BAB I PENDAHULUAN. usia lanjut di Indonesia diperkirakan antara tahun sebesar 414 %

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang penelitian. dari 72 tahun di tahun 2000 (Papalia et al., 2005). Menurut data Biro Pusat Statistik

I. PENDAHULUAN. sesuai kemampuannya (Darmajo, 2009).

tahun 2005 adalah orang, diprediksi pada tahun 2020 menjadi orang dan

BAB I PENDAHULUAN. System) pada vertebrata dan banyak invertebrata lainnya.otak mengatur dan

BAB 1 PENDAHULUAN. Menurut WHO (World Health Organization) pada tahun 2010, dengan masalah kesehatan). Menurut Sumiati Ahmad Mohammad, masa

Perkembangan Sepanjang Hayat

BAB V PEMBAHASAN. A. Hasil Belajar Pretest Pada Kelompok Eksperimen dan Kelompok. Berdasarkan tabel 4.6 menunjukkan bahwa nilai rerata pretest pada

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB 1 PENDAHULUAN. meningkat hingga dua kali lipat pada tahun 2025 (Depkes, 2013). Hal ini

BAB I PENDAHULUAN. mencapai usia 60 tahun ke atas. Lansia adalah seorang laki-laki atau

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Di seluruh dunia saat ini terjadi transisi demografi dimana proporsi

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Anak usia dini merupakan anak yang memiliki masa keemasan bagi

BAB 1 PENDAHULUAN. berkala, enyahkan asap rokok, rajin senam osteoporosis, diet sehat dan seimbang,

BAB I PENDAHULUAN. intelektual dibawah rata-rata, ketidakmampuan menyesuaikan perilaku, serta

BAB I PENDAHULUAN. penduduknya. Indonesia sebagai salah satu negara dengan tingkat perkembangan yang

BAB I PENDAHULUAN. Dennison (2002) mengatakan bahwa Brain Gym adalah serangkaian gerak

BAB I PENDAHULUAN. kontraksi otot, elastisitas dan fleksibilitas otot, serta kecepatan dan waktu

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Randy Suwandi Yusuf, 2013

BAB I PENDAHULUAN. perasaan, dan interaksi dengan lingkungan sehingga mengakibatkan anak-anak

BAB I PENDAHULUAN. Memori yang digunakan adalah memori jangka pendek. pada fungsi otak. Ketika seorang anak belajar memerlukan kemampuan

BAB I PENDAHULUAN. untuk stimulasi potensi-potensi anak, sehingga secara nature dan nurture anak

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Proses perkembangan terjadi sangat cepat pada masa anak-anak. Tiga

BAB 1 PENDAHULUAN. menimbulkan berbagai macam penyakit yang dapat membahayakan. kesehatan manusia, salah satu diantanranya stroke.

BAB IX. Hubungan Antara Proses Penginderaan dan Persepsi

I. PENDAHULUAN. hidupnya sehari-hari dan menerima nafkah dari orang lain. Indonesia menurut survey Badan Pusat Statistik (BPS) tahun 2006

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu indikator keberhasilan pembangunan kesehatan di Indonesia

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Rahmad Santoso, 2014

BAB I PENDAHULUAN. dibandingkan dengan fase bayi. Anak usia 4 6 tahun rata-rata penambahan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian Nera Insan Nurfadillah, 2013

BAB I PENDAHULUAN. Lansia adalah bagian dari proses tumbuh kembang. Manusia tidak

BAB I PENDAHULUAN. secara biologis maupun psikologis. Memasuki usia tua berarti mengalami

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Anak usia sekolah merupakan investasi bangsa, dikarenakan anak usia sekolah sebagai generasi penerus dan

EFEKTIVITAS BRAIN GYM DALAM MENINGKATKAN KONSENTRASI BELAJAR PADA ANAK

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian. Lanjut usia (lansia) adalah perkembangan terakhir dari siklus kehidupan.

