JURNAL PENDIDIKAN LUAR BIASA PENGGUNAAN MEDIA CLAY DALAM PENGENALAN BANGUN DATAR UNTUK MENINGKATKAN MOTORIK HALUS

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

SKRIPSI. Oleh: APRIANA SRI HARTANTI K

E-JUPEKhu (JURNAL ILMIAH PENDIDIKAN KHUSUS)

APRIANA SRI HARTANTI K

JURNAL PENDIDIKAN LUAR BIASA

BAB III METODE PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu Penelitian

Emilia Martadini *1 Saichudin *2

MENINGKATKAN KEMAMPUAN MOTORIK HALUS DALAM MENULIS PERMULAAN SISWA CEREBRAL PALSY SEDANG (Single Subject Research di Kelas V SLB Amal Bhakti Sicincin)

E-JUPEKhu(JURNAL ILMIAH PENDIDIKAN KHUSUS)

EFEKTIVITAS PENGGUNAAN METODE PENDIDIKAN MATEMATIKA REALISTIK

JURNAL PENDIDIKAN LUAR BIASA

JASSI_anakku Volume 17 Nomor 1, Juni 2016

EFEKTIVITAS PENGGUNAAN PERMAINAN KARTU BERGAMBAR

JASSI_anakku Volume 18 Nomor 1, Juni 2017

BAB III METODE PENELITIAN

THE EFFECT OF EGGSHELL MOSAIC TRAINING TOWARD FINE MOTOR SKILLS OF CHILDREN WITH INTELLECTUAL AND DEVELOPMENTAL DISABILITY (IDD)

THE EFFECT OF THE PICTORIAL NUMERIC CARD MEDIA TOWARD IMPROVEMENT OF THE SUMMATION COMPUTATION ABILITY FOR STUDENT WITH INTELLECTUAL DISSABILITY

PENGARUH MEDIA PERMAINAN PUZZLE TERHADAP KEMAMPUAN MENGENAL HURUF VOKAL PADA ANAK TUNA GRAHITA KATEGORI SEDANG KELAS III SLB N SLEMAN ARTIKEL JURNAL

E-JUPEKhu (JURNAL ILMIAH PENDIDIKAN KHUSUS)

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis Kelamin : Laki-Laki TTL : Bandung, 10 Februari 1999

EFEKTIFITAS MERONCE BALOK HURUF UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN MEMBACA ANAK TUNAGRAHITA RINGAN

BAB III METODE PENELITIAN. beberapa komponen yaitu variabel penelitian, metode penelitian, subjek

JASSI_anakku Volume 18 Nomor 1, Juni 2017

PENGARUH PERMAINAN CONGKLAK TERHADAP KEMAMPUAN OPERASI HITUNG PENJUMLAHAN PESERTA DIDIK TUNAGRAHITA KELAS III SDLB

BAB III METODE PENELITIAN

E-JUPEKhu (JURNAL ILMIAH PENDIDIKAN KHUSUS)

E-JUPEKhu (JURNAL ILMIAH PENDIDIKAN KHUSUS)

K SKRIPSI. Oleh: DIENES INTEGRAL WATI

E-JUPEKhu (JURNAL ILMIAH PENDIDIKAN KHUSUS)

E-JUPEKhu (JURNAL ILMIAH PENDIDIKAN KHUSUS)

Kemampuan Persepsi Visualmotorik dalam Mengurus

E-JUPEKhu(JURNAL ILMIAH PENDIDIKAN KHUSUS)

Pengaruh Pembelajaran KontekstualTerhadap Kemampuan Berhitung Pengurangan Pada Siswa Tunagrahita Kelas 4

Khusnul Khotimah* 1 Wiwik Dwi Hastuti* 2

SEPTIKA PUJI ASTUTI K

Oleh: Herlin Indria Hastuti, Jurusan Pendidikan Luar Biasa,

MENINGKATKAN KEMAMPUAN MENGENAL BANGUN

BAB III METODE PENELITIAN

E-JUPEKhu(JURNAL ILMIAH PENDIDIKAN KHUSUS)

E-JUPEKhu (JURNAL ILMIAH PENDIDIKAN KHUSUS)

JASSI_anakku Volume 18 Nomor 1, Juni 2017

MENINGKATKAN KEMAMPUAN MENGENAL WARNA MELALUI PERMAINAN FINGER PAINTING BAGI ANAK TUNAGRAHITA RINGAN

E-JUPEKhu (JURNAL ILMIAH PENDIDIKAN KHUSUS)

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

: PANCA DEWI ASTUTI K

THE INFLUENCE OF CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING TO IMPROVE EARLY READING ABILITY ON STUDENT WITH READING DIFFICULTY AT SD N 1 LEMPUYANGAN

JASSI_anakku Volume 17 Nomor 1, Juni 2016

BAB III METODE PENELITIAN

E-JUPEKhu (JURNAL ILMIAH PENDIDIKAN KHUSUS)

BAB III METODE PENELITIAN. termasuk dalam penelitian subjek tunggal. Variabel merupakan atribut atau

E-JUPEKhu (JURNAL ILMIAH PENDIDIKAN KHUSUS)

E-JUPEKhu (JURNAL ILMIAH PENDIDIKAN KHUSUS)

JASSI_anakku Volume 18 Nomor 2, Desember 2017

E-JUPEKhu (JURNAL ILMIAH PENDIDIKAN KHUSUS)

E-JUPEKhu (JURNAL ILMIAH PENDIDIKAN KHUSUS)

E-JUPEKhu (JURNAL ILMIAH PENDIDIKAN KHUSUS)

E-JUPEKhu (JURNAL ILMIAH PENDIDIKAN KHUSUS)

BAB III METODE PENELITIAN

E-JUPEKhu (JURNAL ILMIAH PENDIDIKAN KHUSUS)

MENINGKATKAN KEMAMPUAN MENGENAL KONSEP BILANGAN 1 SAMPAI 5 BAGI ANAK TUNAGRAHITA SEDANG MELALUI MEDIA TIANG BILANGAN.

