanan di Kampus II Universitas Islam Negeri (UIN) Alauddin Makassar

*Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sam Ratulangi

HIGIENE DAN SANITASI NASI TEMPE PENYET PEDAGANG KAKI LIMA JALAN KARANGMENJANGAN SURABAYA

Hubungan Higiene Penjamah dengan Keberadaan Bakteri Escherichia coli Pada Minuman Jus Buah di Tembalang

BAB 1 PENDAHULUAN. akan dikonsumsi akan semakin besar. Tujuan mengkonsumsi makanan bukan lagi

INTISARI ANALISIS KUANTITATIF BAKTERI ESCHERICIA COLI PADA ES TEH YANG DIJUAL DI SEPANJANG JALAN TARAKAN KOTA BANAJARMASIN

FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PEDAGANG MINUMAN DALAM MEMILIH JENIS ES BATU DI PASAR TRADISIONAL SENTRAL KOTA MEDAN TAHUN 2012

Faktor Penentu Kontaminasi Bakteriologik pada Makanan Jajanan di Sekolah Dasar

PERILAKU PEDULI KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA DAN SANITASI HYGIENE SISWA DI LABORATORIUM TPHP SMK NEGERI 1 PANDAK

BAB I PENDAHULUAN. Pengembangan keberhasilan program sanitasi makanan dan minuman

Lampiran 1 Pengetahuan gizi dan keamanan pangan wilayah Depok. Lampiran 2 Pengetahuan gizi dan keamanan pangan wilayah Sukabumi

*Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sam Ratulangi

BAB I PENDAHULUAN. dibutuhkan oleh manusia biasanya dibuat melalui bertani, berkebun, ataupun

BAB 1 PENDAHULUAN. adanya mikroorganisme patogen pada makanan dan minuman sehingga bisa

GAMBARAN ANGKA KUMAN DAN BAKTERI

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. menentukan kualitas sumber daya manusia. Oleh karena itu, kesehatan perlu dijaga dari hal-hal

HIGIENE SANITASI PANGAN

BAB 1 PENDAHULUAN. mencegah pangan dari kemungkinan cemaran biologis, kimia, dan benda-benda yang

149 2-TRIK: Tunas-Tunas Riset Kesehatan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Penyelenggaraan makanan yang sehat dan aman merupakan salah satu

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEPEMILIKAN SERTIFIKAT LAIK SEHAT DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS PURNAMA KECAMATAN PONTIANAK SELATAN

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Indonesia. Rancangan sistem..., Putih Sujatmiko, FKM UI, 2009

BAB 4 METODOLOGI PENELITIAN

ANALISA BAKTERI COLIFORM

STUDI HYGIENE SANITASI RUMAH MAKAN DI KECAMATAN KOTA TIMUR DAN KECAMATAN DUMBO RAYA KOTA GORONTALO 2012

PHBS yang Buruk Meningkatkan Kejadian Diare. Bad Hygienic and Healthy Behavior Increasing Occurrence of Diarrhea

HUBUNGAN ANTARA HIGIENE KANTIN DENGAN KEJADIAN DIARE PADA PENJAMAH MAKANAN PT. X DI KARANGANYAR

ABSTRAK. Kiky Fitria, Pembimbing I : dr. Fanny Rahardja,M.Si. Pembimbing II : dr. Dani, M.Kes.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. termasuk makanan dari jasaboga. Menurut Keputusan Menteri Kesehatan Republik

BAB I PENDAHULUAN. penyakit dengan cara menghilangkan atau mengatur faktor-faktor lingkungan

BAB I PENDAHULUAN. karbohidrat, protein, vitamin, mineral, dan sebagainya (Depkes RI, 2000).

BAB I PENDAHULUAN. ekonomis. Untuk mewujudkan derajat kesehatan yang optimal diselenggarakan. makanan dan minuman (UU RI No.

Transkripsi:

