BAB II BIOGRAFI SINGKAT MUHAMMAD ABDUH

dokumen-dokumen yang mirip
REKONSTRUKSI PENDIDIKAN ISLAM DALAM PEMIKIRAN MUHAMMAD ABDUH

A. Persamaan Pemikiran Imam Mawardi dengan Ali Abdul Raziq tentang Konsep

PENGARUH AQIDAH ASY ARIYAH TERHADAP UMAT

PENDAHULUAN BAB I. A. Latar belakang

BAB I PENDAHULUAN. yang baik dan buruk, bahkan kadang berlebihan dalam menuntut haknya. Untuk

`BAB I A. LATAR BELAKANG

BAB V SIMPULAN DAN SARAN

BAB II RIWAYAT HIDUP IMAM AL-NASAFI. di negeri Sanad yang terletak antara Jihun dengan Samarkand. 1

BAB I PENDAHULUAN. Al-Ghazali (w M) adalah salah satu tokoh pemikir paling populer bagi

BAB II BIOGRAFI, PENDIDIKAN, PENGALAMAN DAN PEMIKIRAN PEMBAHARUAN ISLAM MUHAMMAD ABDUH

PROGRAM S.1 J U R U S A N T A F S I R H A D I S

BAB V PENUTUP. A. Kesimpulan

BAB III PROSES IJMA MENURUT ABDUL WAHAB KHALLAF DAN PROSES PENETAPAN HUKUM DALAM KOMISI FATWA MUI

Biografi Singkat Empat Iman Besar dalam Dunia Islam

BAB II SEJARAH SINGKAT TENTANG AHMAD MUSTAFA AL-MARAGHI. A. Kelahiran Dan Wafatnya Ahmad Mustafa al-maraghi

IMAMAH DALAM PANDANGAN POLITIK SUNNI DAN SYI AH

BAB I PENDAHULUAN. Islam adalah agama yang ajaran-ajarannya diwahyukan Tuhan kepada

1. Mata Kuliah. 2. Kode Mata Kuliah. 3. Komponen. 4. Jurusan. 5. Program Studi. 6. Program. 7. Bobot. : Tafsir II. Tafsir II. Written by Administrator

Persatuan Islam dalam Perspektif Imam Shadiq

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. B. Rumusan Masalah

Kata Kunci: Pemahaman, Berpikir Rasional, Pembangunan

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan dalam Islam bersumber kepada Al-Qur an dan As-Sunnah.

yang sama bahwa Allah mempunyai sifat-siafat. Allah mempunyai sifat melihat (al-sami ), tetapi Allah melihat bukan dengan dhat-nya, tapi dengan

BAB 5 KESIMPULAN. kesimpulan akan dibuat terhadap kajian kitab Tafsir Quran Marbawi beserta ketokohan

Sumbangan Pembaruan Islam kepada Pembangunan

BAB I PENDAHULUAN. sehingga dapat dirasakan rahmat dan berkah dari kehadiran al-qur an itu. 1

PROSIDING Kajian Ilmiah Dosen Sulbar ISBN: PEMIKIRAN KALAM HARUN NASUTION Nizar 1, Zainuddin Losi 2

TEOLOGI SOSIAL : Telaah Pemikiran Hassan Hanafi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Adakah sistem ketatanegaraan menurut islam? Pertanyaan ini barangkali

KONSEP PENDIDIKAN MUHAMMAD ABDUH SEBAGAI STRATEGI MODERNISASI

BAB I PENDAHULUAN. hidup atau sudah meninggal, sedang hakim menetapkan kematiannya. Kajian

BAB II DINAMIKA TAFSIR DI INDONESIA. sangat terkait dengan kegigihan para penyebar Islam, baik dari Gujarat, Persia,

BAB I PENDAHULUAN. Periode modern merupakan zaman kebangkitan Islam. Pada periode. pertengahan umat Islam mengalami kemunduran baik bidang pendidikan,

BAB I PENDAHULUAN. Allah Swt. menciptakan makhluk-nya tidak hanya wujudnya saja, tetapi

BAB I PENDAHULUAN. Amir Syarifudin, Hukum Kewarisan Islam, Fajar Interpratama Offset, Jakarta, 2004, hlm.1. 2