E-JUPEKhu (JURNAL ILMIAH PENDIDIKAN KHUSUS)

E-JUPEKhu (JURNAL ILMIAH PENDIDIKAN KHUSUS)

EFEKTIVITAS ALAT BANTU VISUAL UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN MERAWAT DIRI ANAK GANGGUAN SPEKTRUM

E-JUPEKhu (JURNAL ILMIAH PENDIDIKAN KHUSUS)

E-JUPEKhu (JURNAL ILMIAH PENDIDIKAN KHUSUS)

E-JUPEKhu (JURNAL ILMIAH PENDIDIKAN KHUSUS)

BAB III METODE PENELITIAN

E-JUPEKhu (JURNAL ILMIAH PENDIDIKAN KHUSUS)

KEEFEKTIFAN PENGGUNAAN MEDIA PERMAINAN BOWLING DALAM MATERI OPERASI PENGURANGAN PADA ANAK TUNAGRAHITA KATEGORI SEDANG JURNAL

PENINGKATAN KEMAMPUAN OPERASI HITUNG CAMPURAN SISWA TUNARUNGU KELAS IV MELALUI PERMAINAN ULAR TANGGA

EFEKTIFITAS MEDIA BLOCK DIENES UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN PENJUMLAHAN DERET KE BAWAH BAGI ANAK BERKESULITAN BELAJAR

E-JUPEKhu (JURNAL ILMIAH PENDIDIKAN KHUSUS)

JURNAL PENDIDIKAN LUAR BIASA

THE EFFECT OF ROLE PLAYING METHOD TOWARD THE ABILITY OF FICTION READING COMPREHENSION OF HEARING IMPAIRMENT STUDENT

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Putri Permatasari, 2013

E-JUPEKhu (JURNAL ILMIAH PENDIDIKAN KHUSUS)

: TANTI HINDARYATI NIM K

Bermain Peran dalam Kehidupan Keluarga

EFEKTIVITAS METODE LATIHAN SENSORIS MOTOR DALAM MENINGKATKAN KEMAMPUAN MENULIS HURUF (VOKAL) BAGI ANAK TUNARUNGU SEDANG

E-JUPEKhu (JURNAL ILMIAH PENDIDIKAN KHUSUS)

METODE SIMULASI PADA PEMBELAJARAN KETERAMPILAN VOKASIONAL OTOMOTIF UNTUK SISWA TUNAGRAHITA

PENGARUH METODE PEMBERIAN TUGAS TERHADAP KEMAMPUAN MOTORIK HALUS ANAK KELOMPOK B2 DI TK SAMPOROA DHARMA WANITA PERSATUAN KOTA PALU. Ari Okta Pratiwi 1

E-JUPEKhu(JURNAL ILMIAH PENDIDIKAN KHUSUS)

THE EFFECT OF BOWLING GAME TOWARD NUMERACY SKILLS FOR INTELLECTUAL DISABILITY STUDENT

E-JUPEKhu (JURNAL ILMIAH PENDIDIKAN KHUSUS)

E-JUPEKhu(JURNAL ILMIAH PENDIDIKAN KHUSUS)

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

STUDI DURASI BELAJAR SERVICE RINGAN ENGINE SEPEDAMOTOR MELALUI METODE PEMBELAJARAN DEMONSTRASI BAGI SISWA TUNARUNGU

BAB III METODE PENELITIAN

PENGARUH PENGGUNAAN MEDIA PAPAN BERPAKU UNTUK

BAB III METODE PENELITIAN. terikat yang memiliki keterkaitan satu sama lain. Variabel (dalam Sunanto, J.,

E-JUPEKhu (JURNAL ILMIAH PENDIDIKAN KHUSUS)

E-JUPEKhu (JURNAL ILMIAH PENDIDIKAN KHUSUS)

ANALISIS KESULITAN ANAK TUNAGRAHITA DALAM MENYELESAIKAN SOAL OPERASI PENJUMLAHAN DI SEKOLAH LUAR BIASA (SLB) HARAPAN IBU METRO

EFEKTIVITAS PENGGUNAAN METODE GLENN DOMAN UNTUK

PENGARUH PENGGUNAAN METODE FLOOR TIME UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERBAHASA ANAK AUTIS KELAS IV SD ALFIRDAUS SURAKARTA TAHUN PELAJARAN 2015/2016

PENGARUH PERMAINAN KOLASE TERHADAP PENINGKATAN KONSENTRASI PADA ANAK TUNAGRAHITA RINGAN

SKRIPSI. Oleh: AYU PRATIWI HANDAYANI K

Transkripsi:

JURNAL PENDIDIKAN LUAR BIASA PENGGUNAAN MEDIA CLAY DALAM PENGENALAN BANGUN DATAR UNTUK MENINGKATKAN MOTORIK HALUS ANAK TUNAGRAHITA SEDANG KELAS V-C Di SDLB NEGERI KARANGANYAR TAHUN AJARAN 2015/2016 Nama NIM Email : Putriananda Eka Pratiwi : K5112058 : putrianpratiwi17@gmail.com No. HP : 08979864559 Pembimbing : 1. Drs. Hermawan, M.Si 2. Priyono, S.Pd, M.Si FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA SURAKARTA 2016