KONTAMINASI BAKTERI ESCHERICIA COLI PADA MAKANAN DAN MINUMAN PENJUAL JAJANAN DI LINGKUNGAN PENDIDIKAN MUHAMMADIYAH LIMAU, JAKARTA SELATAN Nani Rahmani, SKM 1, Sarah Handayani, SKM, M.Kes 2 1 Alumni Program Studi Kesehatan Masyarakat Fakultas Ilmu-Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Prof. Dr. Hamka Jakarta 2 Program Studi Kesehatan Masyarakat Fakultas Ilmu-Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Prof. Dr. Hamka Jakarta Email: nani.rahmani@gmail.com dan sarah_handayani@uhamka.ac.id ABSTRACT Bacteria commonly used as an indicator of microbiological food is Escherichia coli (E. coli). Standardization from Ministry of Health requires that E. coli in food should be zero per gram of food. The purpose of this study was to find the E. coli bacterial contamination in food and beverage on food vendors on educational environments Muhammadiyah Limau, South Jakarta Year 2015. This study used an analytical method with cross-sectional study design. To see the relationship between the characteristics handlers, food and beverage handling and sanitation facilities with E. coli bacteria contamination in 37 (total) samples in the area of research. The results of this study showed E. coli contamination in food and beverage snacks in educational environments Muhammadiyah Lemons, South Jakarta. Snack foods which contaminated were 15 samples (48,4%) and which were not 16 samples (51,6 %). Contamination on drinks were two samples (33.3 %) and the amount of 4 samples (66.7 %). Statistical analysis showed that the variables have a relationship of variable storage of food, cooking processing, and sanitary facilities. Variables which unrelated were gender, education, knowledge, behavior, and choice of materials, processing, food and beverage presentation. Multivariate logistic regression analysis proved the material was the most powerful predictor of sanitation facilities, meaning that poor sanitation increase the risk of E. coli contamination of 8.685 (95% CI: 1.376 to 35.968). Health Officer South Jakarta should disseminate the standard of hygiene in collaboration with Fikes UHAMKA to food vendor on food processing to avoid the impact of contamination of E.coli health. Keywords: eschericia coli, bacterial contamination, food and beverage ABSTRAK Bakteri yang biasa digunakan sebagai indikator mikrobiologis makanan adalah Escherichia coli (E.coli). Keputusan Menteri Kesehatan mensyaratkan bahwa bakteri E. coli dalam makanan harus 0 per gram makanan. Tujuan penelitian ini ialah mengetahui kontaminasi bakteri E. coli pada makanan dan minuman penjual jajanan di lingkungan pendidikan Muhammadiyah Limau, Nani Rahmani, SKM, Sarah Handayani, SKM, M.Kes: Kontaminasi Bakteri... 25

Jakarta Selatan Tahun 2015. Penelitian ini menggunakan metode yang bersifat analitik dengan desain penelitian cross sectional. Untuk melihat hubungan antara karakteristik penjamah, penanganan makanan dan minuman serta fasilitas sanitasi dengan kontaminasi bakteri E. coli dengan 37 (total) pedagang yang berjualan di wilayah penelitian. Hasil penelitian ini menunjukkan adanya kontaminasibakteri E. coli pada makanan dan minuman jajanan di lingkungan pendidikan Muhammadiyah Limau, Jakarta Selatan. Makanan jajanan yang tidak memenuhi syarat berjumlah 15 sampel (48,4%) dan yang memenuhi syarat berjumlah 16 sampel (51,6%). Minuman jajanan yang tidak memenuhi syarat berjumlah 2 sampel (33,3%) dan yang memenuhi syarat berjumlah 4 sampel (66,7%). Hasil uji statistik menunjukkan variabel yang memiliki hubungan yaitu variabel penyimpanan makanan dan minuman masak dan fasilitas sanitasi. Variabel yang tidak berhubungan yaitu jenis kelamin, pendidikan, pengetahuan, perilaku serta pemilihan bahan, pengolahan makanan dan minuman, penyajian makanan dan minuman. Analisis multivariat dengan regresi logistik membuktikan bahan prediktor yang paling kuat adalah fasilitas sanitasi, artinya sanitasi yang kurang baik berisiko meningkatkan kontaminasi E.coli 8,685 kali (95% CI: 1,376 35,968). Perlu ada sosialisasi yang dilakukan oleh Dinas Kesehatan Jakarta Selatan bekerjasama dengan FIKES UHAMKA kepada pedangan makanan tentang pengolahan makanan agar terhindar dari pencemaran E.coli yang membahayakan kesehatan. Kata kunci: eschericia coli, kontaminasi bakteri, makanan dan minuman PENDAHULUAN Makanan dapat menjadi media berkembangbiaknya mikroba atau kuman, terutama jenis yang rentan (vulnerable), yaitu jika kadar air atau nilai proteinnya tinggi (Kemenkes RI, 2012). Makanan jajanan adalah makanan dan minuman yang diolah oleh pengrajin makanan di tempat penjualan dan atau disajikan sebagai makanan siap santap untuk dijual bagi umum selain jasaboga, rumah makan/restoran dan hotel (Depkes RI, 2006). Makanan jajanan yang dijajakan haruslah sesuai dengan persyaratan higiene dan sanitasi makanan jajanan agar kualitas makanan tetap terjaga. Namun, makanan jajanan juga berisiko untuk menimbulkan masalah kesehatan. Kontaminasi yang terjadi pada makanan dan mimunan dapat menyebabkan berubahnya makanan tersebut menjadi media bagi suatu penyakit. Penyakit yang ditimbulkan oleh makanan yang terkontaminasi disebut penyakit bawaan makanan (food-borne diseases) (Hartono, 2003). Berdasarkan data statistik mengenai penyakit bawaan makanan di negara maju menunjukkan bahwa 60 % dari kasus keracunan makanan disebabkan oleh penanganan makanan yang higiene sanitasi nya tidak memenuhi persyaratan sehingga terjadi kontaminasi pada hidangan makanan di tempat penjualan makanan. Di negara berkembang data tidak cukup sahih, tetapi cukup alasan untuk percaya bahwa keadaannya sama atau lebih parah (Kemenkes RI, 2012). Bakteri yang biasa digunakan sebagai indikator mikrobiologis makanan adalah Escherichia coli (E. coli). Pada dasarnya telah ada keputusan Menteri Kesehatan yang mensyaratkan bahwa bakteri E. coli dalam makanan harus 0 per gram makanan. Oleh sebab itu perlu adanya penelitian 26 ARKESMAS, Volume 1, Nomor 1, Januari-Juni 2016