BAB I PENDAHULUAN. usia tua di Indonesia akan mencapai 23,9 juta atau 9,77% dan usia harapan

BAB I PENDAHULUAN. untuk diamati karena dari tahun ke tahun jumlahnya cenderung meningkat.

BAB I PENDAHULUAN. Jepang 129%, Jerman 66%, dan Swedia 33% (Depkes,2003). Indonesia termasuk salah satu negara Asia yang pertumbuhan penduduk

E-JUPEKhu (JURNAL ILMIAH PENDIDIKAN KHUSUS)

Rentang perhatian pada anak pra-sekolah sangat dipengaruhi oleh banyak faktor, misalnya

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Pada bab ini akan diuraikan lebih jauh mengenai teori-teori yang

BAB I PENDAHULUAN. termasuk Indonesia. The United Nation telah memprediksikan bahwa

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. dilakukan di Puskesmas Wonosari pada bulan September-Oktober 2016.

2016 PENGARUH MED IA PUZZLE KERETA API D ALAM MENYAMBUNGKAN SUKU KATA UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN MEMBACA PERMULAAN ANAK D OWN SYND ROM

IRMA MUSTIKA SARI J

BAB 1 PENDAHULUAN. normalnya secara perlahan (Darmojo, 2009). Dalam proses tersebut akan

BAB I PENDAHULUAN. Demensia merupakan jenis penyakit tidak menular, tetapi mempunyai. membahayakan bagi fungsi kognitif lansia.

BAB I PENDAHULUAN. juga secara fisiologis lebih rentan dibandingkan orang dewasa, dan memiliki

BAB I PENDAHULUAN. menggunakan otot-ototnya untuk bergerak. Perubahan pada perilaku motorik

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pertambahan jumlah penduduk lanjut usia di Indonesia semakin

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. merupakan salah satu aspek yang mendukung siswa untuk mencapai prestasi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Undang-undang pasal 28 ayat 2 bahwa setiap anak berhak atas

BAB I PENDAHULUAN. gembira dapat memotivasi anak untuk belajar. Lingkungan harus diciptakan

PENGINDERAAN & PERSEPSI

Permasalahan Anak Usia Taman Kanak-Kanak Oleh: Nur Hayati, S.Pd PGTK FIP UNY

BAB I PENDAHULUAN. penduduknya (Padila, 2013). Pada tahun 2012, UHH penduduk dunia rata rata

BAB I PENDAHULUAN. merupakan penyebab kematian urutan ke-3 di negara-negara maju setelah

BAB I PENDAHULUAN. berbagai periode penting yang terjadi dalam kehidupan anak selanjutnya sampai periode akhir

BAB I PENDAHULUAN. remote control, komputer, lift, escalator dan peralatan canggih lainnya

BAB I PENDAHULUAN. dapat memngganggu aktivitas dalam kehidupan sehari-hari (Stanley and

BAB I PENDAHULUAN. Selama masa awal anak-anak, seorang anak mengalami peningkatan yang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. ekonomi berkepanjangan juga merupakan salah satu pemicu yang. memunculkan stress, depresi, dan berbagai gangguan kesehatan pada

SKRIPSI. Disusun Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Gelar Sarjana Sains Terapan Fisioterapi. Disusun Oleh:

UKDW BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Setiap individu mengalami proses perkembangan semasa hidupnya, mulai

Peningkatan atau penurunan kemampuan pemecahan masalah dan kreativitas

BAB 1 PENDAHULUAN. lain. Seseorang yang berusia lanjut akan mengalami perubahan-perubahan

BAB I PENDAHULUAN. diperkirakan akan mencapai 1,2 milyar. Di negara maju seperti Amerika Serikat

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Lia Afrilia,2013

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia adalah termasuk negara yang memasuki era penduduk

BAB I PENDAHULUAN. Penanganan mempunyai makna upaya-upaya dan pemberian layanan agar

BAB I PENDAHULUAN. diberikan sejak dini dengan layak. Oleh karena itu, anak memerlukan program

PERBEDAAN LINGKUP GERAK SENDI FUNGSIONAL TRUNK PADA LANSIA DI POSYANDU ASOKA DAN POSYANDU JAGA RAGA VII

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan yang masih ada di Indonesia adalah Hipotiroid.