THE USE OF CLAY MEDIA IN INTRODUCING GEOMETRY TO IMPROVE FINE MOTOR SKILL OF GRADE V-C CHILD WITH MODERATE MENTAL RETARDATION IN SDLB NEGERI KARANGANYAR YEAR 2015/2016 Putriananda Eka Pratiwi, Hermawan dan Priyono Pendidikan Luar Biasa, FKIP Universitas Sebelas Maret Surakarta, 57126, Indonesia Putrianpratiwi17@gmail.com ABSTRACT Putriananda Eka Pratiwi. K5112058. THE USE OF CLAY MEDIA IN INTRODUCING GEOMETRY TO IMPROVE FINE MOTOR SKILL OF GRADE V CHILD WITH MODERATE MENTAL RETARDATION IN SLB NEGERI KARANGANYAR YEAR 2015/2016.Skripsi.Teacher Training and Education Faculty.SebelasMaret University. June 2016. The purpose of this research is to insvestigate the impact of using clay media in introducing geometry to fine motor skill improvement related to early writing skill performance of grade V-C child with moderate mental retardation in SDLB Negeri Karanganyar year 2015/2016. The research used quantitative approach with experimental study. The used experimental study was single subject research approach with A-B-A design. The subject of the research was one in five students with moderate mental retardation. The data was collected by test. The collected data was analyzed through descriptive statistic and formed in visual graph. The analyzed components were within condition and between condition analysis. The results showed that there was fine motor skill improvement in early writing performance. Based on DA s performance found that the trend estimation was stable during baseline phase 1 with mean value of 42,2, increased during invervention phase witthe value of mean 58,8 and baseline 2 phase with mean value of 72,25.In conclusion, the use of clay media in introducing geometry can improve fine motor skill related to early writing skill performanceearly writing performanceof grade V-C child with moderate mental retardation in SDLB Negeri Karanganyar year 2015/2016. Keywords : clay media, introducing geometry,increase fine motor, early writing performance, moderate mental retardation

PENGGUNAAN MEDIA CLAY DALAM PENGENALAN BANGUN DATAR UNTUK MENINGKATKAN MOTORIK HALUS ANAK TUNAGRAHITA SEDANG KELAS V-C Di SDLB NEGERI KARANGANYAR TAHUN AJARAN 2015/2016 Putriananda Eka Pratiwi, Hermawan dan Priyono Pendidikan Luar Biasa, FKIP Universitas Sebelas Maret Surakarta, 57126, Indonesia Putrianpratiwi17@gmail.com ABSTRAK Putriananda Eka Pratiwi. K5112058. PENGGUNAAN MEDIA CLAY DALAM PENGENALAN BANGUN DATAR UNTUK MENINGKATKAN MOTORIK HALUS ANAK TUNAGRAHITA SEDANG KELAS V-C Di SDLBNEGERI KARANGANYAR TAHUN AJARAN 2015/2016. Skripsi, Surakarta : Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta, Mei 2016. Penelitian an ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh penggunaan media clay dalam pengenalan bangun datar terhadap peningkatan motorik halus yang terkait dengan kemampuan menulis permulaan anak tunagrahita sedang kelas V-C di SDLB Negeri Karanganyar Tahun Ajaran 2015/2016. Penelitian ini termasuk penelitian kuantitatif dengan jenis penelitian eksprerimen.pendekatan ekperimen yang digunakan adalah pendekatan Single Subject Research.Desain yang digunakan adalah rancangan A-B-A.Subjek penelitian merupakan satu dari lima siswa tunagrahita kelas V C SDLB Negeri Karanganyar.Instrumen yang digunakan untuk mengumpulkan data yaitu tes.analisis data melalui statistik deskriptif dan ditampilkan dalam bentuk grafik.komponen komponen yang dianalisis yaitu analisis dalam dan antar kondisi. Hasil penelitian menunjukkan adanya peningkatan motorik halus yang terkait dengan menulis permulaan.berdasarkan hasil belajar subjek DA diketahui bahhwa estimasi kecenderungan arah mendatar selama fase baseline 1 dengan hasil akhir mean sebesar 42,2, meningkat selama fase intervensi dengan mean akhir 58,8 dan meningkat lagi pada fase baseline 2 dengan hasil akhir mean 72,25.Dapat disimpulkan bahwa penggunaan media clay dapat meningkatkan motorik halus yang berkaitan dengan menulis permulaan. Kata Kunci : Media clay, pengenalan bangun datar, peningkatan motorik halus, menulis permulaan, anak tunagrahita sedang

PENDAHULUAN Terselenggarannya pendidianak yang menempuh pendidikan di SLB sangat beragam, salah satunya kan di Indonesia telah dijamin seperti yang terdapat dalam Undang-Undang adalah anak tunagrahita sedang. Menurut Astati (1995 : 17) Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem anak tunagrahita sedang pada Pendidikan Nasional Bab IV pasal 5 umumnya dapat mengurus diri, ayat 2 yang menyatakan bahwa Warga Negara yang mempunyai kelainan fisik, emosional, mental, mengerjakan sesuatu yang sederhana dan sifatnya rutin, bergaul dan berkomunikasi dengan lingkungan intelektual dan sosial berhak terbatas. Ada diantara anak mendapatkan pendidikian khusus. tunagrahita sedang yang Penyelenggara pendidikan memperlihatkan ciri fisik yang khusus seperti yang disebutkan berbeda dengan anak normal. diatas adalah Sekolah Luar Biasa Perbedaan-perbedaan itu adalah (SLB). Sekolah Luar Biasa adalah sebuah lembaga pendidikan formal koordinasi motorik yang tidak baik, kurang keseimbangan, tidak dapat yang melayani pendidikan bagi anakanak mengucapkan kata dengan jelas berkebutuhan khusus. Sebagai sehingga kesulitan dalam lembaga pendidikan SLB dibentuk oleh banyak unsur yang diarahkan berkomunikasi, selanjutnya ahli lain juga berpendapat yang lebih luas dari untuk mencapai tujuan pendidikan, karakteristik diatas, menurut yang proses intinya adalah Muhammad Efendi (2006:98) anak pembelajaran bagi peserta didik. tunagrahita sedang adalah anak yang SLB sebagai lembaga memiliki karakteristik : pendidikan formal memiliki (1) Cenderung memiliki kemampuan tanggung jawab untuk berpikir konkrit dan sukar berpikir mengakomodasi setiap kebutuhan abstrak (2) Mengalami kesulitan pendidikan anak-anak berkebutuhan dalam berkonsentrasi (3) khusus, sudah banyak diketahui Kemampuan sosialisasinya terbatas bahwa karakteristik (4) Tidak mampu menyimpan instruksi yang sulit (5) Kurang