yang dilakukan dengan tujuan menghindari kemungkinan penularan penyakit melalui makanan yang terkontaminasi bakteri seperti E. coli (Susanna, 2009). Pada penelitian tentang kontaminasi E. coli makanan dan minuman di Jakarta Pusat oleh Yunaenah (2009) pada makanan dan minuman di Sekolah diketahui 61,54% minuman dan makanan jajanan terkontaminasi bakteri E. coli. Sedangkan hasil penelitian di Depok oleh Susanna (2009) pada makanan yang dijual oleh Pedagang Kaki Lima (PKL) menunjukkan 41% makanan terkontaminasi oleh E. coli. Berdasarkan penelitian menurut jenis tempat pengolahan makanan, menurut Djaja (2003) jenis tempat pengolahan makanan terbukti berpengaruh terhadap kontaminasi makanan matang, PKL berisiko 4,92 kali dibandingkan dengan jasaboga. Sedangkan berdasarkan jenis makanan yang disajikan, PKL memiliki risiko 3,50 kali, restoran dan rumah makan 3,25 kali dibandingkan dengan jasaboga. Lingkungan pendidikan Muhammadiyah yang berlokasi di Jalan Limau, Kebayoran baru - Jakarta Selatan merupakan lingkungan sarana untuk menuntut ilmu.sehingga diperlukan aspek-aspek yang mendukung terhadap kebutuhan belajar-mengajar. Pada penelitian yang dilakukan di lingkungan Universitas Muhammadiyah Prof. DR. Hamka oleh Mulyanah (2011) tentang tingkat higiene dari penjamah makanan utama ataupun snack terdapat pada tindakan higiene cukup yaitu penjamah makanan utama (47,5%) dan penjamah makanan snack (57%). Begitu pula dengan tindakan sanitasi yang cukup yaitu penjamah makanan utama (52%) dan penjamah makanan snack (57%). Berbeda dengan keadaan fasilitas sanitasi, banyak penjamah makanan utama memiliki fasilitas sanitasi yang kurang yaitu (43%) dan pada penjamah makanan snack memiliki fasilitas sanitasi yang baik (57%). Berdasarkan latar belakang di atas peneliti tertarik untuk melakukan penelitian di Lingkungan pendidikan Muhammadiyah Limau, Jakarta Selatan ini dengan judul Kontaminasi bakteri E. coli pada makanan, minuman penjual jajanan Lingkungan pendidikan muhammadiyah Limau, Jakarta Selatan Tahun 2015. SUBJEK DAN METODE Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif. Desain penelitian yang digunakan ialah cross sectional yaitu semua variabel yang diteliti dikumpulkan pada waktu yang bersamaan. Penelitian ini dilakukan pada penjual makanan dan minuman jajanan di lingkungan pendidikan Muhammadiyah Limau, Jakarta Selatan. Waktu penelitian ini dimulai dari bulan Maret-Juli tahun 2015.Waktu pengumpulan data dilakukan pada bulan Maret-April tahun 2015. Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini menggunakan metoda Sampling jenuh dimana cara pengambilan sampel dengan mengambil anggota populasi semua dijadikan sampel (Hidayat, 2010) yaitu penjual jajanan makanan, minuman serta sampel jajanan makanan dan minuman yang dijual di lingkungan Muhammadiyah Limau, Jakarta Selatan dengan jumlah pedagang 37 orang dengan kriteria sebagai berikut : 1. Pedagang makanan dan minuman jajanan berjualan di sekitar kampus lingkungan pendidikan Muhammadiyah Limau, Jakarta Selatan. 2. Sampel pedagang adalah pedagang makanan yang melayani dan menjual saat penelitian berlangsung. 3. Sampel makanan dan minuman adalah produk yang dijajakan oleh sampel pedagang. Nani Rahmani, SKM, Sarah Handayani, SKM, M.Kes: Kontaminasi Bakteri... 27

