APLIKASI SISTEM KOORDINAT DALAM PENENTUAN ARAH SALAT UMAT ISLAM

dokumen-dokumen yang mirip
APLIKASI ATURAN COSINUS DAN SINUS SEGITIGA BOLA DALAM PERHITUNGAN ARAH KIBLAT (SEBUAH RELASI ANTARA MATEMATIKA DAN AGAMA)

PENGENALAN PENGUKURAN ARAH KIBLAT DI TINGKAT MADRASAH IBTIDAIYAH/SEKOLAH DASAR MELALUI MATA PELAJARAN MATEMATIKA MATERI PENGUKURAN SUDUT

KONSEP KESEJAJARAN GARIS DALAM GEOMETRI EUCLID DAN GEOMETRI RIEMANN SERTA APLIKASINYA DALAM KAJIAN ILMU FALAK

BAB IV ANALISIS PEMIKIRAN SAADOEDDIN DJAMBEK TENTANG ARAH KIBLAT. A. Penentuan Arah Kiblat Pemikiran Saadoeddin Djambek

BAB IV ANALISIS PENENTUAN ARAH KIBLAT DALAM KITAB. A. Analisis Penentuan Arah Kiblat dengan Bayang- bayang Matahari dalam

BAB IV ANALISIS METODE PENGUKURAN ARAH KIBLAT SLAMET HAMBALI. A. Analisis Konsep Pemikiran Slamet Hambali tentang Metode

PERHITUNGAN ARAH KIBLAT MENURUT SUSIKNAN AZHARI (Tinjauan Matematika dan Astronomi dalam Buku Ilmu Falak Perjumpaan Khazanah Islam dan Sains Modern)

Simulasi Penentuan Sudut Arah Kiblat dengan Metode Segitiga Bola Menggunakan Bahasa Pemrograman GUI MatLab R2009

BAB IV APLIKASI DAN UJI AKURASI DATA GLOBAL POSITIONING SYSTEM (GPS) DAN AZIMUTH MATAHARI PADA SMARTPHONE BERBASIS ANDROID UNTUK HISAB ARAH KIBLAT

MENGENAL GERAK LANGIT DAN TATA KOORDINAT BENDA LANGIT BY AMBOINA ASTRONOMY CLUB

RUMUS-RUMUS SEGITIGA BOLA

SEGITIGA BOLA DAN ARAH KIBLAT

Analisis Perbedaan Perhitungan Arah Kiblat pada Bidang Spheroid dan Ellipsoid dengan Menggunakan Data Koordinat GPS

BAB IV ANALISIS FORMULA PENENTUAN ARAH KIBLAT DENGAN THEODOLIT DALAM BUKU EPHEMERIS HISAB RUKYAT 2013

TELAAH KETEPATAN DAN KEAKURATAN DALAM PENENTUAN ARAH KIBLAT

MAKALAH SEGITIGA BOLA. disusun guna memenuhi tugas mata kuliah Astronomi. Program Studi Pendidikan Fisika. oleh. 1. Dyah Larasati ( )

BAB IV ANALISIS KOMPARASI ISTIWAAINI KARYA SLAMET HAMBALI SEBAGAI PENENTU ARAH KIBLAT DENGAN THEODOLIT

5. BOLA LANGIT 5.1. KONSEP DASAR SEGITIGA BOLA

BAB IV UJI AKURASI AWAL WAKTU SHALAT SHUBUH DENGAN SKY QUALITY METER. 4.1 Hisab Awal Waktu Shalat Shubuh dengan Sky Quality Meter : Analisis

0 o 0 0 BT. Dari hasil perhitungan diperoleh azimuth Mushola Miftahul Huda terhadap

(Fenomena Matahari di Atas Ka bah) Pandapotan Harahap NIM: Abstrak

APLIKASI SEGITIGA BOLA DALAM RUMUS-RUMUS HISAB RUKYAT

BAB IV ANALISIS METODE HISAB AWAL WAKTU SALAT AHMAD GHOZALI DALAM KITAB ṠAMARĀT AL-FIKAR

KAJIAN ALGORITMA MEEUS DALAM MENENTUKAN AWAL BULAN HIJRIYAH MENURUT TIGA KRITERIA HISAB (WUJUDUL HILAL, MABIMS DAN LAPAN)

Datum Geodetik & Sistem Koordinat Maju terus

TRANSFORMASI KOORDINAT BOLA LANGIT KE DALAM SEGITIGA BOLA (EQUATORIAL DAN EKLIPTIKA) DALAM PENENTUAN AWAL WAKTU SALAT

BAB I SISTEM KOORDINAT

BAB IV ANALISIS PENGGUNAAN BINTANG SEBAGAI PENUNJUK ARAH KIBLAT KELOMPOK NELAYAN MINA KENCANA DESA JAMBU KECAMATAN MLONGGO KABUPATEN JEPARA

