Bab 1 Pendahuluan 1.1 Latar Belakang

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. diabaikan karena Ijime dapat terjadi pada setiap orang, bahkan di negara-negara

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Saat ini Jepang adalah salah satu negara yang maju dan mempunyai

Bab 1. Pendahuluan. ketat serta pendidikan yang cukup baik. Bagi orang Jepang, dapat masuk ke sekolah

ABSTRAK USAHA USAHA PENANGGULANGAN IJIME DI KALANGAN SISWA DI JEPANG. atau bahkan kekerasan yang dilakukan oleh para para pelajar.

BAB I PENDAHULUAN. Bullying atau ijime adalah masalah umum di setiap generasi dan setiap

BULLYING & PERAN IBU Penyuluhan Parenting PKK Tumpang, 29 Juli 2017

BAB 1. Pendahuluan. 1.1 Latar Belakang

BULLYING. I. Pendahuluan

BAB I PENDAHULUAN. A. LatarBelakang. individu khususnya dibidang pendidikan. Bentuk kekerasan yang sering dilakukan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dewasa ini sering kita dengar tentang banyaknya kasus kekerasan yang

BAB 1 PENDAHULUAN. lingkungan sekolah, banyak siswa yang melakukan bullying kepada siswa lainnya

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Kata kekerasan sebenarnya sudah sangat sering kita dengar dalam kehidupan sehari-hari,

PENYUSUNAN SKALA PSIKOLOGIS KORBAN CYBER BULLYING. Dosen Pengampu: Prof. Dr. Edi Purwanta, M.Pd Dr. Ali Muhtadi, M.Pd

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. batas kewajaran. Kekerasan yang mereka lakukan cukup mengerikan, baik di

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Manusia sepanjang rentang kehidupannya memiliki tahap-tahap

BAB I PENDAHULUAN. kesejahteraan, pendidikan dan mengasihi serta menghargai anak-anaknya (Cowie

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. menimbulkan konflik, frustasi dan tekanan-tekanan, sehingga kemungkinan besar

Bab 4. Simpulan dan Saran

BAB I PENDAHULUAN. film video laser setiap minggunya. Film lebih dahulu menjadi media hiburan

Bab 1. Pendahuluan. Pada dasarnya manusia adalah mahkluk sosial yang selalu hidup berdampingan

Bab 1. Pendahuluan. Keberhasilan ekonomi sebagai akibat dari kemajuan teknologi menjadikan Jepang

PENGANIAYAAN TERHADAP ANAK DALAM KELUARGA

Bab 5. Ringkasan. antara munculnya fenomena futoukou dengan school culture yang berlaku di sekolah

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Perubahan zaman yang semakin pesat ini membawa dampak ke berbagai

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat sebagai sarana hiburan, informasi, dan komunikasi massa. Media

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. masyarakat pada anak-anaknya (Friedman et al., 2010). yang masih bertanggung jawab terhadap perkembangan anak-anaknya.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. siswa sendiri. Bahkan kekerasan tidak hanya terjadi di jenjang pendidikan tinggi

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. kata-kata yang indah, gaya bahasa, dan gaya bercerita yang menarik (Zainuddin, 1992:99).

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

PEDOMAN KUESIONER TERBUKA CYBER BULLYING. Disusun guna memenuhi tugas mata kuliah Pengembangan Instrumen dan Media Bimbingan Konseling

BAB I PENDAHULUAN. Bab ini menyajikan hal-hal yang menjadi latar belakang penelitian,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Maraknya kasus-kasus kekerasan yang terjadi pada anak-anak usia sekolah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Iceu Rochayatiningsih, 2013

Bab 3. Analisis Data. siswa. Kemudian dari data analisis akan dihubungkan dengan fenomena futoukou.

PEDOMAN OBSERVASI FENOMENA KORBAN PERILAKU BULLYING PADA REMAJA DALAM DUNIA PENDIIDKAN

BAB I PENDAHULUAN. yang kompleks yang merupakan hasil interaksi berbagai penyebab dari keadaan

BAB I PENDAHULUAN. hingga dewasa manusia memerlukan bantuan dan kerja sama dengan manusia lain, baik dalam

Pengaruh Intensitas Menonton Sinetron terhadap Perilaku Bullying di Kalangan Remaja

Bullying: Tindak Kekerasan Antara Siswa Laki-Laki Dan Siswa Perempuan Dalam Perspektif Jender di SMA Negeri 2 Ambon