HASIL Hasil pemeriksaan laboratorium terhadap sampel jajanan, dikelompokkan berdasarkan kualitas makanan jajanan dan minuman jajanan yaitu memenuhi syarat jika pada hasil pemeriksaan sampel makanan dan minuman tidak terdapat bakteri E. coli (0/gr atau 0/ ml) dan tidak memenuhi syarat jika pada hasil pemeriksaan sampel makanan jajanan dan minuman jajanan terdapat bakteri E. coli melebihi standar yang dipersyaratkan tersebut sesuai dengan Kepmenkes RI No. 1096/Menkes/Per/VI/2011. Grafik 1. Distribusi Kontaminasi E.coli Pada Makanan Grafik 2. Distribusi Kontaminasi E.coli Pada Minuman Grafik 2 menunjukkan bahwa dari 6 sampel minuman jajanan yang diteliti diketahui minuman jajanan yang tidak memenuhi syarat 2 sampel (33,3%) dan yang memenuhi syarat 4 sampel (66,7%). Pada tabel 1, dijelaskan tentang hasil uji laboratorium pemeriksaan angka kontaminasi bakteri E. coli diatas menunjukkan bahwa minuman jajanan yang tidak memenuhi syarat yaitu jus alpukat dan es pisang ijo sementara yang memenuhi syarat es jeruk, es teh manis, teh poci, dan jus jambu dengan standar acuan Kepmekes RI No. 1096/Menkes/Per/VI/2011 tentang persyaratan higiene dan sanitasi jasa boga terakreditasi ISO/IEC 17025 2005. Dengan standar keberadaan bakteri E. coli pada makanan dan minuman yaitu 0 gr/ml, apabila hasil pengujian > 0 maka makanan dan minuman tersebut terkontaminasi bakteri E. coli. 28 ARKESMAS, Volume 1, Nomor 1, Januari-Juni 2016

Tabel 1. Jenis makanan dan minuman berdasarkan hasil pengujian Jenis makanan/minuman Hasil pengujian Jenis makanan/minuman Hasil pengujian Terkontaminasi Terkontaminasi Jus Alpukat 1 3,0 x 10 Ayam bakar 1,0 x 103 Es Pisang Ijo 3,9 x 104 Sate Ayam 4,0 x 10 1 Tidak terkontaminasi Nasi goreng 2,0 x 101 Es Jeruk < 1,0 x 101 Cilok 9,0 x 10 1 Es Teh Manis 1 < 1,0 x 10 Mie ayam 2,2 x 105 Teh poci 1 < 1,0 x 10 Ketoprak 1,0 x 102 Jus Jambu 1 < 1,0 x 10 Nasi Rames 1,5 x 105 Bakso pak de 1 < 1,0 x 10 Nasi warteg 2,4 x 102 Kue Cubit < 1,0 x 101 Risoles Smoked beef 1,0 x 10 2 Bubur ayam 1 < 1,0 x 10 Ayam Bakar 2,0 x 103 Bakso Rijal 1 < 1,0 x 10 Gado-gado 1,3 x 105 Kentang goring 1 < 1,0 x 10 Siomay 2,4 x 103 Tahu bulat 1 < 1,0 x 10 Mie yamin 1,3 x 102 Nasi warteg < 1,0 x 101 Sate padang 3,0 x 10 1 Ayam kremes 1 < 1,0 x 10 Cakwe 1,4 x 102 Gorengan 1 < 1,0 x 10 Tidak terkontaminasi Agar-agar < 1,0 x 10 1 Fuyunghai < 1,0 x 10 1 Mie rebus < 1,0 x 10 1 Ayam teriyaki < 1,0 x 10 1 Schotel < 1,0 x 101 Soto ayam < 1,0 x 10 1 Chicken Kentucky < 1,0 x 10 1 Berdasarkan hasil uji laboratorium pemeriksaan angka kontaminasi bakteri E. coli diatas menunjukkan bahwa makanan jajanan yang tidak memenuhi syarat karena terkontaminasi E.coli adalah cakwe, ayam bakar, sate ayam, nasi goreng, cilok, mie ayam, ketoprak, nasi rames, nasi warteg, ayam bakar, gado-gado, siomay, mie yamin dan sate padang. Sementara yang memenuhi syarat karena tidak terkontaminasi E.coli adalah bakso pak de, kue cubit, bubur ayam, bakso rijal, kentang goreng, tahu bulat, nasi warteg, ayam kremes, gorengan, agar-agar, mie rebus, skutel, chicken kentucky, fuyunghai, ayam teriyaki dan soto ayam. Standar acuan Kepmekes RI No. 1096/ Menkes/Per/VI/2011 tentang persyaratan higiene dan sanitasi jasa boga terakreditasi ISO/IEC 17025 2005, keberadaan bakteri E. coli pada makanan dan minuman yaitu 0 gr/ ml, apabila hasil pengujian > 0 maka makanan dan minuman tersebut terkontaminasi bakteri E. coli. Tabel 2. Karakteristik penjamah makanan Variabel Kontaminasi E.coli Nilai p OR Independen Tidak memenuhi Memenuhi syarat N % n % 95% CI Jenis Kelamin Laki-laki 13 48,1% 14 51,9% 0,725 Perempuan 4 40,0% 6 60,0% Pendidikan Rendah ( SMP) 12 54,5% 10 45,5 0,204 Nani Rahmani, SKM, Sarah Handayani, SKM, M.Kes: Kontaminasi Bakteri... 29