BAB IV ANALISIS KOMPARATIF METODE HISAB ARAH KIBLAT AHMAD GHAZALI DALAM KITAB ANFA AL-WASÎLAH DAN IRSYÂD AL- MURÎD

BAB II HAL-HAL YANG BERHUBUNGAN DENGAN ARAH KIBLAT

Tugas Akhir. Andhika Prastyadi N Teknik Geomatika FTSP ITS

BAB IV ANALISIS PEDOMAN WAKTU SHALAT SEPANJANG MASA KARYA SAĀDOE DDIN DJAMBEK. A. Analisis Metode Hisab Awal Waktu Salat Saādoe ddin Djambek dalam

SISTEM INFORMASI ARAH KIBLAT DAN JADWAL WAKTU SHALAT BERBASIS ANDROID

BAB IV ANALISIS HISAB ARAH KIBLAT MUHAMMAD KHUMAIDI JAZRY DALAM KITAB AL-KHULASHAH FI AL-AWQAT AL-SYAR IYYAH BI AL-LUGHARITMIYYAH

BAB IV ANALISIS METODE HISAB AWAL WAKTU SALAT AHMAD GHOZALI DALAM KITAB IRSYÂD AL-MURÎD. A. Analisis Metode Hisab Awal Waktu Salat Ahmad Ghozali dalam

BAB IV ANALISIS PERBANDINGAN HISAB IRTIFA HILAL MENURUT ALMANAK NAUTIKA DAN NEWCOMB

BAB IV ANALISIS SISTEM HISAB ARAH KIBLAT DR. ING KHAFID DALAM PROGRAM MAWĀQIT 2001

Materi : Bab IV. PROYEKSI PETA Pengajar : Ira Mutiara A, ST

BAB IV ANALISIS PEMIKIRAN HISAB ARAH KIBLAT KH. NOOR AHMAD SS DALAM KITAB SYAWAARIQUL ANWAAR

BAB IV ANALISIS PENENTUAN ARAH KIBLAT DENGAN LINGKARAN JAM TANGAN ANALOG. A. Prinsip Penentuan Arah Kiblat dengan Menggunakan Lingkaran Jam

BAB I PENDAHULUAN. Ilmu falak merupakan ilmu yang sangat penting dalam kehidupan kita.

Prosiding Seminar Nasional Fisika dan Pendidikan Fisika (SNFPF) Ke Volume 6 Nomor ISSN :

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

Matematika Astronomi: Bagaimana Matematika Mempelajari Alam 1

BAB III ARAH KIBLAT PEMIKIRAN SAADOEDDIN DJAMBEK DALAM BUKU ARAH QIBLAT

Bab ini memperkenalkan mengenai proyeksi silinder secara umum dan macam proyeksi silinder yang dipakai di Indonesia.

BAB IV ANALISIS TERHADAP PEDOMAN PRAKTIS PENENTUAN ARAH KIBLAT KARYA M. MUSLIH HUSEIN

SISTEM KOORDINAT GEOGRAFIK

PERANGKAT LUNAK UNTUK PERHITUNGAN SUDUT ELEVASI DAN AZIMUTH ANTENA STASIUN BUMI BERGERAK DALAM SISTEM KOMUNIKASI SATELIT GEOSTASIONER

: Jarak titik pusat benda langit, sampai dengan Equator langit, di ukur sepanjang lingkaran waktu, dinamakan Deklinasi. Jika benda langit itu

Kajian Penentuan Arah Kiblat Secara Geodetis

BAB I PENDAHULUAN. mengalami perkembangan sesuai tuntutan zaman, baik pada zaman pra-

BAB I PENDAHULUAN. Arah kiblat adalah arah terdekat menuju Ka bah (al-masjid al-haram)

BAB IV ANALISIS KOMPARATIF METODE HISAB AWAL WAKTU SALAT AHMAD GHAZALI DALAM KITAB ANFA AL-WASÎLAH DAN NOOR AHMAD DALAM KITAB SYAWÂRIQ AL-ANWÂR

MATEMATIKA ASTRONOMI: BAGAIMANA MATEMATIKA MEMPELAJARI ALAM

TATA KOORDINAT BENDA LANGIT. Kelompok 6 : 1. Siti Nur Khotimah ( ) 2. Winda Yulia Sari ( ) 3. Yoga Pratama ( )

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

METODE PENGUKURAN ARAH KIBLAT DENGAN SEGITIGA SIKU-SIKU DARI BAYANGAN MATAHARI SETIAP SAAT

Selain besaran pokok dan turunan, besaran fisika masih dapat dibagi atas dua kelompok lain yaitu besaran skalar dan besaran vektor

BAB I PENDAHULUAN. menimbulkan masalah karena Rasulullah saw. ada bersama-sama sahabat dan

AS Astronomi Bola. Suhardja D. Wiramihardja Endang Soegiartini Yayan Sugianto Program Studi Astronomi FMIPA Institut Teknologi Bandung

Dosen : Haryono Putro, ST.,SE.,MT.