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Komunikasi merupakan suatu dasar dan kunci seseorang dalam menjalankan tugasnya, komunikasi merupakan suatu

BAB I. Kekerasan Dalam Rumah Tangga atau KDRT diartikan setiap perbuatan. terhadap seseorang terutama perempuan yang berakibat timbulnya kesengsaraan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Sekolah merupakan sebuah lembaga atau tempat yang dirancang untuk

BAB 1 PENDAHULUAN. pendidikan yang diarahkan pada peningkatan intelektual dan emosional anak

134 Perpustakaan Unika LAMPIRAN

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

Bab 1. Pendahuluan. Jepang seperti yang banyak kita ketahui merupakan suatu negara maju dan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Masa remaja merupakan suatu fase perkembangan antara masa kanakkanak

Bab 5. Ringkasan. Setelah melakukan analisis pada bab tiga, penulis mengambil kesimpulan bahwa

BAB I PENDAHULUAN. kognitif, dan sosio-emosional (Santrock, 2007). Masa remaja (adolescence)

BAB I PENDAHULUAN. Berita mengenai kekerasan anak di sekolah belakangan ini semakin

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Pada dasarnya, hukuman hanya menjadi salah satu bagian dari metode

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB I PENDAHULUAN. Individu sebagai makhluk sosial membutuhkan interaksi dengan lingkungan

BULLYING DALAM PENDIDIKAN. Oleh Ehan Raehan Miskyah

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar

BAB I PENDAHULUAN. diharapkan mampu melanjutkan estafet pembangunan bangsa ini. Namun,

BAB 1 PENDAHULUAN. Mendengar terjadinya sebuah kekerasan dalam kehidupan sehari-hari

1. PENDAHULUAN. Universitas Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. terselenggara apabila dipengaruhi oleh suasana kondusif yang diciptakan oleh

BAB I PENDAHULUAN. peneliti ingin meneliti salah satu karya dari Asa Nonami berjudul Kogoeru Kiba.

Lampiran. Ringkasan Novel KoKoro. Pertemuan seorang mahasiswa dengan seorang laki-laki separuh baya di pantai

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia. Istilah bullying secara etimologi berasal dari kata bully berarti

BAB I PENDAHULUAN. tata aturan dan norma sosial yang berlaku,hal seperti ini disebut perilaku

I. PENDAHULUAN. Keluarga adalah sekelompok individu yang terdiri dari ayah, ibu, dan anak

BAB I PENGANTAR. A. Latar Belakang Masalah. pertolongan medis dengan harapan dapat menghilangkan keluhan-keluhan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Saat ini berbagai masalah tengah melingkupi dunia pendidikan di

BAB I PENDAHULUAN. resiko (secara psikologis), over energy dan sebagainya. Hal tersebut dapat dilihat

Bab 1. Pendahuluan. Jepang memiliki beraneka ragam seni kebudayaan seperti matsuri, odori, film,

INFORMASI PERKEMBANGAN ANAK (Diisi oleh Orang tua)

PEREMPUAN DAN KEKERASAN DALAM RUMAH TANGGA. Oleh: Chandra Dewi Puspitasari

Kalender Doa Agustus 2015 Berdoa Bagi Wanita Korban Kekerasan Rumah Tangga

BAB I PENDAHULUAN. Bullying juga didefinisikan sebagai kekerasan fisik dan psikologis jangka

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Sekolah merupakan pendidikan kedua setelah lingkungan keluarga, manfaat

BAB I PENDAHULUAN. alami di bawah pengawasan guru. Siswa berproses dalam kegiatan. pembelajaran, pengembangan keterampilan, pengembangan sikap sosial,

BAB I PENDAHULUAN. aspek kehidupan terutama dalam bidang pendidikan. Terselenggaranya layanan

BAB I PENDAHULUAN. Remaja merupakan fase yang disebut Hall sebagai fase storm and stress

Kupersembahkan skripsi ini untuk Ibunda, Almarhum Ayahanda dan Ani

BAB I PENDAHULUAN. Hampir setiap hari kasus perilaku agresi remaja selalu ditemukan di media

BAB 1 PENDAHULUAN. Masa remaja adalah periode perkembangan disaat individu mengalami

BAB I PENDAHULUAN. bullying selalu terjadi bahkan sudah menjadi sebuah tradisi. Bullying

BAB I PENDAHULUAN. menggunakan tubuhnya secara efektif. Lebih lanjut Havighurst menjelaskan

KESENDIRIAN & KESEPIAN DALAM MASA TUA Rohani, Februari 2013, hal Paul Suparno, S.J.