Tinggi ( SMA) 5 33,3% 10 66,7% Pengetahuan Kurang baik 8 53,3% 7 46,7% 0,457 Baik 9 40,9% 13 59,1% Perilaku Kurang baik 10 55,6% 8 44,4% 0,254 Baik 7 36,8% 12 63,2% Pemilihan bahan Kurang baik 6 60,0% 4 40,0% 0,46 Baik 11 40,7% 16 59,3% Pengolahan Kurang baik 16 45,7% 19 54,3% 0,1 Baik 1 50,0% 1 50% Penyimpanan Kurang baik 14 66,7% 7 33,3% 0,004 3,556 Baik 3 18,8% 13 81,3% (1,227- Penyajian Kurang baik 6 54,5% 5 45,5% 0,495 Baik 11 42,3% 15 57,7% Fasilitas sanitasi Kurang baik 15 65,2% 8 34,8% 0,003 4,565 Baik 2 14,3% 12 85,7% (1,223 17,044) Tabel 2 menunjukkan bahwa dari 37 responden penjamah makanan dan minuman jajanan yang diteliti, diketahui penjamah berjenis kelamin laki-laki lebih banyak yaitu 27 (73,0%) dibandingkan dengan penjamah berjenis kelamin perempuan, yaitu 10 (27,0%). Berdasarkan tingkat pendidikan penjamah makanan dan minuman jajanan yang diteliti, diketahui penjamah berpendidikan rendah lebih banyak yaitu 22 (59,5%) dibandingkan dengan penjamah berpendidikan tinggi yaitu 15 (40,5%). Berdasarkan nilai median tingkat pengetahuan penjamah makanan dan minuman jajanan diperoleh nilai median 7. Tingkat pengetahuan penjamah, diketahui penjamah berpengetahuan baik lebih banyak yaitu 22 (59,5%) dibandingkan dengan penjamah yang berpengetahuan kurang baik yaitu 15 (40,5%). Perilaku penjamah yaitu penanganan makanan atau minuman jajanan yang berhubungan dengan higiene dan sanitasi. Bedasarkan nilai median perilaku penjamah makanan dan minuman jajanan diperoleh nilai median 20.Sehingga pengelompokkan perilaku baik didasarkan pada nilai 20 dan pengetahuan kurang baik didasarkan pada nilai <20. Tingkat perilaku penjamah, diketahui penjamah berperilaku baik yaitu 19 (51,1%) dan penjamah yang berperilaku kurang baik yaitu 18 (48,6%). Responden yang penyimpanan makanan dan minuman masaknya kurang baik, lebih banyak yang tidak memenuhi syarat kontaminasi bakteri E. coli (66,7%) daripada yang memenuhi syarat (33,3%), sedangkan responden yang penyimpanan makanan dan minuman masaknya baik lebih banyak yang memenuhi syarat (81,3%) dari pada yang tidak memenuhi syarat (18,8%). Hasil uji chi square menunjukkan ada hubungan antara 30 ARKESMAS, Volume 1, Nomor 1, Januari-Juni 2016

penyimpanan makanan dan minuman masak dengan kontaminasi bakteri E. coli (nilai P : 0,004), hasil perhitungan Odds Ratio (OR) menunjukkan responden yang penyimpanan makanan dan minuman masaknya kurang baik berpeluang 3,6 kali dari pada yang penyimpanan makanan dan minuman masaknya baik untuk mendapatkan makanan dan minuman yang tidak memenuhi syarat (95% CI 1,227 10,303). Fasilitas sanitasi yang kurang baik, lebih banyak yang tidak memenuhi syarat kontaminasi bakteri E. coli (65,2%) daripada yang memenuhi syarat (15%), sedangkan fasilitas sanitasi makanan dan minumannya baik lebih banyak yang memenuhi syarat (85,7%) dari pada yang tidak memenuhi syarat (14%). Hasil uji chi square menunjukkan ada hubungan antara penyajian makanan dan minuman masak dengan kontaminasi bakteri E. coli (nilai p: 0,003), hasil perhitungan Odds Ratio (OR) menunjukkan responden yang kurang baik berpeluang 4,6 kali dari pada yang fasilitas sanitasi makanan dan minumannya baik untuk mendapatkan makanan dan minuman yang tidak memenuhi syarat (95%, 1,223 17,044). Tabel 3. Uji multivariat Pemodelan Akhir Variabel OR 95% CI Nilai p Penyimpanan makanan 6,631 1,222 35,968 0,28 dan minuman Fasilitas sanitasi 0,21 8,685 1,376 35,968 makanan dan minuman Konstanta (-5,338) N 37 Pseudo R 2 0,449 Analisis multivariat yang dilakukan dengan regresi logistik dapa dilihat pada tabel 3 yang hasilnya menunjukkan bahwa variabel fasilitas sanitasi merupakan prediktor yang paling kuat yang menyebabkan kontaminasi E.coli. Fasilitas sanitasi yang kurang berisiko meningkatkan kontaminasi E.coli 8,685 kali (95% CI: 1,376 35,968) dengan nilai p 0,21. Observasi Kontaminasi bakteri E.coli Tabel 4. Klasifikasi Prediksi Kontaminasi bakteri E.coli Tidak memenuhi syarat Memenuhi syarat Benar Tidak memenuhi syarat 12 5 70,6 Memenuhi syarat 4 16 80 Persentase Keseluruhan 75,7 % Nani Rahmani, SKM, Sarah Handayani, SKM, M.Kes: Kontaminasi Bakteri... 31