GEOMETRI EUKLID VERSUS GEOMETRI SFERIK. Sangadji *

METODE PENENTUAN ARAH KIBLAT DENGAN TEODOLIT

Telaah Penentuan Arah Kiblat dengan Perhitungan Trigonometri Bola dan Bayang-Bayang Gnomon oleh Matahari

BAB III METODE PENGUKURAN ARAH KIBLAT SLAMET HAMBALI. A. Sejarah Intelektual Slamet Hambali

BAB IV UJI KOMPARASI DAN EVALUASI QIBLA LASER SEBAGAI ALAT PENENTU ARAH KIBLAT. A. Konsep Penentuan Arah Kiblat Dengan Qibla Laser Setiap Saat Dengan

BAB II LANDASAN TEORI. hukum menghadap kiblat dan cara menentukan arah kiblat sangat

BAB IV ANALISIS SISTEM HISAB AWAL WAKTU SALAT PROGRAM MAWAAQIT VERSI A. Analisis Sistem Hisab Awal Waktu Salat Program Mawaaqit Versi 2001

APLIKASI SISTEM KOORDINAT BOLA DALAM PENENTUAN PUSAT DAN TINGGI RATA RATA WILAYAH KECAMATAN SE KABUPATEN BANYUMAS DENGAN BANTUAN PROGRAM MATLAB

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. A. Paparan Data Masjid Ulul Albab (UIN) Maulana Malik Ibrahim

BAB I PENDAHULUAN. benda-benda langit saat ini sudah mengacu pada gerak nyata. Menentukan awal waktu salat dengan bantuan bayang-bayang

BAB IV ANALISIS SISTEM HISAB AWAL BULAN QAMARIAH DR. ING. KHAFID DALAM PROGRAM MAWAAQIT. A. Analisis terhadap Metode Hisab Awal Bulan Qamariah dalam

BAB IV ANALISIS HISAB RASHDUL KIBLAT DUA KALI DALAM SEHARI KH. AHMAD GHOZALI DALAM KITAB JAMI AL-ADILLAH ILA MA RIFATI SIMT AL-QIBLAH

TATA CARA PEMBERIAN KODE NOMOR URUT WILAYAH KERJA PERTAMBANGAN MINYAK BUMI DAN GAS BUMI

BAB IV ANALISIS PENGGUNAAN DAN AKURASI BENCET DI PONDOK PESANTREN AL-MAHFUDZ SEBLAK DIWEK JOMBANG SEBAGAI PENUNJUK WAKTU SALAT

MEMBUAT PROGRAM APLIKASI FALAK DENGAN CASIO POWER GRAPHIC fx-7400g PLUS Bagian II : Aplikasi Perhitungan untuk Penggunaan Teodolit

PROGRAM APLIKASI FALAKIYAH Bagian IV : APLIKASI PERHITUNGAN UNTUK PENGGUNAAN SUNDIAL MIZWALA dengan Casio Power Graphic Fx-7400g Plus

BAB IV ANALISIS SISTEM HISAB AWAL BULAN KAMARIAH ALMANAK NAUTIKA DAN ASTRONOMICAL ALGORITHMS JEAN MEEUS

Konsep Geodesi untuk Data Spasial. by: Ahmad Syauqi Ahsan

BAB I PENDAHULUAN. Arah kiblat merupakan arah yang dituju oleh umat Islam dalam

MODEL MATERI PENGETAHUAN SUDUT DALAM PERKULIAHAN IPBA BAGI MAHASISWA FISIKA DAN APLIKASINYA DALAM MEMAHAMI JARAK ANTARBENDA-LANGIT (CELESTIAL BODIES)

BAB I PENDAHULUAN. dan seluruh tubuhnya ke arah Ka bah yang berada di Masjidil Haram, karena

By. Y. Morsa Said RAMBE

BAB I PENDAHULUAN. yang lain (Anonim, 2009). Sebagai raja, perkembangan matematika tidak

Hisab Awal Bulan Syawwal 1434 H

SEGITIGA BOLA. Kelompok 7. Saraswati Basuki Putri Nila Muna Intana Hesti Nikmah Safitri Alik Sus Adi

BAB IV ANALISIS METODE HISAB AWAL WAKTU SALAT DALAM KITAB ILMU FALAK METHODA AL-QOTRU KARYA QOTRUN NADA

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB IV ANALISIS METODE HISAB AWAL BULAN KAMARIAH QOTRUN NADA DALAM KITAB METHODA AL-QOTRU

Macam-macam Waktu. Universal Time dan Dynamical Time

KOMPETENSI. Menentukan nilai perbandingan trigonometri suatu sudut.