INTENSITAS TERKENA BULLYING DITINJAU DARI TIPE KEPRIBADIAN EKSTROVERT DAN INTROVERT

RINGKASAN CERITA DALAM DRAMA. bekerja di sebuah salon kecantikan. Kehidupannya bisa dibilang tidak begitu

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB 1 PENDAHULUAN. Pendidikan adalah suatu usaha yang dilakukan manusia untuk mengubah

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang

KEKERASAN PADA ANAK DITINJAU DARI ASPEK MEDIS

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

Bab I. Pendahuluan. Kesuksesan ini salah satunya didukung oleh orang orang Jepang sendiri. Orang

BAB III USAHA USAHA MENANGGULANGI IJIME. Ijime dapat ditanggulangi melalui berbagai cara. Ijime dapat dicegah

BAB I PENDAHULUAN. Proses timbulnya perilaku tersebut ialah ketika seseorang dalam suatu titik. perilaku yang dinamakan perilaku agresif.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Perilaku Bullying. ketidaknyamanan fisik maupun psikologis terhadap orang lain. Olweus

Transkripsi:

Bab 1 Pendahuluan 1.1 Latar Belakang Jepang merupakan salah satu negara maju yang ada di dunia. Jepang juga di kenal sebagai negara yang menjunjung tinggi kebudayaan. Sebagai negara maju, Jepang tidak luput dari berbagai macam masalah yang terjadi dalam masyarakatnya. Salah satu masalah yang hingga sekarang masih menjadi persoalan yang sangat besar adalah ijime. Ijime adalah suatu permasalahan sosial yang sangat besar yang terdapat di dalam masyarakat Jepang yang sudah berlangsung sekitar berpuluh-puluh tahun lamanya. Bahkan hingga sekarang pun persoalan ijime masih terus terjadi dan menjadi bahan pembicaraan yang tidak kunjung selesai. Meskipun di negara-negara lain juga ditemukan kasus ijime, tapi para ahli menyebutkan bahwa ijime di Jepang lebih membudaya. Ijime merupakan fenomena sosial yang tidak dapat diabaikan begitu saja, karena ijime dapat terjadi kepada setiap orang. Ijime dianggap sebagai suatu masalah yang sangat serius dan tidak bisa di biarkan begitu saja. Ijime yang dikenal di Jepang, merupakan masalah manusia yang akan terus berlangsung hingga entah kapan. Segala jenis penindasan, hardikan di sekolah, gangguan atau diskriminasi di dalam masyarakat adalah ijime (Uchida, 1993: 1). Ijime di Jepang selalu dikaitkan dengan tindakan bullying di negara barat (Morita, 2001). Karena arti ijime jika di-inggriskan memang paling mendekati arti bullying di barat. Definisi ijime menurut Dogakinai (2005: 2) adalah masalah kenakalan anak-anak sekolah di tingkat pendidikan dasar dan menengah berupa penganiayaan, penghinaan, penyiksaan, baik segi mental maupun fisik yang mereka lakukan di antara mereka sendiri. Tindakan ijime ini diperlihatkan kedalam aksi yang menyebabkan seseorang menderita. Aksi ini dilakukan secara langsung oleh seseorang atau sekelompok yang lebih kuat, tidak bertanggung jawab, biasanya berulang dan dilakukan dengan perasaan senang (Morita, 2001). Bullying adalah tekanan dengan menyakiti perasaan korban, yang dilakukan oleh orang-orang dalam sebuah komunitas atau kelompok. Sedangkan kekerasaan, lebih fisikal dan tujuannya merampas atau membuat sakit secara fisik korban yang dilakukan oleh orang yang tidak dikenal. 1