mampu menganalisis dan menilai abstrak tidak terlepas dari kejadian yang diamati (6) Kerap kali diikuti gangguan artikulasi bicara. pengetahuan tentang konsep, karena berpikir memerlukan kemampuan Kesimpulan dari beberapa untuk membayangkan atau pendapat diatas, bahwa anak menggambarkan benda dan peristiwa tunagrahita sedang adalah anak yang mempunyai hambatan dalam berpikir yang secara fisik tidak selalu ada. Selain mengalami hambatan abstrak dan keterbatasan dalam dalam berpikir abstrak, anak kecakapan motorik halusnya, tunagrahita sedang mengalami sehingga kemampuan yang bersifat hambatan dalam kemampuan akademik sangat kurang, namun masih dapat diberikan keterampilan motoriknya sebagaimana disebutkan oleh N Kepart dalam Lerner (1988: sederhana yang bersifat rutinitas 276) kesulitan belajar anak Anak tunagrahita sedang tunagrahita sedang terjadi karena yang disebut juga imbesil, kelompok respon motorik anak tidak yang memiliki IQ 51-36 pada skala berkembang kedalam pola-pola binnnet dan 54-40 menurut sklala motorik, akibatnya keterampilan wescceler (WISC), karena memiliki IQ yang rendah, anak tunagrahita motorik anak tunagrahita sedang, rendah dan kurang bervariasi. sedang mengalami hambatan dalam Larnet mengemukakan berpikir abstrak. Berpikir abstrak bahwa kurang koordinasi dalam merupakan salah satu jenis aktivitas motorik, hambatan dalam kemampuan yang merupakan atribut koordinasi motorik halus inteligensi. Menurut Termen seperti yang dikutip oleh Winkel W.S dan (Y,Suherman, 2005: 47) merupakan gejala yang ditunjukan oleh anak Aiken (1996:139) menjelaskan tunagrahita sedang. Oleh karena itu inteligensi ialah kemampuan berpikir untuk mengatasi keterbatasan abstrak. Kemampuan berpikir motorik halus yang dimiliki anak abstrak ini adalah suatu aspek yang penting dari intelegensi, tetapi bukan tunagarahita sedang harus diberikan pembelajaran keterampilan motorik satu-satunya. Kemampuan berpikir yang dapat meningkatkan

kemampuan motorik halusnya Menulis permulaan dengan baik. Keterampilan motorik (beginning writing) adalah cara adalah kegiatan motorik yang merealisasikan simbol-simbol bunyi mungkin memiliki derajat ketelitian menjadi huruf-huruf yang dapat yang tinggi, yang bertujuan untuk menampilkan suatu perbuatan khas dikenali secara konkrit sesuai dengan tata cara menulis yang baik. Menulis atau menyelesaikan suatu tujuan permulaan merupakan tahapan tertentu, sedangkan pola motorik mungkin memiliki derajat ketelitian yang lebih rendah tetapi memiliki variabilitas yang tinggi. Yudha dan Rudyanto (2005:118), menyatakan proses belajar menulis bagi siswa sekolah dasar kelas awal. Kemampuan berpikir abstrak dan keterampilan motorik halus anak yang mengalami hambatan dapat bahwa motorik halus adalah mempengaruhi prestasi akademik kemampuan anak beraktivitas anak, karena dua hal tersebut erat dengan menggunakan otot halus (kecil) seperti menulis, meremas, menggambar, menyusun balok dan memasukkan kelereng. Menulis merupakan kegiatan kaitannya dengan pelajaran yang ada di dalam sekolah, salah satunya pada mata pelajaran matematika. Menurut Betth dan Piaget (J. Tombokan Runtukahu, 1996: 15) pembelajaran komunikasi verbal yang berisi matematika adalah pengetahuan yang penyampaian pesan dengan berkaitan dengan struktur abstrak menggunakan tulisan sebagai dan hubungan antar struktur tersebut mediumnya. Pesan yang dimaksud di sehingga terorganisasi dengan baik. sini adalah isi atau muatan yang Menurut Hasratuddin (2014) terkandung dalam tulisan, sedangkan menyatakan bahwa matematika tulisan pada dasarnya adalah adalah ilmu tentang logika mengenai rangkaian huruf yang bermakna bentuk, susunan, besaran dan dengan segala kelengkapan lambang tulisan seperti ejaan dan pungtuasi. konsep-konsep berhubungan lainnya dengan jumlah yang banyak yang terbagi ke dalam tiga bidang, yaitu aljabar, analisis dan geometri.