DAFTAR ISI DAFTAR GAMBAR DAFTAR TABEL DAFTAR LAMPIRAN DAFTAR LAMBANG DAN SINGKATAN

Jurnal Geodesi Undip Oktober 2016

PENINGKATAN PEMAHAMAN TAKMIR MASJID DI WILAYAH MALANG TERHADAP PENENTUAN AKURASI ARAH KIBLAT

BAB IV ANALISIS HISAB ARAH KIBLAT MENGGUNAKAN RUBU' MUJAYYAB. A. Analisis Akurasi Rubu Mujayyab dalam Perhitungan Arah Kiblat di

BAB V PENUTUP. Dari hasil penelitian penulis yang berjudul Perancangan Aplikasi. Mobile Phone, dapat diambil beberapa kesimpulan, bahwa :

BAB IV ANALISIS PERHITUNGAN ARAH KIBLAT DENGAN MENGGUNAKAN AZIMUT PLANET. A. Algoritma Penentuan Arah Kiblat dengan Metode Azimut Planet

PROGRAM APLIKASI FALAKIYAH DENGAN fx-7400g PLUS

BAB IV ANALISIS TERHADAP HISAB RUKYAT WAKTU SALAT ASAR. A. Analisis Kedudukan Bayang-Bayang Matahari Awal Waktu Salat

Transkripsi:

ISSN: 2088-687X 107 APLIKASI SISTEM KOORDINAT DALAM PENENTUAN ARAH SALAT UMAT ISLAM Agus Solikin Fakultas Syariah dan Hukum Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya agussolikin2@gmail.com ABSTRAK Kegunaan sistem koordinat dalam bidang datar diantaranya adalah menunjukkan letak atau posisi dari suatu titik. Berdasarkan hal ini, jika Bumi digambarkan dalam bidang datar (peta) maka dengan menggunakan konsep sistem koordinat maka suatu tempat di permukaan Bumi ini bisa diketahui secara matematis. Selaras dengan hal itu, dalam aktifitas kehidupan umat Islam sehari-hari ada bagian ibadah yang merupakan manifestasi ketaatan terhadap Tuhan-Nya yang tidak bisa terpisah dengan konsep sistem koordinat tersebut yaitu dalam hal penentuan arah salat umat Islam. Sehingga dengan redaksi yang berbeda, arah salat umat Islam secara sederhana bisa ditentukan dengan rumus perhitungan yang ada dalam kaidah ilmu falak dengan syarat data awal sudah terpenuhi dengan menggunakan konsep sistem koordinat. Berdasarkan hal tersebut, makalah ini bertujuan untuk mengetahui kegunaan dari sistem koordinat dalam penentuan arah umat Islam. Pada pekerjaan ini makalah dirancang dalam bentuk deskriptif kualitatif, dengan sumber data literatur-literatur yang terkait dengan fokus pembahasan dan data dikumpulkan dengan cara penelaahan dokumen-dokumen tersebut. Selanjutnya data yang terkumpul dianalisis dengan cara deskriptif analitis induktif yang menggunakan pendekatan grounded theory. Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan dapat diambil kesimpulan bahwa konsep sistem koordinat memberikan informasi atau data awal dalam perhitungan arah salat umat Islam berkenaan dengan lintang dan bujur suatu tempat. Kata kunci: sistem koordinat, Perhitungan Arah Salat Umat Islam ABSTRACT The usefulness of the coordinate system in the horizontal plane of which is to show the location or position of a point. Based on this, if the Earth is depicted in a horizontal plane (map) then using the concept of the coordinate system somewhere on the surface of the Earth can be known mathematically. In harmony with it, in the activities of Muslim life everyday there is a part of worship which is the manifestation of His obedience to God can not separate the concept of coordinate systems is that in terms of determining the direction of praying Muslims. So that the different editors, the Muslim direction of prayer simply be determined by calculation formulas contained in the rules of astronomy at the beginning of the data requirements are met by using the concept of coordinate systems. Based on this, this paper aims to determine the usefulness of the coordinate system in determining the direction of Muslims. This work is designed on paper in the form of descriptive qualitative data sources literature related to the focus of discussion and data collected by review of these documents. Furthermore, the data were analyzed with descriptive analytical method that uses inductive grounded theory approach. Based on research that has been done can be concluded that the concept of coordinate systems to provide information or data early in AdMathEdu Vol.5 No.2 Desember 2015 Aplikasi (Agus Solikin)