BAB II GAMBARAN UMUM KISAH-KISAH DALAM AL-QUR AN. Quraish Shihab berpendapat bahwa al-qur an secara harfiyah berarti bacaan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

EMPAT BELAS ABAD PELAKSANAAN CETAK-BIRU TUHAN

MODEL PENELITIAN AGAMA

BAB I PENDAHULUAN. Kiai Haji Ahmad Dahlan adalah seorang ulama, tokoh pendidikan, dan juga merupakan

BAB III BIOGRAFI, PENDIDIKAN, PENGALAMAN DAN PEMIKIRAN PEMBAHARUAN ISLAM MUHAMMAD RASYID RIDHA

KONSEP IMAN PERSPEKTIF MURJI AH DAN MU TAZILAH (STUDI KOMPARATIF)

ALI ABD AL-RAZIQ : IDE NEGARA

BAB V PENUTUP. 1. Pemikiran Kiai Said Aqil Siroj tidak terlepas dari Nahdltul Ulama dalam

BAB VI PENUTUP. Universitas Indonesia Islam kultural..., Jamilludin Ali, FIB UI, 2010.

Article Review. : Jurnal Ilmiah Islam Futura, Pascasarjana UIN Ar-Raniry :

ABDUH DAN RIDHA PERBEDAAN ANTARA GURU DAN MURID

BAB I PENDAHULUAN. dan tujuannya di dunia ini. Manusia seharusnya mengingat tujuan hidup di dunia

BAB V KESIMPULAN. Dalam sejarah perkembangan umat Islam, munculnya aliran teologi Islam

BAB I PENDAHULUAN. hukum yang berlaku dalam Islam tidak boleh bertentangan dengan al-qur an. Di

Kerangka Dasar Agama dan Ajaran Islam

KISI-KISI SOAL UJIAN AKHIR MADRASAH BERSTANDAR NASIONAL (UAMBN) MADRASAH ALIYAH (MA) TAHUN PELAJARAN 2015/2016

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian Restu Nur Karimah, 2015

BAB I PENDAHULUAN. sekaligus Rasul terakhir yaitu Muhammad Saw. dengan perantaraan malaikat Jibril,

BAB I PENDAHULUAN. Pada zaman Rasulullah SAW, hadis belumlah dibukukan, beliau tidak sempat

BAB I PENDAHULUAN. Al-Qur an merupakan pedoman dan petunjuk dalam kehidupan manusia,

BAB I PENDAHULUAN. beragama yaitu penghayatan kepada Tuhan, manusia menjadi memiliki

BAB III TAFSIR AL-MANÂR

PENGEJARAN DAN PEMBUNUHAN ISA AS. Pertanyaan Dari: H. Soekardi NBM , Baturetno (disidangkan pada hari Jum'at, 7 Shafar 1431 H / 22 Januari 2010)

Syiah meyakini adanya dua belas imam yang menjadi penerus. kenabian. Bagi syiah, masalah imamah sudah tidak bisa ditawar lagi,

BAB V KESIMPULAN. Teosofi Islam dalam tataran yang sederhana sudah muncul sejak abad 9 M.

dan Ketegasannya Terhadap Syiah

PEMIKIRAN HARUN NASUTION TENTANG IJTIHAD DAN PERKEMBANGAN HUKUM ISLAM

Kekeliruan Sebagian Umat Islam di Bulan Rajab

BAB I PENDAHULUAN. sampai pada periode modern, mengalami pasang surut antara kemajuan

DAFTAR ISI. Bab I Pendahuluan. 10. Bab II Pengertian Manhaj Salaf Ahlussunnah wal Jama ah Salaf.. 19

Khatamul Anbiya (Penutup Para Nabi)

BAB V PENUTUP. skripsi ini, dapat diambil beberapa kesimpulan sebagai berikut : a. Dalam kajian mengenai penciptaan alam dalam pandangan al-qur an,

BAB I PENDAHULUAN. ghoirumahdloh (horizontal). Sebagaimana firman Allah swt berikut:

BAB I PENDAHULUAN. sebuah cahaya petunjuk bagi mereka yang beriman. Allah berfirman:

BAB IV ANALISA TAKDIR MENURUT MAUHAMMAD ABDUH DAN AGUS MUSTOFA

Penetapan Awal Ramadhan dan Syawal

Kata Kunci: Ajjaj al-khatib, kitab Ushul al-hadis.