Upaya peningkatan beri warna dan bisa mengeras. kemampuan berpikir abstrak dan Fisiknya lentur dan halus, menulis permulaan siswa tidak membuatnya mudah dibentuk terlepas dari penggunaan media menjadi apa saja, dan dijadikan pembelajaran yang tepat. Media media nyata untuk pembelajaran pembelajaran ini salah satu yang bersifat abstrak. komponen proses belajar mengajar Menurut David Bainbridge yang memiliki peranan sangat (1996) Seni kerajinan clay ini selain penting dalam menunjang untuk mengasah kemampuan otak keberhasilan proses belajar mengajar hal tersebut sesuai dengan pendapat kanan dan meningkatkan kreativitas daya imajinasi anak juga untuk Sutirman (2013 : 15) media melatih kerja syaraf motorik anak pembelajaran adalah perantara atau pengantar yang dapat digunakan sehingga banyak yang menggunakan kerajinan clay ini sebagai alternatif untuk menangkap, memproses, dan untuk membantu anak yang menyusun kembali informasi visual mengalami hambatan tangan atau verbal yang mengandung materi khususnya dalam mengerakan jarijemarinya instruksional di lingkungan siswa dan mengasah yang dapat merangsang siswa untuk belajar. konsentarasi anak dalam membentuk clay Salah satu terobosan media Dari beberapa pendapat pembelajaran yang menarik adalah diatas dapat disimpulkan bahwa dengan menggunakan clay. Menurut Stephani (2011:2) berkreasi dengan penggunaan media clay adalah media yang menarik dan menjadi terobosan clay mengingatkan kita pada baru sebagai media pembelajaran kegiatan bermain dengan lilin matematika yang bersifat abstrak dan mainan. Bedanya lilin mainan sudah mempunyai warna dan tidak bisa sarana untuk melatih motorik halus anak tunagrahita sedang, karena anak mengeras. Sementara clay yang dapat dengan mudah meremas dan terbuat dari bahan lain atau adonan membentuk clay sebagai media (tepung, roti, bubur kertas) bisa commit kita to user pembelajaran matematika contohnya

dibentuk menjadi contoh-contoh Berdasarkan permasalahan di bangun datar. atas, peneliti bermaksud meneliti Pada observasi yang sudah media pembelajaran yang dapat dilakukan di SDLB Negeri meningkatkan kemampuan motorik Karanganyar, terdapat siswa yang halus dalam kemampuan menulis mengalami keterbatasan dalam permulaan anak sekaligus media motorik halusnya yaitu memiliki pembelajaran untuk pengenalan kelemahan pada tangan kanannya bangun datar, yaitu dengan yang sulit untuk menggenggam suatu memberikan pembelajaran benda, mengalami kekakuan pada otot-otot jari tangannya sehingga keterampilan clay. Dengan pembelajaran dalam kemampuan menulis tersebut diharapkan anakmampu permulaan mengalami hambatan, menggunakan tangan dan jari tulisan anak tersebut tidak rapih dan kurang terbaca, selain itu anak tersebut mengalami kesulitan dalam membedakan contoh-contoh bangun jemarinya untuk memegang suatu benda dengan benar dan dapat menulis dengan baik tanpa bantuan sehingga hasil tulisan dapat terbaca datar yang berkaitan dengan dan sekaligus dapat membedakan keterampilan berpikir abstrak dalam bangun datar dengan media yang mata pelajaran matematika. nyata. Berdasarkan permasalahan di Dari berbagai uraian latar atas, peneliti bermaksud meneliti belakang masalah, mendorong media pembelajaran yang dapat peneliti untuk mengadakan penelitian meningkatkan kemampuan motorik halus dalam kemampuan menulis permulaan anak sekaligus media dengan judul Penggunaan Media Clay Dalam Pengenalan Bangun Datar Untuk Meningkatkan Motorik pembelajaran untuk pengenalan Halus Anak Tuna Grahita Sedang bangun datar, yaitu dengan Kelas V-C Di SDLB Negeri memberikan pembelajaran Karanganyar Tahun Ajaran keterampilan clay. 2015/2016.

Rumusan masalah dalam Dalam penelitian ini penelitian ini adalah Apakah rancangan eksperimen yang penggunaan media clay dalam digunakan adalah metode pengenalan bangun datar dapat eksperimen dengan subjek tunggal meningkatkan motorik halus yang Single Subject research (SSR), yaitu berkaitan dengan kemampuan suatu metode eksperimen yang menulis permulaan anak tunagrahita sedang kelas V-C di SDLB Negeri Karanganyar tahun ajaran 2015/2016 bertujuan untuk memperoleh data yang diperlukan dengan melihat hasil ada tidaknya dampak yang akan? sedangkan tujuannya yaitu untuk terjadi dari suatu perlakuan mengetahui penggunaan media clay (Treatment) yang diberikan secara dalam pengenalan bangun datar berulang-ulang. Desain yang untuk peningkatan kemampuan digunakan dalam penelitian ini motorik halus yang berkaitan dengan yaitu desain A-B-A. Menurut kemampuan menulis permulaan anak Sunanto (2006:44) yaitu : Desain A- tunagrahita sedang kelas V-C di B-A merupakan salah satu SDLB Negeri Karanganyar tahun pengembangan dari disain dasar A- ajaran 2015/2016. B. Mula-mula perilaku sasaran (target behavior) diukur secara METODOLOGI PENELITIAN kontinu pada kondisi baseline (A1) Metode penelitian yang digunakan dengan periode waktu tertentu dalam penelitian ini yaitu kemudian pada kondisi intervensi menggunakan metode penelitian (B).Berbeda dengan disain A-B, eksperimen. Menurut Sugiyono pada disain A-B-A setelah (2007: 107), Metode penelitian pengukuran pada kondisi intervensi eksperimen adalah metode penelitian (B) pengukuran pada kondisi yang digunakan untuk mencari baseline ke (A2) diberikan. pengaruh perlakuan tertentu terhadap Penambahan kondisi baseline yang yang lain dalam kondisi yang ke (A2) ini dimaksudkan sebagai terkendalikan. kontrol untuk kondisi intervensi sehingga keyakinan untuk menarik