108 ISSN: 2088-687X the calculation of the Muslim direction of prayer regarding the latitude and longitude of a place. Keywords: coordinate systems, Calculation Direction pray Muslims Pendahuluan Permasalahan penentuan arah salat umat islam yang familiar dengan istilah qiblat, pernah mencuri perhatian khusus dalam kalangan umat Islam Indonesia. Hal ini terjadi pasca Majlis Ulama Indonesia (MUI) melalui fatwa no. 3 tahun 2010 tentang arah arah salat umat Islam Indonesia yang letaknya berada di timur makah maka yaitu kearah barat. Fatwa yang dimaksudkan sebagai jalan penyelesaian dan kemudahan di masyarakat ini justru menimbulkan masalah lagi. Menurut sebagian kalangan masyarakat muslim, fatwa MUI no 3 ini dianggap telah mengebirikan ilmu pengetahuan dan teknologi yang telah berkembang pada saat ini. Menanggapi gejolak tersebut, maka MUI melalui fatwanya No 5 Tahun 2010 merevisi tentang arah salat umat Islam di Indonesia yang sebelumnya dijelaskan hanya menghadap ke arah barat menjadi menghadap ke barat laut dengan posisi bervariasi sesuai dengan letak kawasan masing-masing. (Budiwati, 2011:1) Berpijak dari dua fatwa tersebut, menurut hemat penulis, tidak akan muncul jika setiap masyarakat muslim di Indonesia ini memahami tentang pengertian arah qiblat yang dipelajari dalam ilmu falak dan konsep sistem koordinat yang dipelajari dalam ilmu matematika. Arah salat umat Islam dalam ilmu falak dijelaskan bahwa arah kiblat umat Islam yaitu ka bah. Khazin (2005:69) bahwa kiblat adalah arah ka bah di Makkah yang harus dituju oleh orang yang sedang melakukan salat, sehingga semua gerakan salat, baik ketika berdiri, ruku, maupun sujud senantiasa berimpit dengan arah itu. Selaras dengan hal itu, maka berkenaan dengan penentuan arah salat umat Islam, secara tidak langsung sarat utama yang harus dipenuhi yaitu telah ditemukannya posisi ka bah dan tempat yang akan ditentukan. Untuk mengetahui posisi suatu tempat di dunia ini, maka hal ini tidak bisa dilepaskan dengan konsep dasar sistem koordinat dalam matematika. Berdasarkan latar belakang tersebut maka makalah ini mencoba untuk membahas tentang aplikasi konsep sistem koordinat dalam perhitungan arah salat umat Islam. Agar lebih sistematis dalam pembahasan makalah ini disusun dengan rancangan pembahasan yang meliputi Aplikasi (Agus Solikin) AdMathEdu Vol.5 No.2 Desember 2015

ISSN: 2088-687X 109 rumus perhitungan arah salat umat Islam beserta dengan ketentuan-ketentuannya, Analisis Matematis rumus perhitungan arah salat umat Islam, sistem koordinat, aplikasi sistem koordinat dalam perhitungan arah salat umat Islam, kesimpulan. Rumus dan Ketentuan Perhitungan Arah Salat Umat Islam Berkenaan dengan perhitungan arah salat umat Islam, sebagaimana dijelaskan sebelumnya dalam pendahuluan data utama yang paling dibutuhkan yaitu berkenaan dengan posisi tempat, yaitu posisi Ka bah yang menjadi pusat dari arah salat umat Islam dan posisi tempat yang akan dilakukan perhitungan. Posisi tempat dalam sistem astronomi ditunjukkan dengan Lintang dan Bujur tempat. Lintang maupun bujur terbagi dua yaitu lintang utara (LU) dan Lintang selatan (LS), bujur barat (BB), Bujur selatan (BS). Sedangkan. Lintang dan Bujur tempat Ka bah dalam makalah ini ditetapkan lintang LU dan bujur BT (Hambali 2011: 183). Sedangkan relasi antara bujur tempat ( ) yang akan dihitung dengan ketentuan perhitungan arah salat umat Islam yaitu 1. Jika ( ) BT, maka C = dengan arah kiblat menghadap kearah Timur 2. Jika ( ) BT, maka C = dengan arah kiblat menghadap kearah barat 3. Jika ( ) < BB, maka C = dengan arah kiblat menghadap kearah Timur 4. Jika ( ) BB, maka C = dengan arah kiblat menghadap kearah Barat. Berdasarkan empat kemungkinan arah kiblat tersebut dan selanjutnya direlasikan dengan kemungkinan posisi tempat di Bumi, maka akan memiliki delapan kemungkinan arah kiblat yaitu 1. Tempat yang berada di utara ka bah tapi bujurrnya berada pada kategori satu maka arah kiblatnya menghadap selatan timur 2. Tempat yang berada di selatan ka bah tapi bujurrnya berada pada kategori satu maka arah kiblatnya menghadap utara timur 3. Tempat yang berada di utara ka bah tapi bujurrnya berada pada kategori dua maka arah kiblatnya menghadap selatan barat 4. Tempat yang berada di selatan ka bah tapi bujurrnya berada pada kategori dua maka arah kiblatnya menghadap utara barat 5. Tempat yang berada di utara ka bah tapi bujurrnya berada pada kategori tiga maka arah kiblatnya menghadap selatan timur 6. Tempat yang berada di selatan ka bah tapi bujurrnya berada pada AdMathEdu Vol.5 No.2 Desember 2015 Aplikasi (Agus Solikin)