2 Ijime berarti seseorang yang telah ditetapkan dalam sebuah kelompok disiksa baik secara mental maupun fisik secara terus menerus. Ijime merupakan suatu tindakan penghinaan yang dilakukan beberapa anak terhadap anak lain yang lemah atau anak yang beda dari teman-teman di lingkungan tempat dia berada, seperti di lingkungan sekolah. Morita (1985) juga menyebutkan bahwa ijime adalah sebuah tipe tindakan agresif dari sesorang yang mempunyai dominasi posisi dalam sebuah kelompok interaksi (atau pun proses interaksi) dengan jalan sengaja atau bersama melakukan kegiatan yang menyebabkan perasaan terluka pada seseorang di dalam kelompok itu. Kasus ijime lebih cenderung banyak terjadi di dalam lingkungan sekolah, karena intensitas komunikasi dan kebersamaan dalam lingkungan itu. Tindakan ijime ini lebih cenderung banyak terjadi kepada para pelajar, mulai dari pelajar SD hingga pelajar SMA dan dilakukan oleh murid yang biasa pula. Morita (2001) mengungkapkan bahwa ijime ini menganut falsafah coca-cola yaitu : kapan saja, di mana saja, siapa saja, bisa dan mungkin melakukannya, jika kondisi mendukung atau memungkinkan. Taki (2003) juga menyebutkan bahwa tindakan ijime terjadi pada setiap sekolah, setiap kelas dan setiap anak di Jepang. Taki (2003) mengidentifikasi beberapa kondisi penting dari ijime, yang pertama adalah korban sudah merasa menjadi bagian dari kelompok, yang kedua adanya ketidakseimbangan pengaruh atau kekuatan (non fisik) lain, dan yang ketiga adalah intensitas atau kekerapan tindakan ijime ini terjadi. Semakin tak bisa menghindar atau melawan, maka intensitas terjadinya tindakan ijime akan semakin besar. Kasus ijime di Jepang cenderung semakin meningkat. Dari tingkat yang ringan sampai yang berat yang dapat menyebabkan anak yang di-ijime sampai putus asa dan berani melakukan tindakan bunuh diri. Tindakan ijime dalam tingkat ringan biasanya berupa ejekan, menyembunyikan barang pribadi, dijauhi dalam kelompok, dijahili. Sedangkan tindakan ijime dalam tingkat berat adalah kekerasan fisik, memaksa melakukan sesuatu yang tidak baik, meminta uang atau barang kepada teman mereka sehingga menyebabkan siswa yang di-ijime harus memberikan barang atau uang. Dikarenakan adanya tekanan seperti itu, terkadang mereka yang di-ijime tidak segansegan untuk melakukan tindakan kriminal seperti mencuri uang atau mengutil barang di supermarket. Selain itu juga terdapat beberapa tindakan ijime yang akhirnya menyebabkan anak yang di-ijime melakukan tindakan bunuh diri. Tindakan yang ringan tapi dapat

3 mengakibatkan hal yang sangat fatal yaitu seperti menuliskan kata-kata di meja, menempelkan kertas di baju atau mengirimkan sms setiap hari kepada anak yang diijime. Tulisan atau kata-kata yang sering ditulis adalah 死んね :Mati saja, 消えろ :hilang saja, anda tidak usah ada disini. Kata-kata seperti itu yang menyebabkan korban melakukan tindakan bunuh diri. Ijime merupakan salah satu penyebab banyak terjadinya kasus bunuh diri di Jepang. Salah satu contoh kasus bunuh diri yang terjadi di Jepang akibat dari tindakan ijime yang banyak menarik perhatian masyarakat Jepang yaitu yang terjadi pada tahun 1986 dimana seorang anak berusia 13 tahun gantung diri dalam sebuah kamar mandi di pusat perbelanjaan di Tokyo. Dia meninggalkan catatan yang menjelaskan jenis penyiksaan yang dialaminya yaitu "pemakaman tiruan" - lengkap dengan bunga dan dupa - dengan dirinya sebagai mayat. Inilah yang disebut sebagai permainan "praktek bunuh diri" yang terkenal di kalangan remaja Jepang. Beberapa tahun ini juga sedang merebak tindakan ijime dengan menggunakan internet atau netto ijime, dengan mengirim email/blackmail kepada mereka yang diijime. Hal seperti ini harus benar-benar menjadi perhatian para pemerintah di Jepang. Masyarakat Jepang dikenal sebagai masyarakat yang homogen. Sikap homogenitas inilah yang membuat mereka cenderung berfikir bahwa menjadi sama dengan yang lain merupakan sebuah sikap yang baik dan memberikan rasa nyaman. Masyarakat Jepang lebih mengutamakan kepentingan kelompok daripada kepentingan pribadi. Mereka takut menjadi berbeda dengan orang lain dan mereka tidak ingin di jauhi. Sehingga mereka yang memiliki kemampuan lebih atau berbeda akhirnya akan menyimpan dalam-dalam potensi mereka demi melindungi diri mereka sendiri dari serangan teman-temannya. Jika mereka tidak berusaha menjadi sama, mereka akan dianggap sebagai orang-orang yang aneh dan inilah yang menyebabkan tindakan ijime itu terjadi. Hara (2002: 197-204) mengungkapkan ijime dilakukan bukan oleh perorangan tapi oleh kelompok. Ada yang memang bertipe pengolok (bulliers), pendukung/penguat (reinforcers), dan semacam pembantu pengolok (assistants). Jepang juga dikenal sebagai negara yang berbasis akademis. Bagi masyarakat Jepang, pendidikan sangatlah penting. Semakin tinggi jenjang pendidikan yang ditempuh, semakin tinggi pula pekerjaan yang akan diraih. Begitulah pandangan masyarakat Jepang. Sehingga tanpa disadari, mereka bisa menjadi penyendiri dan