kesimpulan ada hubungan fungsional antara variabel bebas dan variabel berbentuk soal menulis permulaan, yaitu sebuah kalimat berjumlah 10 terikat lebih kuat. soal. Tes ini bertujuan untuk Penelitian ini dimulai sejak Februari 2016 sampai dengan bulan mengukur pencapaian siswa dalam menulis permulaan setelah bermain Maret 2016. Pengumpulan data clay. Tes ini dilakukan sebanyak 3 dilaksanakan untuk mengetahui hasil pretest dan posttest sesuai dengan kali yaitu, pada Baseline 1 (A-1) sebelum diberikan perlakuan, pada waktu yang telah direncanakan. saat pemberian perlakuan atau Penelitian ini dilaksanakan di kelas Intervensi (B) dan pada saat V-C SDLB Negeri Karanganyar. pengehentian perlakuan atau Sampel pada penelitian ini diperoleh melalui cara pengambilan Baseline 2 (A-) untuk mengetahui perubahan kemampuan anak setelah sampel purposive sampling yaitu diberikan perlakuan dengan teknik mengambil sampel dengan tidak berdasarkan random, daerah menggunakan media clay. Dalam penelitian ini analisis data atau strata, melainkan berdasarrkan yang digunakan dengan atas adanya pertimbangan yang menggunakan statistic deskriftif berfokus pada tujuan tertentu (2010: 183). Populasi yang ditetapkan pada (kuantitatif) dengan tujuan untuk memperoleh gambaran generalisisi penelitian ini adalah anak tunagrahita yang bisa digambarkan untuk sedang kelas V-C SDLB Negeri memperjelas tentang hasil intervensi Karanganyar, sampel yang dalam jangka waktu tertentu. digunakan adalah 1 dari 5 siswa tunagrahita sedang kelas V-C SDLB Negeri Karanganyar. Statistik Deskriftif adalah Statistik yang diguna kan untuk menganalisis data dengan cara mendeskripsikan Pada penelitian ini peneliti atau menggambarkan data yang menggunakan teknik pengumpulan terkumpul sebagaimana adanya tanpa data berupa tes hasil belajar dengan bermaksud membuat kesimpulan jenis tes tertulis, dan bentuk tes yang berlaku untuk umum atau uraian, tes yang digunakan adalah commit tes to user generalisasi (Sugiyono, 2006:207).

HASIL PENELITIAN DAN Perilaku subjek tersebut PEMBAHASAN Penelitian dilakukan dengan subjek tunggal yang berdesain A B A, yaitu fase baseline 1 (A-1), fase intervensi (B), fase baseline 2 (A-2). Semua fase tersebut dilaksanakan pada hari yang berbeda dengan subjek yang sama dan perlakuan sejalan dengan analisis data yang diperoleh pada fase baseline 1 (A-1), skor terendah dan tertinggi pada 4 sesi yang diperoleh adalah sama, yaitu 42,2. Data yang diperoleh pada fase baseline 1 (A-1) memiliki kestabilan data yang tinggi yaitu sebesar 100%. Berdasarkan data yang sesuai dengan fase yang tersebut dapat diketahui bahwa diberikan. Fase baseline 1 (A-1) dilakukan sebanyak 4 sesi, fase intervensi (B) dilakukan sebanyak 8 sesi, dan pada fase baseline 2 (A-2) kemampuan menulis permulaan anak masih tergolong kurang baik, maka selanjutnya dilakukan fase intervensi (B). dilakukan sebanyak 4 sesi. Fase intervensi (B) Fase yang pertama adalah merupakan fase kedua setelah fase baseline 1 (A-1). Pada fase peneliti mendapatkan hasil baseline 1 (A-1) subjek langsung diberikan tes kemampuan menulis permulaan, tanpa adanya perlakuan kemampuan menulis awal pada fase baseline 1 (A-1). Fase intervensi (B) merupakan kondisi pengukuran hasil khusus, sehingga akan diperoleh kemampuan menulis dengan kemampuan awal subjek. Pada sesi menggunakan media clay dalam baseline ini subjek hanya pengenalan bangun datar. timbangan mengandalkan kemampuan menulis bilangan. Media clay dalam sebelum di berikan media apapun dari guru. Dilihat dari perilaku pengenalan bangun datar adalah sebuah media untuk mengajarkan subjek ketika baseline 1, sangat pembelajaran matematika yang terlihat subjek yang masih bermalas abstrak contohnya pada pengenalan malasan, sehingga untuk bangun datar sekaligus media untuk mengerjakan 10 soal subjek melatih motorik halus anak yang membutuhkan waktu yang lama. kurang baik, agar jari jemarinya

menjadi terlatih dan tidak kaku yang Berdasarkan analisis data yang bisa membantu anak dalam menulis benar dan rapih dan mengalamai diperoleh pada fase baseline 2 (A-2), skor terendah yang diperoleh adalah peningkatan dari baseline 1 (A-1). 68,9 dan skor tertinggi yang Setelah hasil kemampuan diperoleh adalah 75,6 serta mean menulis anak menunjukkan trend level yang diperoleh pada fase yang positif dan stabil, maka baseline 2 (A-2) adalah 72,5. Data pemberian intervensi dihentikan. Fase selanjutnya adalah fase yang diperoleh pada fase baseline 2 (A-2) memiliki kestabilan data yang baseline 2 (A-2). Fase baseline 2 (A- tinggi, yaitu sebesar 100%. 2) merupakan fase terakhir dalam Berdasarkan data tersebut dapat penelitian dengan desain A B A. Fase baseline 2 (A-2) merupakan diketahui bahwa kemampuan akhir hasil kemampuan anak tunagrahita pengukuran kondisi akhir hasil sedang setelah diberikan perlakuan kemampuan menulis subjek setelah dengan menggunakan media clay diberikan intervensi (B) dengan dalam pengenalan bangun datar menggunakan media clay dalam peningkatan dari fase baseline 1 (Apengenalan bangun datar. 1) dan fase intervensi (B). Setelah Pengukuran hasil data hasil kemampuan menulis nak kemampuan menulis subjek pada tunagrahita sedang menunjukkan fase baseline 2 (A-2) dilakukan kestabilan data, maka pemberian tes dengan cara langsung yaitu dihentikan. memberikan soal tes menulis. Pada fase ini subjek mengalami perubahan Berdasarkan analisis data dari ketiga fase tersebut dapat diketahui bahwa perilaku menjadi lebih fokus dalam penggunaan media clay dalam mengerjakan soal dan Subjek juga pengenalan bangun datar tidak membutuhkan waktu yang lama seperti pada baseline 1 untuk mengerjakan soal dikarenakan subjek memberikan pengaruh yang positif terhadap kemampuan motorik halus anak dalam menulis permulaan..hal lebih bersemangat dibandingkan tersebut karena pada fase baseline 1 dengan sebelum diberi perlakuan. (A-1) ke intervensi (B) mengalami