110 ISSN: 2088-687X kategori tiga maka arah kiblatnya menghadap utara timur 7. Tempat yang berada di utara ka bah tapi bujurrnya berada pada kategori dua maka arah kiblatnya menghadap selatan barat 8. Tempat yang berada di selatan ka bah tapi bujurrnya berada pada kategori dua maka arah kiblatnya menghadap utara barat Sedangkan rumus perhitungan arah kiblat yang sering digunakan yaitu Cotan B = - cos a cotan C Rumus tersebut dalam perhirungan arah salat umat Islam dikenal dengan rumus aturan cosinus dan sinus. Analisis Matematis Rumus Perhitungan Arah Saat Umat Islam Sebelum memulai analisis rumus perhittungan arah salat umat Islam terlebih dahulu perlu dipahami tentang posisi tempat yang akan dilakukan perhitungan kiblatnya, yang dalam hal ini sebagai contoh yaitu Yogyakarta dengan posisi ka bah. Posisi dua tempat tersebut dapat digambarkan sebagai berikut: Sebagaimana dijelaskan dalam segitiga bola, maka gambar di atas bisa disederhanakan untuk memudahkan analisis matematisnya sebagai berikut: Dari gambar di atas pula akhirnya diperoleh segitiga bola ABC dengan panjang sisi a, b, dan c serta sudutsudutnya yaitu CAB, ABC, dan BCA. Berdasarkan gambar tersebut pula diketahui bahwa: 1. Dalam gambar tersebut ada dua tempat yaitu A dan B. A berada dalam lintang (ɸ ) dan bujur (λ) tertentu, yang selanjutnya ditulis dengan dan. begitu pula dengan B juga berada dalam lintang (ɸ ) dan bujur (λ) tertentu, yang selanjutnya ditulis dengan dan 2. Berdasarkan gambar tersebut di atas pula, dapat di ambil sebuah segitiga bola ABC, dengan sisi-sisinya yaitu a, b, dan c. Panjang masing-masing sisi secara matematis dapat ditentukan dengan rumus: a = - lintang tempat yang akan diukur = Aplikasi (Agus Solikin) AdMathEdu Vol.5 No.2 Desember 2015

ISSN: 2088-687X 111 - b = - lintang tempat Ka bah = - C = Selisih bujur tempat ayang akan diukur dengan bujur ka bah ( - ) Dengan menggunakan aturan cosinus dalam segitiga bola maka akan diperoleh sebuah persamaan: Cos b = cos a cos c + sin a sin c cos B...(1) Cos c = cos a cos b + sin a sin b cos C...(2) Persamaan (2) disubtitusikan kepersamaan (1) Cos b = cos a cos c + sin a sin c Cos B = Cos a (cos a cos b + sin a sin b cos C) + sin a sin c cos B = + cos a sin a sin b cos C + sin a sin c cos B Karena. = 1 -, sehingga diperoleh Cos b = + cos a sin a sin b cos C + sin a sin c cos B = (1 - ) cos b + cos a sin a sin b cos C + sin a sin c cos B Cos b - cos b + cos a = sin a sin b cos C + sin a sin c cos B Cos b + cos b = Cos b + cos a sin a sin b cos C + sin a sin c cos B cos b = Cos b cos b + cos a sin a sin b cos C + sin a sin c cos B = cos a sin a sin b cos C + sin a sin c cos B Selanjutnya kedua ruas dibagi dengan sin a sin b, dan diperoleh = Sin a = Cos a cos C + cos B Sedangkan menurut aturan sinus dalam segitiga bola, = maka Sedangkan menurut aturan sinus dalam segitiga bola, = maka Sin a = Cos a cos C + cos B Sin a cotan b = Cos a cos C + cos B = Cos a cos C + sin C cotan B Cos a cos C + sin C cotan B = Sin a cotan b sin C cotan B = Sin a cotan b - Cos a cos C Cotan B = Cotan B = - Cotan B = - cos a cotan C Persamaan (3) inilah yang kemudian dikenal dengan rumus arah kiblat rumus cosinus dan rumus sinus. Dimana, a = - lintang tempat yang akan diukur = - b = - lintang tempat Ka bah = - C = Selisih bujur tempat ayang akan diukur dengan bujur ka bah ( - ) AdMathEdu Vol.5 No.2 Desember 2015 Aplikasi (Agus Solikin)