BAB II KONSEP DASAR A. PENGERTIAN. Halusinasi adalah suatu persepsi yang salah tanpa dijumpai adanya

BAB 1 PENDAHULUAN. Bagan 1.1. Bagan Penyebab Gangguan Kesulitan Belajar (Sumber: Koleksi Penulis)

BAB I PENDAHULUAN. berjalan normal sesuai dengan tahapan normalnya adalah hal yang paling

BAB I PENDAHULUAN. (Maryam, 2008). Secara umum kondisi fisik seseorang yang telah memasuki usia lanjut

manusia mengalami banyak perubahan dari segi fisik dan mental. Penuaan adalah salah satu

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Manusia dalam hidupnya mengalami perkembangan dalam serangkaian

BAB II TINJAUAN TEORETIS

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Setiap anak akan melewati tahap tumbuh kembang secara fleksibel dan

BAB II TINJAUAN TEORI. dengan orang lain (Keliat, 2011).Adapun kerusakan interaksi sosial

FUNGSI LUHUR. Mata Kuliah: ANATOMI OTAK; Pertemuan ke 9&10; Jurusan PLB

SURVEY KEMAMPUAN MOTORIK SISWA KELAS IV SEKOLAH DASAR MUHAMMADIYAH SE-KECAMATAN TAMAN SIDOARJO TAHUN AJARAN DIDIK CAHYO WICAKSONO ABSTRAK

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

2015 PEMBELAJARAN TARI MELALUI STIMULUS GERAK BURUNG UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN KINESTETIK PADA ANAK TUNAGRAHITA SEDANG DI SLB YPLAB LEMBANG

BAB I PENDAHULUAN. fisiologis (Maramis, 2009). Menua bukanlah suatu penyakit tetapi merupakan

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Kata media berasal dari bahasa latin yaitu medium yang secara harfiah berarti

BAB I PENDAHULUAN. sejajar atau menyeluruh agar dapat menghasilkan insan sumber daya manusia yang

BAB I PENDAHULUAN. mencapai hal tersebut, salah satu usaha yang dilakukan adalah mendidik anak

BAB I PENDAHULUAN. berlangsung dengan sangat cepat, hal ini terlihat dari sikap anak yang terlihat jarang

II. Deskripsi Kondisi Anak

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Salah satu tolak ukur kemajuan suatu bangsa seringkali dilihat dari angka harapan hidup penduduknya. Indonesia sebagai salah satu negara berkembang, memiliki angka harapan hidup penduduk yang semakin meningkat sejalan dengan meningkatnya taraf hidup dan pelayanan kesehatan kepada masyarakat. Menurut Kinsella dan Taeuber, peningkatan jumlah orang usia lanjut di Indonesia diperkirakan antara tahun 1990-2025 sebesar 414 % (Darmojo, 2004). Kondisi ini akan menempatkan Indonesia pada urutan ke-3 yang memiliki populasi usia lanjut terbanyak di dunia pada tahun 2020, setelah Cina dan India (Wirakusumah, 2002). Usia tua atau sering disebut senescence merupakan suatu periode dari rentang kehidupan yang ditandai dengan perubahan atau penurunan fungsi tubuh, biasanya mulai pada usia yang berbeda untuk individu yang berbeda (Papalia, 2001). Secara kronologis berbagai sumber menyebutkan bahwa usia lanjut dimulai pada usia sekitar 60 tahun. Usia lanjut dipersepsikan sebagai tahap akhir dalam kehidupan individu dimana pada masa tersebut disertai dengan penurunan berbagai kemampuan (Aiken, 1995). Kemampuan fisik merupakan sesuatu yang secara nyata penurunannya terlihat pada semua orang berusia lanjut, selain itu pada sebagian lansia juga terdapat penurunan pada area kognitif, sosial psikologis serta ekonomi. 1