Pada tabel 4.klasifikasi di atas, dapat dilihat kecocokan model dengan data yang ada. Baris pada tabel menunjukkan data yang ada (observed) dan kolom menunjukkan hasil prediksi model. Pada model ini dari 17 makanan dan minuman yang terkontaminasi E.coli, ada 12 yang diprediksi tidak memenuhi syarat oleh model (70,6%). Sedangkan dari 20 yang memenuhi syarat, 16 diprediksi memenuhi syarat oleh model (80%). Secara keseluruhan akurasi model adalah 75,7%. Dapat dikatakan bahwa model di atas adalah model yang baik. DISKUSI Berbeda dengan penelitian yang dilakukan oleh Cahyaningsih, dkk (2009), yang dilakukan di warung makan di desa Catur tunggal kecamatan Depok Kabupaten Sleman bahwa dari 40 penjamah makanan yang lebih dominan yaitu penjamah dengan jenis kelamin perempuan (77,5%) sedangkan penjamah laki-laki berjumlah (22,5%). Selain itu, survei terhadap keamanan makanan yang dilakukan melalui telepon atau observasi. Survei tersebut dilakukan di AS yang melibatkan 7.000 dan 2.130 penduduk menghasilkan adanya perbedaan perilaku mencuci tangan antara laki-laki dan perempuan, perempuan lebih sering mencuci tangannya daripada pria. Maka dapat disimpulkan perempuan lebih menjaga keamanan makanan agar terhindar dari kontaminasi silang (WHO, 2005).Menurut penelitian Fathoni (2008), Penjamah makanan berjenis kelamin lakilaki lebih baik dalam menghasilkan kualitas bakteriologis makanan yang memenuhi syarat dibandingkan penjamah yang bejenis kelamin perempuan.penelitian yang dilakukan oleh Sofiana (2012), pada penelitian yang lebih dominan penjamah perempuan daripada penjamah laki-laki.penjamah laki-laki maupun perempuan hampir sebanding dalam menghasilkan makanan dan minuman jajanan yang memenuhi syarat bakteri E. coli. Penelitian Hartono dan Dewi (2003), yang dilakukan di lingkungan kampus UI Depok pada penjual ketoprak dan gado-gado, dari 14 penjual ketoprak dan gado-gado pendidikan dari para penjual makanan rata-rata adalah tamatan SMA yaitu (9 penjual), 1 penjual tamatan SMP, 3 penjual tamatan SD dan 1 yang tidak tamat SD. Berdasarkan pendidikan yang dimiliki hampir sebagian besar dari penjual dapat dikatakan mereka telah memahami akan arti pentingnya kebersihan bahan makanan dan kebersihan pribadi bagi kualitas makanan yang mereka jajakan. Namun secara umum sangat sedikit dari penjual makanan tersebut yang pernah mengikuti pelatihan penyehatan makanan. Berdasarkan penelitian Sussana (2009), Berdasarkan pendidikan yang dimiliki hampir sebagian besar dari penjaja dapat dikatakan mereka telah memahami akan arti pentingnya kebersihan bahan makanan dan kebersihan pribadi bagi kualitas makanan yang mereka jajakan. Namun secara umum sangat sedikit dari penjaja makanan tersebut yang pernah mengikuti pelatihan penyehatan makanan. Berdasarkan penelitian Djaja (2003), didapatkan kontaminasi E. coli pada bahan makanan tertinggi 40,0% pada Pedagang Kaki Lima (PKL) (51,8%) dan terendah pada Restoran dan Rumah Makan (29,4%). Selain itu pada penelitian yang dilakukan oleh Yunaenah (2009), dari 65 Kantin Sekolah Dasar ditemukan 25 (38,5%) mie/bihun, 9 (13,8%) kecap dan 19 (29,2%) sirup yang tidak bermerk dan tidak terdaftar pada Departemen Kesehatan RI, 22 (33,8%) mie/ bihun, 10 (15,4%) kecap dan 14 (21,5%) sirup yang kadaluwarsa, 33 (50,8%) sayuran dan 23 (35,4%) buah-buahan dalam keadaan tidak segar, 33 (50,8) sayuran dan 23 (35,4%) buah-buahan layu, 34 (52,3%) sayuran dan 25 (38,5%) buah-buahan menunjukkan tandatanda pembusukan. Pada penelitian yang dilakukan oleh 32 ARKESMAS, Volume 1, Nomor 1, Januari-Juni 2016