peningkatan. Selanjutnya dikuatkan lagi melalui baseline 2 (A-2) juga mengalami peningkatan yang positif otot yang sudah lemah mungkin perlu dilatih kembali" (Andreson, 2004). Oleh karena itu anak yang dari fase baseline 1 (A-1) dan fase mengalami kesulitan untuk intervensi (B). Data yang diperoleh menggerakkan motorik halus di semua fase juga memiliki membutuhkan waktu yang lebih kestabilan data yang baik. Disamping aspek stabilitas, ada banyak untuk melatih otot-ototnya. Saat ini banyak cara dan tidaknya pengaruh intervensi strategi yang digunakan untuk terhadap variabel terikat juga melatih motorik halus anak, biasanya tergantung pada aspek perubahan level, dan besar kecilnya overlap yang terjadi antara dua kondisi yang untuk melatih motorik halus yang mendukung siswa dapat menulis awal yaitu dengan menggnakan clay, sedang dianalisis, (Sunanto, ini sesuai dengan pendapat David 2005:100). Dari analisis data Bainbridge (1996) Seni kerajinan tersebut, diketahui bahwa kedua clay ini selain untuk mengasah persentase data overlap dalam kemampuan otak kanan dan penelitian adalah 0%. meningkatkan kreativitas daya Menurut Sunanto (2005:116), Semakin kecil persentase overlap imajenasi anak juga untuk melatih kerja syaraf motorik anak sehingga makin baik pengaruh intervensi banyak yang menggunakan kerajinan terhadap target behavior. Jadi, clay ini sebagai alternatif untuk dengan demikian penggunaan media clay dalam pengenalan bangun datar membantu anak yang mengalami hambatan tangan khususnya dalam dalam penelitian memberikan mengerakan jari-jemarinya dan pengaruh yang baik (positif) mengasah konsentarasi anak dalam terhadap motorik halus dalam membentuk clay tepung. menulis permulaan anak tunagrahita sedang. Hal tersebut dikuatkan lagi oleh pendapat Joyce (2009) yang Petunjuk modern kepada menyatkan bahwa Seni kerajinan kesehatan dikatakan bahwa "otot- clay ini sangat baik untuk anak-anak,

orang dewasa bahkan para Penelitian relevan juga lansia.selain mengasah kemampuan dilakukan oleh Ulfah Saefatul otak kanan dan meningkatkan Mustaqimah (2013) yang berjudul kreativitas, seni kerajinan ini juga Efektivitas Penggunaan Media dapat meningkatkan daya Fondants Untuk Meningkatkan konsentrasi, melatih kesabaran dan ketekunan, serta melatih kerja saraf motorik. Untuk melatih motorik halus Kemampuan Motorik Halus Dalam Menulis Permulaan Siswa Cerebal Palsy Sedang di SDLB YPAC Bandung menyimpulkan bahwa hasil yang mendukung siswa dapat dari penelitian ini menunjukan menulis pwemulaan, membutuhkan peningkatan siswa dalam latihan serangkain kegiatan yang motorik halus khususnya dalam menggunakan gerakan tangan, menulis permulaan. Fondants seperti membuat clay, karena anak merupakan sebuah media yang dilatih untuk membuat clay dengan hampir sama dengan clay, bahannya cara meremas, membentuk clay yang lentur, dapat diremas dan menjadi bentuk-bentuk bangun datar, dibentuk menjadi aneka bentuk agar tangan yang semula intensitas membuat jemari tangan yang semula kekakuannya tinggi menjadi kaku menjadi lebih berkurang dan berkurang. dapat meningkatkan kemampuan Hal tersebut terbukti dari menulis permulaan anak, media hasil tes selama fase intervensi (B) dan baseline 2 (A-2), dimana anak tunagrahita sedang tidak mengalami fondants merupakan media yang aman karena, fondants merupakan bahan roti yang manis, apabila penurunan kemampuan menulis tetelan tidak akan membahyakan permulaan, namun cenderung anak. Dengan demikian dapat mengalami peningkatan yang berarti disimpulan bahwa penggunaan selama pemberian perlakuan media media fondant efektif digunakan clay, motorik halus anak menjadi untuk meningkatkan kemampuan lebih baik yang mendukung siswa motorik halus dalam menulis dapat menulis dengan lebih baik.