112 ISSN: 2088-687X Sistem Koordinat Sistem koordinat yang dimaksud dalam tulisan ini yaitu sistem koordinat kartesius yang digunakan untuk menentukan letak suatu titik pada bidang 2 3 ( R ) atau ruang ( R ) Secara umum sistem koordinat kartesius dapat digambarkan sebagai berikut : Gambar 3. Gambar Sistem koordinat kartesius Berdasarkan di atas, terdapat 4 bidang simetris yang dibatasi oleh sumbu-sumbu koordinat X yang disebut dengan absis dan Y yang disebut dengan ordinat, pertemuan sumbu X dan sumbu Y membentuk empat daerah yang disebut dengan kwadran. Kwadran I dibatasi dengan nilai absis positif (X > 0) dan Y juga positif (Y > 0), Kwadran II dibatasi X negatif (X < 0) dan Y positif (Y > 0). Kwadaran III X negatif (X < 0) dan Y negatif (Y < 0). Kwadran IV X positif (X > 0) dan Y negatif (Y < 0). Selanjutnya, sebagai contoh untuk menunjukkan posisi suatu tempat dalam sistem koordinat yaitu dapat dilihat dalam gambar berikut. Gambar 4. Posisi Dalam Sistem koordinat kartesius Berdasarkan gambar diatas maka dapat diambil kesimpulan bahwa A berada pada posisi (-3,6), dan secara berturut-turut posisi B, C, D yaitu (4,3), (2,-3) dan (-5,-4). Aplikasi Sistem Koordinat Dalam Perhitungan Arah Salat Umat Islam Sebagaimana matematika dalam mendiskripsikan letak atau posisi digunakan sistem koordianat, di Bumi posisi suatu tempat juga menggunakan sistem koordinat. Secara sederhana sistem koordianat bumi dalam bidang datar dapat digambarkan sebagai berikut: Gambar 5. sistem koordianat bumi dalam bidang datar Aplikasi (Agus Solikin) AdMathEdu Vol.5 No.2 Desember 2015

ISSN: 2088-687X 113 Berdasarkan gambar di atas maka suatu tempat posisi ditunjukkan dengan Bujur dan lintang. Seirama dengan hal itu, maka relasi sistem koordinat yang dibahas sebelumnya dengan bujur dan lintang yaitu dalam sistem koordinat bumi, sumbu x yang ada dalam sistem koordinat kartesius digantikan dengan garis ekuator atau khatulistiwa, sedangkan sumbu Y digantikan dengan garis meridian yang melewati kota grenscwich yang ada di Inggris. Untuk memahami tentang relasi dan aplikasi sistem koordinat dalam hal ini pennetuan posisi suatu tempat yaitu bisa dilihat pada gambar berikut: Gambar 6. Peta Pembagian Bujur dan Linntang Bumi Berdasarkan gambar tersebut maka dapat Garis ekuator/khatulistiwa yang dalam sistem koordinat merupakan sumbu X adalah garis yang posisinya tepat di tengah-tengah antara kutub utara dan kutub selatan, sehingga garis ekuator ini membagi bumi dalam dua belahan bumi yaitu belahan bumi utara dan belahan bumi selatan (Hambali,2013:12) yang dalam aplikasinya dalam perhitungan arah salat umat Islam garis ekuator (khatulistiwa) merupakan garis acuan lintang (ϕ), yang mengakibatkan Bumi yang berada di belahan utara disebut dengan lintang utara dan bertanda positif. sedangkan bumi yang berada di belahan selatan disebut dengan lintang selatan dengan tanda negatif. Sehingga besar lintang di permukaan bumi secara kesluruhan berada antara 90 hingga 90 (Anugraha,2012:28), Garis meridian yang dalam sistem koordinat disebut dengan sumbu Y adalah garis yang melalui sumbu atau poros bumi dan membelah bumi menjadi dua bagian yaitu bagian barat dan bagian timur yang dalam aplikasinya Garis meridian yang menjadi acuan bujur (λ) yang dmulai dari garis yang melewati kota Greenwich di London, Inggris. Sehingga, garis meridian (bujur) yang berada di barat meridian tersebut disebut dengan Bujur barat, sedangkan yang berada di timurnya disebut dengan bujur timur. bujur timur bernilai positif dan bujur barat bernilai negatif. (Catatan: ada sejumlah literatur yang menulis sebaliknya, bujur barat bernilai positif, seperti Astronomical Algorithm karya Jean Meeus) (Anugraha,2012:27) Seluruh bujur permukaan bumi dibagi ke dalam 360 derajat, yaitu dari 180 hingga 180. Sedangkan untuk satuan perhitungan, dalam sistem koordinat bumi, satuan koordinat yang dipakai yaitu derajat. Satu derajat = 60 menit AdMathEdu Vol.5 No.2 Desember 2015 Aplikasi (Agus Solikin)