Kondisi tersebut antara lain disebabkan oleh penurunan pada fungsi fisik, indera, dan kognitifnya. Secara fisik mereka menjadi lebih lemah, tangan atau kaki terasa kaku, tremor, kurang koordinasi visual-motorik. Dari segi penginderaan, lansia juga mengalami beberapa penurunan. Ketajaman persepsi visual, pendengaran, pengecapan, kinestesi serta indera penciuman pada umumnya tidak sebagus di masa mudanya. Kemampuan indera juga cenderung menurun, yang menyebabkan lansia antara lain menjadi berkurang ketajaman penglihatannya dan pendengarannya, kurang mampu mengecap rasa asin, manis dan seterusnya. Fungsi kognitif yang cenderung menurun menyebabkan lansia mengalami kepikunan, dan sulit mempelajari atau memahami hal-hal baru. Menurut Aiken (1995) secara kognitif lansia mengalami beberapa perubahan gradual khususnya dalam kemampuan memori (daya ingat). Pada umumnya lansia mulai mengalami penurunan kapasitas memori jangka pendek, kadang dapat pula terjadi distorsi kognitif. Kognitif merupakan aktivitas fisik dan mental yang diformulasikan dengan kemampuan berfikir, mengingat, belajar, dan bahasa yang merupakan proses kerja otak yang terdiri dari atensi, memori, visuospatial, bahasa dan fungsi eksekutif (Anonim, 2010). Kognitif terdiri dari berbagai fungsi, meliputi oreintasi, bahasa, atensi, kalkulasi, memori, konsturksi, dan penalaran (Goldman, 2000). Mathur dan Moschis (2005) menjelaskan bahwa perubahan kognitif seseorang dikarenakan perubahan biologis yang dialaminya dan umumnya berhubungan dengan proses menua (Ong, et al 2008). Faktor-faktor yang 2

berhubungan dengan keluhan gangguan kognitif pada lansia adalah faktor umur, kesulitan merawat diri sendiri, tingkat keparahan perasaan sedih, rendah diri dan tertekan, kesulitan melaksanakan aktivitas, social serta pendidikan. Gangguan fungsi kognitif adalah suatu gangguan fungsi luhur otak berupa gangguan orientasi, perhatian, konsentrasi, daya ingat dan bahasa serta fungsi intelektual (Friedl et al., 1996) Dr Silvia menjelaskan, banyak penelitian mengenai proses menua yang normal menyatakan kemampuan intelektual mulai menurun pada usia 80 tahun. Pada penelitian jangka panjang, IQ verbal menurun kurang lebih 5 % pada usia 70 tahun dan 10 % pada usia 80 tahun. Tetapi ada yang mencapai usia 90 tahun fungsi kognitifnya relatif stabil. Penampilan fungsi kognitif yang baik, harus didukung pula oleh atensi atau konsentrasi yang baik. Atensi yang terganggu akan mempunyai dampak terhadap fungsi kognitif lain seperti memori, bahasa dan fungsi eksekutif. Pada penelitian terhadap proses menua yang normal, penurunan fungsi atensi mulai usia 20 tahun. Sebaliknya, kemampuan memori pada usia 75 tahun menurun 25 % dibanding usia 20 tahun. Gangguan utama fungsi memori pada proses menua berhubungan dengan pemindahan informasi dari penyimpanan sementara pada tempat penyimpanan permanen di otak yang berkaitan dengan memori baru (Rahmawati, 2004). Brain Gym merupakan latihan yang berasal dari pendekatan Touch for Health ( Sentuh agar sehat ), yang mengaktifkan dan melancarkan energy-energi tubuh melalui sentuhan-sentuhan pada titik-titik tertentu di 3