Yunaenah (2009), Bahan makanan yang tidak memenuhi syarat lebih banyak (60%) dari pada bahan makanan yang memenuhi syarat (40%).Namun hasil uji bivariat menyatakan bahwa tidak ada hubungan antara bahan makanan dengan kontaminasi bakteri E. coli pada kantin Sekolah Dasar Wilayah Jakarta Pusat. Berbeda dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Yunaenah (2009), terdapat hubungan yang bermakna antara pengolahan bahan makanan dan minuman dengan kontaminasi bakteri E. coli.hal ini dapat dijelaskan dari hasil analisis univariat sebagian besar variabel pengolahan makanan tidak memenuhi syarat yaitu tidak tersedia meja kerja 34 (52,3%), tempat pengolahan makanan tidak rapat serangga dan tikus 55 (84,6%), perlindungan kontak langsung dengan makanan jadi tidak dilakukan dengan sarung tangan plastik 64 (98,5%). Perlindungan kontak langsung dengan makanan jadi tidak dilakukan dengan penjepit makanan 59 (90,8%). Namun, penelitian yang dilakukan oleh Kurniadi, dkk (2013), menunjukkan bahwa proporsi kontaminasi E. coli pada pengolahan makanan tidak memiliki hubungan yang signifikan dengan kontaminasi E. coli pada makanan jajanan di kantin sekolah dasar wilayah Bangkinang. Penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Yunaenah (2009), bahwa ada hubungan antara penyimpanan makanan dan minuman masak dengan kontaminasi bakteri E. coli. Dan berdasarkan penelitian Susanna (2009), Penyimpanan makanan matang yang tidak memenuhi syarat dapat meningkatkan risiko kontaminasi E. coli pada makanan jajanan 6,8 kali lebih besar dibandingkan dengan penyimpanan makanan yang memenuhi syarat. Penyajian makanan merupakan rangkaian akhir dari perjalanan makanan. Makanan yang disajikan adalah makanan yang siap santap. Pada hasil penelitian Djaja (2003), dihasilkan makanan yang disajikan oleh pedagang kaki paling tinggi (18,8%) dan paling rendah pada Jasaboga (7,1%). Demikian pula berdasarkan Susanna (2009), makanan yang disajikan dalam kondisi tidak tertutup berhubungan dengan tingkat kontaminasi E. coli. Sama halnya dengan penelitian Kurniadi (2013), proporsi kontaminasi E. colipada penyajian makanan yang tidak memenuhi syarat yaitu 14 (93,3%). Hasil uji bivariat menunjukkan nilai P.value= 0,002 maka dapat disimpulkan bahwa ada hubungan yang signifikan antara penyajian makanan dengan kontaminasi E. coli pada makanan jajanan. Dan penyajian makanan yang tidak memenuhi syarat berpeluang terkontaminasi E. coli12,5 kali dibandingkan dengan penyajian makanan yang memenuhi syarat. Berdasarkan hasil penelitian Susanna (2009), pada PKL di jalan Margonda Depok menurut sarana sanitasi, ada hubungan yang bermakna antara tidak tersedianya tempat sampah ditempat penjualan dengan kontaminasi E. coli. Sedangkan berdasarkan sumber air untuk memasak, minum, dan mencuci peralatan makanan tidak berhubungan dengan kontaminasi E. coli begitupun dengan sarana pembuangan air limbah tidak berhubungan dengan kontaminasi E. coli. Hal yang sama pula dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Kurniadi (2013), dari 15 penjamah makanan fasilitas sanitasi yang tidak memenuhi syarat lebih banyak dibandingkan dengan yang memenuhi syarat. Dan menurut hasil uji bivariat, ada hubungan antara fasilitas sanitasi dengan kontaminasi E. coli. Fasilitas sanitasi yang tidak memenuhi syarat berpeluang terkontaminasi E. colisebesar 6,667 kali dibandingkan dengan fasilitas sanitasi yang memenuhi syarat. Nani Rahmani, SKM, Sarah Handayani, SKM, M.Kes: Kontaminasi Bakteri... 33