INOVASI PENDIDIKAN ISLAM MUHAMMAD ABDUH. Oleh: Maslina Daulay 1. Keywords: Muhammad Abduh, Innovation and Education in Islam

Adab Membaca Al-Quran, Membaca Sayyidina dalam Shalat, Menjelaskan Hadis dengan Al-Quran

IMA>MIYAH TENTANG HUKUM MENERIMA HARTA WARISAN DARI

( aql) dan sumber agama (naql) adalah hal yang selalu ia tekankan kepada

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian kepustakaan / (Library Research) mencatat serta mengolah bahan penelitian.

Sesungguhnya agama (yang diridhai) disisi Allah hanyalah Islam (Ali Imran: 19)

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Tubagus Arief Rachman Fauzi, 2013

BAB I PENDAHULUAN. menempatkan tujuan sebagai sesuatu yang hendak dicapai. Maka yang merupakan

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

BAB I PENDAHULUAN. bagi umat manusia seperti yang disebutkan dalam Al-Qur an, Sesungguhnya

BAB IV ANALISIS TERHADAP PENGGUNAAN AL-RA Y OLEH

BAB I PENDAHULUAN. Kondisi umat Islam di Mesir khususnya dan dunia umumnya pada. pertengahan abad 14 Hijriyah adalah masa-masa dimana imperialisme dan

BAB I PENDAHULUAN. tidak mau seorang manusia haruslah berinteraksi dengan yang lain. Agar kebutuhan

BAB I PENDAHULUAN. Allah telah menjadikan bahasa Arab sebagai bahasa al-quran karena

BAB I PENDAHULUAN. Secara garis besar pendidikan Agama Islam yang diberikan di sekolah atau. keimanan dan ketaqwaan peserta didik kepada Allah Swt.

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Biografi Muhammad Abduh dan Muhammad Quthb. penetapan tahun kelahiran Muhammad Abduh tahun 1849 Masehi

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN. Berdasarkan dari hasil penelitian yang telah dilakukan tersebut dan

KONSEP AHLI WARIS RADD MENURUT MUHAMMAD ALI AL SHABUNI DAN HUKUM WARIS ISLAM (STUDI KOMPERATIF) SKRIPSI

Kewajiban berdakwah. Dalil Kewajiban Dakwah

ILMU QIRAAT 1 DIPLOMA PENGAJIAN AL- QURAN DAN AL-SUNNAH 2014 MINGGU KE-3

UMMI> DALAM AL-QUR AN

PENDAHULUAN. Turki merupakan negara Islam yang merupakan salah satu tempat bersejarah

BAB V PENUTUP. 1. Pendapat ulama Muhammadiyah dan Nahd atul Ulama (NU) di kota. Banjarmasin tentang harta bersama.

BAB IV ANALISIS PERSAMAAN DAN PERBEDAAN KETENTUAN PASAL 182 KHI DAN PERSPEKTIF HAZAIRIN TENTANG BAGIAN WARIS SAUDARA PEREMPUAN KANDUNG

BAB V PENUTUP. A. Kesimpulan. Dari hasil penelitian yang telah dilakukan terhadap sampel sanad hadis,

INDAHNYA PERSATUAN DARI MANA MENGENAL MAZHAB SYI'AH?