tubuh manusia. Brain gym membuka bagian-bagian otak yang sebelumnya tertutup atau terhambat sehingga kegiatan belajar / bekerja berlangsung dengan menggunakan seluruh otak ( Whole Brain Learning ). Senam otak ini dikenal juga sebagai jalan keluar bagi bagian-bagian otak yang terhambat agar dapat berfungsi maksimal (Dennison, 2003). Prinsip senam ini adalah melakukan gerakan-gerakan menyilang melewati garis tengah yang disambung dengan Corpus Caflosum. Senam otak akan memperlancar aliran darah dan oksigen ke otak, tetapi juga merangsang kedua belahan otak untuk bekerja, serta dapat mengaktifkan otak pada tiga dimensi, yakni lateralitaskomunikasi, pemfokusan-pemahaman dan pemusatan-pengaturan. Gerakangerakan ringan dengan permainan melalui olah tangan dan kaki dapat memberikan rangsangan atau stimulus pada otak. Gerakan yang menghasilkan stimulus itulah yang dapat meningkatkan kemampuan kognitif, juga dapat meningkatkan daya ingat, meningkatkan ketajaman pendengaran dan penglihatan, mengurangi kesalahan membaca, memori, dan kemampuan komprehensif pada kelompok dengan gangguan bahasa, hingga mampu meningkatkan respons terhadap rangsangan visual (Fajar, 2009). B. Identifikasi Masalah Proses menua merupakan suatu peristiwa alamiah yang tak terhindarkan. Pada awal kehidupan manusia, perubahan dari satu tahap ke tahap lain bersifat evolusional menuju tahap kesempurnaan baik emosional maupun fungsional organ-organ tubuh. Perubahan atau kemunduran tersebut dikenal dengan istilah menua atau proses penuaan. Pada lansia yang sehat 4

(normal aging), kemunduran intelektual secara fisiologis juga terjadi. Beberapa penelitian menunjukkan bahwa kemunduran kognitif pada lansia berbeda antara satu lansia dengan lansia lainnya, baik dari segi waktu maupun berat ringannya perubahan (Sidiarto, 2003). Masalah-masalah yang sering terjadi pada usia lanjut yaitu, forgetfulness (mudah lupa), tidak merasa cerdas, sukar belajar, susah berkomunikasi dan berhubungan. Mudah lupa merupakan fenomena yang paling sering ditemukan dalam kehidupan sehari-hari pada usia lanjut. Menurut penelitian, kemampuan kognitif umum seorang usia lanjut normal tidak menurun sampai usia 90 tahun (Waite et al, 1996). Sedangkan forgetfulness terjadi mulai usia pertengahan. Cummings dan Benson (1992) memperkirakan 39 % orang berusia 50 59 tahun mengalami forgetfulness. Pada usia lebih dari 80 tahun forgetfulness frekuensinya meningkat menjadi 85 %. Hal ini terjadi berhubungan dengan proses menua sel-sel otak yang bekerja untuk fungsi mengingat (memori). Memori yang menurun adalah kemampuan menyebut nama benda (naming) dan kecepatan mencari kembali informasi yang tersimpan maupun mempelajari hal-hal baru. Kemampuan kognitif lainnya seperti daya pikir, abstraksi, kemampuan berbahasa, kemampuan visuopasial tidak menurun dengan penambahan usia. Lupa normal yang masih sesuai dengan penambahan usia adalah jika terjadinya hanya sesekali, hanya sebagian peristiwa saja yang terlupa (tidak seluruhnya), ada perlambatan dalam mengingat namun masih sanggup mengingat jika 5