114 ISSN: 2088-687X busur (arcminute) = 3600 detik busur (arcsecond). Seringkali menit busur dan detik busur cukup disebut menit dan detik saja. Namun demikian harap dibedakan dengan menit dan detik sebagai satuan waktu (Anugraha,2012:27). Sebagai contoh aplikasi sistem koordinat dalam penentuan letak suatu tempat di bumi selalu dituliskan dengan dua buah koordinat yaitu lintang dan bujur. Contoh: Yogyakarta diketahui memiliki lintang tempat : LS (lintang selatan) dan bujur tempat : BT (bujur timur). Secara astronomi dalam bola dunia, sistem koordinat tersebut dapat digambarkan sebagai berikut: dihitung dan posisi ka bah yang menjadi acuan salat umat Islam yang di nyatakan dalam lintang dan bujur. Secara umum kesimpulan dari analisa tersebut yaitu 1. Dalam sistem koordinat, sumbu X (absis) dalam aplikasi perhitungan arah salat umat Islam disebut dengan equator yang membagi bumi dalam dua belahan bumi yaitu belahan bumi utara dan belahan bumi selatan yang selanjutnya disebut dengan Lintang Utara dan Lintang selatan 2. Dalam sistem koordinat, sumbu Y (ordinat) dalam aplikasi perhitungan arah salat umat Islam disebut dengan meridian yang membagi bumi menjadi dua bagian yaitu bagian barat dan bagian timur yang selanjutnya disebut dengan Bujur Barat dan Bujur Timur. DAFTAR PUSTAKA Alvin K. Bettinger & John A. Englund, 1963, Algebra and Trigonometry, USA: The Haddon Craftsmen INC. Gambar 7. Sistem Koordianat Bumi Dalam Bola Dunia Kesimpulan Berdasarkan analisa yang telah dikaji pada point-point sebelumnya dapat diambil sebuah kesimpulan bahwa aplikasi sistem koordinat dalam perhitungan arah salat umat Islam yaitu dalam hal penyajian data berkenaan dengan letak posisi tempat yang akan Anugraha, Rinto, 2012, Mekanika Benda Langit, Yogyakarta: Jurusan Fisika Fakultas MIPA Universitas Gajah Mada. Azhari, Susiknan, 2007, Perjumpaan Khazanah Islam dan Sains Modern, Yogyakarta:Suara Muhammadiyah. Barlow and Bryan, 1900, Elementery Mathematical Astronomy, London: W, B. Clive. Aplikasi (Agus Solikin) AdMathEdu Vol.5 No.2 Desember 2015

ISSN: 2088-687X 115, 1946, Elementery Mathematical Astronomy, London. University totorial press ltd. Brenke, William C, 1943, Plane and Spherical Trigonometry, USA: THE DRYDEN PRESS Federal editorial Board. Mathematics Enrichment Questions 1A. Hongkong:Allion printing. Hambali, Slamet, 2011, Ilmu Falak, Semarang: Program pascasarjana IAIN Walisongo Semarang Johnson, Rob, Spherical Trigonometry, West hills instintute of mathematics. Tanpa tahun terbit Kusdiono, 2002, Ilmu Ukur Segitiga Bola, Bandung: Jurusan teknik geodesi, Institut Teknologi Bandung. Murray, Daniel A., 1899, Plane Trigometry, New York: Longmans, green, and co., 1908, spherical trigometry, New York:Longmans, Green, And Co. Purwanto, Agus,2011, Penentuan arah Kiblat, makalah Pelatihan Hisab Falak, di PWM Jatim, tanggal 10 Juli 2011 2012, Makalah Falak, makalah Pelatihan Hisab Falak, di PWM Jatim, tanggal 17 Juli 2011 Smart, 1997, Text Book On Spherical Astronomy, Cambride: Cambridge University Press Solikin, Agus.2013. Perhitungan Arah Kiblat (Tinjauan Matematika Dan Astronomi Dalam Buku Ilmu Falak Perjumpaan Khazanah Islam Dan Sains Modern Karya Susiknan Azhari). Semarang: Program pascasarjana IAIN Walisongo Semarang Thodhunter, I., 1886, Spherical Trigometry, London:Macmilllan and co. AdMathEdu Vol.5 No.2 Desember 2015 Aplikasi (Agus Solikin)

116 ISSN: 2088-687X Aplikasi (Agus Solikin) AdMathEdu Vol.5 No.2 Desember 2015