Transkripsi:

BAB II BIOGRAFI SINGKAT MUHAMMAD ABDUH A. Riwayat Hidup dan Pendidikannya Muhammad Abduh atau 'Abduh (1849-11 Juli 1905) adalah seorang teolog Muslim, Mufti Mesir, pembaharu liberal, pendiri Modernisme Islam dan seorang tokoh penting dalam teologi dan filsafat yang menghasilkan Islamisme modern. Nama lengkap beliau adalah Muhammad Abduh Ibn Hasan Khair Allah, dilahirkan pada tahun 1849 M di Mahallat al-nasr daerah kawasan Sibrakhait Provinsi al-bukhairoh Mesir 1. Ayahnya Hasan Khairullah berasal dari Turki. Ibunya bernama Junainah berasal dari bangsa Arab yang silsilahnya sampai ke suku bangsa yang sama dengan Umar bin Khattab 2. Kelahiran Muhammad Abduh diiringi dengan kekacauan yang terjadi di Mesir. Pada waktu itu, penguasa Muhammad Ali mengumpulkan pajak dari penduduk desa dengan jumlah yang sangat memberatkan. Akibatnya penduduk yang kebanyakan petani itu kemudian selalu berpindah-pindah tempat untuk menghindari beban-beban berat yang dipikulkan atas diri mereka itu. Orang tua Muhammad Abduh juga demikian. Ia selalu pindah dari satu tempat ketempat lainnya. Itu dilakukannya selama setahun lebih. Setelah itu barulah ia menetap di Desa Mahallat al-nasr. Di desa ini ia membeli sebidang tanah. 1 Abdullah Mahmud Syatahat, Manhaj al-imam Muhammad Abduh Fi al-tafsir al- Qur an, Nasyr al-rasail, kairo, t.th, hal.3 2 Muhammad Abduh, Risala al-tauhid (Risalah Tauhid), op. cit., hal. 7 16

Syeikh Muhammad Abduh dibesarkan dalam lingkungan keluarga petani dikampung halamannya. Ketika saudara-saudaranya ikut turut membantu ayahnya dalam mengelola lahan pertanian maka Abduh ditugaskan untukmenuntut ilmu pengetahuan diluar kampung halamannya setelah belajar membaca dan menulis di rumahnya. Ayahnya mengirimkan Abduh kesuatu tempat pendidikan pengafalan al-qur an untuk menimba ilmu pengetahuan dan ia mampu menyelesaikan hafalalannya sampai 30 juz setelah dua tahun berlalu ketika usianya baru berumur 12 tahun 3. Muhammad Abduh dibesarkan dalam asuhan keluarga yang tidak ada hubungannya dengan dunia pendidikan sekolah, tetapi mempunyai jiwa keagamaan yang teguh. Proses pendidikannya dimulai dengan belajar al-qur an kepada seorang guru agama di Masjid Thantha untuk belajar bahasa Arab dan ilmu-ilmu agama dari Syekh Ahmad tahun 1862 4. Dalam pendidikannya ia mampu mengenal dan mengusai ilmu yang diajarkan tentang al-qur an sampai pasih. Semua segi ilmu al-qur an ia lahap, sehingga sewaktu melanjutkan pendidikannya ia mengkritik cara pengajaraan. Disaat belajar ia merasa bahwa metode yang dipakai kurang menarik dan ia berguru kepada guru yang lainnya. Pada lembaga pendidikan khususnya di Masjid Ahmadi ia mengikuti proses pendidikan yang dia nilai kurang memuaskan. Karena timbulnya perasaan 3 Abdullah Mahmud Syatahat, op. cit., hal 5 4 Abdul Sani, Perkembangan Modern dalam Islam, Raja Grafindo Persada, Jakarta, 1998, hal. 49, lihat juga Arbiyah Lubis, Pemikiran Muhammadiyah dan Muhammad Abduh (Suatu Studi Perbandingan), PT. Bulan Bintang, Jakarta, 1993, hal. 112 17