4 pada saat itulah teman-teman yang lain akan mengganggap mereka aneh dan tindakan ijime pun pasti akan terjadi. Dalam beberapa tahun ini juga banyak orangtua di Jepang khususnya Ibu yang terlalu sibuk bekerja sehingga tidak memberikan perhatian kepada anak mereka. Mereka jarang menanyakan kondisi dan situasi anaknya saat di sekolah, yang biasanya mereka tanyakan hanya bagaimana dengan nilai-nilai anak mereka di sekolah dan oleh karena itulah banyak anak-anak di Jepang yang melampiaskan kesepiannya itu dengan melakukan tindakan ijime di sekolahnya. Tapi ada juga beberapa kasus yang terjadi dengan anak yang kurang diperhatikan orangtuanya, sehingga mereka menjadi korban dalam tindakan ijime. Karena mereka jarang bertemu dengan orangtuanya, sehingga mereka tidak bisa menceritakan apa yang terjadi dengan mereka saat di sekolah. Taki (2001) juga menganalisis beberapa tekanan yang timbul kepada para korban atau melatarbelakangi pelaku untuk melakukan tindakan ijime di sekolah. Ada empat sumber tekanan, yaitu dari belajar, guru, teman, dan keluarga. Tuntutan dari orangtua agar anak mendapatkan nilai bagus dan belajar secara berlebihan dapat membuat anak menjadi stress. Pihak guru atau sekolah yang mungkin tidak adil atau membeda-bedakan murid yang satu dengan murid yang lainnya, tidak mau mendengarkan pendapat muridnya juga dapat membuat anak tersebut menjadi stress. Akibat dari tuntutan orangtua tersebut biasanya mengakibatkan performa anak dalam pelajaran menjadi rusak, seperti nilai kurang, tidak membuat tugas, kurang menguasai pelajaran. Gejalanya bisa terlihat pada fisik seperti capek, sakit, pusing, depresi, agresif (mudah tersinggung, mudah marah, suka mengolok), dan apatis. Jadi menurut Taki (2001) ijime adalah masalah yang berputar dan terkadang antara pelaku dan korban menghasilkan stress yang sama. Terdapat beberapa karakter tertentu yang biasanya menjadi korban ijime yaitu, sulit berteman, pemalu, memiliki keluarga yang terlalu melindungi, dari suku tertentu, cacat atau memiliki keterbatasan tertentu dan sombong. Dampak yang terjadi kepada para korban yang mengalami tindakan ijime adalah depresi, rendahnya kepercayaan diri, pemalu atau penyendiri, prestasi disekolah semakin menurun, dan yang paling serius adalah terpikir dan mencoba untuk bunuh diri. Banyaknya kasus ijime yang terjadi di dalam masyarakat Jepang, membuat ijime menjadi banyak dijadikan bahan dalam sebuah buku, komik, film, dan drama. Drama