permulaan siswa cerebral palsy keterampilan pembelajaran sedang. keterampilan paper clay dengan Peneletian relevan lainnya bubur kertas berpengaruh positif juga dilakukan oleh Suryani terhadap peningkatan kemampuan Nurfaidah (2011) dengan judul motorik halus anak tungrahita sedang Penerapan Media Pembelajaran khususnya dalam menulis hal ini Keterampilan Paper Clay Dalam Meningkatkan Kemampuan Motorik ditunjukan dengan persentase (%) kemampuan motorik halus dalam Halus Anak Tunagrahita Sedan di menulis sebelum dan sesudah SDLB Pambudi Dharma I Cimahi diberikan media pembelajaran menyimpulkan bahwa hasil dari keterampilan paper clay dan tidak penelitian ini menunjukan adanya tumpang tindih (overlap) peningkatan siswa dalam latihan pada kondisi baseline 1(A) dan motorik halus khususnya dalam intervensi (B). menulis. Paper clay merupakan Meskipun demikian, segala media yang hampir sama dengan clay, tetapi paper clay ini terbuat dari media pembelajaran yang sudah dirancang sedemikian rupa pasti adonan potongan kertas yang di terdapat suatu kelebihan dan remas dan dibentuk oleh anak untuk kekurangan. Kelebihan yang meningkatkan motorik halusnya, didapatkan dari media clay ini adalah walaupun kurang lentur jika selain melatih motorik halus anak dibandingkan dengan clay, tetapi paper clay mempunyai manfaat yang agar terampil dalam menulis, tetapi juga sebagai media pembelajran sama dengan clay, dengan meremas matematika untuk pengenalan dan membentuk paper clay dapat bangun datar, menjadikan melatih jemari tangan yang kaku permaslahan yang abstrak menjadi menjadi lebih berkurang yang lebih nyata dan menjadi media berdampak pada meningkatnya keterampilan agar anak lebih kreatif kemampuan motorik halus anak. dan bersemangat dalam belajar, Dengan demikian dapat media clay (tepung) ini dibandingkan disimpulkan bahwa media dengan media clay tanah jauh lebih

mudah karena bahan yang bahwa : media penggunaan media digunakan mudah di temukan dan cara pengeringanya mudah tidak clay dalam pengenalan bangun datar dapa tmeningkatkan keterampilan perlu di oven cukup diangin motorik halus yang berkaitan dengan anginkan saja, lebih bersih karena kemampuan menulis permulaan anak terbuat dari tepung, tetapi tunagrahita sedang kelas V-C di kekurangannya jika tidak diawasi pada saat membuat clay, anak akan menjadi penasaran dan menelan clay SDLB Negeri Karanganyar tahun ajaran 2015/2016. Berdasarkan hasil penelitian tersebut. Dengan demikian perlu yang sudah diperoleh yaitu adanya pengawasan dan bimbingan peggunaaan media clay dalam sebelum membuat clay. pengenalan bangun datar dapat Berdasarkan analisis data meningkatkan motorik halus pada hasil penelitian dan juga penelitian yang relevan tersebut, maka dapat anak tunagrahita sedang di SDLB Negeri Karanganyar, maka diberikan disimpulkan bahwa penggunaaan saran diantaranya : media clay dalam pengenalan 1. KepalaSekolah bangun datar berpengaruh positif Pihak sekolah diharapkan untuk meningkatkan motorik halus dapat memotivasi guru dalam dalam menulis permulaan anak menggunakan media clay tunagrahita sedang, sehingga sehingga dapat diaplikasikan penggunaan media clay dalam sebagai salah satu media pengenalan bangun datar dapat pembelajaran matematika pada digunakan sebagai salah satu media materi pengenalan bangun untuk meningkatkan motorik halus datar dan keterampilan dalam menulis anak tunagrahita di SLB. SIMPULAN DAN SARAN motorik halus yang berkaitan dengan kemampuan menulis permulaan anak tunagrahita Berdasarkan pembahasan sedang kelas V-C di SDLB hasil penelitian pada bab Negeri Karanganyar. sebelumnya, dapat disimpulkan

2. Guru Guru diharapkan dapat mengaplikasikan media clay sebagai salahsatu media pembelajaran untuk meningkatkan pengenalan konsep bangun datar dan keterampilan motorik halus yang berkaitan dengan kemampuan menulis Permulaan anak tunagrahita sedang kelas V-C di SDLB Negeri Karanganyar 3. Siswa Siswa dengan bantuan guru diharapkan dapat mengoptimalkan media clay dalam pengenalan bangun datar sehingga dapat meningkatkan keterampilan motorik halus yang berkaitan dengan kemampuan menulis permulaan. DAFTAR PUSTAKA Andreson. (2004). Petunjuk Modern Kesehatan. Cetakan ke-18. Bandung : Indonesia Publishing House. Diterjemahkan oleh William Walen. Astati. (1995). Terapi Okupasi, Bermain dan Musik Anak Tunagrahita.Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. Bainbridge, D. (1966). Intellectual Property.Universitas Indiana : Pitman Efendi, M. (2006). Pengantar Psiko pedagogic Anak Berkelainan. FKIP UNS : Surakarta. Hasratuddin. (2014). Pembelajaran Matematika Sekarang dan yang akan Datang Berbasis Karakter. Jurnal Didaktik Matematika Vol.1, No.2 September 2014. Universitas Negeri Medan. Joyce. (2009).Utak Atik dengan clay. Yogyakarta : C.V Andi Offset Lerner. (1988). Learning Disabilities:Thepries, Diagnosis and Teaching Strategies,NewJersey : Houghton Mifflin Company.

Mustaqimah, U.S. (2013) Efektivitas Penggunaan Media Fondants Untuk Meningkatkan Kemampuan Motorik Halus Dalam Menulis Permulaan Siswa Cerebal Palsy Sedang di SDLB YPAC Bandung. Skripsi. Tidak dipublikasikan, UPI. Bandung Sunanto. (2006). Penelitian dengan Subjek Tunggal. Bandung: UPI Press. Nurfaidah, S. (2011). Meningkatkan Kemampuan Motorik Halus Anak Tunagrahita Sedang dengan Penerapan Media Pembelajaran Keterampilan Paper Clay. Skripsi. Tidak dipublikasikan, UPI. Bandung Runtukahu, Tombokan, J. (1996). Pengajaran Matematika Bagi Anak Berkesulitan Belajar. Depdikbud : Direktorat Pendidikan Tinggi. Stephani. (2011). 30 Menit Membuat Kreasi Clay : Demedia. Sugiyono. (2006). Statistika Untuk Penelitian, Cetakan Ketujuh, Bandung.CV. Alfabeta. Sugiyono.(2007). Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D.Bandung: Alfabeta. Suherman, Y. (2005). Adaptasi Pembelajaran Siswa Berkesulitan Belajar. Bandung : Rizzqi Press.