dan kritik demikian akibat metode pengajaran yang diterapkan di sekolah tersebut mementingkan hafalan tanpa pengertian. Muhammad Abduh sebagai seorang yang kritis merasakan tidak efektifnya metodenya yang demikian, sehingga ia memutuskan untuk kembali kekampung halamannya ke Mahallat Nashr. Sekembalinya ke daerah asalnya, ia membantu ayahnya bertani dan kemudian ia menikah dalam usia 16 tahun 5. Walaupun Abduh sudah menikah, ayahnya selalu memaksanya untuk melanjutkan studinya maka Abduh akhirnya melarikan diri ke Syibral Khit yang mana di desa ini banyak yang tinggal dari keluarga ayahnya. Dan disinilah dia bertemu dengan Syeikh Darwisy Khidr, salah seorang pamannya sendiri yang mempunyai pengetahuan mengenai al-qur an dan penganut thariqah asy- Syadziliah 6. Setelah ia menikah, melalui nasehat pamannya ia kembali meneruskan pendidikannya. Pertemuannya dengan guru-guru yang baru ia kenal membuatnya senang. Setelah ia menyelesaikan studinya di Thantha beliau melanjutkannya ke al-azhar, yakni di pada Februari 1866. Setelah ia masuk ke Universitas al-azhar ia hanya mendapatkan pengajaran agama; dan memang ketika itu al-azhar, seperti yang dikatakan Syekh Darwisy, tidak memberikan mata pelajaran yang lain selain ilmu-ilmu agama. Di 5 Ibid., Muhammad Abduh mengeritik metode pengajaran yang diterapkan di Thanta. Metode tersebut dikatakannya sebagai metode yang tidak menghiraukan pebedaan perseorangan yang ada pada murid. Metode yang demikian menurutnya bukan memperoduksi murid yang cakap, tetapi membuat murid semakin bodoh karena tidak mengerti apa yang dihafalnya. Lihat, Muhammad Rasyid Ridha, Tarikh al-ustaz al-imam al-syaikh Muhammad Abduh, jilid. I, al- Manar, Mesir, hal. 20 6 Mani Abdul Halim Mahmud, Manahij al-mufassiri, cet.2 Maktabah al-imam, Kairo, 2003, hal. 242 18

Universitas ini pun ia menemukan metode pengajaran yang sama dengan yang ditemukannya di Thanta. Hal ini membuat ia kembali merasakan kekecewaan terhadap metode pengajaran yang ada. Ia menuliskan kekesalannya pada tulisannya, dengan mengatakan metode pengajaran yang verbalis itu telah merusak akal dan daya nalarnya 7. Sekembalinya ke Thanta pada 1865, dan di tahun selanjutnya ia pergi ke Kairo dan hidup sebagai seorang sufi. Rasa kekecewaan inilah mungkin yang menjadikan ia ingin mempelajari dunia mistik dan hidup sebagai seorang sufi tetapi kehidupan itu ditinggalkannya karena anjuran pamannya 8. Belajar di al-azhar merupakan suatu pengalaman yang berharga bagi Abduh, sebab tahun 1872 ia berkenalan dengan Jamaluddin al-afghani (1839-1897 M) 9, untuk menjadi muridnya yang sangat setia. Abduh sangat tertarik dengan gurunya karena ilmunya yang dalam dan pola fikirnya yang maju. Oleh karena itu disamping belajar di al-azhar ia tetap bersama jamaluddin al-afghani saling berdiskusi tentang berbagai masalah. Setiap kali al-afghani berdiskusi dengan Abduh dan teman-temannya selalu meniupkan pembaharuan dan 7 Arbiyah Lubis, Op. cit.,hal.113 8 Lihat An-Nida (Majalah Ilmu Pengetahuan Agama Islam), Tafsir Hadits, edisi CXV tahun XX, Balai Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat, IAIN Sulthan Syarif Kasim, Pekanbaru, Oktober-Nopember 1996 M, lihat juga A. Hanafi, Theologi Islam, al-husna, Jakarta, 1992, hal. 157 9 Munawir Sjadzali, Islam dan Tata Negara (Ajaran, Sejarah dan Pemikiran), UI Press, Jakarta, 1993, hal. 120, Sayyid Jamaluddin al-afghani (1839-1897) adalah seorang tokoh politik dan pembaharu di Mesir. Ia berasal dari Afghanistan dan pernah tinggal di India, Persia dan Mesir. Ia belajar di kota suci Najaf dan Karbala, dan ada juga yang menyebutnya sebagai penganut Mazhab Syi ah. Ia mencoba untuk mengadakan pembaharuan di negeri-negeri yang pada umumnya bermazhab sunni, terutama dalam bidang politik. Ia belajar filsafat Arab Kuno dan Barat Modern. Ahmad Fuad al-ahwani menyebutnya sebagai mata rantai filsafat Isyraqiyah yang ada di Iran. Lihat Ahmad Fuad al-ahwani, al-falsafah al-islamiyyat, Dar al-qalam, Kairo, 1966, hal.23 19