DAFTAR PUSTAKA Adams, M dan Motarjemi, Y. Dasar-dasar Keamanan Makanan Untuk Petugas Kesehatan. Jakarta: Buku Kedokteran EGC, 2003. Agustina, Febria, dkk. 2009. Higiene dan Sanitasi Pada Pedagang Makanan Jajanan Tradisional di Lingkungan Sekolah Dasar di Kelurahan Demang Lebar Palembang Tahun 2009. BPOM. Berita keracunan bulan Juli-September tahun 2014. http://ik.pom.go.id/2014/ berita-keracunan/berita-keracunanbulan-juli-september-2014. Di Unduh Tanggal 21 Januari 2015. Cahyaningsih, Chairini Tri, dkk. 2009. Hubungan Higiene Sanitasi Dan Perilaku Penjamah Makanan Dengan Kualitas Bakteriologis Peralatan Makan Di Warung Makan. Berita Kedokteran Masyarakat Vol. 25, No. 4, Desember 2009 : 180-188. Chandra, Budiman. 2006. Pengantar Kesehatan Lingkungan. Jakarta : EGC. Depkes RI. 2006a. Keputusan Menteri Kesehatan RI No. 942 Tahun 2003, Tentang pedoman persyaratan hygiene sanitasi makanan dan jajanan. Jakarta : Dirjen PPM & PL. Depkes RI. 2006b. Keputusan Menteri Kesehatan RI No. 715 tahun 2003, Tentang Persyaratan Hygiene Sanitasi Jasaboga. Jakarta :Dirjen PPM & PL. Depkes RI. Keputusan Menteri Kesehatan RI No. 1096 tahun 2011.Tentang hygiene sanitasi jasaboga. Djaja, I, M. 2008. Kontaminasi E. Coli pada makanan dari tiga jenis tempat pengelolaan makanan (TPM) di Jakarta Selatan 2003. Makara, Kesehatan, Vol. 12, No. 1, Juni 2008: 36-41. Fathoni, A. 2008. Skripsi Hubungan antara Pengetahuan dan Perilaku Penjamah Terhadap Hygiene dan Sanitasi Makanan dengan Kualitas Bakteriologis Makanan di Kantin Universitas X Tahun 2008. Hartono, Budi & Dewi Susanna. Pemantauan kualitas makanan ketoprak dan gadogado di lingkungan Kampus UI Depok, melalui pemeriksaan bakteriologis.makara, Seri Kesehatan, Vol. 7, No. 1, Juni 2003. Hasan, Iqbal. 2004. Analisis Data Penelitian Dengan Statistik. Jakarta : PT. Bumi Aksara. Hidayat, A. Aziz Alimul. 2010. Metode Penelitian Kesehatan : Paradigma Kuantitatif. Jakarta : Health Books Publishing. Kementerian Kesehatan RI. 2011. Situasi Diare di Indonesia. Buletin jendela data dan informasi kesehatan, Vol. 2, Triwulan II, 2011. Kementerian Kesehatan RI. 2012. Kumpulan Modul Kursus Higiene sanitasi makanan dan minuman. Jakarta : Sub Direktorat Higiene Sanitasi Pangan Direktorat Penyehatan Lingkungan Direktorat Jendral PP dan PL. Kurniadi, Y, dkk. 2013. Faktor Kontaminasi Bakteri E. Colipada Makanan Jajanan di Lingkungan Kantin Sekolah Dasar Wilayah Kecamatan Bangkinang. Jurnal Ilmu Lingkungan 2013:7 (1). Mulyanah, Siti. 2011. Skripsi Pengetahuan, sikap, dan tindakan penjamah makanan jajanan tentang higiene dan sanitasi makanan yang ada di lingkungan Universitas Muhammadiyah Prof. DR. Hamka. FIKes UHAMKA. Notoatmodjo, S. 2003. Ilmu Kesehatan Masyarakat Prinsip-prinsip Dasar. Jakarta : Rhineka Cipta. Notoatmodjo, S. 2005. Promosi Kesehatan Teori 34 ARKESMAS, Volume 1, Nomor 1, Januari-Juni 2016

dan Aplikasi. Jakarta : Rhineka Cipta. Notoatmodjo.S. 2007. Promosi Kesehatan dan Ilmu Perilaku. Jakarta : Rineka Cipta. Notoatmodjo.S. 2007. Kesehatan Masyarakat Ilmu dan Seni. Jakarta : Rineka Cipta. Sabri, Luknis dan Sutanto P. Hastono. 2010. Statistik Kesehatan. Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada. Sukamto dan Imam Supardi. 1999. Mikrobiologi dalam Pengolahan dan Keamanan Pangan. Bandung : Penerbit Alumni. Sumantri, Arif. 2010. Kesehatan Lingkungan dan Prespektif Islam. Jakarta : Kencana. Sofiana, Erna. 2012. Skripsi Hubungan higiene dan sanitasi dengan kontaminasi Escherchia Coli pada jajanan di Sekolah Dasar kecamatan Tapos Depok Tahun 2012. Susanna, I dan Zakianis. 2010. Kontaminasi Bakteri E. Coli pada Makanan Pedagang Kaki Lima Di Sepanjang Jalan Margonda Depok, Jawa Barat Tahun 2009. Jurnal Kesmas, Vol. 5, No. 3. WHO. 2005. Penyakit Bawaan Makanan. Jakarta: EGC Winarno, F.G. 2004. Keamanan Pangan. Bogor : M-Brio Press Wibawa, Anton. 2008. Faktor Penentu Kontaminasi Bakteriologi pada Makanan Jajanan di Sekolah Dasar. Jurnal Kesehatan Masyarakat. Vol. 3 No. 1. Yunaenah. 2009. Tesis Kontaminasi e.coli pada makanan jajanan Di kantin sekolah dasar wilayah jakarta pusat Tahun 2009. FKM UI. Nani Rahmani, SKM, Sarah Handayani, SKM, M.Kes: Kontaminasi Bakteri... 35