diberikan catatan bantuan. Dari segi fungsional biasanya individu masih mandiri dan aktif. Miller (1995), menjelaskan bahwa menurunnya kemampuan kognitif lansia diperlihatkan dengan penurunan dalam kemampuan kognitif seperti abstraksi, kalkulasi, kelancaran dalam bicara, kemampuan verbal dan orientasi. Penurunan kemampuan kognitif dipengaruhi oleh beberapa faktor diantaranya motivasi, harapan, kepribadian, pola belajar, kemampuan intelektual, tingkat pendidikan, latar belakang sosiokultural dan status kesehatan (Sidiarto & Kusumoputra, 2003). Menurunnya kemampuan kognitif sering kali dianggap sebagai masalah biasa dan merupakan hal yang wajar terjadi pada mereka yang berusia lanjut. Padahal, menurunnya kemampuan kognitif ditandai dengan banyak lupa merupakan salah satu gejala awal kepikunan. Perubabahan fungsi kognitif pada usia lanjut di akibatkan oleh proses penuaan dibuktikan dengan adanya perubahan signifikan pada korteks frontalis yang ditunjukkan oleh imaging maupun analisis posmortem (Riddle & Schindler, 2007). Perbandingan gambaran histologis maupun brain image antara dewasa muda Versus lansia menunjukkan secara jelas bahwa terdapat perubahan struktur otak manusia seiring bertambahnya usia, walaupun tanpa adanya penyakit neurodegeneratif. Gambaran otak pada lansia menunjukkan terjadinya reduksi selektif regional baik pada substansia alba maupun substansia grisea. Korteks frontal mengalami perubahan paling dramatis dan 6

perubahan tersebut berkaitan erat dengan defisit kognitif seseorang (Riddle & Schindler, 2007). Salah satu upaya untuk mencegah terjadinya penurunan kognitif, yaitu dengan melakukan gerakan atau latihan fisik. Secara umum, terdapat dua macam latihan yang dapat meningkatkan potensi kinerja otak yakni meningkatkan kebugaran secara umum dan melakukan senam otak (brain gym) (Sidiarto & Kusumoputra, 2003). Brain gym merupakan salah satu jenis senam yang dapat digunakan untuk menghambat penurunan fisik serta mental. Brain gym sendiri merupakan serangkaian gerakan senam yang berfungsi untuk meningkatkan kemampuan otak. Di dalam brain gym seseorang berlatih melakukan gerakan-gerakan yang diperlukan untuk memperbaiki integrasi otak. Bagi orang lanjut usia latihan senam ini dapat membantu memberdayakan bagian-bagian otak yang sebelumnya terhambat serta membantu peningkatan energi melalui gerakan-gerakan dalam kegiatan seharihari (Dennison & Dennison, 2003). C. Pembatasan Masalah Karena keterbatasan alat ukur, biaya dan waktu, maka yang diteliti dalam penelitian ini adalah pengaruh brain gym terhadap kemampuan kognitif pada lanjut usia. D. Perumusan Masalah Berdasarkan uraian dalam latar belakang masalah diatas, peneliti membuat rumusan masalah sebagai berikut : Apakah ada pengaruh brain gym terhadap kognitif pada lansia?. 7

E. Tujuan Penelitian Tujuan peneliti melakukan penelitian ini adalah sebagai berikut : untuk mengetahui pengaruh brain gym terhadap kemampuan kognitif pada lansia. F. Manfaat Penelitian Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi : 1. Bagi Peneliti Untuk meningkatkan pengetahuan tentang brain gym yang dapat diberikan pada lanjut usia untuk meningkatkan kognitif. 2. Bagi IPTEK Memberikan sumbangan bagi perkembangan ilmu pengetahuan, khususnya para lansia dan fisioterapi, dengan adanya data-data yang menunjukkan pengaruh brain gym terhadap kognitif pada lanjut usia. 3. Bagi Fisioterapi Menambah khasanah pengetahuan mengenai brain gym/senam otak yang dapat diberikan ke usia lanjut atau manula yang mengalami penurunan memori, fungsi gerak keseimbangan, penurunan koordinasi dsb. 4. Bagi Masyarakat Memberikan pengetahuan tentang peran serta fisioterapi dalam meningkatkan kesahatan dan kesejahteraan pada manula atau lanjut usia. 8