semangat berbakti kepada masyarakat dan berjihad memutuskan rantai kekolotan dan cara berfikir yang fanatik dan merubahnya dengan pola fikir yang lebih maju 10. Pemerintah pendudukan yang telah berpengalaman pahit dengan pemberontakan nasional 1857 itu takut pada ide-ide yang progresif revolusioner, dan segera ia diberangkatkan dengan kapal pemerintah ke Suez. Setelah itu ia pun berangkat ke Kairo, lalu ia sampai ke Universitas al-azhar dan bertemu dengan para ilmuan yang tingkat kesarjanaannya yang lebih tinggi dan juga para mahasiswa al-azhar. Diantara gagasan-gagasan progresifnya yang sangat membekas dikalangan cendikiawan Mesir terlihat pada diri Muhammad Abduh. Pertemuannya dengan Jamaluddin merupakan kesempatan terbaik untuk berguru, dan ia mendapatkan ilmu sekaligus mewarisi ide-ide gurunya. Dari Jamaluddin ia mendapatkan imu pengetahuan, diantaranya filsafat, ilmu kalam dan ilmu pasti 11. Ia merasa sedikit lebih paham dan mengerti akan ilmu-ilmu yang didapatkannya dari gurunya yang baru ini, barangkali metode yang diterapkan Jamaluddin yang menyebabkan ia lebih puas. Dari Jamaluddin tidak saja ditemukan metode pengajaran yang telah lama dicarinya, dan seperti yang dikatakannya Jamaluddin telah melepaskannya dari kegoncangan jiwa yang dialaminya. Agaknya inilah yang meneyebabkan Abduh mengikuti setiap kuliahkuliah yang diberikan oleh gurunya. 10 An-Nida (Majalah Ilmu Pengetahuan Agama Islam), op. cit., hal. 28 11 Al-Syaikh Muhammad Abduh, Muzakkirat al-imam Muhammad Abduh, Dar al- Hilal, t.th., hal. 23, lihat juga Arbiyah Lubis, Pemikiran Muhammadiyah dan Muhammad Abduh (suatu studi perbandingan), op. cit., hal.114 20

Selama masa hidupnya Abduh sangat membenci dan menentang sikap Taklid yang terjadi pada umat Islam saat itu. Hal ini ia rasakan semenjak memasuki Universitas al-azhar, dimana ia mendapati dua golongan dalam sudut pemahaman yang berbeda diantaranya : kaum mayoritas yang penuh dengan Taklid dan hanya mengajarkan kepada para siswanya pendapat-pendapat ulama terdahulu dan sekedar dihafal. Sementara kaum minoritas adalah mereka yang suka akan pembaharuan Islam yang mengarah kepada penalaran dan pengembangan rasa 12. Metode pengajaran yang diterapkan Jamaluddin dinamakan dengan metode praktis ( Amaliyyah) yang mengutamakan pemberian pengertian dengan cara diskusi 13. Metode itulah tampaknya yang diterapkan Abduh setelah ia menjadi pengajar. Selain pengetahuan teoritis, Jamaluddin al-afghani juga mengajarkan kepadanya pengetahuan praktis, seprti berpidato, menulis artikel dan lain sebagainya 14. Kegiatan yang demikan tidak hanya membawanya untuk tampil didepan publik, tetapi juga secara langsung mendidiknya untuk jeli melihat situasi sosial politik di negerinya.meskipun Abduh aktif mencari ilmu pengetahuan diluar al-azhar, akan tetapi ia tidak lantas melupakan tugasnya sebagai 12 M. Quraish Shihab, Studi Kritis atas Tafsir al-manar, cet.i, Lentera Hati, Jakarta 2006, hal. 34 13 Muhammad Rasyid Ridha, al-manar, Vol. VIII, hal. 399-400 14 Muhammad Rasyid Ridha, Tarikh, I, hal. 26 21