5 di Jepang banyak yang bertemakan tentang ijime. Salah satunya adalah drama life karya Keiko Suenobu. Drama ini disutradarai oleh Tanimura Masaki yang ditayangkan pada 30 Juni 2007 dan diadaptasi dari komik Jepang yang berjudul sama yaitu life karya Keiko Suenobu. Komik life ini pernah memenangkan penghargaan Kodansha (30th) dalam kategori shoujo. Aktris Fukuda Saki yang berperan sebagai Manami Anzai juga mendapatkan penghargaan kategori Best Supporting Actress pada Television Drama Academy Awards (54th). Drama life ini menjadi drama terpopuler di Jepang karena drama ini menceritakan tentang sisi gelap dari kehidupan sekolah. Drama ini berfokus pada tindakan ijime yang dialami oleh Ayumu Shiiba yang dilakukan oleh teman dekatnya sendiri yaitu Manami Anzai. Dikisahkan, Ayumu Shiiba yang baru saja masuk ke sekolah barunya lalu ia berteman dekat dengan Manami Anzai teman sekelasnya. Tetapi karena banyak masalah yang muncul dan kecemburuan Manami, akhirnya Ayumu menjadi korban ijime oleh teman sekelasnya yang diketuai oleh Manami teman dekatnya sendiri. 1.2 Masalah Pokok Rumusan permasalahan dalam skripsi ini adalah menganalisis Dampak pola asuh terhadap kasus ijime pada tokoh Manami Anzai terhadap tokoh Ayumu Shiiba dalam drama life. 1.3 Formulasi Masalah Formulasi masalah dalam penelitian ini, penulis akan menganalisis bentukbentuk tindakan ijime yang dilakukan Manami Anzai secara fisik dan non-fisik terhadap Ayumu Shiiba, kemudian penulis akan menganalisis dampak pola asuh terhadap kasus ijime pada tokoh Manami Anzai terhadap tokoh Ayumu Shiiba penyebab dalam drama life. 1.4 Ruang Lingkup Permasalahan Ruang lingkup penelitian ini adalah menganalisis bentuk-bentuk tindakan ijime dan dampak pola asuh terhadap kasus ijime pada tokoh Manami Anzai terhadap tokoh Ayumu Shiiba penyebab dalam drama life pada episode 3,4,5 dan 7.

6 1.5 Tujuan Penelitian Tujuan dari penelitian ini adalah mengetahui lebih dalam mengenai bentukbentuk tindakan ijime dan dampak pola asuh terhadap kasus ijime pada tokoh Manami Anzai terhadap tokoh Ayumu Shiiba penyebab dalam drama life pada episode 3,4,5 dan 7. 1.6 Tinjauan Pustaka Tinjauan pustaka dilakukan melalui buku dan artikel jurnal dari perpustakaan umum baik buku berbahasa Indonesia maupun buku yang berbahasa Jepang. Para sosiolog Jepang menjelaskan bahwa ijime yang terjadi di Jepang, sama dengan bullying yang terjadi di negara barat. Tetapi, kata bullying yang memiliki arti sebagai tindakan menganiaya, tidak memberikan batasan mengenai bentuk tindakan penganiayaan yang dilakukan, sehingga tindakan bullying di negara barat biasanya mengacu pada bentuk tindakan menyiksa fisik korban. Sedangkan ijime yang terjadi di Jepang, tidak hanya tindakan menganiaya fisik tetapi juga mental korban. Dalam sub bab ini penulis akan menjelaskan penelitian terdahulu yang berhubungan dengan penelitian penulis dalam skripsi ini. Dalam penelitian Dogakinai (2005: 2) menjelaskan bahwa ijime merupakan masalah kenakalan anakanak sekolah di tingkat pendidikan dasar dan menengah berupa penganiayaan, penghinaan, penyiksaan, baik segi mental maupun fisik yang mereka lakukan di antara mereka sendiri. Selain artikel tersebut, terdapat artikel lain mengenai ijime, menurut Unsriana (2012) ijime adalah masalah kenakalan yang sering terjadi di sekolah Jepang, dan bahkan kadang kala tindakan ijime mengakibatkan korban melakukan bunuh diri. Dalam penelitian Nakane (1984: 1-8), menjelaskan bahwa penyebab terjadinya tindakan ijime dalam masyarakat Jepang adalah yang pertama karena Jepang memiliki struktur masyarakat yang homogen. Masyarakat Jepang lebih mengutamakan kepentingan individu didalam kelompok daripada individu sebagai personal. Mereka yang sudah berada didalam kelompok tersebut, harus mengikuti atau memenuhi kriteria yang sudah ditetapkan di dalam kelompok. Jika ada individu atau seseorang yang tidak bisa memenuhi kriteria kelompoknya, biasanya merekalah yang menjadi sasaran atau korban dalam tindakan ijime. Korban ijime adalah orangorang yang berbeda dengan orang-orang di sekeliling mereka. Selain artikel tersebut,

7 penelitian Hara (2002: 197-204) juga mengungkapkan bahwa ijime dilakukan bukan oleh perorangan tapi oleh kelompok. Ada yang memang bertipe pengolok (bulliers), pendukung/penguat (reinforcers), dan semacam pembantu pengolok (assistants).