mahasiswa. Pada tahun 1877 iaberhasil menyelesaikan studinya dengan mendapatkan gelar amin dan berhak mengajar di Universitas tersebut 15. Muhammad Abduh wafat pada tahun 1905 16 di Ramleh Iskandariah yaitu dalam perjalanan mengunjungi negara-negara Islam. Ia dimakamkan di Mesir setelah di solatkan di Masjid al-azhar. B. Karya-karyanya Adapun karya-karya Syaikh Muhammad Abduh dalam bidang Tafsir, di antaranya ialah : 1. Tafsir Juz Amma, yang ditulisnya sebagai pegangan bagi para guru-guru di Maroko. 2. Tafsir QS. al-ashar. Karya ini semula adalah materi kuliah ataupun materi pengajian yang disampaikannya di hadapan beberapa orang ulama dan tokoh masyarakat di al-jazair. 3. Tafsir QS. al-nisa 77 dan 87, QS. al-hajj 52-54 dan QS. al-ahzab 57. Karya ini disusun sebagai bantahan terhadap tanggapan-tanggapan negatif tentang Islam oleh kalangan Non Muslim. 15 Ibid., hal. 143 16 Munawir Sjadzali, op. cit.,hal. 121., Di dalam Ensiklopedi dikatakan bahwa Muhammad Abduh Wafat bukan di tahun 1905, melainkan ia wafat di tahu 1909 lebih tepatnya. Pas ketika itu ia sedang melakukan perjalanan muhibbahnya untuk mengunjungi negara-negara islam, lalu ia singgah dirumah sahabatnya Muhammad Bey Rashim. Ia meninggal akibat kanker yang ia derita selama ini, lalu beberapa hari kemudian setelah ia singgah barulah ia menghembuskan nafas terakhirnya tepat pada pukul lima petang, hari Selasa, 11 Juni 1909/8 Jumadil Ula 1323. Lalu ia dikebumikan di Cairo. Lihat pada Harun Nasution, dkk, Ensiklopedia Islam di Indonesia, CD. Ananda Utama, Jakarta, 1992, hal. 751 22

4. Tafsir al-qur an yang dimulai dari QS. al-fatihah sampai dengan QS. al- Nisa 129 yang disampaikannya di Masjid kampus al-azhar Kairo. Karya ini di mulai sejak bulan muharram 1317 H sampai 1332 H. Lantas tidak semuanya ditulis oleh Abduh sendiri, melainkan juga dibantu oleh muridnya Sayyid Muhammad Rasyid Ridha. Meskipun demikian, apapun yang dituliskan oleh muridnya ternyata telah malalui koreksi. Di samping adanya penambahan dan pengurangan di hadapan Abduh sebelum ditakdirkan dalam Majallah al-manar, yang kemudian hari karya tersebut dikenal dengan nama Tafsir al-manar. Selain tulisan dan karangan-karangan lepasnya yang tersebar di berbagai majallah dan surat kabar, adapaun karya-karya Mauhammad Abduh sepanjang hayatnya ialah sebagai berikut : 1. Risalah al-waridah (Kairo, 1874) : menyangkut bidang ekonomi dan politik. 2. Hasyiyah ala Dawani li al- Aqaid al- Adudiyah (Kairo, 1876) : menyangkut tasawuf dan mistik. 3. Syarah Nahj al-balaghah (Beirut, 1885) : sebuah uraian mengenai karangan sayyidina Ali, khalifah keempat. 4. Al-Radd ala al-dahriyyin (Beirut, 1886) : sebuah salinan dari Jamaluddin al- Afghani untuk menyerang materialisme historis. 5. Syarah Maqamat Badi al-zaman al-hamdani (Beirut, 1889). 6. Syarah Kitab al-basyir al-nasriyyah fi ilmi al-mantiq (Kairo, 1898) 7. Taqrir fi Islah al-mahakim al-syari ah(kairo, 1900) 23

8. Al-Islam wa al-nasriyyah ma a al-ilmi wa al-madaniyyah (Kairo, 1902) 9. Risalah al-tauhid, tahun 1969. 10. Tafsir Juz Amma dan Surah al- Asr. Penulis hendak meneliti karya Muhammad Abduh yang berjudulrisalah Tauhid, yang membicarakan tema Konsep Kenabian Dan Wahyu Menurut Muhammad Abduh. C. Ide Pemikirannya Mengenai ide-ide dan pemikiran Muahammad Abduh sungguh sangat berpengaruh dalam dunia Islam. Tidak heran dia sangat dikenal di dunia pengetahuan Islam,sejarah mengatakan bahwa pengaruh Abduh hampir menyebar keseluruh penjuru dunia. Baik wilayah Timur, hingga sampai ke wilayah Eropa Barat sana. Muhammad Abduh selain teolog juga seorang pembaharu Islam, yang mana ia mengapreasikan ide pemikirannya di dalam membangun dunia Islam. Yang maksud dan tujuannya agar berkembang dari sikap paham Jumud. Maksud arti kata Jumud mengandung makna keadaan membeku, keadaan statis, dan tak ada perobahan 17. Inilah yang membuat ummat Islam masa itu mengalami keterpurukan akan ilmu pengetahuan. Abduh menjadi salah satu pelopor perubahan yang menjadi penggerak ummat menuju kehidupan yang lebih baik. Sebagaimana yang diterangkan Muhammad Abduh dalam Al-Islam Din al-ilm wa al-madaniah, yang mana ummat Islam dipengaruhi oleh 17 Harun Nasution, Pembaharuan Dalam Islam (Sejarah Pemikiran dan Gerakan), PT. Bulan Bintang, Jakarta, 1992, hal. 62 24

pahamdinamisme dan adat-istiadat dari bangsa yang jahil dan tidak kenal pada ilmu pengetahuan 18. Inilah alasannya mengapa ia mengadakan pengkajian ulang akan ilmu baru yang berujung pada landasan al-qur an dan sunnah. Demi untuk menolong ummat Islam pada masa itu, perlu kiranya dikembalikan kepada ajaran aslinya. Abduh ingin agar setiap orang mampu melepaskan diri dari paham kejumudan yang selama ini mempengaruhi dan menyesatkan ummat Islam. Perlu ditegaskan bahwa menurut Muhammad Abduh tidak cukup hanyadengan mengembalikannya kepada ajaran aslinya, tetapi perlu disesuaikan dengan keadaan modern sekarang. Penyesuaian itu menurut Muhammad Abduh bahwa ajaran Islam dapat dibagi kepada dua kategori, ibadat dan mu amalat (hidup kemasyarakatan manusia) yang ia tonjolkan. Karena Abduh melihat bahwa ajaran yang terdapat didalam al-qur an dan Hadis bersifat tegas, jelas dan terperinci. Menurut Abduh, manusia hidup menurut akidahnya. Bila akidahnya benar, maka akan benar pulalah perjalanan hidupnya. Dan akidah itu akan betul apabila orang mempelajarinya dengan cara yang betul pula. Pendirian ini pulalah yang meneguhkan Abduh untuk menegakkan tauhid dan berjuang untuk itu dalam hidupnya. Ia mengajar dan menulis tentang tauhid untuk umum dan mahasiswa. Salah satu karangannya ialah Risalah Tauhid. Buku ini mempunyai tingkat kesulitan yang sangat tinggi, dan buku ini juga disesuaikan dengan 18 Ibid. 25

tingkatan orang-orang yang akan menerimanya; akademis, filosofis, mendalam dan tidak dapat dipahami hanya sekilas saja 19. Selain itu, Abduh juga memegang pengaruh penting di beberapa bagian seperti teolog, syari ah dan pendidikan. Menurut Abduh teolog mempunyai dua obyek kajian, yaitu tentang Allah dan tentang Rasul. Kajiannya tidak hanya mengenai wujud Allah, tetapi juga manusia sebagai makhluk ciptaan Allah. Dari sinilah sistem teologinya ditemukan pengkajian tentang perbuatan manusia (af al al- badah) di samping masalah-masalah ketuhanan lainnya 20. 19 Muhammad Abduh, Risala al-tauhid (Risalah Tauhid),op. cit., hal. xii 20 Arbiyah Lubis, Pemikiran Muhammadiyah dan Muhammad Abduh (suatu studi perbandingan), hal. 125 26